Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahya Aulia Ainani
"Latar Belakang: Kecemasan dental merupakan suatu perasaan negatif yang tidak beralasan saat berkunjung ke dokter gigi untuk melakukan perawatan gigi. Kecemasan dental ini dapat menjadi hambatan bagi pasien anak maupun dewasa dalam melakukan perawatan gigi. Pengalaman buruk dental seperti rasa sakit saat perawatan, sikap tim dokter gigi yang kurang ramah, serta adanya rasa malu yang timbul akibat kondisi gigi geligi dapat menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan dental. Pengalaman dental tersebut dapat terjadi pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan kecemasan dental dengan pengalaman dental sebelumnya, salah satunya telah dibuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara kecemasan dental dan pengalaman dental.
Tujuan: Menganalisis hubungan kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada anak yang pernah berkunjung ke dokter gigi.
Metode: Data diambil secara daring dengan studi potong lintang pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta menggunakan alat ukur berupa kuesioner CFSS-DS (Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale) yang telah dimodifikasi urutannya dengan total subjek berjumlah 82 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS.
Hasil:  Persentase terbesar tingkat kecemasan dental tinggi terdapat pada pencabutan gigi atau ekstraksi gigi sebesar 15,52% dan berdasarkan Uji Chi-square terlihat terdapat hubungan yang tidak bermakna (p > 0,05) antara kecemasan dental saat ini dan jenis perawatan dental yang pernah dilakukan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna pada hubungan antara kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Background: Dental anxiety is an unreasonable negative feeling when visiting the dentist for dental treatment. Dental anxiety can be an obstacle for pediatric and adult patients in performing dental care. Bad dental experiences such as pain during treatment, the unfriendly attitude of the dental team, and the embarrassment that arises due to the condition of the teeth can be factors that cause dental anxiety. These dental experiences can occur in childhood, adolescence, and adulthood. Many studies have been conducted on the correlation between dental anxiety and previous dental experiences, one of which has proven that there is no correlation between dental anxiety and dental experience.
Objective: To analyze the correlation between current dental anxiety and dental experience in children who have visited the dentist.
Methods: Data were collected online by cross-sectional study on Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta using a measuring instrument in the form of a CFSS-DS (Children's Fear Survey Schedule – Dental Subscale) questionnaire which has been modified in order with a total of 82 subjects. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis using SPSS.
Results: The largest percentage of high dental anxiety levels was found in tooth extraction by 15.52% and based on Chi-square tests, it was seen that there was a non-significant correlation (p > 0.05) between current dental anxiety and types of dental treatment ever performed.
Conclusion: In this study, it was found that there was a non-significant correlation between current dental anxiety and dental experience in Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Nova Fortuna
"Latar Belakang : Rasa takut pada saat melakukan perawatan gigi menimbulkan hambatan yang signifikan untuk menerima perawatan gigi dan  hambatan bagi setiap dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi khususnya pada masyarakat. Hingga saat ini, masyarakat masih banyak yang menunda ke dokter gigi karena perasaan takut. jika tidak ditangani, dan dapat terus memengaruhi kesehatan mulut, sistemik, dan psikologis.
Tujuan : untuk mengetahaui karakteristik rasa takut dalam perawatan gigi pada siswa SMA 64 Jakarta.
Metode : Studi cross-sectional kepada 444 siswa SMA 64 Jakarta pada September hingga November 2022 menggunakan kuesioner online yang berisi 15 pertanyaan. 
Hasil : nilai Cronbach Alpha adalah 0,901. hasil uji korelasi mann whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan riwayat kunjungan ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta (p<0.05). Hasil uji kruskall walls menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan terakhir orang tua dan frekuensi ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta  (p>0.05). Empat faktor dengan nilai eigen di atas 1,00 diidentifikasi, yang secara kolektif menjelaskan 68,93% dari varians. Faktor-faktor tersebut adalah faktor 1 yaitu ‘takut pada prosedur gigi biasa’ yang terdiri dari 5 item, faktor 2 adalah takut prosedur gigi kurang invasif yang terdiri dari 4 item, Faktor 3, 'Ketakutan terhadap aspek medis umum pengobatan dan penyuntikan', terdiri dari 4 item. Faktor 4, 'takut pada orang asing', terdiri dari 2 item. Lebih lanjut, empat faktor juga dental fear ditemukan pada siswa perempuan dan laki-laki.
Kesimpulan : Mayoritas siswa SMA 64 Jakarta yang merupakan perempuan mempunyai dental fear yang lebih tinggi daripada  laki - laki. Terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan riwayat kunjungan ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta. Serta, teridentifikasi empat faktor kekuatan berbeda yang berkaitan dengan dental fear pada siswa SMA 64 Jakarta.

Background : Dental fear pose a significant barrier to receiving dental treatment and obstacles for every dentist in efforts to improve dental health, especially in the community. Until now, there are still many people who delay going to the dentist because they are afraid. if unaddressed, and can continue to affect oral, systemic, and psychological health.
Objective : To know the characteristics of dental fear among students in SMA 64 Jakarta. 
Methods : A cross-sectional study of 444 students at SMA 64 Jakarta from September to November 2022 used an online questionnaire containing 15 questions.
Results : The Cronbach’s alpha was 0.901. Mann whitney correlation test shown that there was a significant difference with gender and history of visits to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students (p<0.05). Kruskall walls correlation test shown that there was no significant difference with parents' last education and the frequency of going to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students (p>0.05). Four factors with eigenvalues above 1.00 were identified, which collectively explained 68,83% of the variance. These factors were as follows: Factor 1, ‘fear of usual dental procedures’ consisted of 5 items, factor 2, ‘fear of less invasive dental procedures’ consisted of 4 items, factor 3, ‘ Fear of general medical aspects of treatment and injections’, consisted of 4 items. Factor 4, ‘fear of strangers’, consisted of 2 items. Notably, four factors of dental fear were found in girls and boys.
Conclusion : the majority students of SMA 64 Jakarta who are women have higher dental fear than men. There is a significant difference with gender and history of visits to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students, and four factors of different strength pertaining to dental fear were identified in students of SMA 64 Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Resmi Listya Nur Amalia
"

Latar Belakang : KKD terhadap tindakan injeksi intraoral merupakan hal yang sering dialami pada kelompok anak-anak dan dapat dikaitkan dengan pengalaman yang traumatis. Adanya KKD dapat menyebabkan anak cenderung menghindari perawatan dental. Metode pendekatan perilaku Terapi Perilaku Kognitif (TPK) merupakan terapi intervensi psikologis yang menggabungkan terapi kognitif dengan perilaku dan terbukti efektif untuk mengatasi KKD terhadap tindakan injeksi intraoral. Metode TPK terdiri atas beberapa prinsip, yaitu psikoedukasi, restrukturisasi kogntif, paparan dan teknik relaksasi.Tujuan : Untuk menganalisis perbedaan tingkat KKD terhadap tindakan injeksi intraoral pada anak usia 8-12 tahun sebelum dan setelah penggunaan aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” yang menerapkan prinsip TPK. Metode penelitian : Penelitian eksperimental klinis dengan desain one-group pretest-posttest. Subjek penelitian diukur tingkat KKD terhadap tindakan injeksi intraoral sebelum penggunaan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi”, lalu diberikan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi” saat akan dilakukan tindakan injeksi intraoral. Tingkat KKD diukur kembali setelah pemberian aplikasi “Siap ke Dokter Gigi”, setelah tindakan injeksi intraoral pada kunjungan berikutnya. Hasil : Hasil uji analisis Wilcoxon berbeda bermakna bermakna secara statistik (Wilcoxon, p < 0,05) terhadap tindakan injeksi intraoral sebelum dan setelah pemberian aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” pada anak usia 8-12 tahun. Kesimpulan : Penerapan prinsip TPK dalam aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” berpotensi untuk menurunkan tingkat KKD anak usia 8-12 tahun terhadap tindakan injeksi intraoral.


Backgrounds: Dental fear and anxiety (DFA), especially in intraoral injection, are common problems in children and are associated with traumatic experiences; thus, they may act as a barrier for children to access dental treatment. The efficacy of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) in alleviating dental fear and anxiety on intraoral injections has been studied previously. The CBT principle consists of psychoeducation, cognitive restructuring, exposure and relaxation techniques, which can be delivered using a self-help module to reduce chair time. Aims: To analyze the differences in dental fear and anxiety on intraoral injections before and after intervention with CBT principles as a self-help mobile application for children aged 8-12. Methods: A clinical experimental study was performed with a one-group pre-test and post-test design. The dental fear and anxiety levels in intraoral injection were measured in subjects who attended FKG UI Dental Hospital during their first visit (pre-test) and met the inclusion subject criteria for the current study. Afterwards, the self-help CBT mobile application “Siap ke Dokter Gigi” was given to the participants. The final measurement of dental fear and anxiety levels were determined after the intraoral injection in the subsequent visit (post-test). Results: Dental fear and anxiety levels of intraoral injection decreased significantly after the intervention using the self-help CBT mobile application “Siap ke Dokter Gigi” (Wilcoxon Test, p < 0,05) in child patients aged 8-12. Conclusion: The self-help CBT mobile application “Siap ke Dokter Gigi” could potentially reduce dental fear and anxiety in children aged 8-12 who were worried about getting intraoral injections during their dental visits."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, William Carlos
"ABSTRAK
Latar belakang: Kecemasan dental merupakan respon stress pasien terhadap keadaan spesifik terkait perawatan dental. Ekstraksi gigi molar tiga mandibula impaksi merupakan perawatan dalam bedah kedokteran gigi yang paling sering menimbulkan kecemasan. Musik mengambil peran dalam mengurangi kecemasan pasien saat prosedur ekstraksi tersebut. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh musik pilihan pasien pada saat ekstraksi gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kecemasan dan membandingkannya dengan musik klasik. Metode : Penelitian ini menggunakan desain eksperimental single-blinded acak dengan kontrol di RSKGM FKG UI. Intervensi menggunakan musik dengan alat BoseÒ SoundWearÔ untuk memutarkan musik. Subjek penelitian dibagi dalam 3 kelompok : Musik Pilihan Pasien, Musik Klasik, dan Kontrol (tanpa musik). Operator ekstraksi adalah Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut FKG UI. Pengukuran kecemasan menggunakan MDAS, APAIS, VAS, dan mengukur tanda vital. Pengukuran tanda vital, tekanan darah dan frekuensi nadi, menggunakan OMRON HEM-7130, JAPAN. Analisis data menggunakan SPSS dengan analisis bivariat Paired T-Test dan Independent T-Test pada setiap kelompoknya. Hasil : Terdapat pengurangan rata rata skor total tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok (A) musik pilihan pasien dan kelompok (B) musik klasik yang diukur dengan MDAS, APAIS, dan VAS (p < 0,05). Kelompok kontrol menunjukkan peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi sesudah intervensi (p < 0,05). Kesimpulan : Musik pilihan pasien dan musik klasik memberikan efek dalam mengurangi kecemasan pasien yang diukur dengan MDAS, APAIS, dan VAS dibandingkan tanpa menggunakan musik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The book is meant to help students and professionals in dentistry to understand the complexity of the anxiety phenomenon, and in psychology to understand the specific situation for the dental phobia (DP) patient, and bridge the gap between dentistry and psychology"
Chichester: Wiley-Blackwell, 2013
616.852 2 COG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Keren Esterlita
"Latar Belakang : Ketakutan dan kecemasan dental (KKD) orang tua dapat menghambat perawatan gigi pada anak. KKD orang tua dapat menyebabkan kunjungan perawatan yang ireguler, perilaku menghindar dari perawatan, hingga transmisi KKD pada anak. Salah satu perawatan gigi yang paling banyak menyebabkan KKD adalah injeksi intraoral dengan prevalensi sekitar 11,7% - 91%. Metode Cognitive Behavioural Therapy (CBT) merupakan gold standard manajemen ketakutan dan kecemasan saat ini. Metode ini dikembangkan untuk memberi akses yang lebih mudah bagi orang yang membutuhkan yakni melalui CBT bantu diri yang dapat dilakukan secara mandiri melalui berbagai media. Alat bantu diri CBT diketahui mampu mengatasi KKD. Salah satu media yang paling unggul adalah aplikasi seluler yang menyediakan audiovisual yang interaktif. Tujuan : Menganalisis perbedaan antara tingkat KKD terhadap injeksi intraoral sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi” sebagai alat bantu diri dengan prinsip CBT. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat KKD terhadap injeksi intraoral sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi” (p<0,05) dengan penurunan rerata skor tingkat KKD terhadap injeksi intraoral sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi yakni 40,5 dan 28,97 secara berurutan Kesimpulan : Aplikasi “Siap ke Dokter Gigi” mampu menurunkan tingkat KKD terhadap injeksi intraoral pada orang tua pasien anak.

Backgrounds : Parental dental fear and anxiety (DFA) can hinder dental care in children. Parental fear and anxiety can lead to irregular treatment visits, treatment avoidance behavior, and transmission of fear and anxiety to the child. One of the most common dental treatments that cause dental fear and anxiety is intraoral injection with a prevalence of around 11.7% - 91%. Cognitive Behavioural Therapy (CBT) is the current gold standard of fear and anxiety management. This method was developed to provide easier access for people in need through self-help CBT that can be done independently through various media. CBT self-help tools are known to be able to overcome dental fears and anxiety. One of the most excellent media is a mobile application that provides interactive audiovisuals. Objective : To analyze the difference between the level of DFA towards intraoral injection before and after using the "Siap ke Dokter Gigi" application as a self- help tool with CBT principles. Results : There was a significant difference between the level of DFA towards intraoral injection before and after using the "Ready to Dentist" application (p<0.05) with a decrease in the mean score of the level of MHI towards intraoral injection before and after using the application, namely 40.5 and 28.97 respectively. Conclusion : The “Siap ke Dokter Gigi” application was able to reduce the rate DFA for intraoral injection in pediatric patient’s patient."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darian Jaya Darfian
"Latar Belakang: Media di bidang kedokteran gigi dapat dimanfaatkan untuk melakukan social marketing kepada masyarakat sehingga bisa menjangkau banyak orang dalam waktu yang singkat.
Tujuan: Untuk mengobservasi pola penggunaan media sosial oleh dokter gigi dan pasien.
Metode: Studi deskriptif cross-sectional menggunakan alat ukur kuesioner pada 293 dokter gigi dan 282 pasien di Jakarta dengan metode non probability dengan tipe kuota sampling.
Hasil: Sebagian bedar responden dokter gigi (75.6%) dan pasien (69.3%) berjenis kelamin perempuan. Menurut dokter gigi (94,5%) dan pasien (88,4%), media sosial merupakan media yang menarik digunakan untuk social marketing. Lalu instagram (67,2%) merupakan media sosial paling populer yang digunakan dokter gigi untuk social marketing dan whatsapp (93,6%) merupakan media sosial terpopuler di kalangan pasien. Reputasi yang baik (58,7%) merupakan faktor yang paling ingin dokter gigi tekankan. Sekitar 47,3% dokter gigi menganggap bahwa media sosial efektif dalam mencari pasien baru. Lalu, menurut pasien, rekomendasi dari teman dan keluarga (55%) merupakan faktor yang paling penting dalam memilih dokter gigi dan komentar yang positif (51,7%) merupakan alasan yang penting saat pasien melihat media sosial dokter gigi.
Kesimpulan: Dokter gigi dapat menjadikan media sosial sebagai alternatif untuk melakukan social marketing dan pasien menjadikan media sosial sebagai alat untuk mencari dokter gigi.

Background: Social media in the field of dentistry can be used to do social marketing to the community so that it can reach many people in a short time.
Objective: To observe patterns of social media use by dentists and patients.
Methods: Descriptive cross- sectional study using a questionnaire for 293 dentists and 282 patients in Jakarta using a non-probability method with a quota sampling type.
Results: Most of the respondents from dentists (75.6%) and patients (69.3%) were female. According to dentists (94.5%) and patients (88.4%), social media is an attractive medium for social marketing. Instagram (67.2%) is the most popular social media used by dentists for social marketing and WhatsApp (93.6%) is the most popular social media among patients. A good reputation (58.7%) is the factor most dentists want to emphasize. About 47.3% of dentists considered that social media was effective in finding new patients. According to patients, recommendations from friends and family (55%) were the most important factor in choosing a dentist and positive comments (51.7%) were an important reason when patients viewed dentist’s social media.
Conclusion: Dentists could use social media as a tool for social marketing and patients use social media as a tool to find dentists.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Nadira
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk mengukur penerimaan diri digunakan Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) yang dikembangkan oleh Chamberlain dan Haaga (2001), sementara itu untuk kecemasan menghadapi masa depan digunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Zalenksi (1996) yaitu Future Attitude Scale (FAS). Partisipan dalam penelitian ini adalah 101 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Teknik analisis data menggunakan pearson correlation untuk menjawab masalah penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan (r = -0,419).

This research aim to find correlation between future anxiety and selfacceptance among Faculty of Psychology of Universitas Indonesia student. Unconditional Self-Acceptance Questionnaire developed by Chamberlain and Haaga (2001) was used to measure self-acceptance, while Future Attitude Scale developed by Zaleksi (1996) was used to measure future anxiety. Participants in this research were 101 students of Faculty of Psychology of Universitas Indonesia. Pearson correlation analysis technique was used to answer the research problem. The result showed that there was a negative significant correlation between self-acceptance and future anxiety (r = -0,419)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessie Andrean
"Amanat Undang-Undang dan Peraturan Menteri Kesehatan telah mewajibkan dokumentasi data dan informasi pelayanan kesehatan beralih ke metode digital. Untuk itu praktik mandiri dokter dan dokter gigi diminta mengalihkan penyelenggaraan rekam medis dari manual menjadi elektronik. Pembinaan dan pengawasan terhadap praktik mandiri dokter dan dokter gigi tersebut mengalami beberapa kendala. Untuk mengatasi kendala tersebut maka dirancang sistem informasi untuk praktik mandiri dokter dan dokter gigi yang menggabungkan fungsi penyelenggaraan rekam medis elektronik dengan pembinaan dan pengawasannya. Identifikasi kebutuhan terhadap sistem informasi diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Sistem informasi dikembangkan dengan metode System Development Life Cycle dengan pendekatan prototipe. Pengujian terhadap prototipe dilakukan dengan metode blackbox. Umpan balik terhadap prototipe dilakukan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan prototipe sistem informasi untuk praktik mandiri dokter dan dokter gigi. Sistem dapat diakses 5 level pengguna yaitu Dinas Kesehatan Provinsi, Suku Dinas Kesehatan Kota, Puskesmas Kecamatan, Praktik Mandiri Dokter atau Dokter Gigi, dan Admin. Sistem informasi dapat memfasilitasi penyelenggaraan rekam medis elektronik, pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan, serta diseminasi data dan informasi. Melalui sistem informasi ini praktik mandiri dokter dan dokter gigi dapat mendokumentasikan pelayanan kesehatan secara digital serta dapat membantu pemerintah melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan.

The mandate of the Laws and Regulations of the Minister of Health has made it mandatory for the documentation of data and information on health services to switch to digital methods. For this reason, the private practice of doctors and dentists is required to shift the administration of medical records from manual to electronic. Guidance and supervision of the independent practice of doctors and dentists encountered several obstacles. To overcome these obstacles, an information system was designed for the private practice of doctors and dentists that combines the functions of administering electronic medical records with their guidance and supervision. Identification of the need for information systems is obtained through in-depth interviews, observation, and document review. The information system was developed using the System Development Life Cycle method with a prototype approach. Testing of the prototype was carried out using the blackbox method. Feedback on the prototype is done by in-depth interviews. This research produces a prototype of an information system for private practice of doctors and dentists. The system can be accessed by 5 levels of users, namely the Provincial Health Office, City Health Office, District Health Center, Private Doctor or Dentist Practice, and Admin. Information systems can facilitate the implementation of electronic medical records, recording and reporting of health services, as well as dissemination of data and information. Through this information system private practice of doctors and dentists can digitally document health services and can help the government carry out guidance and supervision activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>