Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Like Hartati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kreasi kerja (job crafting) dengan kesejahteraan karyawan (employee well-being) melalui peran mediasi modal psikologis (psychological capital). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Partisipan penelitian ini adalah 332 karyawan swasta dan publik berusia 24-50 tahun yang bekerja di Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner daring dan dianalisis menggunakan analisis mediasi sederhana dengan program Macro Process Hayess model 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal psikologis memiliki peran mediasi dalam hubungan antara kreasi kerja dengan kesejahteraan karyawan (b = 0.37, 95% CI [0.30 – 0.45]). Implikasi dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh organisasi dalam mengembangkan berbagai program dan pelatihan, terutama dalam peningkatan keterampilan kreasi kerja dan modal psikologis karyawan.

This study aims to determine the relationship between job creation (job crafting) and employee well-being through the mediating role of psychological capital (psychological capital). This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The participants of this study were 332 private and public employees aged 24-50 years who worked in Indonesia. The sampling technique used is accidental sampling. Data was collected using an online questionnaire and analyzed using simple mediation analysis with the Macro Process Hayess model 4. The results of this study indicate that psychological capital has a mediating role in the relationship between job creation and employee welfare (b = 0.37, 95% CI [0.30 – 0.45]). The implications of this research can be utilized by organizations in developing various programs and training, especially in improving work creation skills and employee psychological capital."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvia Rahmah
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja karyawan, kreasi kerja dan kesejahteraan karyawan pada karyawan dengan pengaturan lokasi berbeda serta untuk mengetahui peran mediasi kesejahteraan karyawan dalam hubungan antara kreasi kerja dengan kinerja tugas. Penelitian ini dilakukan terhadap 336 orang karyawan di Indonesia dengan menggunakan kuesioner daring. Alat ukur yang digunakan diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia yaitu: Skala Kinerja Tugas dari Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ) yang dikembangkan oleh Koopmans dkk (2012), Skala Kreasi Kerja yang dikembangkan oleh Tims dkk (2012), dan Skala Kesejahteraan Karyawan yang dikembangkan oleh Pradhan dan Hati (2019). Satu butir pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban yaitu bekerja sepenuhnya dari rumah, bekerja sepenuhnya dari kantor serta bekerja dari rumah dan kantor dengan pengaturan jadwal. Teknik analisis statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian adalah one-way ANOVA dan analisis mediasi dengan aplikasi makro PROCESS dari Hayes versi 4.0 model 4 yang terdapat dalam perangkat lunak IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan yang sepenuhnya bekerja dari kantor memiliki skor kinerja tugas, kreasi kerja, dan kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada karyawan yang bekerja sepenuhnya dari rumah maupun dengan pengaturan jadwal rumah-kantor. Di samping itu, penelitian ini juga membuktikan kesejahteraan karyawan berperan sebagai mediator dalam hubungan antara kreasi kerja dengan kinerja tugas karyawan secara sebagian. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat menjadi pertimbangan perusahaan untuk mengutamakan penerapan sistem bekerja dari rumah. Untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan karyawan melalui peningkatan perilaku kreasi kerja, atasan dapat memberikan kesempatan untuk memimpin proyek internal dan memberikan otonomi dengan risiko kecil.

This research was conducted to determine differences in employee performance, job crafting and employee well-beingwith different workplace arrengement and to determine the mediating role of employee well-being in the relationship between job crafting and task performance. There are 336 Indonesian employees completed online questinonnaire in this research. Task Performance Scale from the Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ) developed by Koopmans et al. (2012), the Job Crafting Scale developed by Tims et al. (2012), and the Employee Well-Being Scale developed by Pradhan and Hati (2019) were adapted into Indonesian language and used to measure the research variables. Workplace arrangement measured by one question with three predefined answers: fully working form home, fully working from office, and both with shift arrangement. One-way ANOVA and mediation analysis with the PROCESS macro application from Hayes version 4.0 model 4 used to prove the research hypothesis. The results of this study indicated that employees who full-time work from the office have higher task performance, job crafting, and well-being than who full-time work from home or both with shift arrangement. In addition, this study also proved that employee well-being partially mediatedthe relationship between job crafting and task performance. Implication of this result is organization may consider prioritizing the implementation of fully working from office arrangement. Superiors could improve subordinate’s well-being and task performance through job crafting by giving the opportunities to lead internal projects or autonomy with low risk."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geulis Nabila Azkarini
"Kondisi pandemi COVID-19 hingga masa peralihan saat ini berdampak pada seluruh sektor industri di Indonesia, salah satunya jasa keuangan non-bank...

The COVID-19 pandemic to the current post-pandemic transitional period has impacted all industrial sectors in Indonesia, including non-bank financial services..."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meira Annisa Humaira
"Transisi angkatan kerja ke generasi Z membuat perusahaan perlu memperhatikan karakteristik unik yang dimiliki generasi Z dibandingkan generasi sebelumnya. Gen Z berani untuk berperilaku sesuai nilai yang diprioritaskannya, salah satunya adalah well-being. Hal ini berkaitan erat dengan fenomena quiet quitting. Quiet quitting merupakan karyawan yang tidak berhenti bekerja secara resmi namun tidak melampaui batas dasar kewajiban mereka. Salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya quiet quitting adalah employee well-being yang rendah. Kebebasan dan kemandirian melalui job crafting berpotensi menekan perilaku quiet quitting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi dari job crafting dalam memperlemah hubungan employee well-being dan quiet quitting. Partisipan penelitian ini berjumlah 268 karyawan generasi Z yang sedang bekerja, sudah melewati tahap probation (3 bulan), dan memiliki atasan. Pengambilan partisipan menggunakan metode convenience sampling dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Analisis moderasi dilakukan dengan menggunakan macro process Hayes model 1. Hasil analisis data hipotesis mempunyai nilai (p) 0.170 > 0.05. Hal ini berarti tidak ada efek moderasi job crafting yang memperlemah hubungan employee well-being dan quiet quitting pada karyawan generasi Z. Hasil penelitian ini memberikan inisiatif penting bagi perusahaan untuk meningkatkan employee well-being sebagai upaya mengurangi perilaku quiet quitting.

The transition of the workforce to generation Z made companies need to pay attention to the unique characteristics that generation Z had compared to previous generations. Gen Z dared to behave according to their prioritized values, one of which was well-being. This was closely related to the phenomenon of quiet quitting. Quiet quitting was an employee who did not officially stop working but did not exceed the basic limits of their obligations. One of the factors associated with quiet quitting was low employee well-being. Freedom and independence through job crafting had the potential to suppress quiet quitting behavior. This study aimed to examine the moderating role of job crafting in weakening the relationship between employee well-being and quiet quitting. The participants of this study amounted to 268 generation Z employees who were currently working, had passed the probation stage (3 months), and had a supervisor. Participants were collected using a convenience sampling method by distributing questionnaires online. Moderation analysis was conducted using macro process Hayes model 1. The results of the hypothesis data analysis had a value (p) of 0.170 > 0.05. This meant that there was no moderating effect of job crafting that weakened the relationship between employee well-being and quiet quitting in generation Z employees. The results of this study provided important initiatives for companies to improve employee well-being as an effort to reduce quiet quitting behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakim Arthur
"Tingkat keterlibatan kerja karyawan perusahaan Transportasi & Logistik Maritim masih cenderung rendah. Keterlibatan kerja dapat dipengaruhi oleh kondisi modal psikologis dan perilaku kreasi kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi dari kreasi kerja terhadap hubungan antara modal psikologis dan keterlibatan kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe korelasional. Data diperoleh menggunakan metode convenience sampling pada 146 karyawan perusahaan Transportasi & Logistik Maritim pada rentang usia 20-56 tahun (M=33.9, SD=9.39) dengan masa kerja minimal 1 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah UWES-9-Indonesian, PCP-12-Indonesian, dan JCS-Indonesian. Analisis korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara modal psikologis dengan keterlibatan kerja, r(146)= .541, p<0.05), kreasi kerja dengan keterlibatan kerja, r(146)= .519, p<0.05), dan antara modal psikologis dengan kreasi kerja, r(146)= .506, p<0.05). Analisis mediasi menunjukkan adanya pengaruh mediasi parsial dari kreasi kerja terhadap hubungan modal psikologis dengan keterlibatan kerja.

The level of work engagement of Maritime Transportation & Logistics company employees still tends to be low. Work engagement can be influenced by the condition of psychological capital and employee work creation behavior. This research aims to examine the mediating role of job creation on the relationship between psychological capital and work engagement. This research uses quantitative methods with a correlational type. Data was obtained using the convenience sampling method on 146 employees of Maritime Transportation & Logistics companies in the age range 20-56 years (M=33.9, SD=9.39) with a minimum work period of 1 year. The measuring instruments used are UWES-9-Indonesian, PCP-12-Indonesian, and JCS-Indonesian. Pearson correlation analysis showed a significant positive relationship between psychological capital and work engagement, r(146)= .541, p<0.05), job creation and work engagement, r(146)= .519, p<0.05), and between capital psychology with job creation, r(146)= 0.506, p<0.05). Mediation analysis shows that there is a partial mediating effect of job creation on the relationship between psychological capital and work engagement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Az Zahra
"Dalam era digital saat ini, penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat bertindak sebagai penyangga terhadap dampak negatif dari technostress creators terhadap kesejahteraan karyawan. Penelitian ini bersifat korelasional dengan pengambilan data menggunakan kuesioner secara cross-sectional dan sampel diambil dengan convenience sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran otonomi kerja sebagai moderator dalam hubungan antara technostress creators dan kesejahteraan karyawan di kalangan pekerja IT, dengan sudut pandang teori Job Demands-Resources (JDR). Data dikumpulkan dari 117 pekerja IT yang bekerja di berbagai perusahaan teknologi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara technostress creators dan kesejahteraan karyawan (b = -.17, SE = .13, 95% CI [-.45, .06], p = .18). Selain itu, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara otonomi kerja dan kesejahteraan karyawan (b = .72, SE = .12, 95% CI [.47, .95], p < .001). Namun, otonomi kerja tidak memoderasi secara signifikan hubungan antara technostress creators dan kesejahteraan karyawan (b = -.06, SE = .20, 95% CI [-.41, .38], p = .76). Hal ini berarti tinggi atau rendahnya tingkat otonomi kerja tidak dapat memengaruhi hubungan technostress creators dan kesejahteraan karyawan. Temuan dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya literatur yang telah ada seputar technostress creators, kesejahteraan karyawan, dan otonomi kerja.

In today's digital era, it is important to understand the factors that can act as buffers against the negative impacts of technostress creators on employee well-being. This correlational study uses cross-sectional data collected through questionnaires, with the sample obtained via convenience sampling. The study aims to explore the role of job autonomy as a moderator in the relationship between technostress creators and employee well-being among IT workers, from the perspective of the Job Demands-Resources (JDR) theory. Data was collected from 117 IT workers employed in various technology companies in Indonesia. The results indicate that there is no significant relationship between technostress creators and employee well-being (b = -.17, SE = .13, 95% CI [-.45, .06], p = .18). Additionally, a significant positive correlation was found between job autonomy and employee well-being (b = .72, SE = .12, 95% CI [.47, .95], p < .001). However, job autonomy does not significantly moderate the relationship between technostress creators and employee well-being (b = -.06, SE = .20, 95% CI [-.41, .38], p = .76). This means that the level of job autonomy does not influence the relationship between technostress creators and employee well-being. This study's findings can enrich the existing literature on technostress creators, employee well-being, and job autonomy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Asri Legowati
"Berdasarkan hasil survey yang dilakukan PT X pada tahun 2020, terdapat penurunan indikator Kepuasan Kerja Karyawan. Apabila tidak ditindaklanjuti dengan tepat, situasi ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan organisasi ke depannya. Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi Kesejahteraan Psikologis terhadap hubungan antara Modal Psikologis dengan Kepuasan Kerja, serta efektivitas intervensi pelatihan untuk meningkatkan Modal Psikologis pada Karyawan PT X. Partisipan dalam penelitian ini adalah 207 Karyawan PT X yang bergerak di usaha pertambangan batubara di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well Being Scale (Ryff et al., 1995), Psychological Capital Questionnaire (Luthans et al., 2007), dan Michigan Organization Assessment Questionnaire Sub Scale Job Satisfaction (Camman et al., 1983).
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara Modal Psikologis dengan Kepuasan Kerja, Modal Psikologis dengan Kesejahteraan Psikologis  dan antara Kesejahteraan Psikologis dengan Kepuasan Kerja. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa Kesejahteraan Psikologis tidak mempunyai pengaruh moderasi terhadap hubungan Modal Psikologis dengan Kepuasan Kerja. Intervensi pelatihan Modal Psikologis diberikan kepada para Karyawan untuk meningkatkan Modal Psikologis mereka. Evaluasi terhadap pelatihan yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu sampai pada tahap pengetahuan Modal Psikologis. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan Karyawan terkait dengan Modal Psikologis. Oleh karena itu, perusahaan dapat menggunakan pelatihan Modal Psikologis sebagai alat pengembangan diri untuk meningkatkan kepuasan kerja Karyawannya.

Based on survey result conducted by PT X in 2020, there is a decrease in Employee Job Satisfaction indicators. If not followed up appropriately, it will have a negative impact on the continuity of the organization in the future. This thesis research aims to determine the moderating role of Psychological Well-Being on the relationship between Psychological Capital and Job Satisfaction, as well as the effectiveness of training interventions to increase Psychological Capital in PT X. The measuring instruments used were the Psychological Well Being Scale (Ryff et al., 1995), the Psychological Capital Questionnaire (Luthans et al., 2007), and the Michigan Organization Assessment Questionnaire Sub Scale Job Satisfaction (Camman et al., 1983).
The results of the Pearson correlation test show that there is a positive and significant relationship between Psychological Capital and Job Satisfaction, between Psychological Capital and Psychological Well-Being, and between Psychological Well-Being and Job Satisfaction. However, the research results show that Psychological Well-Being does not have a moderating influence on the relationship between Psychological Capital and Job Satisfaction. Psychological Capital training interventions are provided to employees to increase their Psychological Capital. Evaluation of the training carried out in this research reached the Psychological Capital knowledge stage. The results of the Wilcoxon Signed Ranks Test show that there is an increase in employee knowledge related to Psychological Capital. Therefore, companies can use Psychological Capital training as a self-development tool to increase their employees' Job Satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifdah Salma Putri Miftana
"Saat menjalani magang, karyawan magang dituntut untuk mampu beradaptasi secara cepat dengan lingkungan, kegiatan, maupun sistem yang berlaku di tempat kerja. Hal tersebut membuat karyawan magang rentan mengalami stres dan dapat mengganggu kesejahteraan peserta magang di tempat kerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mencari bantuan kepada atasan maupun rekan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara intensi mencari bantuan dalam konteks organisasi dan kesejahteraan karyawan pada peserta magang. Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi korelasional. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah alat ukur yang diadaptasi dari Theory Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire) (Mo & Mak, 2009) dan Employee Well-Being Scale (EWBS) (Zheng et al., 2015). Partisipan penelitian merupakan 434 Warga Negara Indonesia yang sedang/telah mengikuti program magang dengan rentang usia 18—24 tahun (M = 21,19, SD = 1,39). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara intensi mencari bantuan dalam konteks organisasi dan kesejahteraan karyawan pada peserta magang, r(432) = 0,41, p < 0,01, one-tailed, r2 = 0,17. Hasil penelitian diharapkan dapat membangun motivasi bagi para peserta magang untuk berani mencari bantuan ketika mengalami kesulitan di tempat kerja. Selain itu, hasil penelitian juga dapat menjadi dasar organisasi dalam menciptakan program yang dapat mendorong serta mendukung para peserta magang untuk tidak segan mencari bantuan di tempat kerja.

When undergoing an internship, interns are required to adapt quickly to the environment, activities, and systems in the workplace. It makes interns vulnerable to stress and can interfere with interns’ well-being at work. A resolution to overcome these problems is to seek help from superiors and colleagues. The objective of this present study is to explore the relationship between help-seeking in an organizational context and employee well-being among interns. This study uses a quantitative approach with a correlational strategy as a research design. This research used measurement instruments adapted from the Theory Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire) (Mo & Mak, 2009) and the Employee Well-Being Scale (EWBS) (Zheng et al., 2015). Participants in this study are 434 Indonesian citizens who were/had attended internship programs with an age range from 18 to 24 years (M = 21.19, SD = 1.39). The result of this present study shows that there is a significant positive correlation between help-seeking in an organizational context and employee well-being among interns, r(432) = 0,41, p < 0,01, one-tailed, r2 = 0,17. The research result is expected to motivate the interns to have the courage to seek help when experiencing difficulties at work. In addition, it can also become the basis for the organization in creating programs that can encourage and support interns to seek help in the workplace."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Safira
"Pandemi Covid-19 berdampak pada tingginya permintaan pelayanan kesehatan dan menempatkan pegawai rumah sakit pada kondisi yang penuh tekanan. Kondisi tersebut diduga memiliki dampak jangka panjang hingga masa transisi pandemi Covid-19. Akibatnya, tuntutan kerja pegawai rumah sakit menjadi meningkat, khususnya tuntutan kerja emosional sehingga rentan untuk menurunkan kesejahteraan psikologisnya. Agar kesejahteraan psikologis pegawai tetap terjaga, diperlukan sumber daya pribadi berupa modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis, serta hubungan modal psikologis dan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 184 partisipan yang merupakan pegawai rumah sakit berusia 18 hingga 55 tahun dengan masa kerja selama minimal satu tahun dan melibatkan interaksi langsung dengan pasien atau pelanggan dalam pekerjaannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional study. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well-Being Scale (PWBS), bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). Hasil uji Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis (r = -0,27, p < 0,05). Sebaliknya, ditemukan hubungan positif yang signifikan antara modal psikologis dan kesejahteraan psikologis (r = 0,73, p < 0,05). Dengan demikian, pegawai dengan tingkat modal psikologis tinggi dapat tetap sejahtera walau mengalami tuntutan kerja emosional dalam pekerjaannya.

The Covid-19 pandemic has resulted in a high demand for health services and has put hospital workers under stressful conditions. This situation is expected to have a prolonged effect in the current transition of the Covid-19 pandemic. As a result, the job demands of hospital workers have increased, especially emotional job demands which are prone to reducing their psychological well-being. Therefore, hospital workers need to have psychological capital as a personal resource to maintain their psychological well-being. This research aims to examine the relationship between emotional job demands and psychological well-being, and also the relationship between psychological capital and psychological well-being. This research was conducted on 184 hospital workers aged 18 to 55 years old who had at least one year of working experience and involved direct interaction with patients or customers within their work. This study used a quantitative method with a correlational cross-sectional study design. The Psychological Well-Being Scale (PWBS), part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), and the Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) were used as measurement instruments. Pearson's Correlation test showed a significant negative relationship between emotional job demands and psychological well-being (r = -0,27, p<0,05). In contrast, a significant positive relationship was found between psychological capital and psychological well-being (r = 0,73, p<0,05). Thus, hospital workers with high levels of psychological capital can remain prosperous even in emotionally demanding work environments."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tian Sakti Marantika
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tuntutan pekerjaan terhadap kesejahteraan komandan peleton melalui peran moderasi kreasi kerja pada danton yang berdinas di wilayah perbatasan dan pulau terluar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Responden penelitian ini adalah 97 orang komandan peleton yang bertugas di wilayah perbatasan dan pulau terluar. Teknik sampling yang digunakan adalah metode non-random sampling dengan cara convenience/accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner daring dan dianalisis menggunakan analisis regresi dengan program Macro Process Hayess model 1 simpel moderator. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, kreasi kerja yang tinggi menghilangkan efek negatif dari tuntutan kerja terhadap kesejahteraan komandan peleton yang menjadi sangat berkurang atau hampir hilang (b=-0.09, p>0.05). Kreasi kerja yang dilakukan komandan peleton dapat meringankan tuntutan kerja yang mengarahkan pada peningkatam kesejahteraannya. Implikasi dari penelitian ini, dapat dimanfaatkan oleh organisasi TNI AD dalam mengembangkan berbagai program dan pelatihan, terutama dalam peningkatan perilaku kreasi kerja pada komandan peleton.

The study aims to investigate moderating effect of job creation in the relationship between job demands and well-being of platoon commanders who serve in national borderlands and outer islands. The research applied quantitative approach with cross-sectional study design. 97 platoon commanders who recently serving in national borderlands and outer islands of Indonesia were involved as respondent of the research. The study implemented non-random sampling method by means of convenience/ accidental sampling. Data collection was carried out using an online questionnaire and analyzed by regression analysis with Macro Process by Hayes Model 1 simple moderator. The result indicate that high job crafting eliminates the negative effect of job demands and well-being of Platoon Commanders which is greatly reduced or almost lost (B=-0.09, p>0.05). Job crafting behavior carried out by the Platoon Commanders proved to ease soldier’s job demands that lead to the improvement of well-being. Implications of this research may benefit Indonesian Army organization in developing various programs and trainings, especially in improving job crafting behavior for Platoon Commanders."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>