Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayah
"COVID-19 dapat menyerang semua usia, termasuk anak-anak walaupun angka kejadiannya lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa. Aspek kehidupan yang terpengaruh ketika anak terpapar penyakit di masa pandemi adalah aspek psikologis ibu sebagai pengasuh utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kronologi pengalaman ibu selama merawat anak yang terkonfirmasi positif COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 15 ibu yang memiliki anak terkonfirmasi positif COVID-19. Sepuluh anak mengalami perawatan isolasi di rumah sakit, sedangkan lima anak menjalani isolasi mandiri di rumah. Analisis data menggunakan analisis naratif dengan mengumpulkan cerita pengalaman ibu dalam merawat anak terkonfirmasi positif COVID-19 di rumah dan rumah sakit secara kronologi. Pada penelitian didapatkan tujuh tema, yaitu 1) merasa bersalah ketika anak terkonfirmasi positif COVID-19, 2) khawatir dengan kesehatan anak, 3) membangun koping, 4) bersyukur ketika dapat berkumpul menjalani isolasi bersama dengan anak, 5) mendapat banyak dukungan, 6) melakukan upaya agar anak cepat negatif; dan 7) lega karena anak mengalami gejala yang relatif ringan hingga selesai isolasi. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa secara kronologi ibu dalam merawat anak yang terkomfirmasi positif COVID-19 mengalami masalah psikologis, diantaranya adalah rasa bersalah dan khawatir dengan kondisi kesehatan anak. Penting bagi perawat anak untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan dengan memperhatikan kondisi psikologis ibu selama anak menjalani perawatan dengan memberikan informasi yang relevan dan menenangkan dengan sikap empati.

COVID-19 might impact people of all ages, including children, although the incidence rate is lower than adults. The aspect that is most likely to be affected when children get exposed to pandemic disease is the psychological impact on mother as the primary caregiver. This study aimed to identify the chronology mothers’ experience while caring for confirmed positive COVID-19 children. This study employed qualitative method with narrative approach. Data were collected through in-depth interviews with 15 mothers whose children were confirmed positive for COVID-19. Ten children were isolated in the hospital, while five children had self-isolation at home. The data analysis used narrative analysis by collecting mothers’ experience stories of caring for confirmed positive COVID-19 children at home and in hospitals chronologically. This study revealed seven themes, namely 1) feel guilty when the child is confirmed positive forCOVID-19, 2) worried about the child’s health; 3) building coping skills; 4) grateful to be able to do the isolation together with the child; 5) receiving lots support; 6) making effort to help the child negative quickly; and 7) relieved because the child had relatively mild symptoms until the end of the isolation. This study has shown that chronologically, mothers in caring for children who are confirmed positive for COVID-19 experience psychological problems, including guilt and worry about children's health conditions. It is important for pediatric nurses to provide nursing care services by paying attention to the mother's psychological condition during the child's illness by providing relevant information and caring with empathy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Thalita Margriet M
"Sejak adanya pembatasan aktivitas di luar rumah akibat masuknya virus corona ke Indonesia, aktivitas bekerja dan bersekolah harus mengalami perubahan dari luring menjadi daring. Bekerja secara remote menjadi cara yang digunakan banyak perusahaan dalam upaya penyesuaian di tengah kondisi pandemi. Ibu yang bekerja selama pandemi akhirnya harus menginjakkan kaki mereka di banyak peran dan harus menggantikan peran guru bagi anak-anaknya di rumah. Menggunakan uji korelasi pearson product moment, ditemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara stres pengasuhan dan kebahagiaan pada ibu yang bekerja dari rumah di masa pandemi. Hal ini berarti semakin tinggi stres yang dialami oleh ibu menyebabkan penurunan kebahagiaan yang dirasakan.

Since the outdoor activities restrictions due to the Corona virus in Indonesia, work and school activities are experiencing changes from offline to online. Working remotely is becoming a new method that is used by many companies in an effort to adjust to the pandemic situation. Mothers who worked during the pandemic had to set foot in many roles and have to replace the role as teacher for their children at home. By using the pearson product moment correlation test, it was found that there was stress experienced by the parenting process that was related to happiness in mothers who worked from home during the pandemic. This means, that the higher the stress experienced by the mother causes a decrease in the happiness felt."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Arianingsih
"Latar belakang: Penanganan pasien anak yang terkonfirmasi COVID-19 yang memiliki gejala dilakukan dengan menjalani isolasi, Hal ini menyebabkan timbulnya dampak yang kurang menyenangkan bagi pasien anak. Adanya dampak kurang menyenangkan membuat anak memiliki begitu banyak pengalaman terkait hal yang dialami selama isolasi .
Tujuan:  Peneltian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman anak terkonfirmasi positif COVID-19 yang dirawat diruang isolasi rumah sakit.
Metode dan subjek: Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam secara online kepada 10 orang anak yang pernah terkonfirmasi positif COVID-19 dan dirawat di ruang isolasi rumah sakit wilayah Tanjungpinang dan Batam.
Hasil: Penelitian ini menghasilkan tujuah tema yaitu: 1) Kondisi emosional anak saat mengetahui terkonfirmasi positif COVID-19, 2) Pengalaman yang tidak menyenangkan selama menjalani isolasi, 3) Anak memiliki cara untuk menghilangkan rasa bosan dan tidak nyaman dengan beberapa kegiatan selama isolasi, 4) Anak mudah beradaptasi saat menjalani isolasi di rumah sakit, 5) Anak merasa mendapat pengetahuan baru selama menjalani isolasi di rumah sakit, 6) Respon bahagia saat hasil swab negatif dan diperbolehkan pulang, 7) Astronot di ruang rawat.
Kesimpulan: Tujuh tema yang didapat sebagai gambaran pengalaman anak dan adaptasi anak terhadap lingkungan maupun orang-orang disekitar lingkungan tempat menjalani isolasi.
Rekomendasi: Sebagai rekomendasi bagi instansi rumah sakit agar lebih melengkapi fasilitas terutama untuk menunjang kegiatan anak selama menjalani isolasi, dan perawat  lebih meningkatkan komunikasi terapeutik dengan pasien anak. smeua hal ini dilakukan dengan tujuan unutk meminimlakan dampak kurang menyenangkan bagi anak dan untuk meminimalkan trauma.

Background: Handling of confirmed COVID-19 pediatric patients who have symptoms is carried out by undergoing isolation, this causes an unpleasant impact for pediatric patients. The existence of an unpleasant impact makes the child have so many experiences related to what was experienced during isolation.
Objective: This study aims to dig deeper into the experiences of children who are confirmed positive for COVID-19 who are being treated in hospital isolation rooms.
Methods and subjects: Qualitative research design with a phenomenological study approach. Data collection uses in-depth online interviews with 10 children who have been confirmed positive for COVID-19 and are being treated in the isolation rooms of hospitals in the Tanjungpinang and Batam areas.
Results: This study resulted in seven themes, namely: 1) Children's emotional condition when they found out positive confirmation of COVID-19, 2) Unpleasant experiences during isolation, 3) Children have ways to relieve boredom and discomfort with some activities during isolation, 4) Children adapt easily when undergoing isolation in hospital, 5) Children feel they have gained new knowledge while undergoing isolation in hospital, 6) Happy response when swab results are negative and are allowed to go home, 7) Astronauts in the treatment room. Conclusion: Seven themes were obtained as a description of children's experiences and their adaptation to the environment and the people around the environment where they underwent isolation.
Recommendation: As a recommendation for hospital agencies to further complete the facilities, especially to support children's activities during isolation, and nurses to further improve therapeutic communication with pediatric patients. All of this is done with the aim of minimizing the unpleasant impact on the child and minimizing trauma.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thania Farahsifah Isni
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)adalah sebuah penyakit yang menyerang sistem pernafasan dan merupakan penyakit menular yang menyebar secara cepat keseluruh dunia. Penyebaran COVID-19 di Indonesia khusus nya Provinsi DKI Jakarta terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, kasus terkonfirmasi positif maupun meninggal terus bertambah setiap harinya. Informasi mengenai prediksi angka kasus harian COVID-19 dapat membantu pihak-pihak terkait dalam melakukan tindakan preventif penyebaran COVID-19. Dalam memprediksi kasus harian COVID-19, pendekatan machine learning dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Salah satu algoritma di dalam machine learning yang dapat digunakan dalam memprediksi kasus harian COVID-19 yaitu Bidirectional LSTM (Bi-LSTM). Data yang digunakan diambil dari Website Jakarta Tanggap COVID-19 yang tercatat mulai 03 Maret 2020 hingga 15 Mei 2021. Bi-LSTM cocok digunakan untuk prediksi data yang bersifat time-series. Dalam implementasinya, data kasus harian COVID-19 dinormalisasi terlebih dahulu dan kemudian diimplementasikan pada metode Bi-LSTM untuk memprediksi kasus positif harian, sembuh harian, dan meninggal harian COVID-19 di DKI Jakarta. Fungsi aktivasi ReLU dan fungsi optimasi Adam digunakan dalam proses prediksi kemudian untuk evaluasi model digunakan Root Mean Squared Error (RMSE). Nilai RMSE terkecil yang diperoleh untuk prediksi kasus positif harian sebesar 203,193 dengan menggunakan perbandingan 95% data training:5% data testing; sembuh harian sebesar 211,068 dengan menggunakan perbandingan 95% data training:5% data testing; dan meninggal harian sebesar 6,758 dengan menggunakan perbandingan 80% data training:20% data testing. Hasil RMSE yang didapat lebih baik dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease that attacks respiratory system and it spreads rapidly throughout the world. The spread of COVID-19 in Indonesia, especially in DKI Jakarta, the confirmed positive cases and deaths continue to increase every day. Information regarding the prediction of the daily number of COVID-19 cases can assist related parties in taking preventive actions against the spread of COVID-19. To predict the daily cases of COVID-19, a machine learning algorithm approach can be used to solve this problem. One of the algorithms in machine learning that can be used to predict daily cases of COVID-19 is Bidirectional LSTM (Bi-LSTM). The data used is taken from Jakarta Tanggap COVID-19 which was recorded from March 3, 2020 to May 15, 2021. Bi-LSTM is suitable for predicting time-series data. In its implementation, the daily cases data of COVID-19 is normalized first and then implemented on the Bi-LSTM method to predict daily positive cases, daily recovery cases, and daily death cases of COVID-19 in DKI Jakarta. ReLU activation function and Adam optimization are used for the prediction process, while Root Mean Squared Error (RMSE) is used for the model evaluation. The smallest RMSE value for daily positive cases prediction is 203,193 using comparison 95% data training:5% data testing; daily recovery cases 211,068 using comparison 95% data training:5% data testing; and daily death cases 6,758 using comparison 80% data training:20% data testing. The RMSE value obtained is better than previous studies. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada usia dewasa, yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, mycoplasma, dan virus, termasuk Coronavirus Disease-19 (Covid-19) yang saat ini menjadi pandemic. Klinis pasien dengan pneumonia akibat infeksi Covid-19 adalah demam, batuk, kesulitan bernapas, dan keluhan sesak memberat. Salah satu masalah keperawatan yang adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dikarenakan akumulasi sekret berlebih sebagai akibat reaksi inflami jaringan paru, yang ditandai dengan batuk, keluhan susah mengeluarkan dahak, terdengar ronchii, hingga timbulnya sesak napas. Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien pneumonia terkonfirmasi positif Covid-19, dengan penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai upaya meningkatkan bersihan jalan napas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara reguler dan kontinyu yaitu 2kali dalam sehari (pagi pukul 06.00 dan sore pukul 16.00) maka terjadi perbaikan kondisi dan masalah teratasi di hari ke III rawat inap dibuktikan dengan frekuensi napas 20x.menit, irama napas reguler, kedalaman napas normal, suara napas vesikuler, tidak terdapat keluhan sesak, dan pasien mampu melakukan batuk efektif dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif dapat diberikan pada pasien Covid-19 dan menjadi intervensi mandiri bagi perawat isolasi kepada pasien sesuai indikasi.

Pneumonia is the main cause of morbidity and mortality in adulthood, caused by infectious agents such as bacteria, mycoplasma, and viruses, including Coronavirus Disease-19 (Covid-19) which is currently becoming a pandemic. Clinical signs of patients with pneumonia due to Covid-19 infection are fever, cough, difficulty breathing,and severe shortness of breath. One of the nursing problems is the ineffective airway clearance caused by accumulation of excess secretions as the result of the reaction of lung tissue inflami, which is characterized by coughing, difficulty in expelling phlegm, sound of ronchii, to the onset of shortness of breath. This paper aims to analyze nursing care in patients with pneumonia confirmed positive for Covid-19, with the application of chest physiotherapy and effective-cough as the nursing intervention for improving the airway clearance. After regular and continuous nursing intervention, which 2 times a day (morning at 6:00 a.m. and 4:00 p.m. in the afternoon), there was an improvement in the conditionThe problems resolved in the third day of hospitalization evidenced by the frequency of breath 20x.minutes, regular breathing rhythm, normal breathing depth, vesicular breath sounds, no complaints of shortness of breath, and the patient is able to cough effectively properly and correctly. This shows that chest physiotherapy and effective-cough can be given to Covid-19 patients and become an independent intervention for isolation nurses to patients as indicated."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Puspita Dewi
"Covid-19 telah mewabah ke hampir seluruh negara di dunia selama lebih dari satu tahun. Case Fatality Rate (CFR) dan Recovery Rate (RR) penyakit digunakan untuk menilai tingkat keparahan, risiko pada populasi dan mengevaluasi mutu fasilitas pelayanan kesehatan. Status gizi dapat memperburuk prognosis penyakit, ketahanan hidup, dan memperpanjang lama rawat inap. Obesitas menyebabkan morbiditas yang lebih tinggi saat perawatan di rumah sakit seperti kegagalan sistem pernafasan, pemindahan tempat rawat ke ICU dan meningkatkan tingkat kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit berdasarkan status gizi. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien rawat inap terkonfirmasi Covid-19 tahun 2021 di RS Universitas Indonesia dan dianalisis menggunakan Cox Proportional Hazard Model. Hasil menunjukkan perbedaan probabilitas kesintasan antara pasien dewasa terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di RS Universitas Indonesia dengan status gizi normoweight, underweight dan obesitas (15,41% vs 71,11% vs 7,43%). Pasien dengan underweight meningkatkan risiko kematian sebesar 1,19 kali dibandingkan pasien dengan normoweight (95% CI 0,471-3,049) setelah dikontrol dengan usia, tingkat keparahan, dan ARDS. Sedangkan pasien dengan overweight/obesitas meningkatkan risiko kematian sebesar 1,03 kali dibandingkan pasien dengan normoweight (95% CI 0,714-1,487).

Covid-19 has plagued almost all countries in the world for more than a year. Case Fatality Rate (CFR) and Recovery Rate (RR) of disease are used to assess the severity, risk to the population, and evaluate the quality of health care facilities. Nutritional status can worsen disease prognosis, survival, and prolong hospitalization. Obesity causes higher morbidity during hospitalization such as respiratory system failure, and increased mortality rates. This study aims to determine the survival of adult patients who are hospitalized based on nutritional status. The study used a retrospective cohort study design using medical record data of confirmed Covid-19 inpatients in 2021 at the University of Indonesia Hospital and analyzed using the Cox Proportional Hazard Model. The results showed a difference in the probability of survival between adult patients with confirmed Covid-19 who were admitted with normoweight, underweight and obese nutritional status (15.41% vs 71.11% vs 7.43%). Underweight patients increased the risk of death by 1.19 times compared to normoweight patients (95% CI 0.471-3.049) after controlling for age, severity, and ARDS. Meanwhile, overweight/obese patients increased the risk of death by 1.03 times compared to normoweight patients (95% CI 0.714-1.487)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Briliana Puspa Sabirin
"Latar Belakang: Beberapa studi menunjukkan karakteristik sindrom metabolik berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk pada pasien COVID-19. Hal ini meningkatkan pemikiran bahwa resistensi insulin (RI) mempunyai peran penting dalam memediasi keparahan penyakit.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien COVID-19 yang terjadi RI, serta untuk menganalisa hubungan antara parameter RI ( HOMA-IR dan indeks TyG) dengan luaran klinis pasien COVID-19.
Metode: Dengan subjek penelitian sebanyak 288 orang, desain penelitian ini adalah studi potong lintang untuk hubungan antara parameter RI dengan derajat keparahan COVID-19, dan studi kohort retrospektif untuk hubungan antara parameter RI dengan perburukan derajat penyakit dan/atau mortalitas. Dilakukan analisa multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel perancu pada hubungan tersebut.
Hasil: Proporsi subjek yang terjadi resistensi insulin lebih kecil daripada yang tidak terjadi (berdasar: HOMA-IR: 42% vs 58%; indeks TyG:43% vs 57%), dan mempunyai karakteristik komorbiditas yang mendominasi adalah DM, sedangkan pada kelompok non resistensi insulin didominasi oleh HT. Pada hubungannya dengan derajat COVID-19 saat admisi, baik HOMA-IR dan indeks TyG secara signifikan lebih tinggi pada COVID-19 derajat berat (asimtomatik-ringan vs sedang vs berat: HOMA-IR=2,71 (1,68-4,02) vs 3,35 (2,06-5,73) vs 6,11 (3,35-10,43), p=0,001; indeks TyG=8,51 (SB 0,75) vs 8,81 (SB 0,73) vs 8,98 (SB 1,03), p=0,002). Perbedaan nilai yang signifikan ini juga didapatkan pada hubungannya dengan terjadinya perburukan (ya vs tidak: HOMA-IR=4,15 (2,89-6,59) vs 2,76 (1,74-4,91), p=<0,001; indeks TyG=8,92 (SB 0,78) vs 8,64 (SB 0,75), p=0,015). Pada analisis multivariat didapatkan indeks TyG berhubungan signifikan dengan derajat COVID-19 saat admisi (fully adjusted OR: 1,984 (1,020-3,860), p=0,044), namun pada HOMA-IR tidak didapatkan hubungan signifikan setelah dilakukan adjustment terhadap variabel perancu. Pada hubungan dengan terjadinya perburukan, baik HOMA-IR maupun indeks TyG tidak terbukti berhubungan signifikan setelah dilakukan adjustment terhadap variabel perancu.
Simpulan: Dari temuan bahwa karakteristik antara kelompok RI dan non-RI ternyata mayoritas serupa, belum menimbulkan perbedaan fenotip, menimbulkan pemikiran bahwa kondisi resistensi insulin yang terjadi adalah suatu resistensi insulin akut yang disebabkan COVID-19. Adanya RI yang bersifat akut ini harus diwaspadai oleh para klinisi yang merawat pasien COVID-19. Dengan adanya hubungan signifikan antara indeks TyG dengan derajat COVID-19 saat admisi, disimpulkan indeks TyG dapat menjadi petanda kelainan metabolik yang terjadi akibat infeksi COVID-19.

Background: Several studies show metabolic syndrome characteristics are associated with a worse prognosis in COVID-19 patients. This increases the idea that insulin resistance (IR) has an important role in mediating the severity of the disease.
Objective: This study was conducted to determine the proportion and characteristics of COVID-19 patients who the IR occur, as well as to analyze the relationship between IR markers (HOMA-IR and TyG index) with the clinical outcomes of COVID-19 patients
Methods: With 288 study subjects, the design of this study was a cross-sectional study for the association between IR parameters and COVID-19 severity, and a retrospective cohort study for the association between IR parameters and worsening degrees of disease and/or mortality. Multivariate analysis was carried out to determine the influence of confounding variables on the association.
Results: The proportion of subjects who occurred insulin resistance was smaller than those that did not occur (based on: HOMA-IR: 42% vs 58%; TyG index:43% vs 57%), and had a predominate comorbidity characteristic was DM, while in the non-insulin resistance group it was dominated by HT. In relation to the degree of COVID-19 at admission, both the HOMA-IR and the TyG index were significantly higher in severe degree COVID-19 (asymptomatic-mild vs moderate vs severe: HOMA-IR=2.71 (1.68-4.02) vs 3.35 (2.06-5.73) vs 6.11 (3.35-10.43), p=0.001; index TyG=8.51 (SB 0.75) vs 8.81 (SB 0.73) vs 8.98 (SB 1.03), p=0.002). This significant difference in values was also found in relation to the occurrence of aggravation (yes vs no: HOMA-IR=4.15 (2.89-6.59) vs 2.76 (1.74-4.91), p=<0.001; TyG index=8.92 (SB 0.78) vs 8.64 (SB 0.75), p=0.015). In the multivariate analysis, the TyG index was significantly associate with the degree of COVID-19 at admission (fully adjusted OR: 1.984 (1.020-3.860), p = 0.044), but in HOMA-IR there was no significant association after adjustments were made to the confounding variable. In association with the occurrence of aggravation, neither the HOMA-IR nor the TyG index proved to be significantly related after adjustments were made to the confounding variables.
Conclusions: From the findings that the characteristics between the IR and non-IR groups turned out to be mostly similar, not yet causing phenotype differences, it gave rise to the thought that the condition of insulin resistance that occurs is an acute insulin resistance caused by COVID-19. The existence of this acute RI must be aware by clinicians who treat COVID-19 patients. With the significant relationship between the TyG index and the degree of COVID-19 at the time of admission, it is concluded that the TyG index can be a map of metabolic abnormalities that occur due to COVID-19 infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vincencia Monica Renata Laurent
"Latar belakang: Pasien yang dinyatakan masuk kedalam kategori “Suspect COVID-19” adalah jika seseorang memiliki beberapa tanda yaitu demam, sakit tenggorokkan, batuk, menderita ISPA, dan memiliki kontak dengan pasien yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19. Untuk memilah agar ruang gawat darurat digunakan untuk pasien yang cukup parah gejalanya, pihak rumah sakit melakukan identifikasi kepada pasien dengan suspect COVID-19 sehingga mengetahui tatalaksana yang tepat untuk pasien dan mendahulukan pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk melihat peluang pasien yang termasuk kategori suspect COVID-19 menjadi terkonfirmasi positif COVID-19 kita dapat meneliti hasil lab darah perifer lengkap pada pasien. Beberapa penelitian melihat morfologi dari masing-masing darah perifer lengkap dimana terlihat adanya abnormalitas morfologi pada pemeriksaan darah perifer lengkap dengan mikroskop. Untuk menjadikan hasil lab darah perifer lengkap sebagai parameter untuk mempresiksi diagnosis, prognosis, dan melihat adanya perubahan hasil lab darah perifer lengkap pasien suspect dengan pasien terkonfirmasi dibutuhkan waktu yang cukup lama jika dilihat dari morfologinya maka dari itu diperlukan analisis kadar dari masing-masing darah perifer.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang komparatif dua kelompok. Subjek merupakan pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Data Pasien diperoleh pada Bulan Juni 2021 dimana kasus COVID-19 sedang bertambah cukup pesat hingga Januari 2022 dimana penyebaran COVID-19 mulai surut. Pasien memiliki komorbid seperti diabetes,hipertensi, dan penyakit ginjal kronik. Rekam medis pasien dilihat hanya dari profil darah lengkap yaitu hemoglobin, leukosit, neurofil, limfosit, monosit, dan trombosit.
Hasil: Jumlah pasien suspect COVID-19 berjumlah 51 pasien dan jumlah pasien terkonfirmasi COPVID-19 berjumlah 47 pasien. Dilihat dari profil darah perifer lengkap terdapat persebaran jumlah hemoglobin normal sebanyak 50 % dari seluruh subjek penelitian serta jumlah hemoglobin rendah sebanyak 39,7% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah leukosit normal sebanyak 55,1% dari seluruh subjek penelitian serta jumlah leukosit tinggi sebanyak 35,7% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah neutrofil tinggi sebanyak 51,0% dan jumlah lelukosit normal sebanyak 42,8% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah limfosit rendah sebanyak 64,2% dan jumlah limfosit normal sebanyak 31,6% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah monosit normal sebanyak 59,1% dan jumlah monosit tinggi sebanyak 34,6% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah normal sebanyak 70,4% dan jumlah trombosit tinggi sebanyak 25,5% dari seluruh subjek penelitian. Hubungan antara profil darah perifer lengkap dengan proporsi pasien suspect COVID-19 dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 menunjukkan adanya hubungan (p>0,05).
Kesimpulan: Adanya hubungan antara profil darah perifer lengkap pada proporsi pasien suspect COVID-19 dengan pasien terkonfirmasi COVID-19

Introduction: Patients who are declared to be in the "Suspect COVID-19" category are if someone has several signs, namely fever, sore throat, cough, suffering from ARI, and has contact with patients who have been confirmed positive for COVID-19. To sort out that the emergency room is used for patients whose symptoms are quite severe, the hospital identifies patients with suspected COVID-19 so that they know the right treatment for patients and prioritize patients who need intensive care. To see the chances of a patient belonging to the suspect category of COVID-19 being confirmed positive for COVID-19, we can examine the results of the complete peripheral blood lab on the patient. Several studies looked at the morphology of each complete peripheral blood where there were morphological abnormalities on complete peripheral blood examination with a microscope. To make the complete peripheral blood lab results as a parameter for predicting diagnosis, prognosis, and seeing any changes in the complete peripheral blood lab results from suspect patients with confirmed patients, it takes quite a long time when viewed from the morphology, therefore it is necessary to analyze the levels of each peripheral blood .
Method: This study used a two-group comparative cross-sectional method. The subject is a patient in RSUP Persahabatan. Patient data was obtained in June 2021 where COVID- 19 cases were growing quite rapidly until January 2022 where the spread of COVID-19 began to recede. Patients have comorbidities such as diabetes, hypertension, and chronic kidney disease. The patient's medical record is seen only from the complete blood profile, namely hemoglobin, leukocytes, neurophiles, lymphocytes, monocytes, and platelets.
Result: The number of suspected COVID-19 patients is 51 patients and the number of confirmed COPVID-19 patients is 47 patients. Judging from the complete peripheral blood profile, there was a normal distribution of hemoglobin in 50% of all research subjects and 39.7% of low hemoglobin in all research subjects. There is a distribution of normal leukocyte counts as much as 55.1% of all research subjects and high leukocyte counts as much as 35.7% of all research subjects. There was a distribution of high neutrophil counts as much as 51.0% and normal leukocyte counts as much as 42.8% of all research subjects. There was a distribution of 64.2% low lymphocyte count and 31.6% normal lymphocyte count of all research subjects. There was a distribution of the normal monocyte count as much as 59.1% and the high monocyte count as much as 34.6% of all research subjects. There was a normal distribution of 70.4% and a high platelet count of 25.5% of all research subjects. The relationship between complete peripheral blood profile and the proportion of suspected COVID-19 patients with confirmed COVID-19 patients showed a relationship (p>0.05).
Conclusion: There is a relationship between complete peripheral blood profile in the proportion of patients suspected of COVID-19 with confirmed patients of COVID-19
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clement Drew
"Penyakit COVID-19, yang etiologinya adalah virus korona SARS-CoV2, telah menjadi pandemi dan masuk ke Indonesia sejak Maret 2020. Virus ini menyerang sistem pernapasan tubuh dan menyebabkan kematian melalui mekanisme gagal napas. Indonesia memasuki tahun 2021 di peringkat ke-20 sedunia dalam jumlah kasus konfirmasi positif terbanyak, yakni dengan jumlah sebesar 751,270 kasus dan 22,329 kematian. Pemerintah Indonesia merespon dengan mengeluarkan berbagai kebijakan upaya preventif seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), 3M dan 3T. Namun angka kejadian dan kematian akibat COVID-19 masih terus meningkat. Penting untuk dapat ditelusuri faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko kematian pasien positif COVID-19 dan bagaimanakah respon kepatuhan masyarakat akan implementasi upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah. Penelitian ini menelusuri efek dari usia lanjut (>=60 tahun), jenis kelamin, adanya gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat komorbid seperti diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal kronik, gangguan hati kronik, penyakit paru obstruktif kronik dan obesitas dengan analisis kohort retrospektif. Data analisis diperoleh dari penelusuran epidemiologis (PE) oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta sejak bulan Maret - September 2020. Sedangkan untuk respon kepatuhan masyarakat akan dinilai dari sudut pandang petugas kesehatan, yakni dengan diskusi kelompok bersama petugas Sudinkes dan puskesmas lima wilayah DKI Jakarta. Dari 35,463 sampel data PE Dinkes, diketahui ada 1017 kematian (2.87%). Analisis multivariat regresi logistik menunjukan bila usia lanjut (>=60 tahun) meningkatkan RR kematian sebesar 6.736 (95% IK 5.538 - 8.193), jenis kelamin laki-laki sebesar 1.305 (95% IK 1.113 - 1.529), adanya gejala saluran pernapasan sebesar 2.563 (95% IK 2.034 - 3.229), adanya gejala luar saluran pernapasan sebesar 2.485 (95% IK 1.965 - 3.142), riwayat gagal ginjal kronik sebesar 3.227 (95% IK 2.154 - 4.834), adanya riwayat hipertensi sebesar 4.396 (95% IK 3.196 - 6.047) dan riwayat diabetes mellitus sebesar 4.415 (95% IK 2.846 - 6.849). Persepsi petugas kesehatan akan kepatuhan masyarakat adalah seragam di lima wilayah, yakni kepatuhan dinilai baik pada masa awal pandemi dan semakin melonggar seiring berjalannya waktu. Hambatan yang ditemui pada umumnya berakar dari kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit COVID-19 dan bagaimana untuk mencegahnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bila usia lanjut, jenis kelamin, gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan gagal ginjal kronik meningkatkan resiko mortalitas pasien positif COVID-19 di DKI Jakarta. Selain itu kepatuhan masyarakat dinilai petugas kesehatan semakin melonggar, sehingga upaya preventif primer yang dilakukan pemerintah perlu diperdalam dengan menjangkau dengan dialog kelompok-kelompok yang masih tidak patuh.

COVID-19, which is caused by SARS-CoV2 coronavirus, have spread into a pandemic and entered Indonesia in March 2020. COVID-19 attacks human respiratory system and causes death by means of respiratory failure. Indonesia started 2021 in the 20th position worldwide for the country with most confirmed COVID-19 cases, with 751,270 cases and 22,329 deaths. The government have responded by issuing various preventive policy, such as Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), 3M and 3T. However, the cases and deaths per day continues to rise. It is imperative that factors increasing COVID-19 mortality can be identified and how its citizen responded to government’s efforts to implement its preventive policies. The study will explore the effect of elderly age (>=60 years old), gender, presence of respiratory symtoms, presence of extra-pulmonary symptoms, comorbids such as diabetes mellitus, hypertension, chronic renal failure, chronic liver disease, chronic obstructive pulmonary disease and obesity by using retrospective cohort analysis. Analysis data were obtained from Jakarta Provincial Department of Health’s (Dinkes) epidemiological investigation (PE) in DKI Jakarta’s five region from March-September 2020. To determine how obedient the citizen was, group discussions were held with health officials from the Department of Health and officials from Puskesmas in DKI Jakarta’s five region. From 35,463 data samples from Dinkes’ PE, there were 1017 deaths (2.87%). Multivariate logistic regression revealed that elderly age (>=60 years old) increases mortality risk by 6.736 (95% CI 5.538 - 8.193), male gender by 1.305 (95% CI 1.113 - 1.529), presence of respiratory symptoms by 2.563 (95% CI 2.034 - 3.229), presence of extra-pulmonary symptoms by 2.485 (95% CI 1.965 - 3.142), history of chronic renal failure by 3.227 (95% CI 2.154 - 4.834), hypertension comorbid by 4.396 (95% CI 3.196 - 6.047) and diabetes mellitus comorbid by 4.415 (95% CI 2.846 - 6.849). Health officials’ perception of citizen’s obedience were uniform in all five regions, in which they were obedient in the early period of pandemic, and it grew worse the longer the pandemic goes on. Most of the obstacles health officials met on the field originated from the citizen’s lack of knowledge about COVID-19 and how to prevent it from spreading. From this study, we acquired the knowledge that elderly age, male gendered, having respiratory symptoms, having extra-pulmonary symptoms, having comorbids such as hypertension, diabetes mellitus and chronic renal failure increases DKI Jakarta COVID-19 patients’ mortality risk. We also found that citizen’s obedience in health officials’ perspective have worsened, which warrants more effort from the government to implement primary prevention measures by method of dialogues with certain disobedient group in society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicky Adam Haykhal
"Penelitian ini meneliti hubungan antara adverse childhood experiences (ACE) dan perilaku promosi kesehatan pada mahasiswa Jabodetabek di masa pandemi Covid-19. Perilaku promosi kesehatan adalah berbagai tindakan yang secara sadar dilakukan individu untuk meningkatkan kondisi fisik dan mental serta terhindar dari penyakit. Perilaku ini terdiri dari 6 dimensi yaitu aktivitas fisik, nutrisi, tanggung jawab kesehatan, hubungan interpersonal, manajemen stres, dan pertumbuhan spiritual. Adverse childhood experiences (ACE) adalah pengalaman tidak menguntungkan di bawah usia 18 tahun yang berpotensi traumatis. ACE terdiri dari 3 tipe, yaitu kekerasan, pengabaian, dan tantangan rumah tangga. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Perilaku promosi kesehatan dan ACE mahasiswa Jabodetabek (N = 170) diukur menggunakan Health Promoting Lifestyle Profile-II (HPLP-II) dan ACE-Questionnaire (ACE-Q). Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara total keseluruhan skor perilaku promosi kesehatan dan ACE (r (170) = -,055, > 0,05, two tails). Lebih lanjut, terdapat hubungan negatif yang signifikan pada dua dimensi perilaku promosi kesehatan yaitu hubungan interpersonal (r (170) = -0,181, p < 0,05, two tails) dan pertumbuhan spiritual (r(170) = -0,167, p < 0,05, two tails) dengan tipe ACE pengabaian.

This study examines the relationship between adverse childhood experiences (ACE) and health promoting behavior in Jabodetabek university students during the Covid-19 pandemic. Health promoting behavior is various actions that are consciously taken by individuals to improve physical and mental conditions and avoid disease. This behavior consists of 6 dimensions, namely physical activity, nutrition, health responsibilities, interpersonal relationships, stress management, and spiritual growth. Adverse childhood experiences (ACE) is a potentially traumatic childhood experiences under the age of 18. ACE consists of 3 types, namely abuse, neglect, and household challenges. This research is a quantitative research with correlational method. Health promoting behavior and ACE in Jabodetabek students (N = 170) were measured using the Health Promoting Lifestyle Profile-II (HPLP-II) and ACE-Questionnaire (ACE-Q). The results of the study generally stated that there was no relationship between the total overall health promoting behavior score and ACE (r (170) = -0.055, > 0.05, two tails). Furthermore, there is a significant negative relationship on two dimensions of health promoting behavior, namely interpersonal relationships (r (170) = -0.181, p < 0.05, two tails) and spiritual growth (r(170) = -0.167, p < 0 .05, two tails) with type ACE neglect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>