Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148679 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamila Rahmadania
"Penelitian ini menyelidiki perbandingan antara tingkat kedekatan alam pada subjek usia dewasa muda dan remaja. Penelitian ini dilakukan secara daring, dengan jumlah partisipan 609 orang (525 dewasa muda dan 84 remaja). Kedekatan alam diukur dengan menggunakan Nature Relatedness Scale dari Nisbet dan Zelenski (2009) yang telah diadaptasi oleh Adiwena (2019) untuk sampel Indonesia. Data diambil secara daring menggunakan kuesioner dari Google Form dan partisipan direkrut lewat media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kedekatan alam antara kedua kelompok usia. Penemuan ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kedekatan alam antara individu dewasa muda dan remaja, dengan tingkat kedekatan alam yang lebih tinggi ada pada dewasa muda.

This study investigates the comparison between the level of nature relatedness in young adult and adolescent subjects. This study was conducted online, with a total of 609 participants (525 young adults and 84 adolescents). Nature relatedness is measured using the Nature Relatedness (NR) Scale from Nisbet & Zelenski (2009) which has been adapted by Adiwena (2019) for the Indonesian sample. Data was collected online using Google Form and participants were recruited via social media. The results showed that there was a significant difference in the level of nature relatedness between the two age groups. This finding is in accordance with the results of previous studies which state that there are differences in the level of nature relatedness between young adults and adolescents, with a higher level of nature relatedness in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Friztyana Putri
"Perkembangan teknologi membuat individu menggunakan media sosial untuk dapat terhubung dengan orang lain, salah satunya mahasiswa baru yang sedang beradaptasi dan memenuhi kebutuhan relatedness dengan interaksi sosialnya. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa baru merasakan fear of missing out (FoMO). Penelitian dengan desain korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemenuhan kebutuhan relatedness dalam kebutuhan psikologis dasar dan FoMO pada mahasiswa baru. Sampel pada penelitian ini memiliki karakteristik pengguna aktif media sosial dengan jumlah 115 mahasiswa baru S1 di Indonesia. Hasil menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan relatedness dan FoMO pada mahasiswa baru. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian kualitatif mengenai pengalaman individu di media sosial yang berhubungan dengan tingkat FoMO dan pemenuhan kebutuhan relatedness.

Technological development makes people use social media to be connected with others, one of them is first-year undergraduate students who are adapting and trying to fulfill relatedness need with their social interactions. This can make first-year students feel fear of missing out (FoMO). This correlational research aims to determine the relationship between relatedness need in basic psychological needs of satisfaction and FoMO in first-year students. The sample are 115 first-year undergraduate students in Indonesia who are active social media users. The result shows that there is a significant negative relationship between the relatedness need satisfaction and FoMO in first-year students. Future research can conduct qualitative research on individual experiences on social media related to FoMO and relatedness need satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Adhimulya
"Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebutuhan untuk terhubung (meliputi variabel kepuasan dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung) dengan penggunaan Blackberry Messenger (BBM). Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah alat ukur pemenuhan kebutuhan untuk terhubung yang merupakan adaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Sheldon dkk. (2011) dan Deci dan Ryan (2012).
Untuk mengukur frekuensi penggunaan Blackberry Messenger, penulis mengembangkan alat ukur berdasarkan seberapa sering subjek menggunakan BBM dengan tujuan-tujuan komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Devito (2011). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 154 orang yang merupakan mahasiswa Universitas Indonesia pengguna perangkat Blackberry.
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan BBM. Temuan lainnya adalah tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan frekuensi penggunaan BBM.

This research aimed to find the correlation between need for relatedness (consist of relatedness-need satisfaction and relatedness-need dissatisfaction) and the Blackberry Messenger (BBM) use. Need for relatedness scale which developed by Sheldon et al. (2011) and Deci and Ryan (2012) was used in this research to measure satisfaction and dissatisfaction of relatedness need.
To measure the BBM use, the researcher developed the measurement instrument based on how often people use BBM for interpersonal communication aims that explained by Devito (2011). The participants are 154 college students of University of Indonesia who
use Blackberry devices.
The result shows that there is significant positive correlation between the satisfaction of relatedness-need and the frequence of BBM use. The other result shows that there is no correlation between the relatedness-need dissatisfaction and the frequence BBM use.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Tsamara Rustiadi
"Mahasiswa yang merantau harus menghadapi lebih banyak penyesuaian dalam kehidupan perkuliahannya, terlebih setelah adanya perubahan global yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Dalam situasi yang sulit tersebut, kedekatan dengan alam dan resiliensi dapat memiliki peran penting agar mahasiswa tidak mempersepsi situasi secara negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi sebagai mediator pada hubungan kedekatan dengan alam dan persepsi stres mahasiswa perantau. Data diambil menggunakan survei daring pada mahasiswa perantau di seluruh Indonesia (N = 123). Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan adaptasi 21-Item Nature Relatedness Scale (NR21), Resilience Scale (RS), dan Perceived Stress Scale (PSS). Data penelitian dianalisis dengan model mediasi pada perangkat PROCESS dari Hayes di SPSS. Penemuan yang didapatkan dari penelitian ini antara lain kedekatan dengan alam berpengaruh positif terhadap resiliensi, resiliensi berpengaruh negatif terhadap persepsi stres, dan terdapat indirect-only mediation dari resiliensi terhadap hubungan kedekatan dengan alam dan persepsi stres mahasiswa perantau.

Sojourner college students have to face more adaptation in their college life, especially now after there are global changes all around the world because of COVID-19 pandemic. In this stressful situation, nature relatedness and resilience have an important role in reducing college students’ negative perception of the situation. This research’s objective is to see the role of resilience as mediator between nature relatedness and perceived stress. Data were taken using online survey from sojourner students all over Indonesia (N = 123). Variables were measured using the adaptations of 21-Item Nature Relatedness Scale (NR21), Resilience Scale (RS), and Perceived Stress Scale (PSS). The data that have already been collected were analyzed using mediation model on Hayes’ PROCESS tool on SPSS. Results from this research is nature relatedness can positively predict resilience, resilience can negatively predict perceived stress, and there is an indirect-only mediation from resilience to the relationship between nature relatedness and perceived stress of sojourner college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Putri Hapshari
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kedekatan dengan alam dan kecerdasan emosional saling berhubungan dengan kebahagiaan. Hanya saja, belum ada penelitian lanjutan yang meneliti tentang bagaimana sesungguhnya hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk melihat peran kecerdasan emosional sebagai variabel moderator dalam hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain korelasional yang melibatkan 228 responden dewasa muda. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat memoderatori hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup pada dewasa muda. Secara spesifik penelitian ini membuktikan bahwa individu dengan tingkat kedekatan alam yang tinggi akan memiliki kebahagiaan hidup yang tinggi pula jika memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Previous research has shown that nature relatedness and emotional intelligence are both related with happiness. However, there has been no further research that examines how the relationship really is. Therefore, this study was conducted with the aim of looking at the role of emotional intelligence as a moderating variable in the relationship between nature relatedness and happiness. This research is a correlational research design involving 228 young adult respondents. The results shows that emotional intelligence can moderate the relationship between nature relatedness and happiness in young adults. Specifically this research proves that a person with a high level of natural relatedness will have a high happiness in life if they have a high level of emotional intelligence."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansharni Fernanda
"Telah cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa kedekatan dengan alam berperan terhadap kebahagiaan. Namun, temuan mengenai hubungan antara kedekatan alam dan stres masih relatif sedikit. Temuan lain juga menunjukkan bahwa orang-orang yang merawat tanaman dan binatang memiliki kedekatan dengan alam yang tinggi. Berangkat dari fenomena di masa pandemi Covid-19 ini, karena makin banyak orang yang memiliki hobi merawat tanaman dan binatang, maka ada dua pertanyaan penelitian yang ingin dijawab: 1. Apakah kedekatan alam berperan negatif dalam penurunan stres; 2. Apakah kegiatan hobi merawat tanaman dan binatang ini berperan sebagai moderator pada hubungan variabel kedekatan dengan alam dan stres? Data didapatkan dari 310 responden laki-laki maupun perempuan, dengan rentang usia 18 dan 60 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah PSS (Perceived Stres Scale) dan NRS (Nature Relatedness Scale). Kuesioner disebarkan secara daring. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedekatan dengan alam memang berperan memprediksi stres secara negatif, dan hanya hobi merawat tanaman yang berperan terhadap penurunan stres pada responden. Temuan ini menunjukkan pentingnya kedekatan dengan alam dan merawat tanaman, untuk penurunan stres, khususnya di masa pandemi covid-19 ini. Selain itu, temuan ini juga penting sebagai masukan tentang kebijakan berbasis lingkungan.

Over the years, research has proven a relation between Nature Relatedness and Happiness. However, research has little to none proven relation between Nature Relatedness and Happiness. Other research showed that people caring for animals and plants exhibit a high level of Nature Relatedness. Departing from the phenomenon of increasing interest in caring for animals and plants during the COVID-19 pandemic, this research aims to answer two scientific questions: (1) does Nature Relatedness affect stress reduction negatively?; (2) Does caring for animals and plants activities play a role of moderator between Nature Relatedness and Stress? This research will use Perceived Stress Scale (PSS) and Nature Relatedness Scale (NRS) to test the hypothesis. Research participants for this study are adults between the ages of 18 and 60 (N=310; 90 Male, 220 female). Results show that Nature Relatedness does indeed play a role in predicting Stress negatively; and just the activities of caring for plants take on a role in predicting Stress Reduction. These findings indicate numerous benefits for mental health that are given by Nature Relatedness and caring for animals and plants, particularly in Stress Reduction during this COVID-19 pandemic. Furthermore, these findings also promote mental health through the means of planting and the importance of environmental policy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novalda Yogaswari
"ABSTRAK
Korban body shaming kadang memerlukan terapi khusus untuk mengurangi dampak negatif body shaming yang disebabkan menurunnya apresiasi terhadap tubuh sehingga korban merasa depresi atau menurun kebahagiaan hidupnya. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa kedekatan alam dapat meningkatkan apresiasi tubuh dan juga kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, penulis menduga apresiasi tubuh memediasi hubungan kedekatan alam dan kebahagiaan hidup korban body shaming. Penelitian ini dilakukan secara online, dan melibatkan 314 partisipan dewasa muda pengguna Instagram yang pernah mengalami body shaming. Temuan utama penelitian adalah hubungan kedekatan alam dan kebahagiaan hidup korban body shaming dimediasi sebagian apresiasi tubuh. Dengan demikian, kedekatan dengan alam dapat menjadi alternatif terapi untuk mengurangi dampak negatif body shaming.

ABSTRACT
The victims of body shaming need special therapies to reduce its negative impact due to declining body appreciation that makes them feel depressed or that decrease their happiness. Previous research has proved that nature relatedness can increase body appreciation and happiness. Thus, the author suspects that body appreciation mediates the relationship between nature relatedness and happiness of body shaming victims. The present research is conducted online and involves 314 young adults who have experienced body shaming and are Instagram users. The main finding is that relationship between nature relatedness and happiness partially mediated by body appreciation. Therefore, nature relatedness can be an alternative therapy to reduce the negative impact of body shaming."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Larasati
"Hingga saat ini stigma negatif dari masyarakat masih melekat pada kaum homoseksual. Faktor sosial ini bisa berdampak pada timbulnya depresi pada homoseksual. Di sisi lain, dukungan sosial dari orang-orang di lingkungannya dapat berperan dalam menurunkan resiko mengalami depresi bagi homoseksual. Untuk mengetahui apakah memang seorang homoseksual dengan tingkat gejala depresi yang rendah memiliki dukungan sosial yang tinggi, peneliti mengangkat permasalahan tersebut di dalam penelitian ini. Pengukuran persepsi terhadap dukungan sosial menggunakan alat ukur social provision scale (Cutrona & Russell, 1975) dan pengukuran depresi menggunakan alat ukur Beck depression inventory (Beck dkk., 1971). Partisipan penelitian berjumlah 125 homoseksual yang berusia 20 ? 40 tahun dan berdomisili di kota-kota di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dan depresi pada homoseksual (r = - 0.502; p < 0.01). Artinya, semakin tinggi persepsi terhadap dukungan sosial seseorang, maka semakin rendah gejala depresi yang dialaminya. Selain itu, didapatkan hasil perbedaan mean persepsi terhadap dukungan sosial dan depresi yang signifikan yang dikaitkan dengan orientasi homoseksual dan status hubungan romantis. Dengan kata lain, kelompok partisipan lesbian dan partisipan yang berpacaran memiliki nilai mean persepsi terhadap dukungan sosial yang lebih tinggi secara signifikan, sedangkan partisipan gay dan partisipan yang tidak berpacaran memiliki nilai mean depresi yang lebih tinggi secara signifikan. Namun, tidak terdapat perbedaan mean persepsi terhadap dukungan sosial dan depresi yang signifikan yang dikaitkan dengan keikutsertaan dalam komunitas LGBT. Untuk penelitian selanjutnya yang serupa disarankan menggunakan dimensi-dimensi persepsi terhadap dukungan sosial agar dapat diketahui secara spesifik dimensi mana yang paling dibutuhkan partisipan.

Nowadays, the negative community stigmas are still inherent to homosexuals. These social factors can have an impact on the incidence of depression in a homosexual. On the other hand, social support of people in their environment can play a role in lowering the risk of experiencing depression for homosexuals. To find out if indeed a homosexual with a low level of depression symptoms has high socials support, researchers raised these problems in this research. This Perceived social support measurement using gauge Social Provision Scale (Cutrona & Russell, 1975) and depression measurement using gauge Beck Depression Inventory (Beck et al., 1971). Research participants totaled 125 homosexuals aged 20-40 years and domiciled in cities in Java and outside Java.
The results of this research show there are significant negative relationship between perceived social support and depression in homosexuals (r =-0.502; p < 0.01). This means the higher of perceived social support, the lower the symptoms of depression of homosexuals. In addition, the obtained results mean difference of perception of social support and depression are significantly associated with homosexual orientation and romantic relationship status. In other words, the lesbian participants and participants who are dating have a mean value of the perception of social support was significantly higher, whereas participants who are not gay and dating participants had a mean depression is significantly higher. However, there are no mean differences in perceptions of social support and depression are significantly associated with participation in the LGBT community. For further research are advised to use the similar dimensions to perceptions of social support in order to be known specifically where the dimension is most needed participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Pandu Dhirabrata
"Pandemi berpengaruh besar terhadap kehidupan, terutama perilaku berkendara di Indonesia. Dengan berakhirnya peraturan pembatasan sosial akibat pandemi, penulis hendak membandingkan perilaku berkendara mobil pada pengendara dewasa muda (18-25 tahun) di kawasan jabodetabek pada saat dan setelah pandemi. Pengendara dewasa muda dipilih karena lebih rentan melakukan perilaku berkendara berisiko. Penelitian ini membandingkan persepsi terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara, dan perilaku berkendara berisiko pengendara lain saat dan setelah pandemi. Partisipan penelitian (N=100) mengisi kuesioner mengenai persepsi dan perilaku berkendara saat dan setelah pandemi. Berdasarkan hasil kuesioner, pengendara mempersepsikan kondisi lalu lintas lebih buruk setelah pandemi. Hasil data menunjukkan pengendara mempersepsikan risiko lebih tinggi, melaporkan lebih sering melakukan perilaku berkendara berisiko, dan melihat lebih banyak pengendara lain yang melakukan perilaku berkendara berisiko setelah pandemi. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya dilakukan upaya dalam meningkatkan kondisi lalu lintas dengan pengembangan moda transportasi umum.

Pandemic has a big impact on our society, especially to driving behaviors in Indonesia. With the pandemic social distancing comes to an end, researcher intend to compare driving behaviors on young adult (18-25 years old) car drivers in jabodetabek region during and after pandemic. Young adult drivers are chosen since they’re more vulnerable to risky driving behavior. This research compares perception to traffic conditions, risk perception, drivers risky driving behavior, and other drivers risky driving behavior during and after pandemic. Each participants (N=100) fill in a questionnaire about driver perception and driving behaviour during and after pandemic. Research results shows drivers perceive worse traffic conditions after pandemic. Research also shows that drivers perceive higher risk, report more risky driving behaviours, and seen more risky driving behaviours on other drivers after pandemic. Research suggests there need to be efforts done to improve traffic conditions with further development of public transportation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Raztia
"Masalah perceraian merupakan isu yang tidak habis untuk diperbincangkan, hal ini dikarenakan terus meningkatnya angka perceraian setiap tahunnya. Dampak perceraian salah satunya adalah perkembangan pembentukkan peran jender pada anak yang berkaitan dengan pola asuh orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik sifat peran jender androgini pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Partisipan penelitian ini merupakan dewasa muda, sejumlah 104 partisipan. Karakteristik sifat androgini diukur dengan alat ukur Bem Sex Roles Inventory yang dikembangkan oleh Bem (1974).
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas partisipan penelitian ini yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai memiliki karakteristik sifat androgini, atau dengan kata lain tingkat karakteristik sifat androgini yang dimiliki oleh partisipan dalam penelitian ini adalah tinggi. Berdasarkan hasil analisa tambahan penelitian, terdapat perbedaan mean skor karakteristik sifat androgini antara usia partisipan pada saat ini dan jenis kelamin partisipan.

Divorce is an issue to be discussed, this is due to the increasing number of divorces each year. Impact of the divorce on children one of them is the development of gender roles that related to the way of parenting. This study aimed to look at the picture of the androgyny gender role's trait of young adults from divorced families. Participants of this study are young adults, with the amounts of 104 participants. Androgyny trait was measured by Bem Sex Roles Inventory developed by Bem (1974).
The main results of this study indicate that the majority of the study participants who are young adults from divorced families do have the androgyny trait, or in other words the level of androgyny trait possessed by the participants in this study was high. Based on the results of the study, there were differences in the androgyny trait's mean score between the current age category and the sex of participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S54091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>