Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifia Hamidah Wiryawan
"Penelitian ini menganalisis teknik terjemahan judul film animasi Disney dengan teori teknik penerjemahan oleh Yoko Hasegawa. Studi ini memiliki tujuan untuk mengetahui teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan judul film animasi Disney ke bahasa Jepang serta alasan penggunaan teknik tersebut. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis sumber data berupa judul film animasi Disney yang diakses dari https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. Dari hasil penelitian ini, terdapat lima teknik yang digunakan dalam penerjemahan judul film animasi Disney, yaitu teknik borrowing, literal, modulation, equivalence, dan addition/deletion. Dalam total 57 data, terdapat 37 penggunaan teknik borrowing, 2 penggunaan teknik literal, 1 penggunaan teknik modulation, 1 penggunaan teknik equivalence, dan 34 penggunaan teknik addition/deletion. Teknik borrowing paling banyak digunakan karena kata/kalimat yang ada pada judul film tidak memiliki padanan yang baik dalam BSa dan juga digunakan untuk memperkenalkan tokoh utama dalam film tersebut.

This study analyses the translation techniques of Disney’s animated film titles by using Yoko Hasegawa’s translation techniques theory. This study aims to determine the techniques used in translating Disney’s animated film titles into Japanese and the reasons for using these techniques. Qualitative research method is used to analyse the data source of Disney’s animated film titles accessed from https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. The results are there are 5 techniques that is used to translate Disney’s animated film titles, which is borrowing technique, literal technique, modulation technique, equivalence technique and addition/deletion technique. From the total of 57 data, there are 37 use of borrowing technique, 2 use of literal technique, 1 use of modulation technique, 1 use of equivalence technique and 34 use of addition/deletion technique. Borrowing technique is mostly used because the words/sentences in the film titles do not have a good equivalent in SL and are also used to introduce the main character in the film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Ratnasari
"Skripsi ini menganalisis perbedaan representasi Disney Princess yang terjadi pada kedua film animasi Disney, yaitu The Princess and the Frog dan Tangled. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kecurigaan terhadap Disney Princess versi modern yang terkesan mendekonstruksi bentuk klasiknya. Untuk menganalisis masalah tersebut penulis menggunakan teori dekonstruksi dan feminisme pada bentuk arketipenya. Hasil penelitian membuktikan bahwa untuk beberapa dekade konsep Disney Princess telah mengalami perubahan di beberapa bagiannya. Penulis menganggap perubahan yang parsial tersebut bukanlah sebuah dekonstruksi melainkan sebuah inovasi dalam pembentukan Disney Princess dilihat dari sudut pandang feminisme. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep Disney Princess tidak mengalami dekonstruksi.

This undergraduate thesis focuses on Disney Princess different representation at both Disney animated movies, The Princess and the Frog and Tangled. The aim of this research is to find out the truth about modern Disney Princess which seems to deconstruct the classical form. To analyze the problem, deconstruction and feminism theory are used toward the archetype. The result of this research indicates that in some decades, Disney Princess concept has partially changed. The changes aren’t considered as a deconstruction but an innovation regarding feminism’s point of view. Therefore, it is assumed that deconstruction doesn’t occur toward Disney Princess concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S138
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Asti Primaningtyas
"Terjemahan audiovisual dapat dibagi menjadi dua metode dominan dubbing dan subtitling (Gottlieb, 1998). Metode subtitle dan dubbing digunakan untuk membantu penonton dari negara lain menikmati film dan lagu.  Penelitian ini bertujuan untuk membedakan karakteristik subtitling dan dubbing yang dilakukan oleh penerjemah yang berbeda dalam menerjemahkan bahasa figuratif dan non-figuratif yang terdapat dalam soundtrack film Disney berjudul Encanto. Dua soundtrack dari film beserta dubbing dan subtitle dari platform yang sama digunakan untuk mencari jawabannya sebagai subjek penelitian. Kemudian, bahasa kiasan dan non kiasan yang ada dalam lagu diidentifikasi dan dianalisis. Penelitian ini menemukan bahwa terjemahan setia dan terjemahan bebas digunakan secara dominan untuk menerjemahkan bahasa kiasan dalam soundtrack. Namun, masih banyak miskonsepsi yang mengakibatkan terjemahan kurang tepat. Secara keseluruhan, metode yang digunakan berhasil menerjemahkan bahasa kiasan dalam kedua bentuk Terjemahan Audio-Visual.

Audiovisual translation can be divided into two dominant methods; dubbing and subtitling (Gottlieb, 1998). The methods of subtitling and dubbing are used to help audiences from other countries enjoy movies and songs. This study aims to distinguish the characteristics of subtitling and dubbing done by different translators in translating figurative and non-figurative languages available in the soundtracks of a Disney movie titled Encanto. Two soundtracks from the movie along with the dubbing and subtitle from the same platform are used to find the answer. Then, the figurative and non-figurative languages available in the songs are identified and analyzed. The research found that faithful translation and free translation are used dominantly to translate figurative language in soundtracks. However, there are still a lot of misconceptions that result in less precise translations. Overall, the methods used are successful in translating figurative language in both forms of Audio-Visual Translation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nadifa Syahidah
"Grave of The Fireflies merupakan film adaptasi dari kisah novelis bernama Akiyuki Nosaka yang berjuang mempertahankan hidup ketika serangan bom Kobe 1945. Film ini menampilkan situasi serangan tersebut dan dampak yang dirasakan masyarakat Jepang hingga menyebabkan salah satu tokoh utama kehilangan harapan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serangan bom Kobe 1945 serta bagaimana dampak yang dihasilkan dari peristiwa tersebut direpresentasikan dalam film animasi Grave of The Fireflies.
Penulis menggunakan teori representasi milik Stuart Hall (1997) yang kemudian dianalisis dengan metode sinematografi berdasarkan teknik dokumentasi (shot) dan mise en scene berdasarkan simbol atau unsur dalam gambar. Meskipun dapat dikategorikan sebagai film anti- war karena mengkritik perang, Grave of The Fireflies memiliki tujuan lain untuk menyebarkan gagasan bahwa Jepang sangat menderita dan tidak bersalah.
Film ini tidak menampilkan konteks sejarah mengenai Jepang yang memulai perang terlebih dahulu pada Amerika. Jepang memanfaatkan rasa simpati penonton melalui penggunaan karakter anak-anak agar terbentuk paham bahwa masyarakat Jepang sangat menderita akibat serangan Amerika. Film ini juga menggambarkan ketidakpedulian pemerintah Jepang pada masa itu dengan tetap meneruskan perang dan tidak mengirimkan bantuan yang memadai untuk masyarakat.

Grave of The Fireflies is a film adaptation of the story of a novelist named Akiyuki Nosaka who struggled to survive during the 1945 Kobe bombing. This film depicts the situation of the attack and the impact it had on Japanese people until causing one of the main characters to lose hope of his life. Based on this, this study aims to describe the 1945 Kobe bombing and how the impact resulting from this attack is represented in the animated film Grave of The Fireflies.
The author uses the theory of representation belonging to Stuart Hall (1997) which is then analyzed using the cinematographic method based on documentation techniques (shot) and mise en scene based on symbols or elements in the image. Although it can be categorized as an anti-war film because it criticizes war, Grave of The Fireflies has another goal to spread image that Japan is suffering and innocent.
This film does not present a historical context regarding Japan which started the first war on America. Japan takes advantage of the audience's sympathy through the use of children's characters in order to form an understanding that Japanese society has suffered greatly from the American attack. This film also describes the indifference of the Japanese government at that time by continuing the war and not sending adequate aid to the people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Syafira Syafi`ie
"Sebagai industri pembuatan film yang semakin dinamis, Disney Animation perlu terus beradaptasi dan menyusun diri sebagai organisasi dengan cara yang dapat memfasilitasi keefektifan dan inovasi organisasi mereka. Keterampilan kepemimpinan dan perubahan dalam struktur organisasi perlu disesuaikan untuk membantu mendorong Disney Animation ke dalam peningkatan keefektifitas menuju visi mereka. Perubahan ini dapat menghasilkan masa kerja yang panjang dan meningkatkan keterlibatan karyawan.

As an increasingly dynamic filmmaking industry, Disney Animations needs to constantly adapt and structure themselves in ways that facilitate their organisational effectiveness and innovations. Core leadership skills, structural changes and effective senior management will need to be constantly adapted to help push towards their vision. These changes were able to result in long tenure and increases employee engagement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Sekarchanti
"Film Disney Princess telah dikenal oleh masyarakat luas selama bertahun-tahun. Sebagai film yang dikonsumsi berbagai kalangan dan usia, film animasi membawa beberapa nilai baik dalam alur ceritanya maupun ajaran seperti apa yang dapat kita temukan dalam film Disney. Konsep teaching-tales menjelaskan bahwa dongeng sejak dahulu kala telah menjadi media yang menjadi pembawa nilai. Karakterisasi yang dibawa oleh Disney telah berevolusi menyesuaikan dengan peran jender yang terdapat di dunia nyata pada masanya, seperti bagaimana seseorang dapat mengkategorikan dirinya dalam kelompok jender di masyarakat. Kritik terhadap Disney sering ditujukan terkait lemahnya penggambaran feminitas dalam penokohan yang terdapat dalam film Disney Princess. Karya ini mencoba mengungkap sisi lain Disney yang berperan sebagai media terutama agen sosialisasi peran jender. Karya ini dibuat dengan metode studi literatur dengan mengumpulkan sumber dari skripsi, buku, jurnal ilmiah dan thesis. Karya ini akan membahas secara spesifik film Disney Princess terkait dengan gambarannya mengenai feminitas terutama pada penokohan dalam film.

Disney Princess movies have been known to the public for many years. As movies are consumed by various member of society, animated films can deliver value in the storyline as well teachings similar to what we can find in Disney movies. The concept of teaching-tales explains that fairy tales have long been a medium that became a messenger of values. Characterization brought by Disney has evolved to adapt to the gender roles that exist in the real world of current time, such as how one can categorize himself in a gender group in society. Criticisms of Disney often addressed the weakness of femininity depiction in the characterizations contained in the Disney Princess movie. This work tries to reveal another side of Disney that acts as a media, especially the gender role socialization agency. This work is made by literature study method by collecting sources from thesis, book, scientific journal and thesis. This work will specifically address the Disney Princess films related to its image of femininity especially regarding characterization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Cahyani
"Konsep citra tubuh terus-menerus digambarkan di media, khususnya dalam film animasi. Studi sebelumnya juga menemukan bahwa sebagian besar film animasi telah menunjukkan penggambaran citra tubuh yang negatif selama beberapa dekade. Namun, penelitian ini berpendapat bahwa penggambaran film animasi terkini lebih baik dari film-film sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk membedah penggambaran body image dalam film animasi terbaru dari tahun 2016 hingga 2019, khususnya Kung Fu Panda 3 (2016) dan How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019). Konten analisis dari kedua film tersebut dilakukan dengan kerangka Analisis Wacana Kritis Sara Mills. Temuan mengungkapkan bahwa kedua film tersebut menekankan pada penyampaian pesan positif mengenai citra tubuh, penemuan kontras dengan yang ditemukan di film-film sebelumnya. Mereka memerankan tokoh-tokoh dengan berbagai keunikan fisik dan budaya di mana penampilan fisik tidak relevan, aspek yang tidak sering ditemukan dalam film animasi. Karakter juga digambarkan puas dengan penampilan mereka, terlepas dari ukuran atau bentuknya. Kung Fu Panda 3 (2016) dan How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019) menggambarkan konsep citra tubuh secara positif.

The concept of body image has been perceptually portrayed in children’s media, particularly in animated movies.. Previous studies also found that a majority of animated movies have shown a negative portrayal of body image for decades. However, this research argues that the portrayal of recent animated films is better than previous ones. This research aims to dissect the portrayal of body image within recent animated movies from 2016 to 2019, particularly Kung Fu Panda 3 (2016) and How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019). A content analysis of the two films was conducted using Sara Mills’ Critical Discourse Analysis (CDA) framework. The findings reveal that both movies emphasized on delivering positive body image, contrasting the ones found in previous films. They portrayed characters with various unique physiques and cultures in which physical appearances are irrelevant, aspects that are not often found in children’s movies. The characters are also depicted to be content with their appearances, regardless of size or shape. Kung Fu Panda 3 (2016) and How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019) portrayed body image in a positive manner."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Wongwatana
"ABSTRAK
Disney Animation membanggakan perpaduan film-film yang menghibur di seluruh dunia serta
inovasi teknologi kelas satu. Sebagai organisasi yang berada jauh di dalam dunia kemajuan
teknologi yang konstan, organisasi harus mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan yang terus berkembang. Makalah ini bertujuan untuk memperbaiki perubahan yang
dibuat di Disney, dan mengapa mereka begitu sukses dalam berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Dari implikasinya pada struktur, klien, karyawan, dan bahkan
paradigma yang tertanam dalam dari hierarki yang ada, organisasi Disney Animation akan
dieksplorasi dan diakhiri dengan rekomendasi dan kesimpulan.

ABSTRACT
Disney Animation boasts a blend of entertaining films worldwide as well as first-class
technological innovation. As an organisation deep in the world of constant technological
advancements, the organisation is bound to have to undergo changes to suit the constantly
evolving environment. This assignment aims to rectify the changes made in Disney, and why
they were so successful at evolving along with the times. From its implications on the structure,
clients, employees, and even deeply ingrained paradigms of the existing hierarchy, the
organisation that is Disney Animation will be explored and ended with recommendations and
conclusion."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Newton
"Disney stories : getting to digital explains how new film and animation techniques, many developed by Disney, worked together to evolve character and content development and produce entertaining stories that riveted audiences."
New York: Springer, 2012
e20406400
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Royyan Noor Arofianto
"Film 3D Stop Motion menjadi salah satu hasil karya pembentukan karya berdasarkan gerakan. Sebuah ruang ilusi gerak yang memerlukan komposisi dan tatanan frame untuk menciptakan sebuah narasi tertentu dan dapat diterima oleh mata manusia.Isu yang terjadi sini membuktikan bahwa sebuah frame yang cenderung diam dapat terlihat menghasilkan motion dengan ciri tertentu yang dapat mengilusikan gerak menjadi lebih dinamis.Sehingga timbul pertanyaan, apakah sebuah komposisi statis dapat mengilusikan menjadi sebuah yang dinamis sehingga dapat direlasikan dalam metode perancangan? Pertanyaan inilah yang memunculkan ketertarikan untuk membahas bagaimana sebenarnya komposisi frame yang dihasilkan dari film 3D Stop Motion. Dan dengan adanya potensi metode tersebut dengan melihat bagaimana sebuah objek 3D yang menjadi figur utama dalam produksi film dapat di rekonstruksi ulang menjadi metode pembentukan Form.

3D Stop Motion Movie became one of the formation of works-based movement. A space of motion illusion requiring the composition and frame order to create a certain narrative and acceptable to the human perception.Issues that occur here prove that a frame that tends to be static can be seen to produce motion with certain characteristics. Creating an illusion that cause the motion becomes more dynamic. The question arises, whether a static composition can makes an illusion into a dynamic so it can be related in the design method? This question raises an interest to discuss how the actual frame composition resulting from the 3D motion of Stop Motion. And with the potential of this method by looking at how a 3D object that becomes the main figure in film production can be reconstructed into Form making method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>