Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanun Thalia
"Untuk menekan laju pandemi Covid-19, serangkaian tindakan pencegahan, baik promotif maupun interventif dilakukan. Dari variabel pencegahan dari anak kecil hingga lansia terus dilakukan sosialisasi. Akan tetapi, cukup banyak variabel risiko bagi kelompok lansia yakni komorbid dan umur lansia. Lalu, bagaimana pada individu yang tinggal dengan lansia? Penelitian ini menilik perilaku pencegahan Covid-19 pada individu yang tinggal dengan lansia melalui lensa Health Belief Model (HBM) dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19.
Dari 305 partisipan penelitian, hasil penelitian menunjukkan model konseptual HBM dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19 dapat menjelaskan hampir 25% (R² = 0,247) varians dari perilaku pencegahan Covid-19. Dua variabel ditemukan signifikan dalam memprediksikan perilaku pencegahan Covid-19, yaitu perceived benefits dan cues to action. Maka apabila individu mengetahui bahwa melakukan perilaku pencegahan Covid-19 memiliki banyak keuntungan dan tersadarkan dengan informasi terkait pencegahan Covid-19, ia akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku pencegahan Covid-19.

To suppress the Covid-19 pandemic, a series of preventive measures, both promotive and interventive were taken. From small children to the elderly, socialization continues to be carried out. However, there are quite a lot of risk factors for the elderly group, namely comorbid and elderly age. Then how about individuals living with the elderly? This research looks at the Covid-19 preventive behavior in individuals living with the elderly through the lens of the Health Belief Model (HBM) and individual perceptions of the susceptibility of the elderly to Covid-19 infection.
Of the 305 research participants, the research results show that the Health Belief Model conceptual model and individual perceptions of the elderly's vulnerability to Covid-19 infection can explain almost 25% (R² = 0.247) the variance of Covid-19 prevention behavior. Two variables were found to be significant in predicting Covid-19 prevention behavior, namely perceived benefits and cues to action. Therefore, if the individual knows that carrying out Covid-19 preventive behavior has many advantages and is awakened with information related to Covid-19 prevention, he will be more inclined to carry out Covid-19 preventive behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannia Veronica
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh health belief model (persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi keuntungan, persepsi halangan, self-efficacy, dan cues to action) dan perceived social support (keluarga, teman, dan significant others) terhadap perilaku pencegahan Covid-19 (perilaku mempromosikan kebersihan dan perilaku menghindari kontak sosial) pada populasi usia produktif di Jabodetabek. Sebanyak 192 partisipan mengisi tiga kuesioner self-report pada bulan April 2021. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dua komponen dari variabel health belief model, yaitu persepsi halangan dan self-efficacy, memengaruhi perilaku pencegahan Covid-19 berupa perilaku mempromosikan kebersihan, F(9,182) = 6,075, p < 0,05. Selanjutnya, tiga komponen dari variabel health belief model, yaitu persepsi keuntungan, persepsi halangan, dan self-efficacy, dan dua sumber perceived social support, yaitu keluarga dan teman, memengaruhi perilaku pencegahan Covid-19 berupa perilaku menghindari kontak sosial, F(9,182) = 8,958, p < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan pemerintah perlu difokuskan pada eliminasi halangan perilaku pencegahan Covid-19 dan kampanye berupa ajakan interaksi sosial secara daring, terutama pada perempuan dan usia muda, supaya kebutuhan dukungan sosial tetap terpenuhi dan di saat yang sama tetap melindungi keluarga dan orang terdekat yang berisiko terinfeksi virus Covid-19.

This research examined the effect of health belief model (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, and cues to action) and perceived social support (family, friends, and significant others) on Covid-19 preventive behavior (promoting hygiene and cleaning and avoiding social closeness) in the working age population in Jabodetabek. A total of 192 participants completed the self-report questionnaire in April 2021. The analysis result of multiple linear regression showed two components of health belief model, that is perceived barrier and self-efficacy, predicted Covid-19 preventive behavior in the form of promoting hygiene and cleaning, F(9,182) = 6,075, p < 0,05. In addition, three components of health belief model, that is perceived benefit, perceived barrier, and self-efficacy, and perceived social support from family and friends predicted Covid-19 preventive behavior in the form of avoiding social closeness, F(9,182) = 8,958, p < 0,05. Based on these results, government policy should aim on the elimination of Covid-19 preventive behavior’s barriers and campaign about online social interaction, especially for women and young adults, so they can fulfill their need of social support while also protecting family and significant others who have high risk of being infected by Covid-19 virus.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Natasya Desideria
"Salah satu kerangka teori yang banyak digunakan dalam menjelaskan tentang perilaku berkendara adalah Health Belief Model (HBM), namun sayangnya penelitian di Indonesia yang menggunakan kerangka teori tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran tiga komponen dari HBM, yaitu threat perception (perceived severity dan perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits dan perceived barriers), dan cues to action dalam memprediksi penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Penelitian dilakukan terhadap 294 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Dalam pengukuran variabel, peneliti menggunakan alat ukur Health Belief Model dari Brijs et al. (2014) yang sudah terlebih dahulu diadaptasi oleh peneliti. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Akan tetapi, perceived severity tidak signifikan dalam memprediksi perilaku penggunana helm. Perceived susceptibility memiliki peran yang paling kuat dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Hasil ini menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor dengan perceived susceptibility yang tinggi, perceived benefitsyang tinggi, perceived barriers yang rendah, dan cues to action cues to action yang rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan helm sepeda motor.

One of the most widely used theoretical frameworks in explaining driving behavior is the Health Belief Model (HBM), but unfortunately research in Indonesia that uses this theoretical framework is still limited. This current study is focused on testing three components of HBM, threat perception (perceived severity and perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits and perceived barriers), and cues to action to predict motorcycle helmet use. The participants of this study are 294 motorcycle riders aged 18-24 years old in Jabodetabek. Measurements of variables were performed using Health Belief Model measurement tools by Brijs et al. (2014) which has previously been adapted by the author. Based on multiple regression analysis, it is found that perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action significantly predict motorcycle helmet use. However, perceived severity was not significant in predicting motorcycle helmet use. Perceived susceptibility has the biggest role in predicting motorcycle helmet use. This study concluded that motorcycle drivers who perceived a high level of perceived susceptibility, high perceived benefits, few barriers, and a few cues to action were the most likely to use a motorcycle helmet."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurul Hidayati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan ditinjau dari teori health belief model. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan COVID-19, faktor pemodifikasi (usia, jenis kelamin, pengetahuan) dan persepsi individu (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan self efficacy). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68% mahasiswa kesehatan memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik dan 31.6% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki perilaku pencegahan yang baik adalah 59.7% dan 40.3% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0.020).

This study discusses about the preventive health behaviours of COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences Universitas Indonesia. The objective of this study was to look preventive health behaviour COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences based of health belief model. Variabels in this study including preventive behaviour, modifying factors (Age, sex, and knowledge), individual perceived (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers and self efficacy). This study using quantitative approaches and cross sectional study methods.The total samples of this study is 110 people of students majoring in health and non-health sciences with purposive sampling method. The result showed that 68% students majoring health sciences are having good preventive behaviour and 31.6% have enough preventive behaviour, while 59.7% the student majoring non-health science have good preventive behaviour and 40.3% have enough preventive behaviour. There was significant associations between sex with preventive health behaviour of COVID-19 (p=0.020)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Gozi Ataya
"Upaya masyarakat dalam menghindari perilaku yang berisiko untuk terinfeksi COVID-19 dan mencari informasi mengenai faktor yang mempengaruhinya penting untuk menghentikan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor persepsi individu dan juga faktor Karakteristik Individu terhadap perilaku berisiko COVID-19 pada masyarakat di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14-21 Juli 2021 dan menggunakan desain studi cross sectional, dengan total 544 responden terkumpul dengan kuesioner google form berisikan pertanyaan mengenai persepsi individu dan perilaku berisiko terkait COVID-19 yang disebarkan secara online yang disebarkan melalui sosial media (Instagram, line, telegram, dan lainnya). Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan software aplikasi uji statistik. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukan bahwa variabel persepsi kerentanan (p-value=0,001; OR=1,809; CI 95%=1,287-2,541), persepsi keparahan (p-value=0,000; OR=2,132; CI 95%=1,514-3,002), persepsi manfaat (p-value=0,000; OR=1,854; CI 95%=1,319-2,607), persepsi hambatan (p-value=0,000; OR=0,364; CI 95%=0,277-0,517) dan efikasi diri (p-value=0,001; OR=2,128; CI 95%=(1,496-3,028) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko COVID-19. Sedangkan variabel jenis kelamin (p-value=0,044; OR=1,479; CI 95%=1,010-2,166) dan tingkat pendidikan (p-value=0,004; OR=0,610; CI 95%=0,434-0,858) adalah faktor karakteristik individu yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko COVID-19. Perilaku berisiko terkait COVID-19 pada masyarakat di Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

The community's efforts to avoid behaviors that are at risk of being infected with COVID-19 and seek information that influence it are important to be exposed to transmission. This study aims to analyze the relationship between individual perception factors and individual characteristic factors on COVID-19 risk behavior in West Java Province. This research is a quantitative study conducted in West Java Province on July 14-21 2021 and uses a cross sectional study design, with a total of 544 respondents collected using a google form questionnaire containing questions about individual perceptions and risk behaviors related to COVID-19 distributed online. distributed through social media (Instagram, line, telegram, and others). The data will be analyzed by univariate and bivariate using statistical test application software. The results of the study using Chi Square showed that the variable perception of vulnerability (p-value = 0.001; OR = 1.809; 95% CI = 1.287-2.541), perceived severity (p-value = 0.000; OR = 2.132; 95% CI = 1.514-3.002 ), perceived benefits (p-value=0.000; OR=1.854; 95% CI=1.319-2.607), perceived barriers (p-value=0.000; OR=0.364; 95% CI=0.277-0.517) and self-efficacy (p -value=0.001; OR=2.128; 95% CI=(1.496-3.028) has a significant relationship with COVID-19 risk behavior. Meanwhile, gender (p-value=0.044; OR=1.479; 95% CI=1.010 - 2.166) and education level (p-value = 0.004; OR = 0.610; 95% CI = 0.434-0.858) are individual characteristic factors that have a significant relationship with risk behavior for COVID-19. 19. -19 in the community in West Java Province, Indonesia has a significant vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, gender, and level of education"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Nindia Kuswandari
"Penyebaran HIV/AIDS terjadi sebagian besar lewat hubungan seksual. Pria dewasa muda yang punya pengalaman hubungan seksual premarital atau ektramarital berpotensi jadi jalur transmisi HIV. Pencegahan transmisi HIV pada kelompok ini adalah menggunakan kondom. Health Belief Model (Rosenstock, 1974; Rosenstock, Strecher, & Becker, 1994) menerangkan dengan baik bagaimana individu mempersepsi ancaman suatu penyakit (perceived severity), kerentanan dirinya terhadap penyakit itu (perceives susceptibility), keuntungan (perceived benefits) dan kerugian (perceived barriers) apa yang akan diperoleh jika tindakan pencegahan penyakit dilakukan. Selain itu, ada cues to action yang memicu tingkah laku pencegahan. Penelitian ini ingin melihat apakah ada perbedaan dalam komponen-kompnen Health Belief Model antara pria dewasa muda pengguna kondom dan pria dewasa muda bukan pengguna kondom. Data diperoleh melalui kuesioner yang diadaptasi dari dua peneliti sebelum ini (Wirawan & Muliawan, 1996; Setiawan, 1997), dan diolah dengan t-test (untuk perceived susceptibility, perceived severity, perceived barriers, perceived benefits) dan chi-square (untuk cues to action). Ditemukan, perbedaan signifikan antara pria dewasa muda pengguna kondom dan bukan pengguna kondom hanya pada skor perceived barriers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqih Mutiara
"ABSTRAK
Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah episentrum penyebaran COVID-19 dengan kasus tertinggi di Indonesia, untuk itu diperlukan upaya perilaku pencegahan pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan penularan COVID-19 masyarakat DKI Jakarta ditinjau dari variabel yang ada di dalam teori Health Belief Model. Penelitian dengan pendekatan metode kuantitatif, desain cross sectional, dilakukan pada 320 orang yang berusia 15-64 tahun dan diambil secara quota sampling dari 5 wilayah DKI Jakarta. Data dikumpulkan dengan metode responden mengisi kuesioner secara mandiri yang dilakukan secara online dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat telah melakukan sebagian besar perilaku pencegahan penularan COVID-19 dengan baik seperti pada penggunaan masker setiap keluar rumah, menerapkan etika batuk, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir saat sebelum makan, setelah makan, setelah menggunakan kamar mandi, setelah beraktivitas dan menyentuh benda, serta mencuci tangan minimal 20 detik, menggunakan hand sanitizer, tetap di rumah ketika sakit, menghindari berjabat tangan, memberi jarak 1-2 meter dengan orang lain, menghindari kegiatan yang melibatkan banyak orang, menghindari tempat dan kendaraan umum, dan menghindari berpergian ke zona merah. Hal ini karena pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan COVID-19 sudah tinggi, namun masih rendah mengenai penggunaan tisu alkohol dan waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertular COVID-19. Masyarakat pada umumnya mempersepsikan COVID-19 penyakit yang serius bagi dirinya dan merasa dirinya rentan untuk tertular COVID-19. Umumnya masyarakat tidak merasa ada hambatan untuk melakukan perilaku pencegahan, dan mayoritas menganggap tindakan pencegahan COVID-19 bermanfaat bagi dirinya serta mereka merasa mampu untuk melakukan tindakan pencegahan. Perlu meningkatkan edukasi atau sosialisasi yang efektif dan konsisten melalui berbagai media untuk pengetahuan dan perilaku yang masih kurang baik, melakukan penyuluhan tentang cara pakai masker yang benar, serta meningkatkan penerapan kebijakan dan kedislipinan di semua sektor.

ABSTRACT
The DKI Jakarta Province is the epicenter of the spread of COVID-19 with the highest cases in Indonesia, for this reason prevention efforts are needed in the community. This study aims to see the prevention measures for the transmission of COVID-19 in the people of DKI Jakarta in terms of the variables in the Health Belief Model theory. Research with a quantitative method approach, cross sectional design, was conducted on 320 people aged 15-64 years and was taken by quota sampling from 5 areas of DKI Jakarta. Data were collected using the respondent's method of giving a questionnaire which was conducted online and analyzed descriptively. The results of community research have done most of the prevention of COVID-19 transmission well, such as using masks every time you leave the house, applying cough etiquette, washing hands with soap and running water before eating, after eating, after using the bathroom, after activities and objects , as well as washing hands for at least 20 seconds, using hand sanitizers, staying at home when sick, avoiding shaking hands, giving 1-2 meters distance from other people, avoiding activities that involve many people, avoiding public places and transportation, and avoiding traveling to the zone red. This is because public knowledge about efforts to prevent COVID-19 is high, but still low regarding alcohol use and the time it takes to catch COVID-19. Society in general complicates COVID-19, a serious disease for itself and susceptible to COVID-19. Of the society does not feel there are obstacles to taking precautions, and stopping COVID-19 prevention measures is beneficial for them and they feel capable of taking preventive measures. It is necessary to increase effective and consistent education or socialization through various media for knowledge and behavior that is still inadequate, conduct counseling on how to use masks properly, and increase the implementation of policies and discipline in all sectors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Pele
"ABSTRAK
Adanya Budaya makan sirih di Ngada dapat menjadi salah satu sumber penularan tuberkulosis. Sumber penularan terkait dengan kebiasaan makan sirih secara bersama dalam kelompok yang saling berbagi daun dan tempat penampungan cairan sirih antara orang sehat dan pasien TB. Tahun 2018 kasus TB di Ngada mencapai 176 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penularan tuberkulosis dalam budaya makan sirih pada pasien TB dengan pendekatan health belief model. Korelasi ini menggunakan cross sectional multivariate dengan teknik sampling consecutive, melibatkan 110 responden, dengan kriteria inklusi: suku Bajawa, TB aktif,dan aktif  makan sirih. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku penularan yang tinggi pada budaya makan sirih (51,8%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penularan TB antara lain riwayat pengobatan (p value=0,028), pengetahuan tentang TB (p value = 0,038), persepsi keseriusan (p value= 0,037); persepsi manfaat (p value= 0,039) dan persepsi hambatan (p value = 0,038). Faktor yang paling dominan adalah pengetahuan (OR 2,365 (CI 95%)1,015-5,510). Dari hasil penelitian diharapkan perawat dapat meningkatkan kompetensi budaya dalam menerapkan asuhan keperawatan peka budaya mencegah perilaku penularan dalam budaya makan sirih.

ABSTRACT
Betel eating culture in Ngada can be a source of tuberculosis transmission. The source of transmission is related to the habit of eating betel together in groups that share leaves and betel liquid reservoirs between healthy people and TB patients. In 2018 TB cases in Ngada reached 176 cases. Aims: The purpose of this study was to identify the factors that influence tuberculosis transmission behavior in the Betel eating culture in TB patients with the health belief model approach. Method: This research method used cross-sectional multivariate with consecutive sampling, involving 110 respondents, selected by consecutive sampling. Result: The results showed that most respondents had high transmission behavior in betel eating culture (51.8%). Factors related to TB transmission behavior include medical history (p-value = 0.028), knowledge about TB (p-value = 0.038), the perception of seriousness (p-value = 0.037); the perception of benefits (p-value = 0.039) and the perception of obstacles (p-value = 0.038). The dominant factor was knowledge (OR 2,365 (95% CI) 1,015-5,510). Conclusion: The research implications are expected that nurses can improve cultural competence in applying culturally sensitive nursing care to prevent transmission in Betel eating culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Perwitasari
"PMTCT (Prevention Mother To Child HIV/AIDS Transmission) merupakan salah satu bentuk pengendalian masalah HIV/AIDS pada ibu hamil dan bayi. Salah satu programnya adalah dengan melakukan Tes HIV pada seluruh wanita yang sedang hamil. Masih ada 4,8% ibu hamil yang tidak mau melakukan test HIV, padahal target dari pemerintah adalah pada 100 persen ibu hamil dilakukan test HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku test HIV pada ibu hamil di Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur. Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dalam pengambilan datanya. Data diperoleh dari 8 informan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Hasil penelitian ini adalah persepsi hambatan dari ibu hamil seperti tidak izin dari suami, ibu takut kerahasiaan hasil test tidak terjamin dan kekhawatiran ibu akan adanya kecurigaan dari orang-orang sekitar bahwa ibu akan dianggap berperilaku negatif bila melakukan test HIV membuat ibu tidak mau melakukan test HIV. persepsi kerentanan ibu terhadap HIV/AIDS juga merupakan factor yang mempengaruhi ibu untuk melakukan test HIV. ibu yang merasa memiliki factor resiko untuk terinfeksi HIV mau melakukan test HIV sedangkan ibu yang merasa sehat dan tidak memiliki factor resiko tidak melakukan test HIV. diharapkan Puskesmas mau melakukan penyuluhan kepada suami sehinga suami semakin waspada dan mau mengizinkan istrinya untuk melakukan test HIV.

PMTCT (Prevention of Mother To Child HIV / AIDS Transmission) is one form to control over the issue of HIV / AIDS in pregnant women and infants. One of the programs is to perform an HIV test to all pregnant women. There are 4,8% pregnant women who do not want to do an HIV test, even though the target of the government is at 100 percent of pregnant women with HIV test done. The purpose of this study is to describe the cause is still there pregnant women who do not want to do an HIV test at Pasar Rebo PHC. The study is a qualitative research technique of in-depth interviews and focus group discussions in data retrieval. Data were obtained from 8 informants check ups pregnant women in sub-district Pasar Rebo PHC. The result of this research is the perception of pregnant women such barriers do not permit of a husband, a mother afraid test results are not guaranteed confidentiality and the mother fears that there is a suspicion of the people around that maternal behavior would be considered a negative HIV test when the mother does not want to do the HIV test . Mother's perception of vulnerability to HIV / AIDS is also a factor that affects the mother to do the HIV test. Mothers who feel they have risk factors for HIV infection would do the HIV test, while mothers who feel healthy and do not have risk factors do not test for HIV."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryati Kasiman
"Penelitian deskriptif kuantitatif dengan disain Cross Sectional Survey mengenai Studi Persepsi tentang Penyakit Kardiovaskular dan Upaya Pencegahannya pada karyawan XY, menggunakan konsep Health Belief Model, meneliti persepsi kerentanan (perceived susceptibility), persepsi keparahan (perceived severity), persepsi manfaat (perceived benefit), persepsi hambatan (perceived barrier) dan pengetahuan sebagai salah satu modifying factor. Rendahnya persepsi kerentanan karyawan dapat menjadi alasan ketidak aktifannya dalam berolahraga. Dari perhitungan statistik dengan korelasi spearman,terdapat korelasi yang bermakna antara persepsi hambatan dengan perilaku karyawan untuk berolahraga dengan p = 0.002 dan r = -0.297.

Quantitative descriptive study with cross-sectional survey design of the study and the Perception of the Cardiovascular Disease Prevention Efforts in XY employees, using the concept of Health belief model, examines perceived susceptibilit), perceived severity , perceived benefits ,perceived barriers and knowledge as a modifying factor. The low perception of susceptibility of employees can be a reason for the lack of exercise ( Physical Inactive ). Of statistical calculations with Spearman correlation, there is a significant correlation between perceived barrier to exercise behavior of employees with p = 0.002 and r = -0297."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>