Ditemukan 159024 dokumen yang sesuai dengan query
Alisha Farizka Nadhirani
"Pandemi COVID-19 yang berlangsung dari awal tahun 2020 ini telah menyebabkan banyak terbitnya kebijakan-kebijakan baru seperti mewajibkan pekerja yang awalnya work from office menjadi bekerja di rumah. Selain itu, adanya pola hidup yang berubah sehingga menyebabkan meningkatnya pekerjaan tidak dibayar bagi wanita yang bekerja. Perubahan pada situasi pekerjaan ini menambah beban ganda wanita sehari-harinya, sehingga kemungkinan wanita untuk mangkir dari kerja dan mengalami gejala depresi meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan situasi pekerjaan wanita terhadap produktivitas wanita berdasarkan hari mangkirnya dan kesehatan mental berdasarkan adanya potensi gejala depresi. Temuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa perubahan situasi pekerjaan berupa penurunan gaji membuat wanita berpeluang untuk tidak mangkir dari kerjanya. Selain itu, pergantian pekerjaan berpotensi menaikkan gejala depresi wanita. Wanita yang belum kawin dan belum memiliki anak juga lebih rentan untuk mengalami gejala depresi.
The COVID-19 pandemic that has been going on since the beginning of 2020 has led to the issuance of many new policies, such as requiring workers who initially work from office to work at home. In addition, there is a changing lifestyle that causes an increase in unpaid work for working women. These changes in work situations add to the double burden of women on a daily basis, so that women are more likely to be absent from work and experience symptoms of depression. This study aims to examine the effect of changes in women's work situations on women's productivity based on days absent and mental health based on the potential for symptoms of depression. The findings of this study explain that changes in the work situation in the form of a decrease in salary make women have the opportunity not to be absent from work. In addition, job change has the potential to increase women's depressive symptoms. Women who are not married and have not had children are also more prone to experiencing symptoms of depression."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Amilia Wahyuni
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali hubungan dan pengaruh antara stigma sosial terhadap kesehatan mental petugas kesehatan yang ada di indonesia. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dnegan metode survey, diperoleh responden sejumlah 284 petugas kesehatan yang tersebar di berbagai kawasan indonesia. Pengolahan data menggunakan SEM program lisrel 8.70 yang menunjukkan hasil bahwa stigma sosial memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan mental petugas kesehatan. Dalam penelitian ini juga menggunakan job demand sebagai variabel moderasi, terbukti tidak memoderasi hubungan antara stigma sosial dengan kesehatan mental petugas kesehatan. Selain itu, self-efficacy juga terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap mental health problem dan stigma sosial yang dialami oleh petugas kesehatan indonesia.
This study was conducted with the aim of re-examining the relationship and influence between social stigma on the mental health problem of health workers in Indonesia. Data collection in this study was carried out using a survey method, obtained by respondents a total of 284 health workers spread across various regions of Indonesia. Data processing using SEM program lisrel 8.70 which shows the results that social stigma has a positive influence on the mental health problem of health workers. This study also uses job demand as a moderating variable, it is proven not to moderate the relationship between social stigma and mental health problem of health workers. In addition, self-efficacy has also been shown to have a negative effect on mental health problem and social stigma experienced by Indonesian health workers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Tristan
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental masyarakat selama pandemi COVID-19. Ada banyak jenis penyakit mental yang disebabkan oleh penggunaan media sosial yang telah dilaporkan, namun makalah ini akan fokus pada tiga penyakit mental: depresi, kecemasan, dan stres traumatis sekunder. “Seberapa signifikan dampak konten yang terlihat di media sosial terhadap kesejahteraan psikologis orang?” akan membantu makalah untuk meneliti lebih spesifik tentang jenis konten yang dilihat dan bagaimana konten tersebut menyebabkan penyakit mental (depresi, kecemasan, stres traumatis sekunder). Selanjutnya makalah ini menggunakan teori Uses and Gratification. Metode dalam penulisan ini adalah melalui penggunaan metode penelitian sekunder, dengan menggunakan lima artikel jurnal yang berbeda. Temuan menunjukkan bahwa orang mempunyai keinginan untuk mengumpulkan informasi mengenai COVID-19 karena kebutuhan kognitif mereka, oleh karena itu media sosial digunakan untuk menerima berita tentang pandemi. Jenis konten dilihat di media sosial yang menyebabkan penyakit mental ini adalah konten terkait bencana, yaitu berita pandemi COVID-19 (jumlah kematian, jumlah orang yang terinfeksi) dan juga berita palsu yang beredar di media sosial yang terbukti menimbulkan kepanikan.
This paper aims to find the effects of social media on the mental health of people during the COVID-19 pandemic. There are many types of mental illnesses caused by social media usage that have been reported, however this paper will focus on three mental illnesses: depression, anxiety, and secondary traumatic stress. “How significant are the impacts of the content seen on social media on people’s psychological well-being?” will assist the paper to research more in specific on the types of content being seen and how that content causes these mental illnesses (depression, anxiety, secondary traumatic stress). Furthermore the paper uses the Uses and Gratification theory. The methods in this paper is through the use of secondary research methods, by using five different journal articles. The findings shows that people are in a constant need to gather knowledge of COVID-19 due to their cognitive needs, therefore social media is being used as a medium to receive news regarding the pandemic. The type of content being seen on social media that causes these mental illnesses are disaster-related content, which are the updates of the COVID-19 pandemic (death count, number of people being infected) and also the fake news that are circulating on social media which has proven to cause panic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Tristan
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental masyarakat selama pandemi COVID-19. Ada banyak jenis penyakit mental yang disebabkan oleh penggunaan media sosial yang telah dilaporkan, namun makalah ini akan fokus pada tiga penyakit mental: depresi, kecemasan, dan stres traumatis sekunder. “Seberapa signifikan dampak konten yang terlihat di media sosial terhadap kesejahteraan psikologis orang?” akan membantu makalah untuk meneliti lebih spesifik tentang jenis konten yang dilihat dan bagaimana konten tersebut menyebabkan penyakit mental (depresi, kecemasan, stres traumatis sekunder). Selanjutnya makalah ini menggunakan teori Uses and Gratification. Metode dalam penulisan ini adalah melalui penggunaan metode penelitian sekunder, dengan menggunakan lima artikel jurnal yang berbeda. Temuan menunjukkan bahwa orang mempunyai keinginan untuk mengumpulkan informasi mengenai COVID-19 karena kebutuhan kognitif mereka, oleh karena itu media sosial digunakan untuk menerima berita tentang pandemi. Jenis konten dilihat di media sosial yang menyebabkan penyakit mental ini adalah konten terkait bencana, yaitu berita pandemi COVID-19 (jumlah kematian, jumlah orang yang terinfeksi) dan juga berita palsu yang beredar di media sosial yang terbukti menimbulkan kepanikan.
This paper aims to find the effects of social media on the mental health of people during the COVID-19 pandemic. There are many types of mental illnesses caused by social media usage that have been reported, however this paper will focus on three mental illnesses: depression, anxiety, and secondary traumatic stress. “How significant are the impacts of the content seen on social media on people’s psychological well-being?” will assist the paper to research more in specific on the types of content being seen and how that content causes these mental illnesses (depression, anxiety, secondary traumatic stress). Furthermore the paper uses the Uses and Gratification theory. The methods in this paper is through the use of secondary research methods, by using five different journal articles. The findings shows that people are in a constant need to gather knowledge of COVID-19 due to their cognitive needs, therefore social media is being used as a medium to receive news regarding the pandemic. The type of content being seen on social media that causes these mental illnesses are disaster-related content, which are the updates of the COVID-19 pandemic (death count, number of people being infected) and also the fake news that are circulating on social media which has proven to cause panic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hanuzulla Layla Arifani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari stres terhadap mental wellbeing yang dimediasi oleh online social support pada karyawan milenial yang sedang melakukan work from home selama pandemi COVID-19, sehingga variabel dalam penelitian ini adalah terkait stres, online social support, dan mental wellbeing. Penelitian ini dilakukan terhadap 258 responden yang lahir di antara tahun 1980-2000 (milenial), merupakan karyawan di kantor yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta, melakukan work from home minimal selama sebulan, dan menggunakan media sosial online sehari-hari. Penelitian menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dalam mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari stres terhadap mental wellbeing dan hasil penelitian menunjukkan bahwa online social support memediasi sebagian pengaruh stres terhadap mental wellbeing. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama work from home pandemi COVID-19, mental wellbeing karyawan milenial yang bekerja di kantor yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta secara garis besar dijelaskan oleh tingkat stres yang mereka rasakan dan adanya variabel online social support membantu memediasi pengaruh yang diberikan oleh stres terhadap mental wellbeing mereka.
This study aims to determine whether thereâs an effect of stress on mental wellbeing mediated by online social support for millennial employees who are working from home during the COVID-19 pandemic, so the variables in this study are stress, online social support, and mental well-being. This research was conducted on 258 respondents who were born between 1980-2000 (millennial), were employees in offices domiciled in the DKI Jakarta area, doing minimal work from home while receiving, and using online social media daily. The sample that used in this study are millennial employees who work in companies domiciled in DKI Jakarta and have done work from home for at least a month within the COVID-19 pandemic. The study uses a Structural Equation Modeling (SEM) in processing the data. The result of this study showed that there was an influence of stress on mental wellbeing and the result showed that online social support partially mediated the influence of stress on mental wellbeing. This shows that during the work from home pandemic COVID-19, mental wellbeing of millennial employees working in offices domiciled in the DKI Jakarta area was largely explained by the level of stress they felt and the presence of online social support variables helped mediate the effects of stress towards their mental wellbeing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lazuardi Imani Hakam
"Situasi pandemi Covid-19 memengaruhi kondisi sosial dan psikologis masyarakat, termasuk mahasiswa. Salah satu tekanan yang dirasakan oleh mahasiswa adalah tekanan psikologis akibat menurunnya kemampuan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Kebijakan pemerintah untuk meringankan pembayaran UKT tersebut diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 25 tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam pembayaran UKT terhadap kesehatan mental mahasiswa serta mengetahui perbedaan kondisi kesehatan mental mahasiswa yang mendapatkan akses bantuan keuangan dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan akses bantuan keuangan. Berdasarkan pengujian quasi eksperimen dengan metode regresi Difference in Difference (DiD) ditemukan bahwa mahasiswa yang mendapatkan akses bantuan keuangan mengalami penurunan rata-rata tekanan psikologis yang signifikan setelah mendapatkan treatment. Baik mahasiswa yang mendapatkan akses bantuan keuangan berupa skema cicilan dan potongan mengalami penurunan rata-rata tekanan psikologis yang signifikan. Oleh karena itu Akses Bantuan Keuangan pada mahasiswa perguruan tinggi dapat meningkatkan kualitas kesehatan mental mahasiswa. Sehingga bantuan keuangan dapat menjadi salah satu solusi dalam menjaga kualitas kesehatan mental masyarakat ketika terjadi shock pada perekonomian
The Covid-19 pandemic situation affects the social and psychological conditions of the community, including university students. One of the pressures felt by students is psychological pressure due to decreased ability to pay tuition fees. The government's policy to ease the university students' financial burden is regulated by the Regulation of the Minister of Education and Culture (Permendikbud) No. 25 of 2020 concerning Standards of Higher Education Operational Cost Units. This study aims to determine the effect of financial assistance on students' mental health and determine the differences in mental health conditions of students who get access to financial assistance with students who do not get access to financial assistance. Quasi-experimental testing with the Difference in Difference (DiD) regression method found that students who gained financial assistance experienced a significant decrease in average psychological distress. Students who get access to financial assistance in installment schemes or deductions experience a significant average psychological pressure decrease. Therefore, Access to Financial Assistance for college students can improve the quality of students' mental health so that financial assistance can be one solution in maintaining people's mental health when there is a shock in the economy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Farah Ayu Anggraeni
"Perubahan rutinitas dan pembatasan interaksi sosial yang terjadi selama pandemi Covid-19 turut memperburuk kesehatan mental seseorang (Kudinova et al., 2021). Perceived social support dapat melindungi seseorang dari masalah kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan kedua variabel selama pandemi Covid-19 pada individu emerging adulthood yang berusia 18-25 tahun dan merupakan Warga Negara Indonesia yang tinggal di Indonesia. Menggunakan metode korelasional, hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan masalah kesehatan mental memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan perceived social support r (249) = -,417 p < ,001, dimana tiap sumber dan kombinasi perceived social support yang tinggi dapat menurunkan tingkat masalah kesehatan mental individu emerging adulthood selama pandemi Covid-19.
Changes in routine and restrictions on social interaction that occurred during the Covid-19 pandemic also worsened a person's mental health (Kudinova et al., 2021). Perceived social support can protect a person from mental health problems. The aim of this study is to find out the relationship between the two variables during the Covid-19 pandemic in emerging adulthood who are 18-25 years old and are Indonesian citizens living in Indonesia. Using the correlation method, the results showed that mental health problems had a significant negative correlation with perceived social support r (249) = -,417 p < .001, where each source and combination of perceived social support could reduce the level of mental health problems."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dewi Rachmawati
"Penelitian ini melihat hubungan antara kesehatan mental penduduk DKI Jakarta dengan kunjungan ke ruang terbuka hijau selama pandemi. Penelitian ini juga ditujukan melihat apa saja faktor yang menentukan dan mendorong penduduk DKI Jakarta untuk mengunjungi ruang terbuka hijau selama pandemi. Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan jumlah 137 responden yang merupakan penduduk DKI Jakarta. Terlihat masih tingginya tingkat kunjungan penduduk DKI Jakarta ke ruang terbuka hijau saat pandemi walaupun jumlahnya menurun dibandingkan sebelum pandemi. Namun, masih banyak penduduk DKI Jakarta yang tidak memiliki akses yang sama untuk mengunjungi ruang terbuka hijau karena jumlahnya yang masih belum mencukupi. Padahal aksesibilitas menjadi faktor yang sangat memengaruhi kunjungan ke ruang terbuka hijau. Kemudian, tingginya tekanan mental saat pandemi dapat memengaruhi penduduk DKI Jakarta untuk mengunjungi ruang terbuka hijau. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap risiko COVID-19, serta sikap, norma sosial, dan tingkat kesulitan terhadap kunjungan ke ruang terbuka hijau saat pandemi mempengaruhi penduduk DKI Jakarta dalam keputusan untuk melakukannya.
This study examines the relationship between the mental health of DKI Jakarta residents and visitation to green open spaces during the pandemic. This research intends to see what factors determine and encourage DKI Jakarta residents to visit green open spaces during the pandemic. This study uses a survey method for DKI Jakarta residents, with a total of 137 respondents. Green open space visits during the pandemic are still high compared to visits before the pandemic. However, DKI Jakarta residents still do not have the equality to use it because the availability of green open spaces is not enough, even though accessibility highly influences green open spaces visits. The mental distress of DKI Jakarta residents can affect their visits to green open spaces. The results also show that the perceptions of the DKI Jakarta residents influence them on the decision to visit green open spaces during the pandemic. These perceptions include perceptions of the risk of COVID-19, the safety of being in green open spaces, the social norms regarding the behavior, and the level of difficulty from a psychological perspective."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Athira Putriandari
"Mahasiswa lintas status sosial ekonomi (SES) perlu sehat mental untuk menyerap pengetahuan akademik dan proses kematangan sosial secara optimal dan lulus sebagai anggota masyarakat yang produktif. Selanjutnya, pandemi berdampak pada kondisi ekonomi dan kesehatan mental (CEIC, 2022; UNICEF, 2021). Kami mensurvei seluruh mahasiswa aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI). Indikator kesehatan mental siswa menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) sebagai variabel terikat. Indonesia unggul dalam kepatuhan kebijakan dengan instrumen hak asasi manusia tetapi perlu meningkatkan polis asuransi untuk pengobatan kesehatan mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan siswa berupa tunjangan, persepsi kesehatan umum, pendidikan ayah, dan tingkat religiusitas berkorelasi negatif dengan probabilitas siswa masuk dalam kategori stres tinggi. Universitas dapat meningkatkan perhatian kepada siswa dengan status sosial ekonomi rendah dan IPK, dan pemerintah dapat meningkatkan pembiayaan terkait kesehatan mental, asuransi, dan jumlah profesional kesehatan mental.
University students across socioeconomic statuses (SES) need to be mentally healthy to optimally absorb the academic know-how and social maturity process and graduate as productive members of society. Furthermore, the pandemic impacted economic conditions and mental health (CEIC, 2022; UNICEF, 2021). We survey all active students in the Faculty of Economics and Business (FEB) at the University of Indonesia (UI). The mental health indicator of students has used the Perceived Stress Scale (PSS) as the dependent variable. Indonesia excels in policy compliance with human rights instruments but needs to increase the insurance policy for mental health medication. The results show that the income level of students in the form of allowances, perceived general health, father's education, and level of religiosity is negatively correlated with the probability of students falling into the high-stress category. Universities can increase attention to students with lower socioeconomic status and GPAs, and the government can increase mental health-related financing, insurance, and numbers of mental health professionals."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hanatashya Tania
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 melibatkan berbagai sektor kehidupan yang berpeluang menimbulkan permasalahan yang menjadi sumber stress bagi masyarakat, salah satunya adalah perubahan metode pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi menjadi pembelajaran daring melalui media dan terhubung dengan jaringan (internet). Pembelajaran daring dengan beban akademis ditambah kewajiban untuk isolasi dapat berpengaruh terhadap berkurangnya interaksi sosial dan menjadi faktor risiko untuk fenomena academic burnout dan penurunan nilai kesehatan mental. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19, faktor internal, dan faktor eksternal terhadap academic burnout dan kesehatan mental mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021 dengan total population sampling berjumlah 372 mahasiswa pada bulan Juli hingga Agustus 2021. Kuesioner terdiri dari 39 pertanyaan. Digunakan uji korelasi melalui uji Spearman dengan melihat nilai p-value dan r (koefisien korelasi) untuk analisis statistik. Hasil: Berdasarkan uji Spearman, terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara pembelajaran daring dengan academic burnout dan kesehatan mental, antara beberapa dimensi academic burnout dengan durasi pendidikan dan dukungan orang tua, dan antara beberapa dimensi kesehatan mental dengan dukungan orangtua dan dukungan peer group. Kesimpulan: Semakin baik persepsi mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran daring, maka semakin rendah nilai academic burnout dan semakin tinggi kualitas kesehatan mentalnya. Selain itu, mahasiswa masih banyak mahasiswa yang memiliki nilai academic burnout di tingkat moderat dan tinggi, dan nilai kesehatan mental yang di bawah rata-rata. Kemudian, ditemukan bahwa durasi pendidikan dan dukungan sosial dari orang tua dan peer group memiliki hubungan dengan beberapa dimensi dari academic burnout dan kesehatan mental.
Background: The COVID-19 pandemic involves various sectors of life that may cause many problems that become a source of stress for the community, one of which is the change in the method of conventional learning in universities to online learning through media and connected to the internet. Online learning with an academic load and obligation to social distancing during a COVID-19 pandemic can affect reduced social interaction and be a risk factor for the phenomenon of academic burnout and mental health decline. Objective: To determine the relationship of online learning during the COVID-19 pandemic, internal and external factors to academic burnout and mental health of undergraduate Undergraduate Dental Students University of Indonesia in 2021. Methods: Cross- sectional study in the form of online questionnaires for undergraduate dental students with a total population sampling of 372 students from July to August 2021. The questionnaire consists of 39 questions. The correlation test is used through the Spearman test by looking at the p-value and r (correlation coefficient) for statistical analysis. Results: Based on the Spearman test, there was a significant relationship (p<0.05) between online learning and academic burnout and mental health, between several dimensions of academic burnout and the duration of education and parental support, and between several dimensions of mental health and parental support. peer group support. Conclusion: The better the student's perception of the quality of online learning, the lower the academic burnout value and the higher the quality of mental health. In addition, there are still many students who have moderate and high academic burnout scores, and mental health scores that are below average. Then, it was found that the duration of education and social support from parents and peer groups was associated with several dimensions of academic burnout and mental health."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library