Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosephine Roma Intan
"Pandemi COVID-19 menyebabkan diterapkannya kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) hampir di seluruh dunia. Diketahui bahwa WFH berkaitan dengan timbulnya gangguan muskuloskeletal pada pekerja, salah satunya adalah nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP). Secara global, LBP menjadi penyebab terjadinya 60,1 juta kasus tahun hidup dengan kecacatan (YLDs) pada tahun 2015, juga diestimasikan sekitar 568,4 juta kasus kejadian LBP secara global pada tahun 2019. Berdasarkan situasi ini, peneliti tertarik untuk meneliti prevalensi kejadian LBP pada pekerja kantoran di masa pandemi COVID-19 sebagai dampak dari penerapan kebijakan WFH di berbagai negara menurut usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi systematic review dengan panduan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic review and Meta-Analyse Protocols). Sampel diperoleh dari basis data yang dilanggan oleh Universitas Indonesia, diantaranya Science Direct, Proquest, Scopus, Ebsco, Embase, dan Cambridge Core yang dipublikasikan pada tahun 2020 hingga 2022. Sebanyak 5 artikel literatur ditinjau pada penelitian ini. Prevalensi LBP pada pekerja kantoran pada masing-masing artikel, diantaranya sebesar 42,82% ; 67,68%; 41,2% ; 4,1% ; dan 21%. Faktor risiko yang berhubungan dengan LBP diantaranya; usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, faktor ergonomi, faktor lingkungan kerja yang kurang memadai, seperti suhu, kelembaban udara, pencahayaan, serta kebisingan, dan durasi kerja.

The COVID-19 pandemic has led to the implementation of work from home (WFH) policies almost worldwide. It is known that WFH is associated with the onset of musculoskeletal disorders in workers, one of which is low back pain (LBP). Globally, LBP being the cause of the occurrence of 60.1 million cases of living with disability (YLDs) in 2015, it is also estimated that around 568.4 million cases of LBP occur globally in 2019. Based on this situation, researchers are interested in examining the prevalence of LBP in office workers during the COVID-19 pandemic as a result of implementing WFH policies in various countries according to age, gender, and physical activity. This study was conducted using a systematic literature review with the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic review and Meta-Analyse Protocols) review. Samples were obtained from databases subscribed to by the University of Indonesia, including Science Direct, Proquest, Scopus, Ebsco, Embase, and Cambridge Core, published from 2020 to 2022. A total of 5 literature articles were reviewed in this study. The prevalence of LBP for office workers in each article is 42.82%; 67.68%; 41.2%; 4.1%; and 21%. Risk factors associated with LBP include; age, gender, physical activity, ergonomic factors, inadequate work environment factors, such as temperature, humidity, lighting, noise, and duration of work."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmadi Komalajaya
"Latar Belakang: Kejadian Nyeri Punggung Bawah yang muncul tiba-tiba, tidak dapat diprediksi, dan kekambuhan yang dapat sering terjadi berisiko terjadinya ketidaknyamanan serta disabilitas pada pilot yang bahkan dapat meningkatkan resiko inkapasitasi yang dapat mengancam keselamatan penerbangan. Tujuan Penelitian ialah untuk mengetahui hubungan NPB dengan faktor risiko yang dialami oleh pilot fixed-wing penerbangan komersial di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada pilot fixed-wing penerbangan komersial yang melaksanakan pengujian kesehatan di Balai Kesehatan Penerbang pada bulan September-Oktober 2021. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner yang telah disiapkan dan melalui rekam medis. Untuk parameter penelitian penentuan nyeri punggung bawah, digunakan kuesioner ODI (Oswestry Disability Index) bahasa Indonesia yang sudah divalidasi pada penelitian lainnya.
Hasil: didapatkan jumlah reseponden sebesar 410 orang, yang terdiri dari 394 responden laki-laki dan 16 responden perempuan. Dari keseluruhan didapatkan 24 responden (5,85%) mengalami NPB. Analisis lebih lanjut menunjukkan faktor jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna terhadap NPB (p = 0,01) dibandingkan dengan faktor lainnya (usia, index masa tubuh, dan total jam terbang).
Kesimpulan dan saran: Penerbang perempuan memiliki resiko lebih besar daripada penerbang laki-laki untuk mengalami NPB, sebaiknya menjaga kondisi tubuh baik dari aktivitas maupun berat badan agar dapat mengurangi resiko terjadinya NPB

Background: The incidence of low back pain that appears suddenly, unpredictable, and often relapses has the risk of discomfort and disability for pilots which can even increase the risk of incapacitation which can threaten flight safety. Aim of this study was to determine the correlation between NPB and its risk factors among fixed-wing commercial flight pilots in Indonesia.
Methods: Cross-sectional study was conducted on fixed-wing commercial flight pilots who conducting medical examination at Civil Aviation Medical Center in September-October 2021. Data collection was carried out through filling out prepared questionnaires and through medical records. For research parameters determining low back pain, the Indonesian language Oswestry Disability Index questionnaire was used which has been validated in other studies.
Results: among 410 respondents, consisting of 394 male respondents and 16 female respondents, 24 respondents (5.85%) experienced LBP. Further analysis showed that gender had a significant relationship with LBP (p = 0.01) compared to other factors (age, body mass index, and total flight hours).
Conclusions and suggestions: Female pilots have a greater risk than male pilots to experience LBP, it is better to maintain their condition both from activity and body weight in order to reduce the risk of LBP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Surjandari
"Latar Belakang : Pekerja garmen dapat berisiko mengalami nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah (NPB) dapat menurunkan produktivitas dan dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang. Oleh karena itu deteksi dini sangai penting dalam pengendaiiannya. Model prediksi risiko kejadian NPB akibat kerja yang dikembangkan oleh Effendi merupakan instrumen untuk skrining risiko nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan mengetahui risiko nyeri punggung bawah dengan menggunakan model prediksi risiko kejadian NPB dan faktor yang berperan meningkatkan risiko ini. Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong linlang dengan jumlah subjek penelitian 384 orang yang didapatkan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan di PT.X yang berada di Jakarta Utara pada bulan Jimi 2011 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan kerja dengan model prediksi risiko NPB akibat kerja. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil: Risiko NPB akibat kezja di garmen PT.X didapatkan sebesar 69,7 % . berdasarkan analisis, terdapal perbedaan risiko yang bermakna antara adanya risiko NPB dengan tidak adanya risiko NPB pada kelompok umur lebih dari 28 tahun dan kurang atau sama dengan 28 tahun (p = 0,000). Komponen model prediksi yang paling berperan adalah faktor olahraga tidak teratur dan postur kerja tidak alamiah. Kesimpulan dan Saran : Risiko NPB akibat kemja di gamien PT.X didapatlean sebesar 69,7 %. Faktor risiko umur merupakan faktor yang berperan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Perlu dilakukan pelatihan ergonomi tentang posmr keaja yang alamiah khususnya pada pekerja yang berisiko dan menerapkan instrumen model prediksi ini untuk skrining risiko nyeri punggung bawah di industri garmen.
Background and Objectives : Garment workers can be at risk of low back pain. Low back pain (LBP) can decrease productivity and cause long-term disability. Therefore, early detection is important for reducing the risk. The risk prediction model of occupational LBP is a screening model developed by Effendi. This study aims to determine the risk of LBP in garment of PT .X using this instrument and to comprehend factors that contribute to increase the risk of LBP. Method : This study used cross sectional design with total subject is 383 garment workers obtained by consecutive sampling. The data was collected in PT.X located in North Jakarta in June 2011 by interview, physical examination and working observation using the risk prediction model of occupational LBP. Data collected was analyzed descriptively. Result : The risk of occupational LBP in garment of PT .X is 69,7 %. There is significant difference between the risk of occupational LBP and no risk of occupational LBP in workers aged over 28 years and less than or equal to 28 years (p=0,000). Irregular exercise and unnatural working posture are the major role of the components of the risk prediction models of occupational LBP to determine the risk of occupational LBP in garment of PT X. Conclusion and Suggestion : The risk of occupational LBP in garment of PT.X is 69,7 %. Age is a risk factor which contributes for increasing the risk of occupational LBP. It is important to conduct ergonomic training emphasizing on natural working posture particularly for workers who are at risk. The risk prediction model of occupational LBP can be applied for screening of occupational LBP in garment industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T32305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Prasetyowati
"Pendahuluan: Data epidemiologi menunjukkan tingginya angka kejadian nyeri punggung bawah non spesifik akibat duduk pada kursi yang tidak sesuai ukuran antropometri tubuh. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh cara penentuan ukuran kursi ergonomis pelajar perempuan SMU. Metode: Penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial mengikutsertakan 80 pelajar perempuan di 3 SMU negeri di Jakarta Pusat. Hasil randomisasi terdapat 40 subjek kelompok kursi ergonomis dan 40 subjek kelompok kontrol. Kelompok kursi ergonomis mendapat kursi baru sesuai dengan antropometri tubuh yaitu kursi kecil, sedang dan besar, sedangkan kelompok kontrol mendapat kursi lama yang selama ini digunakan. Derajat nyeri, perubahan kinematika dan tegangan otot selama 12 minggu. Hasil: Prevalensi nyeri punggung bawah non spesifik sebanyak 68 %. Cara penentuan ukuran kursi ergonomis pelajar perempuan SMU yang menggunakan patokan Minimal 2 Sama. Pasca pemberian kursi ergonomis selama 12 minggu terdapat perbedaan derajat nyeri (VAS), perubahan kinematika (fleksi lutut, plantar fleksi pergelangan kaki) dan tegangan otot para lumbal (algometer, EMG Biofeedback) yang bermakna antara kelompok kursi ergonomis dan kelompok kontrol. (p = 0,000 untuk kelompok kursi ergonomis). Simpulan: Didapatkan cara penentuan ukuran kursi ergonomis pelajar perempuan SMU. Pemberian kursi ergonomis selama 12 minggu dapat menurunkan derajat nyeri, meningkatkan perubahan kinematika fleksi lutut, menurunkan perubahan kinematika pergelangan kaki dan tegangan otot para lumbal.

Background: Epidemiological evidence showed the higher insidens of non specific low back pain that is caused by sitting on the mismatch chair with junior high school antropometric. Objective: This study objective to obtain determining the size of the ergonomic chair on non specific low back pain in female student of junior high school. Methods: A randomized control trial was conducted on 80 female students of the 3 junior high schools in central of Jakarta. The subject were randomized to the ergonomic group receiving the ergonomic chair are small, medium and large, and the control group receiving the mismatch chair that used in everyday. The number of subjects in the ergonomic group were 40 subjects and the control group 40 subjects. The degree of pain, kinematics altered and para lumbal muscle tension were measured in 12th weeks. Results: The prevalence of the non specific low back pain is 68 %. Determining the size of an ergonomic chair high school female students who use the benchmark of at least 2 equal. After 12 weeks the degree of pain (VAS), kinematics altered (knee flexion, ankle plantar flexion) and para lumbal muscle tension (algometer, EMG Biofeedback) were significantly difference between the ergonomic group and the control group (p = 0,000 for the ergonomic group). Conclusion: This study demonstrates that using of the ergonomic chair for 12 weeks has an effects by reduction of the degree of pain, increasing knee flexion, decreasing ankle plantar flexion and reduction of para lumbal muscle tension."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqua Da Mongga
"Kebanyakan dari pekerjaan-pekerjaan yang melakukan aktivitas dalam keadaan duduk dapat terpapar pada tingkat waktu menetap yang tinggi, salah satunya adalah pada pekerja di kantor pengguna komputer atau laptop. Penggunaan dan pemakaian komputer tau laptop dalam kurun waktu cukup lama dapat meningkatkan risiko keluhan gangguan pada muskuloskeletal, terkhusus pada bagian punggung bawah dan leher. Untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi keluhan low back pain dan neck pain pada pekerja kantoran pengguna komputer dilakukan penelitian studi dengan menggunakan data primer tahun 2020. Penelitian melibatkan 55 pekerja PT X di daerah Jakarta Timur. Ditemukan pekerja yang memiliki keluhan gangguan low back pain sebesar 41.8% dan pekerja yang memiliki keluhan pada gangguan neck pain sebesar 50.9%. Pada analisis hubungan faktor risiko pekerjaan dengan keluhan gangguan low back pain yang menggunakan chi-square didapatkan bahwa antara faktor risiko pekerjaan dan psikososial memiliki hubungan signifikan dengan keluhan gangguan low back pain yaitu kerja otot statis (p-value=0.03), tuntutan kerja (p-value=0.00), dukungan sosial (p-value=0.00), dan stres kerja (p-value=0.00). Kemudian pada analisis hubungan faktor risiko pekerjaan dengan keluhan gangguan neck pain yang menggunakan chi-square didapatkan bahwa antara faktor risiko pekerjaan dan psikososial memiliki hubungan signifikan dengan keluhan gangguan low back pain yaitu durasi penggunaan komputer.laptop (p-value=0.01), kerja otot statis (p-value=0.01), tuntutan kerja (p-value=0.02), dukungan sosial (p-value=0.04), dan stres kerja (p-value=0.01). Kata kunci: low back pain; neck pain; pengguna komputer; pekerja kantor.

Most of the tasks with prolonged sitting can be exposed to high levels of sedentary behavior, one of which is computer or laptop user workers in the office. A long period time of computer or laptop use can increase the risk of musculoskeletal disorders complaints, especially in the lower back and neck. To look at the factors that influence complaints of low back pain and neck pain in office workers, a cross-sectional study using 2020 primary data. The study involved 55 PT X workers in East Jakarta. There were 41.8% workers who had low back pain complaints and 50.9% workers who had neck pain complaints. The result of chi-square analysis indicated that there were significant relationship between physical and psychosocial risk factors with low back pain complaints, those are static muscle work (p-value = 0.03), work demands ( p-value = 0.00), social support (p-value = 0.00), and work stress (p-value = 0.00). Then, the result of chi-square analysis indicated that there were significant relationship between physical and psychosocial risk factors with neck pain complaints, those are duration of computer use (p-value = 0.01), work static muscle (p-value = 0.01), work demands (p-value = 0.02), social support (p-value = 0.04), and work stress (p-value = 0.01)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Soffiudin
"Latar Belakang. Berdasarkan hasil penelitian di PT.X yang dilakukan pada tahun 2018 didapatkan sebanyak 160 (59%) pekerja mekanik pernah melaporkan keluhan nyeri punggung bawah (NPB). Posisi kerja janggal (jongkok, bungkuk) dan mengangkat beban berat secara manual merupakan faktor risiko NPB pada pekerja mekanik dimana 61% bekerja dengan posisi jongkok >1 jam/hari, 49% bekerja dengan posisi membungkuk >1 jam/hari, 39% mengangkat benda berat secara manual (manual handling) >20 kg dan 18 pekerja didiagnosis positif NPB oleh dokter spesialis okupasi  yang merupakan kasus PAK. Berdasarkan data tersebut peneliti dibantu tim internal di PT.X melakukan program intervensi. Penelitian ini untuk mengetahui apakah ada penurunan keluhan NPB pada pekerja mekanik setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah quasi experimental, program intervensi dilakukan selama 1 tahun untuk mengetahui perubahan cara kerja dan perbandingan perubahan keluhan NPB pada pekerja mekanik yaitu antara lokasi kerja yang mendapatkan program intervensi perubahan perilaku berupa edukasi dengan pemasangan poster pengetahuan mengenai NPB pada kelompok kontrol dengan lokasi kerja yang mendapatkan program intervensi perubahan perilaku tambahan pelatihan ergonomic berupa peregangan otot dan senam secara teratur pada kelompok intervensi dengan masing-masing sebanyak 35 sampel. Hasil. Didapatkan perbedaan bermakna pada keluhan NPB kronis antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai p 0.003. Didapatkan perbedaan bermakna pada kategori lama kerja dengan posisi jongkok dengan nilai p <0.001, posisi bungkuk dengan nilai p 0.0012. Didapatkan hubungan tidak bermakna faktor risiko individu yaitu usia, masa kerja, status merokok dan hubungan bermakna faktor risiko pekerjaan yaitu lama kerja posisi jongkok dengan keluhan NPB dengan nilai p 0.041. Kesimpulan. Program intervensi dapat menurunkan keluhan NPB secara bermakna sebesar 43%. Didapatkan perubahan cara kerja dimana terjadi penurunan bermakna pada lama kerja >1 jam pada posisi jongkok sebesar 3.6 kali dan posisi bungkuk sebesar 1.4 kali.pada posisi jongkok sebesar 3.6 kali dan posisi bungkuk sebesar 1.4 kali. Faktor risiko perancu (usia, masa kerja, status merokok) tidak terbukti dapat meningkatkan keluhan NPB, faktor risiko pekerjaan (lama kerja posisi jongkok) terbukti dapat meningkatkan keluhan NPB sebesar 32%.

Background. Based on research results at PT.X conducted in 2018, there were 160 (59%) mechanical workers who reported low back pain (LBP) complaints. Odd working positions (squatting, bending) and lifting heavy loads manually are LBP risk factors in mechanical workers where 61% work in squatting positions> 1 hour/day and 49% work in bending positions> 1 hour/day, 39% lift heavy objects manually (manual handling) > 20 kg and 18 mechanical worker are diagnosed positively LBP by occupational medicine specialist which is a case of PAK. Based on these data the researcher was assisted by an internal team at PT.X conducting an intervention program. This research is to find out whether there is a decrease in LBP complaints in mechanical workers after intervention in the intervention and control groups. Research methods. The design of this study is quasi experimental, the intervention program is carried out for 1 year to find out the comparison of changes in LBP complaints to mechanical workers between work locations that get the intervention program in the form of education by installing poster LBP awareness in the controls group with work sites that get additional behavioral change intervention programs in the form of ergonomics training, muscle stretching and regular exercise at work in the intervention group with 35 samples each. Results. Significant differences were found in chronic LBP complaints for the intervention and control groups with a p value of 0.003. Significant differences were obtained in the long work category with squat posture with p value 0,000, hunched posture with p value 0.0012. There was no significant relationship between confounding risk factors including age, years of service, smoking status and a meaningful relationship between occupational risk factors for the length of time the squat position worked with LBP complaints with p value of 0.041. Conclusion. The intervention program can significantly reduce LBP complaints by 43%. There is change on ways of working where found significant decrease in the length of work > 1 hour in the squatting position by 3.6 times and the bending position by 1.4 times. Confounding risk factors (age, years of service, smoking status) were not proven to increase LBP complaints, occupational risk factors (length of work in squatting positions) were proven to increase LBP complaints by 32%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Melly Fadhilah
"Latar belakang: Di era revolusi industri 4.0 dimana teknologi sangat berkembang, manusia masih berperan penting dalam menghasilkan produksi di beberapa sektor. Namun manusia juga memiliki keterbatasan baik dari segi fisik, fisiologis maupun psikologis. Dengan adanya ketidakseimbangan tersebut dapat menimbulkan suatu masalah pada tubuh, yaitu timbulnya gangguan pada otot dan tulang rangka. Permasalahan tersebut dapat mengganggu produktivitas pekerja, salah satunya pada sektor manufacturing. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor individu, pekerjaan dan psikososial terhadap terjadinya gangguan otot rangka akibat kerja pada pekerja di area pengepakan PT AS.
Metode: Jenis penelitian adalah potong lintang dengan responden sebanyak 172 orang pekerja yang bekerja di area pengepakan PT AS. Pada penilaian risiko ergonomi dilakukan berdasarkan fungsi kerja yaitu administrator/supervisor menggunakan Rapid Office Strain Assessment (ROSA), operator pengepakan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helper menggunakan Ovako Working Analysis System (OWAS).
Hasil: Hasil kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa prevalensi tertinggi pada gotrak 7 hari yaitu leher (48.3%), bahu (45.9%) dan punggung atas (45.9%), sedangkan pada gotrak 12 bulan terakhir, prevalensi tertinggi yaitu leher (44.8%) dan bahu (23.3%). Analisis penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan antara gotrak 7 hari dengan sikap kerja membungkuk 1-4 jam dengan nilai OR 2.07 (1.00-4.32), frekuensi angkut beban 21-30 kali/jam dengan nilai OR 8.33 (1.13-61.50) dan tingkat stres ringan dengan nilai OR 2.48 (1.10-5.59). Sedangkan pada gotrak 12 bulan, hanya tuntutan kerja tinggi yang memiliki hubungan signifikan terhadap terjadinya gotrak pada pekerja area pengepakan PT AS dengan nilai OR 2.67 (1.19-5.99).
Kesimpulan: Keluhan gangguan otot rangka pada pekerja di area pengepakan PT AS cukup tinggi (>60%), untuk itu perlu dilakukan perbaikan segera untuk mengurangi keluhan gotrak bagi pekerjanya.

Background: In the era of the industrial revolution 4.0 when technology is very developed, humans still being an important role in production in several sectors. However, humans also have limitations in terms of physical, physiological, and psychological. With the imbalance can cause a problem in the body, namely musculoskeletal disorders. These problems can interfere with worker productivity, one of this is manufacturing sector. The purpose of this study was to analyze individual, occupational, and psychosocial factors on work musculoskeletal disorders in workers in the packing area of ​​PT AS.
Method: This type of research is cross-sectional with 172 respondents working in the packing area of ​​PT AS. Ergonomics risk assessment is carried out based on work functions, namely administrator/supervisor using Rapid Office Strain Assessment (ROSA), packing operators use Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helpers use Ovako Working Analysis System (OWAS).
Result: The results of the Nordic Body Map questionnaire showed that the 3 highest 7-day WMSDs prevalences were neck (48.3%), shoulder (45.9%) and upper back (45.9%), while in the last 12 months, the highest prevalence was neck (44.8%) and shoulder (23.3%). The analysis of this study found that there was a relationship between 7-day WMSDS with a stooping attitude for 1-4 hours with an OR value of 2.07 (1.00-4.32), the frequency of carrying loads 21-30 times/hour with an OR value of 8.33 (1.13-61.50) and mild level of stress with an OR value of 2.48 (1.10-5.59). Meanwhile, at 12 months of gotrak, only high work demands had a significant relationship to the occurrence of gotrak in packing area workers of PT AS with an OR value of 2.67 (1.19-5.99).
Conclusion: Symptoms of musculoskeletal disorders among workers in the packing area of PT AS are quite high (>60%), so it is necessary to make immediate repair to decrease WMSDs for workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Alhuda Rachman
"Low Performance Presenteeism (LPP) atau presenteisme dengan kinerja rendah sering terjadi, di mana karyawan tetap bekerja meskipun memiliki masalah kesehatan, sehingga mempengaruhi produktivitas dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Di industri kelapa sawit Indonesia, terutama di Jambi, data mengenai LPP di antara pekerja pertanian masih jarang. Satu perkebunan melaporkan tingkat penyakit bulanan 11-28%, yang menunjukkan potensi presenteisme. Gangguan muskuloskeletal (MSDs) seperti sindrom carpal tunnel (CTS), nyeri punggung bawah (LBP), dan nyeri leher umum terjadi di sektor ini. Studi ini menyelidiki hubungan antara MSD dan LPP di antara pekerja perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada Mei 2024 bekerja sama dengan klinik kesehatan perusahaan. Kuesioner SPS-6 menilai LPP di antara pekerja pemanen yang dipilih melalui stratified random dan convenience sampling. Variabel independen termasuk MSD (CTS, LBP, nyeri leher), faktor demografis (usia, jenis kelamin), dan faktor pekerjaan (masa kerja, status pekerjaan). Data dikumpulkan dari 150 subjek di 9 departemen, mayoritas laki-laki dengan usia rata-rata >37 tahun. Sebagian besar memiliki masa kerja >7 tahun dan pekerja kontrak. Prevalensi MSD termasuk nyeri leher (38%), LBP (33,3%), dan CTS (24%). Analisis regresi logistik mengungkapkan hubungan signifikan antara LPP dan CTS, LBP, nyeri leher, serta masa kerja ≥7 tahun. MSD dan masa kerja yang lebih lama muncul sebagai prediktor penting LPP di industri kelapa sawit Jambi.

Low performance presenteeism (LPP) is prevalent, where employees work despite health issues, impacting productivity and increasing healthcare costs. In Indonesia's palm oil industry, primarily in Jambi, data on LPP among agricultural workers is sparse. One plantation reported monthly illness rates of 11-28%, suggesting potential presenteeism. Musculoskeletal disorders (MSDs) such as carpal tunnel syndrome (CTS), low back pain (LBP), and cervical pain are common in this sector. This study investigates the relationship between MSDs and LPP among palm oil plantation workers in Jambi Province. A cross-sectional study was conducted in May 2024 in collaboration with a company health clinic. The SPS-6 questionnaire assessed LPP among harvesting workers selected through stratified random and convenience sampling. Independent variables included MSDs (CTS, LBP, cervical pain), demographic factors (age, gender), and job-related factors (tenure, employment status). Data were collected from 150 subjects across 9 departments, predominantly male, with a mean age >37 years. Most had tenures >7 years and held non-permanent positions. MSD prevalence included cervical pain (38%), LBP (33.3%), and CTS (24%). Logistic regression revealed significant associations between LPP and CTS, LBP, cervical pain, and tenure ≥7 years. MSDs and longer tenure emerged as crucial predictors of LPP in Jambi's palm oil industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonnie Medana Pahlavie
"Nyeri punggung bawah menduduki 10% kondisi penyebab pelemahan yang mengakibatkan perubahan usia harapan hidup akibat kecacatan. Nyeri punggung bawah bukan merupakan keganasan dan merupakan kondisi yang dapat sembuh dengan sendirinya, akan tetapi pasien selalu mencari terapi untuk mengurangi keparahan dari gejala yang dialami. Nyeri Punggung Bawah Kronis (Chronic Low Back Pain) dapat mengubah gaya hidup dan peningkatan angka absensi yang berkepanjangan saat bekerja hingga mengakibatkan keterbatasan fisik. Ketidaknyamanan akibat nyeri punggung bawah kronis merupakan pertanda membutuhkan penanganan yang segera. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat tentang latihan McKenzie dalam menurunkan nyeri punggung bawah pada pekerja perkantoran. Pencarian artikel dilakukan melalui PubMed, Embase dan Cochrane Library. Kriteria inklusi adalah Tinjauan Sistematis, Meta-Analisis, Randomized Control Trial (RCT), Dewasa atau Usia Produktif, Nyeri Punggung Bawah Kronik Non Spesifik dan Latihan McKenzie. Kemudian ditelaah secara kritis menggunakan kriteria CEBM oxford untuk studi intervensi-terapi. Dari hasil pencarian artikel didapatkan 1 artikel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dengan jenis Randomized Control Trial (RCT). Hasil telaah kritis menunjukkan bahwa latihan McKenzie dapat mengurangi keluhan nyeri punggung bawah pada 5 minggu perlakuan, namun latihan ini tidak menunjukkan efek klinis perupa pengurangan keluhan nyeri punggung bawah setelah dilaksanakan selama 3,6 dan 12 bulan.

Low back pain is a 10% debilitating condition that results in a change in life expectancy due to disability. Low back pain is not a malignancy and is a self-limiting condition, but patients always seek treatment to reduce the severity of their symptoms. Chronic Low Back Pain can alter lifestyle and increase the rate of prolonged absenteeism at work resulting in physical limitations. Discomfort due to chronic low back pain is a sign that requires immediate treatment. The purpose of this evidence-based case report is to get the right answer about McKenzie exercise in reducing low back pain in office workers. Article searches were conducted through PubMed, Embase and Cochrane Library. Inclusion criteria were Systematic Review, Meta-Analysis, Randomized Control Trial (RCT), Adult or Productive Age, Non Specific Chronic Low Back Pain and McKenzie Exercise. Then critically reviewed using Oxford CEBM criteria for intervention-therapy studies. From the results of the article search, 1 research article was obtained that met the inclusion criteria with the type of Randomized Control Trial (RCT). The results of the critical review showed that McKenzie exercise can reduce complaints of low back pain at 5 weeks of treatment, but this exercise did not show a clinical effect in the form of a reduction in complaints of low back pain after being implemented for 3,6 and 12 months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Prevalensi Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah sepanjang hidup adalah antara 60-90% dan di AS sebanyak 30% atlet pernah mengalami LBP akut karena efek latihan yang mereka lakukan. Pada saat ini di Indonesia telah muncul komunitas-komunitas pusat kebugaran yang melakukan berbagai macam latihan untuk membentuk tubuh atau memperbaiki kebugaran mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui demografi nyeri punggung bawah pada komunitas fitness center di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan secara observasi. Populasinya adalah semua anggota komunitas pusat kebugaran baik laki-laki maupun perempuan yang diambil secara acak sejumlah 90 sampel. Berdasarkan umur, sampel dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu 18-30, 31-50, dan >50 tahun. Penelitian dilakukan di 3 tempat yaitu Kartika Dewi Group, Lembah Fitness, dan Bahtera Fitness Center. Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan frequency, cross tabulation, dan uji Chi Square. Hasil analisis deskriptif menunjukkan sebanyak 36 dari 90 sampel atau 40% menyatakan pernah mengalami nyeri punggung bawah LBP setelah selama ini melakukan latihan di pusat kebugaran. Hasil uji statistik dengan menggunakan cross tabulation dan Chi square test menunjukkan tidak signifikannya pengaruh umur, jenis kelamin, dilatih oleh instruktur, lama dan frekuensi berlatih dengan timbulnya kejadian LBP dengan nilai p>0.05. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur, jenis kelamin, dilatih oleh instruktur, lama berlatih dan frekuensi berlatih dengan timbulnya kejadian LBP pada komunitas pusat kebugaran dan kejadian LBP yang cukup tinggi pada komunitas pusat kebugaran yaitu sebesar 40%."
610 JKY 21:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>