Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syaiful Kamal
"Di Indonesia malaria saat ini masih merupakan penyakit yang secara bermakna menimbulkan kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, khususnya pada anak-anak dan ibu hamil. WHO merperkirakaa di Indonesia terdapat 6 juta kasus malaria yang menerima pengobatan tiap tahunnya. Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan penggunaan obat yang tidak sesuai standar mengingatkan kita untuk tetap waspada terhadap resistensi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor riwayat pernah sakit malaria klinis dengan perilaku pencarian obat sendiri di warung pada penderita malaria klinis di desa "High Incidence Area" di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross sectional study), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi penderita malaria klinis yang mencari obat anti malaria di warung sebesar 56,4% : diantaranya 57,0% responden membeli Resochin dan 30,8% responden membeli Riboquin. 53,4% responden membeli 3 - 4 butir, 94,1% meminum obat dalam jangka waktu 1 - 2 hari, 48,41% meminum 1 - 2 butir dan 52,5% merasa sembuh setelah minum 1- 2 butir.
Tidak ada hubungan antara riwayat sakit dengan perilaku mencari obat anti malaria di warung. Variabel keparahan sakit merupakan faktor confounder terhadap variabel riwayat sakit dalam berperilaku mencari tempat pengobatan malaria klinis. Penderita malaria klinis ringan cenderung membeli obat di warung 6,68 kali (95% Cl 3,99 - 11,19) dibandingkan dengan penderita malaria klinis berat. Penderita berpendapat harga obat di warung lebih murah dibandingkan dengan di pelayanan kesehatan, hal ini menyebabkan penderita cenderung membeli obat di warung sebesar 7,42 kali (95% Cl 4,23 - 13,01) dari pada ke pelayanan kesehatan. Jika responden ke pelayanan kesehatan mengeluarkan biaya transportasi, maka responden tersebut cenderung membeli obat di warung 2,20 kali (95% Cl 1,33 - 3,65) dari pada ke pelayanan kesehatan.
Dari penelitian ini disarankan pada produsen obat anti malaria agar dalam kemasan yang dipasarkan ke konsumen berisi jumlah pil disesuaikan dengan dosis standar. Perlu penyuluhan lebih intensif tentang malaria serta pengobatannya ke masyarakat luas dengan memanfaatkan berbagai sarana yang ada di Kabupaten OKU. Pemilik warung diikutsertakan dalam penyebarluasan informasi setelah di bekali pengetahuan tentang malaria dan pengobatannya serta warung menjadi sarana informasi dilengkapi dengan sarana penyuluhan. Bagi tenaga kesehatan dalam memberikan obat anti malaria berpedoman kepada petunjuk pemberian obat anti malaria yang dikeluarkan Depkes. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kemungkinan adanya resistensi obat di desa "High Incidence Area" di Kabupaten OKU.

Year Of 2001Malaria is one of the infectious diseases that caused morbidity and mortality n and child significantly in Indonesia. World Health Organization (WHO) has estimated that there 6 million cases of malaria in Indonesia which have accepted the treatment. In other studies have indicated there was inappropriately drugs usage that can make drug resistance effect to malaria.
This study aimed to find out the correlation between personal historic factors of clinical malaria with health seeking behaviors on malaria patients in high incident area's villages in Ogan Komering Ulu municipality. This study using cross sectional design and multi logistic regression analysis.
The result shows the proportion of patients of malaria which seeking for medication to any mini market (warung) is 56,4%, which comprise 57% buying Resochin, 53,4% buying 3-4 pills, 94,1% consume this medicine for 1 or 2 days, 48,41% consume 1-2 pills and 52,5% feeling well after consume 1-2 pills.
Illness severity variable is confounding factor to personal sick history in behavioral to seek treatment service for clinical malaria. Patients with low severity of malaria tend to find medication to mini market is 6,68 times (95%Ci 3,99-11,19) rather than those who have high severity. Those who seek drugs to mini market are 7,42 times (95% CI '4,23-13,00 than going to health center because they think the price is lower. Those who think that total expenses to find mediation on their own than going to health center is 2,20 times (95%CT 1,33-3,65). Those who think that they should be spend some money for transportation to reach the health center service tend 2,748 times to seek drugs to mini market.
This study recommends a packaging model that content standard dose of malaria drugs to producer. Also dissemination information about malaria and its medication to community and mini market or mini drug store owner participation to spread information about malaria drugs usage and, equipped with some tools. Also recommend carry out study to find out any drug resistance in high incidence area villages in Ogan Komering Ulu Municipality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 3733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Ekawati
"Penyakit malaria dapat menyerang semua orang, dan dapat diidentifikasi dengan adanya gejala demam, menggigil yang menyerang secara berkala (Trias Malaria), dengan tahap stadium dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat. Kabupaten Bangka merupakan daerah endemis tinggi malaria (AMI 54,83%). Hasil studi observasional yang dilakukan di Kabupaten Bangka didapat sebagian besar penderita malaria klinis yang melakukan pengobatan sendiri sebesar 62,5%. Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan menentukan perilaku pencarian pengobatan pertama penyakit malaria klinis dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut.
Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional. Populasi adalah penduduk yang pernah merasa atau sedang menderita penyakit malaria klinis dengan gejala demam, menggigil dalam satu bulan terakhir di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tabun 2002. Jumlah sampel sebanyak 270. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan cara univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan bantuan komputer.
Hasil penelitian menunjukkan 62,2% penderita malaria klinis berobat ke luar sarana pelayanan kesehatan. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan dan penyuluhan dengan perilaku pencarian pengobatan pertama penyakit malaria klinis, dimana dengan OR = 2,13, 2,60, 2,30 (95% CI 1,25-3,66; 1,50-4,51; 1,34-3,96). Pendidikan yang mempunyai hubungan yang paling kuat dengan perilaku pencarian pengobatan pertama penyakit malaria klinis (OR = 2,63; 95% CI 1,25-3,66). Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan dengan sasaran pemilik warung, masyarakat melalui LKMD, arisan-arisan dengan berbagai brosur, petunjuk minum obat malaria, leaflet, poster.

The First Health Seeking Behaviors of Clinical Malaria Sufferer In Sungailiat District In Bangka Regency Year of 2002Malaria can attacks everybody and it can be identified through several symptom i.e. fever, regularly trembling (Trias Malaria), and followed by cold, fever, and sweaty phase. Bangka regency is known as one of high category of malaria endemic area (AMI 54,83%/). The results of observational study in Bangka Regency shows that more than 62,5% of clinical malaria sufferer have therapy by self medicine. Base on that fact, some have done researches to determine the behaviors of clinical malaria sufferer and the other factors that related to the behaviors.
The research using Cross Sectional design. The population is inhabitant ever to feel or suffering of clinical malaria that followed by fever, tremble in a month period in Sungailiat District, Bangka Regency in the year 2002. The samples are 270 sufferers. The analyses of data are done by univariat, bivariat and multivariat and processed by computer.
The results gives evidence that 62,2% of clininical malaria sufferer have taken a medicine out of health center. There are relationships between educations, knowledge, information and the way to treat their diseases with OR the first health seeking behaviors of clinical malaria OR =2,13, 260, 2,30 (95%Cl 1,25-3,66; 1,50-4,51; 1,34-3,96). The education has a tight relations with they way of treatment of malaria diseases (OR = 2,63; 95% CI 1,25-3,66). The interventions that can be done, is to give information to the owner of stall, public via LKMD, brocure, medicine direction, leaflet, poster and the other public organizations.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hernawily
"Penyakit malaria di Indonesia saat ini masih merupakan penyakit serius yang menimbulkan kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, khususnya pada anak-anak. WHO memperkirakan 300-500 juta orang menderita malaria, kematian diperkirakan tiga juta orang setiap tahun. Menurut Depkes pada tahun 2000 tercatat 3100 kasus per 100.000 penduduk Studi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku pencarian pertolongan pengobatan pada informan ibu-ibu yang memiliki anak balita menderita malaria di desa Hanura dan desa Gebang kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan yang diharapkan berguna scbagai rnasukan bagi pengelola dan pelaksana program penanggulangan malaria di Kabupaten Lampung Selatan.
Studi ini menggunakan studi kualitatif dengan metode pengumpulan informasi yang digunakan adalah diskusi kelompok terarah (DIET) dan wawancara mendalam. Jumlah informan dalam studi ini sebanyak 36 orang yang terdiri dan 8 informan kunci dan 24 orang dari kelompok ibu yang mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas dan 4 orang dan kelompok ibu-ibu yang melakukan pengobatan sendiri.
Hasil studi menunjukkan gambaran karakteristik informan ibu-ibu yang mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas umurnya lebih muda dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan kelompok informan ibu-ibu yang melakukan pengobatan sendiri. Pada umumnya pengetahuan informan tentang penyakit malaria belum memadai, pengetahuan informan ibu-ibu yang mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas lebih baik dibandingkam dengan informan ibu-ibu yang melakukan pengobatan sendiri. Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan di puskesmas meliputi biaya pengobatan dan biaya transportasi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan sendiri.
Pada umumnya informan melakukan pengobatan sendiri lebih dahulu sebelum mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas. Upaya yang dilakukan untuk penyembuhan benmacam-macam cara yaitu dengan menggunakan ramuan tradisional, obat warung dan dukun. Pada umumnya informan minum obat tidak mengikuti aturan/petunjuk, mereka mempunyai kebiasaan minum obat hanya pada saat timbul gejala bila gejala hilang dianggap sembuh, mereka menghentikan minum obat. Warung dan dukun merupakan pilihan bagi informan untuk memperoleh obat dengan berbagai alasan seperti harganya lebih murah, rnudah diperoleh dan selalu tersedia. Pengobatan sendiri adalah biaya untuk mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas mahal selain biaya, pengobatan juga biaya transportasi sehingga mereka mengatakan tidak mampu. Puskesmas hanya bersifat pasif menunggu di puskesmas dan tidak lagi melakukan penyuluhan karena tidak tersedianya dana pemberantasan.
Dari studi ini disarankan kepada pengelola dan pelaksana program penanggulangan malaria di Kabupaten Lampung Selatan agar meningkatkan kegiatan penyuluhan rutin yang telah lama tidak dilakukan, Melibatkan pemilik warung dalam penyebarluasan informasi setelah dibekali pengetahuan tentang malaria dan pengobatannya. Kerjasama lintas sektoral terutama Diknas untuk memasukkan pokok bahasan penyakit malaria dalam mata pelajaran yang terkait sebagai mata pelajaran munlok (muatan lokal) mulai dari SD sampai SLTA.
Bagi petugas dalam memberikan obat anti malaria selain dosis menjelaskan dosis obat perlu menjelaskan akibat penggunaan obat tidak sesuai dengan dosis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan adanya resistensi obat di desa Hanura dan Gebang untuk mengetahui penyebab tingginya angka kesakitan malaria.

Study of the Medication Seeking Behaviour among the Under-five's with Malaria in Sub District of Padang Cermin, District of South Lampung 2003In Indonesia malaria still remains serious disease that cause high both in mortality and morbidity, especially in children. The WHO indicated there were 300-500 million people suffering from malaria, the predicted mortality were about 3 million people per year. According to the Health Department (Depkes) in 2000 there were 3I00 cases of malaria per 100.000 person. This disease becomes one of chief causes of the under-five's mortality.
This study was conducted to obtain a description of the medication seeking behavior of the mother's who had under-five children with malaria in both Hanura and Gebang Villages, sub district of Padang Cermin, district of South Lampung. The result of this study was expected to be useful for input to the managers of the malaria controlling program in district of South Lampung.
The design of this study was a qualitative design using focus group discussion (FGD) and in-depth interview for data collection. Number of informant was 36 sons composed of 8 person as key informants, 24 mothers who had balita with malaria sought medication to the health center (Puskesmas), and 4 similar mother's who did self medication for malaria.
The results of this study showed that in general, the informant's who sought medication to the health centers were likely younger and had higher education than those who did self medication. The informant's knowledge about malaria was considered inadequate The mothers of the under five with malaria who sought medication to health center were likely to have a better knowledge than those who did self medication, The total cost spent for taking medication in the health center which included medicine and transportation was higher than those of the total cost spent if they did self medication.
In general, the informants were likely to seek own medication before taking medication from the health centers, they did some efforts such as using traditional medication, buying common medicine in drugstore or market, or seeking traditional healer. Generally the informants took the medicine not following the instruction that had been explained by health officers, so they took the medicine only if they felt the symptoms of this disease. If the symptoms was missing they assumed that their felt self-healed and stopped the medication.
In general, the mini market and traditional healers became better choices among informants due to some reasons such as, less expensive, easy to seek, and their services were always available. While if they sought in health center, it costed more expensive and faced transportation problems. The roled of the health centers was passive, there was no educational program anymore, because the operational cost was un available. From the result of this study, it is recommended the malaria controlling program manager in district of south Lampung should increase routine information program activities that were halted for a long time.
The following recommendation are also made involving mini market or mini drug store owner to disseminate information about malaria and strengthening, inter sector cooperation especially with the Education Department by intergrating malaria subject as of health education in schools as local matter.
Health center staffs should give more information about malaria drug dose and explain the side effects of inappropriate usage before deliver it to patients. It is strongly recommended to conduct other studies about malaria drugs resistance in both Hanura and Gebang villages to find out the underlying factors of high rate of malaria incidence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardiyono
"Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang berdampak buruk terhadap produktivitas kerja dan status kesehatan masyarakat. Ui Kabupaten Bangka penyakit malaria masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pencegahan penyakit malaria yaitu melalui pengobatan yang tepat. Praktek petugas kesehatan di puskesmas dalam melakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan komponen penting dalam mendukung terciptanya penatalaksanaan penderita malaria yang sesuai standar.
Evaluasi program malaria pada tahun 2004, memperlihatkan bahwa 30 % petugas puskesmas di Kabupaten Bangka patuh terhadap SOP layanan malaria. Angka ini jauh lebih rendah dari pada angka yang diharapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka yaitu 80 %.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP Layanan Penderita Malaria serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP Layanan Malaria. Variabel yang diteliti adalah variabel individu, organisasi dan variabel psikologis yang diduga berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP Layanan Malaria.
Desain peneiitian adalah potong lintang data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariate. Rata-rata skor kepatuhan petugas adlah 51,23 dengan median 45,83, skor minimal 33,3 dan maksimal 91,7.Hasil ini memperlihatkan bahwa kepatuhan petugas puskesmas terhadap pelaksaan SOP layanan malaria ternyata masih rendah. Umur, pengetahuan, persepsi dan pendidikan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP layanan malaria di puskesmas di Kabupaten Bangka. Petugas yang mempunyai usia tua lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 1,165 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai usia muda. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang program malaria lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 1,618 kale dibandingkan dengan petugas yang mempunyai pengetahuan yang kurang. Begitu juga dengan petugas yang mempunyai persepsi yang baik tentang program malaria lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesarl,536 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai persepsi kurang. Selanjutnya berdasarkan basil analisa variabel yang paling berhubungan terhadap kepatuhan petugas adalah variabel pendidikan dengan nilai OR sebesar 10,129 yang herarti petugas yang mempunyai pendidikan tinggi lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 10,]29 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai pendidikan rendah.
Dengan basil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka disarankan agar melakukan bimbingan tehnis atau supervise khususnya pada petugas yang berusia muda lebih ditingkatkan. Untuk menambah pengetahuan perlu dilakukan pendidikan berkelanjutan dan pelatihan bagi petugas, serta memberikan sosialisai program malaria keseluruh petugas puskesmas."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia. Angka kesakitan malaria di Indonesia sejak empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Propinsi Sulawesi Tengah. Kasus malaria dari tahun ke tahun belum menunjukkan adanya penurunan. Kecamatan Kulawi merupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Donggala.
Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi malaria antara lain dengan pemberantasan vektor. Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu poles insektisida sebagai suatu Cara dalam penanggulangan vektor malaria, selain berperan sebagai sawar, kelambu poles sekaligus dapat membunuh atau menghalau nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kelambu poles dengan kejadian malaria di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala Tahun 2001.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol berpadanan. Kasus adalah pengunjung puskesrnas dan talon kontrol yang positif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium Puskesmas. Sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berobat Ice puskesmas antara Milan 3uli sampai dengan September 2001 dan negatif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 120 responden (perbandingan 1:1).
Variabel yang diteliti adalah penggunaan kelambu poles, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kebiasaan di luar rumah pada malam hari, penggunnaan anti nyamuk, rumah terlindung Ban nyamuk, konstruksi rumah, tempat perindukan, adanya ternak dan bekerja di hutan.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kelambu poles mempunyai hubungan yang be ma na dengan kejadian malaria. Responden yang selanna tidur tidak menggunakan kelambu mempunyai risiko terkena malaria 2,91 kali dibandingkan dengan yang selama tidur menggunakan kelambu (p = 0,000, 95% Cl : 1,664;5,136). Sedangkan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan di luar rumah pada malam hari dan rumah terlindung dari nyamuk. Faktor yang mernpengaruhi hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria adalah rumah terlindung dari nyamuk dan kebiasaan di luar rumah pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini dsarankan 1) Meningkatkan penggunaan kelambu poles di daerah endemis yang sulit terjangkau oleh program penyemprotan rumah dan meningkatkan keteraturan pemakaian kelambu poles selama tidur untuk mencegah kontak antara penduduk dengan nyamuk malaria 2) Mengurangi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah pada malam hari atau menggunakan penutup tubuh (baju lengan panjang, celana panjang atau sarung) untuk mencegah terjadinya kontak dengan nyamuk 3) Meningkatkan penggunaan kawat kasa baik pada ventilasi maupun jendela rumah dan membiasakan menutup rumah waktu sore hari.

The Association between the Use of Impregnated Bed Nets and Incidence, in Sub-District of Kulawi, Regency of DonggalaMalaria is still an important public health problem in various countries, including Indonesia. Malaria incidence in Indonesia has been increasing since last four years. Up to now, to disease has become endemic in the province of Central Sulawesi Year-by-year, the malaria cases have not decrease yet The sub-district {kecamatan) Kulawi is part of endemic areas in the regency of (kabupaten) Donggala.
Various efforts had been done to control the disease including vector control. A bed nets impregnated with insecticide has currently been developed as means to control the vector. In addition to barrier, this impregnated net might function as killer or remover of mosquito. The aim of this matched case-control study was to know association between the use of impregnated bed-nets and malaria incidence in sub-district Kulawi, regency of Donggala, in year 2001.
A case was defined as a person visiting a community health center (Puskesmas) and positively diagnosed as a malaria patient through Puskesmas laboratory examination. A control was a neighbor of the case who also visited Puskesmas (between July and September 2001) and did not have malaria. The number of cases as well as control was 120 (ratio cases to control 1:1)
Independent variables investigated were use of impregnated bed-nets, ages, gender, education, occupation, knowledge, attitude, the habit of staying outside at night, the use anti mosquito substance, having a protected house (from mosquito), house construction, breeding places, cattle grazing, and working in the forest. Our study result showed that the use of impregnated bed-nets was significantly associated with the incidence of malaria.
Respondents sleeping without the impregnated bed nets were 2,91 times more likely to develop malaria, as compared to tole sleeping with the nets (p x,000, 95% CI : 1,66-5,14). Other factors statistically associated with malaria incidence were the habits oh staying outside at night and having a protected house from mosquito. These two factors confounded the association beetwen the use of the nets and malaria incidence.
Based on our findings, we firstly recomanded to increase the use impregnated bed-nets in endemic areas uncovered by fogging program and improve the regularity of using nets. Secondly, it is suggested to minimize the habit of being outside at night or to use covering clothes (to avoid being bitten by mosquito). Finally, it is recommended to use a wire net for windows ang air ventilation, and to close the doors and windows at night.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misriyah
"Malaria di beberapa daerah di Indonesia termasulc Jawa, masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) yang mengakibatkan kematim Kabupaten Banjamegara merupakan daerah endemis malaria. Salah satu penyebab texjadinya KLB antara lain adalah faktor penibahan lingkungan. Pertambahan luas lahan untuk perkebiman salak di Kec Banjarmangu, Kabupaten Banjamegara. seiring dcngan meningkatnya kasus malaria di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan perkebunan salak dengan kejadian malaria di daerah endemis malaria di Kabupaten Banjarnegara Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita malaria klinis hasil pemeriksaan sediaan darah positif malaria sedang kontrol adalah penderita lain dengan hasil pemeriksaan sediaan darah negatif malaria. Pengolahan data menggunakan analisis regrcei logistik. Hasil peneiitian menunjukkan perkebunan salak di daerah endemis malaria mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Responden disekitar rempm unggainya ada perkebunan salak bmsiko 1,99 lcali untuk mandarin malaria dibandingkan dengan tidal: ada perkebunan saialt. Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah genangan atau mata air kecil, kebiasaan keluar malam, sawah., kawat kasa. Adanya perkebunan saiak, genangan atau mata air kecil, sawah, keluar malam dan kawat kasa secara independent berhubungan dengan kejadian malaria di daerah endernis malaria di Kabupaten Banj arnegara. Dari hasil penelitlan ini disarankan agar petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat pentingnya merawat perkebunan salaknya, menimbun atau mengeringkan genangan dan memasang kawat kasa pada lubang angin di rumahnya serta pencegahan individu lainnyah Selajn itu perln dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor risiko (deierminant) yang menyebabkan adanya malaria di perkebunan salak.

Malaria is still often lead to a outbreak with resulting in a death in several areas in Indonesia including Java. Banjamegara district is malaria endemic area. The environmental changing is among other factors of the outbreak. The increasing of land areas for salak plantation in Banjarmangu sub district of Banjarnegara district are parallel with the increasing of malaria cases in their areas. The objective of this research was to assess relationship -between salak plantation factor and malaria cases in malaria endemic areas at Banjarnegara district Design research was a case-control. The case is clinical malaria sufferer with examination results of their available blood-slide of malaria positive while the control is other suferer with examination results of their available blood-slide of malaria negative. The data analyzed by the logistic regression. The salek plantation in malaria endemic areas had significant associated with malaria cases. The respondents around their places with salak plantation had a risk 1,99 times affected malaria compared to the respondents around their places with non~salak plantation. The other factors associated with malaria cases are puddle or small spring, paddy field, behavior of the out side night time and a wire netting on the ventilators.The salak plantation; puddle or small spring, paddy tield, behavior of the out side night time and a wire netting on the ventilators have independently a significant associated with malaria cases in malaria endemic area at Banjarnegara district From this research is suggested that the health officials give information service to the public of the importance to maintenance their salak plantation, to iill up or to dry out a puddle and to install a wire netting on the ventilator of their houses and other individual preventions. Further research is required to find the risk factors of malaria cases in the salak plantation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiyeriance Kapitan
"ABSTRAK
Kejadian infeksi malaria selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi tersebut dapat dicegah jika ibu hamil
mampu melakukan perawatan mengatasi gejala klinis saat serangan malaria.
Tujuannya mengetahui pengaruh “Paket Ibu Sehat” terhadap pengetahuan dan
perilaku mengatasi gejala klinis saat serangan malaria pada ibu hamil di
Kabupaten Sumba Barat Daya. Jenis penelitian eksperimen semu dengan desain
post test only with control group . Pengambilan sampel dengan quota sampling
berjumlah 62 responden. Kelompok intervensi mendapat pendidikan kesehatan,
praktek dan kunjungan rumah. Analisis data menggunakan Chi Square dan hasil
penelitian ini menunjukan pengetahuan dan perilaku pada kelompok intervensi
berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05).
Rekomendasinya “Paket Ibu Sehat” dapat digunakan untuk panduan mengatasi
gejala klinis saat serangan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil.
ABSTRACT
The incidence of malaria infection during pregnancy can lead to complications in
the mother and fetus. These complications can be prevented if pregnant women
are able to overcome clinical symptoms of malaria attack. This study aimed to
investigate the influence of "Healthy Mothers Package" on knowledge and
behavior during an attack of malaria among pregnant women in Southwest
Sumba. The study design was a quasi-experiment with a post-test only and control
group. Quota sampling technique was used to obtain 62 respondents. Intervention
group was provided with health education, followed by practice and home visits.
Data collected were analyzed using Chi square tests. Results indicated that
knowledge and behavior were significant different in the intervention group
compared with the control group (p <0.05). It is recommended that the "Healthy
Mothers Package" can be used to guide pregnant mothers overcoming clinical
symptoms during malaria attack."
2013
T35404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asrul Hudaira
"Malaria is an infectious disease caused by a malaria parasite spread by female Anopheles mosquitoes, and is currently a public health problem. Besides causing death, it also affects work productivity and income. Puskesmas Hanura, wich is included ah High Incidence Area with AMI of l59,8 per 1000 persons, has done many efforts to deal with malaria, one of those is encouraging the use of bednets by distributing them to the community. The community there uses bednets while sleeping to help prevent malaria incidence.
This study used case control design, to elicit whether there is any significant relationship between exposure to mosquitoes and malaria by comparing case group and control group. Data were collected from Puskesmas I-Ianura, whit case group being patients who have been diagnosed with malaria (based on clinical symptoms and laboratory result) and control group are those who are not diagnosed with malaria, Primary data were also collected using stmctured questionnaires.
The result of bivariate analysis with a confidence of 95% showed that variabels correlating with malaria incidence the use of badnets with p value = 0,000 and OR = 4,177 (95%: 2,537-6,879), the use of mosquito coil with p value = 0,038 and OR = 1,962 (95% Cl: 1,078-3,57l) and being outside the housing during night time with p value = 0,016 and OR = 1,926 (95% CI: 1,159-3,20l).
The result of multivariate analiysis showed that using bednets when sleeping has a correlation with malaria incidence. Those who do not use bednets have 4,177 times begger risk to catch malaria than those who do. g.
It is suggested that the community be given thorough infomation on the importance of preventing the spread of malaria. The distribution of badnets should be continued and information should be given also regarding how to use bednets properly and their benefits. It is also suggested that people should stay inside the house night."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Malaria merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala panas dingin
yang disebabkan oleh Plasmodium dan menular melalui gigitan nyamuk
Anopheles dari penderita ke manusia sehat. Kabupaten Purworejo
merupakan salah satu daerah yang masih banyak terjadi insiden malaria
sampai saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui insiden malaria
yang terjadi selama bulan Januari ? April tahun 2007 di Kabupaten Purworejo
dan hubungannya dengan faktor fisik (ketinggian, curah hujan, proporsi luas
breeding places atau tempat perindukan nyamuk), dan faktor non fisik
(kepadatan penduduk dan sosial budaya penderita). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa insiden malaria cenderung terjadi pada ketinggian
rendah, curah hujan sangat rendah, sedang, dan tinggi, proporsi luas
breeding places tinggi, dan kepadatan penduduk sangat rendah. Hasil
Penelitian yang juga didukung dengan uji chi square menunjukkan bahwa
faktor fisik yaitu ketinggian, curah hujan, dan proporsi luas breeding places
atau tempat perindukan nyamuk berhubungan dengan insiden malaria yang
terjadi namun korelasinya lemah, sedangkan faktor non fisik yaitu kepadatan
penduduk dan sosial budaya penderita tidak berhubungan dengan tingkat
insiden malaria yang terjadi di Kabupaten Purworejo selama bulan Januari -
April 2007.
Kata kunci: insiden malaria, faktor fisik dan non fisik
xi + 58hlm.; 1 gbr.; 7 lamp.; 7 peta; 16 foto
Bibliografi: 32 (1983 ? 2007)"
Universitas Indonesia, 2007
S34133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>