Latar Belakang : KKD terhadap tindakan injeksi intraoral merupakan hal yang sering dialami pada kelompok anak-anak dan dapat dikaitkan dengan pengalaman yang traumatis. Adanya KKD dapat menyebabkan anak cenderung menghindari perawatan dental. Metode pendekatan perilaku Terapi Perilaku Kognitif (TPK) merupakan terapi intervensi psikologis yang menggabungkan terapi kognitif dengan perilaku dan terbukti efektif untuk mengatasi KKD terhadap tindakan injeksi intraoral. Metode TPK terdiri atas beberapa prinsip, yaitu psikoedukasi, restrukturisasi kogntif, paparan dan teknik relaksasi.Tujuan : Untuk menganalisis perbedaan tingkat KKD terhadap tindakan injeksi intraoral pada anak usia 8-12 tahun sebelum dan setelah penggunaan aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” yang menerapkan prinsip TPK. Metode penelitian : Penelitian eksperimental klinis dengan desain one-group pretest-posttest. Subjek penelitian diukur tingkat KKD terhadap tindakan injeksi intraoral sebelum penggunaan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi”, lalu diberikan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi” saat akan dilakukan tindakan injeksi intraoral. Tingkat KKD diukur kembali setelah pemberian aplikasi “Siap ke Dokter Gigi”, setelah tindakan injeksi intraoral pada kunjungan berikutnya. Hasil : Hasil uji analisis Wilcoxon berbeda bermakna bermakna secara statistik (Wilcoxon, p < 0,05) terhadap tindakan injeksi intraoral sebelum dan setelah pemberian aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” pada anak usia 8-12 tahun. Kesimpulan : Penerapan prinsip TPK dalam aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” berpotensi untuk menurunkan tingkat KKD anak usia 8-12 tahun terhadap tindakan injeksi intraoral.
Pengukuran produktivitas menggunakan metode Ilyas, dengan penghitungan jumlah kunjungan pasien dibagi dengan hari kerja dokter gigi di tahun 2023. Jumlah kunjungan pasien dan kepesertaan menjadi faktor tingginya produktivitas dokter gigi sedangkan faktor umur, jenis kelamin, masa kerja, pelatihan, jumlah dental unit dan tunjangan kinerja tidak ditemukan korelasi yang signifikan.
Untuk produktivitas tertinggi di angka 13,25 dan terendah di angka 0,61, dengan rerata nilai 6,68. Produktivitas dokter gigi PNS sebesar 3,81 kurang dari setengah rasio Non PNS yang mencapai 8,48. Gap produktivitas ini merupakan konsekuensi rangkap jabatan fungsional dokter gigi PNS dan tugas strukturalnya. Untuk menjalankan dua fungsi ini secara seimbang, disarankan untuk membuat standar minimal jumlah pasien gigi harian dan pengukuran produktivitas dokter gigi secara periodik
The measurement of productivity uses the Ilyas method, by calculating the number of patient visits divided by the number of working days of the dentist in 2023. The number of patient visits and participation are factors contributing to the high productivity of dentists, while factors such as age, gender, length of service, training, the number of dental units, and performance allowances were not found to have a significant correlation.
The highest productivity is at 13.25 and the lowest at 0.61 with an average value of 6.68. Civil servant dentist productivity is at 3.81, less then of non-civil servant dentists with 8.48. This gap is a consequence of the multiple functional roles and structural duties especially for civil servant dentists. To balance these two roles, it is recommended to establish minimum standards for daily dental patient numbers and periodically measure dentist productivity."