Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafika Shanti
"Latar belakang: Gangguan mental emosional menjadi perhatian global bagi kaum dewasa muda, khususnya mahasiswa perguruan tinggi. Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental paling umum. Salah satu bentuk dari respons tubuh terhadap kecemasan adalah melakukan kebiasaan abnormal dan biasanya tidak disadari seperti kebiasaan menggigit mukosa pipi, bibir, maupun lidah.
Tujuan: Mengetahui gambaran ansietas pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia dengan kebiasaan menggigit mukosa mulut.
Metode: Studi potong lintang dengan metode voluntary response sampling pada 404 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) untuk mengukur tingkat ansietas dan kuesioner mengenai kebiasaan menggigit mukosa mulut. Data dianalisis dengan menggunakan uji komparatif kategorik.
Hasil: Dari 404 mahasiswa, sebanyak 185 mahasiswa (45,8%) memiliki kebiasaan menggigit mukosa mulut. Mayoritas mahasiswa yang memiliki kebiasaan menggigit mukosa mulut memiliki tingkat ansietas “parah” (38,4%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat ansietas dan kebiasaan menggigit mukosa mulut (p < 0,05).
Kesimpulan: Tingkat ansietas pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia yang memiliki kebiasaan menggigit mukosa mulut tergolong parah.

Background: Mental disorders are global concern for young adults, especially in college students. Anxiety disorders are the most common of mental disorders. One form of the body's response to anxiety is to engage in abnormal and usually unconscious habits such as the habit of biting the mucosa of the cheeks, lips, or tongue.
Objective: To determine the level of anxiety of Health Sciences Cluster students in Universitas Indonesia with oral mucosa biting habit.
Method: Cross-sectional study using voluntary response sampling method on 404 students of Health Sciences Cluster students in Universitas Indonesia. Data was collected using the Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) questionnaire instrument to measure the level of anxiety and another questionnaire regarding the oral mucosa biting habit. Data was analyzed using categorical comparative test.
Results: 185 out of 404 students (45.8%) had the oral mucosa biting habit. Most students with oral mucosa biting habit had severe level of anxiety (38.4%). Chi-Square test showed that there was a significant relationship between the level of anxiety and oral mucosa biting habit (p < 0.05).
Conclusion: The level of anxiety of Health Sciences Cluster students in Universitas Indonesia with oral mucosa biting habit were classified as severe.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risak Tiimron Iswara
"COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan menjadi masalah kesehatan dunia. Virus COVID-19 berdampak pada kesehatan fisik, mental hingga mempengaruhi kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap kualitas tidur pada perawat yang merawat pasien COVID-19. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif dengan simple random sampling. Sebanyak 123 responden diikutsertakan dari salah satu rs x daerah Depok. Data diambil pada bulan februari hingga maret 2023. Kuesioner penelitian menggunakan Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitan menunjukkan 78.9% perawat yang merawat pasien COVID-19 memiliki kualitas tidur buruk dan 87% mengalami tingkat kecemasa ringan. Selain itu diperoleh hasil p value 0.017 sehingga terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur perawat yang merawat pasien COVID-19 (p=0,017). Perawat bagian managerial diharapkan lebih memperhatikan kualitas tidur perawat melalui staffing yang baik, Perawat diharapkan dapat menjaga kualitas tidur sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan optimal

COVID-19 is an infectious disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a global health problem. The COVID-19 virus can have an impact on physical and mental health and also can affect the quality of sleep for nurses. This study aims to find the relationship between anxiety level and sleep quality in nurses who caring for COVID-19 patients. Design used retrospective descriptive with simple random sampling. Total respondent was 123 respondents at one of the hospital in Depok. The questionnaire used the Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results of the study showed that 78.9% of nurses caring for COVID-19 patients had poor sleep quality and 87% experienced mild levels of anxiety. In addition, there was a significant relationship between anxiety levels and sleep quality for nurses caring for COVID-19 patients (p = 0.017). Managerial nurses are expected to pay more attention to the quality of nurse sleep through good staffing. Nurses are expected to be able to maintain sleep quality so that they can provide optimal nursing care"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Muaz Sabirin
"Manusia dapat menunjukkan perilaku yang cenderung konservatif ketika dalam keadaan cemas akan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecemasan tentang kematian dan konservatisme. Pengukuran kecemasan kematian dilakukan dengan menggunakan skala interval dan konservatisme dengan skala Likert 6 poin. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei online terhadap 300 responden yang diperoleh dengan metode accidental sampling. Hasil analisis data dengan korelasi Pearson dari 300 peserta menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kecemasan kematian dan konservatisme. Hasil penelitian ini mendukung konsep sentral TMT tentang pertahanan pandangan dunia budaya dan harga diri.

Humans can show behavior that tends to be conservative when in a state of anxiety about death. This study aims to examine the relationship between anxiety about death and conservatism. Measurement of death anxiety was carried out using an interval scale and conservatism with a 6-point Likert scale. Data was collected using an online survey method for 300 respondents obtained by the accidental sampling method. The results of data analysis with Pearson correlation of 300 participants showed a significant positive relationship between death anxiety and conservatism. The results of this study support TMT's central concepts of defense of cultural worldviews and self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Wicaksono Sulistomo
"Pendahuluan : Saat pandemi COVID-19 berlangsung secara global, petugas kesehatan menunjukkan tingkat prevalensi gangguan cemas yang lebih tinggi dibandingkan petugas non-kesehatan. Gangguan cemas yang menetap dapat menjadi gangguan cemas menyeluruh, dan yang mengalami gangguan cemas menyeluruh memiliki potensi sebesar 25% untuk menjadi gangguan depresi berat.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi gangguan cemas serta faktor risiko yang berhubungan pada pekerja di Rumah Sakit X Balikpapan selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Metode : Desain penelitian merupakan studi analisis deskriptif analitik dengan menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 279 responden pekerja Rumah Sakit X di Indonesia. Penelitian menggunakan SPSS versi 20.0, dengan uji tes chi2 dan Fisher’s Exect test, untuk uji bivariat, dan uji regresi logistik dengan metode enter untuk analisis multivariat.
Hasil : Didapatkan hasil skoring dari GAD-7 bahwa 87.5% tidak memiliki gangguan cemas, 10.8% gangguna cemas ringan, 1.4% gangguan cemas sedang dan 0.4% gangguan cemas berat pada pekerja di RSX. Ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap prevalensi gangguan cemas pada pekerja kesehatan p=0.001 dan aOR 4.8 (1.9-12.3), yang berada di area risiko tinggi transmisi COVID-19 p=0.04 dan aOR 5.1 (1.0-24.2), dan pekerja yang dikarantina p=0.001 dan aOR 10.5 (2.6-42.3) setelah memperhitungkan variabel usia dan jenis kelamin.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna terhadap risiko terjadinya gangguan cemas pada pekerja Rumah Sakit X Balikpapan dengan faktor risiko jenis pekerjaan merupakan tenaga kesehatan, berada di area kerja dengan risiko transmisi COVID-19 tinggi, dan pekerja yang dikarantina karena merawat pasien COVID-19.

Introduction: During the global COVID-19 pandemic, health workers were found to have a higher prevalence of anxiety disorder compared to non-health worker. Anxiety disorder that occur chronically have a 25% chance to become a major depression disorder.
Objective: The aim of this study is to understand the anxiety condition and risk factors that are related, among Balikpapan Hospital X workers during the COVID-19 pandemic.
Method: The design of this research used a cross sectional method that involved 279 respondents who are Balikpapan Hospital X workers. The study used SPSS version 20.0, using the chi square and Fisher’s Exact test for the bivariat analysis, and the logistic regression with enter method for the multivariate analysis.
Result: The study shows that, using the GAD-7 (General Anxiety Disorder) questionnaire from 279 hospital workers, there were 10.8% with mild-, 1.45% with moderate-, and 0.4% with severe anxiety disorder. A significant relation was found between anxiety disorder and risk factors such as: being a health worker with p=0.001 and a 4.8 ORadj (95% C.I: 1.9-12.3), working in high risk of transmitting COVID-19 area with p=0.04 and a 5.1 ORadj (95% C.I.: 1.0-24.2), and workers who are being quarantined with p=0.001 a 10.5 ORadj (2.6-42.3) after being adjusted by age and gender variables.
Conclusion: Significant relations were found between anxiety disorder among Hospital X workers with risk factors such as: health workers, working in high risk of transmitting COVID-19 area, and workers that are being quarantined. Researcher strongly advice health providers to do regular monitoring and seek moral support especially for workers who have higher risk of anxiety disorder
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Fadllah
"Klien gangguan jiwa merupakan salah satu dari kelompok rentan terdampak pandemi COVID-19. Kasus terkonfirmasi yang semakin banyak berdampak terhadap peningkatan jumlah klien gangguan jiwa dengan COVID-19, khususnya yang menjalani perawatan di rumah sakit jiwa rujukan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang makna merawat klien gangguan jiwa dengan COVID- 19. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan penelitian adalah perawat kesehatan jiwa sebanyak 15 orang, yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam menggunakan pertanyaan semi terstruktur. Hasil wawancara dalam bentuk transkrip dianalisis dengan menggunakan teknik Colaizzi. Hasil penelitian menghasilkan lima tema yaitu pengalaman positif selama merawat klien gangguan jiwa dengan COVID-19, tantangan pemberian asuhan keperawatan klien gangguan jiwa dengan COVID-19, pengalaman fisik dan psikologis yang tidak menyenangkan, kesulitan fasilitas pendukung untuk stabilisasi masalah fisik, dan harapan perawat kesehatan jiwa dalam merawat klien gangguan jiwa dengan COVID-19. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat kesehatan jiwa mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis sebelum bertugas, meningkatkan kompetensinya terutama dalam perawatan masalah fisik klien gangguan jiwa dengan COVID-19.

Clients with mental disorders are one of the vulnerable groups affected by the COVID- 19 pandemic. The increasing number of confirmed cases has an impact on the increase in the number of clients with mental disorders with COVID-19, especially those undergoing treatment at a referral mental hospital. The purpose of this study was to gain an in-depth understanding of the meaning of caring for clients with mental disorders with COVID-19. This study uses a qualitative design with a descriptive phenomenological approach. The research participants were 15 mental health nurses, which were obtained by purposive sampling technique. Methods of collecting data with in-depth interviews using semi-structured questions. The results of the interviews in the form of transcripts were analyzed using the Colaizzi technique. The results of the study produced five themes, namely positive experiences while caring for clients with mental disorders with COVID-19, challenges in providing nursing care for clients with mental disorders with COVID-19, unpleasant physical and psychological experiences, difficulties with supporting facilities for stabilizing physical problems, and expectations of mental health nurses in treating clients with mental disorders with COVID-19. This study recommends that mental health nurses to prepare physically and psychologically before serving, increase their competence, especially in treating physical problems for clients with mental disorders and COVID-19."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwiena Tahar Sejati
""Leave no one behind" adalah prinsip inti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencapai kesehatan yang merata dan menyeluruh. Upaya ini ditujukan untuk mengatasi kesenjangan kesehatan dan menyediakan layanan berkualitas dan terjangkau bagi semua orang, terutama mereka yang paling rentan dan terpinggirkan, termasuk dalam layanan kesehatan gigi untuk orang dengan gangguan jiwa. Komunikasi adalah kunci keberhasilan perawatan. Diagnosa dan rencana perawatan yang sesuai membutuhkan komunikasi yang baik. Orang dengan gangguan jiwa seperti depresi berat dan skizofrenia menghadapi kendala komunikasi: depresi menyebabkan respons tertunda dan penyempitan pikiran, sementara skizofrenia menyebabkan disorganisasi pikiran dan bicara. Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Indonesia, merawat banyak pasien dengan gangguan jiwa, termasuk depresi berat dan skizofrenia. Diperlukan keterampilan komunikasi khusus selama perawatan untuk mencapai hasil yang sukses. Penelitian ini bertujuan menemukan pendekatan terbaik dalam berkomunikasi dengan pasien depresi berat dan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan terdiri dari dokter gigi, pasien dengan gangguan jiwa, dan keluarga pasien. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif adalah dengan melibatkan kesabaran, empati, dan keterampilan mendengarkan aktif, sangat penting dalam keberhasilan perawatan gigi pada pasien dengan gangguan jiwa. Pengetahuan tentang kondisi psikologis pasien dan pelatihan komunikasi interpersonal bagi tenaga kesehatan juga penting untuk meningkatkan kualitas perawatan. Penelitian ini merekomendasikan pengembangan kebijakan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi bagi tenaga kesehatan di rumah sakit jiwa guna meningkatkan efektivitas komunikasi dan hasil perawatan gigi pada pasien dengan gangguan jiwa.

"Leave no one behind" is a core principle of the World Health Organization (WHO) aimed at achieving comprehensive and equitable health. This effort seeks to address health disparities and provide quality and affordable services for everyone, particularly the most vulnerable and marginalized, including dental care services for individuals with mental disorders. Communication is key to successful treatment. Proper diagnosis and treatment planning require effective communication. Individuals with mental disorders such as severe depression and schizophrenia face communication challenges: depression leads to delayed responses and narrowed thinking, while schizophrenia causes disorganized thoughts and speech. Dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital in Bogor, the largest referral hospital in Indonesia, treats many patients with mental disorders, including severe depression and schizophrenia. Special communication skills are required during treatment to achieve successful outcomes. This study aims to identify the best approach to communicating with patients with severe depression and schizophrenia at Dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital in Bogor. The research employs a qualitative method with a phenomenological approach. Informants include dentists, patients with mental disorders, and their families. Data were collected through in-depth interviews, observation, and document analysis, then analyzed using data reduction, data presentation, and conclusion drawing techniques. The results show that effective communication, involving patience, empathy, and active listening skills, is crucial in the success of dental care for patients with mental disorders. Knowledge of the patients' psychological conditions and interpersonal communication training for healthcare providers are also important in improving the quality of care. This study recommends the development of policies and training to enhance communication skills for healthcare providers in mental hospitals to improve communication effectiveness and dental care outcomes for patients with mental disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lingga Putri Nisrina
"Kecemasan dalam menghadapi pandemi COVID-19 dapat terjadi pada siapapun. Kecemasan dapat membuat seseorang bertingkah laku di luar akal sehat mereka. Pada kasus pandemi COVID-19 salah satu kecemasan yang terjadi adalah kecemasan akan tertular oleh virus COVID-19. Untuk mengurangi penularan COVID-19 dilakukan tindakan protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. Protokol kesehatan tersebut harus dipatuhi untuk menghindari penyebaran virus yang semakin meluas, tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kecemasan terhadap pandemi COVID-19 dan tingkat kepatuhan pada protokol kesehatan COVID-19 dan korelasi diantara keduanya. Diduga ada perbedaan pada tingkat kecemasan, tingkat kepatuhan dan korelasi antara keduanya pada mahasiswa antar rumpun ilmu di Universitas Indonesia. Karena itu perbedaan rata-rata skor dari tingkat kecemasan, tingkat kepatuhan dan korelasi keduanya akan dianalisis untuk rumpun ilmu yang ada di Universitas Indonesia. Hal ini akan membantu pihak terkait untuk membuat kebijakan yang lebih efisien dan tepat sasaran untuk mengurangi tingkat kecemasan dan menaikkan tingkat kepatuhan secara umum maupun di setiap rumpun ilmu. Metode utama yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan korelasi Spearman. Penelitian dilakukan pada 306 mahasiswa Universitas Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan 15 pertanyaan mengenai kecemasan dan 25 pertanyaan mengenai kepatuhan dengan skor 1-5. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata skor tingkat kecemasan antar rumpun ilmu dan tidak terdapat perbedaan rata-rata skor tingkat kepatuhan antar rumpun ilmu di Universitas Indonesia. Untuk Rumpun Ilmu Kesehatan terdapat korelasi negatif antara tingkat kecemasan dan tingkat kepatuhan. Untuk Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi maupun untuk Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi antara tingkat kecemasan dan tingkat kepatuhan.

Anyone can experience anxiety as a result of the COVID-19 pandemic. Anxiety can cause a person to act in ways that are contrary to their common sense. One of the concerns that arises in the case of the COVID-19 pandemic is the fear of becoming infected with the virus. To reduce COVID-19 transmission, the 5M health protocol is followed, which includes wearing masks, washing hands, maintaining a safe distance, avoiding crowds, and limiting mobility. These health protocols must be followed to prevent the spread of the virus, which appears to be spreading but is not. The goal of the study was to look at the COVID-19 pandemic's anxiety levels and the COVID-19 health protocol's compliance levels, as well as the relationship between the two. It is suspected that students in the Universitas Indonesia knowledge group have different levels of anxiety, compliance, and correlations between the two. As a result, for the existing science group at Universitas Indonesia, the difference in average scores from anxiety levels, compliance levels, and correlations will be examined. This will assist the relevant parties in developing more effective and targeted policies to reduce anxiety and increase compliance across the board, as well as in each knowledge group. The Kruskal-Wallis test and the Spearman correlation are the most commonly used methods. The research involved 306 students from Universitas Indonesia. Questionnaires with 15 anxiety questions and 25 complince questions were used to collect data, with scores ranging from 1 to 5. According to the findings of this study, at the Universitas Indonesia, there is a difference in average anxiety level score between the knowledge group and no difference in average compliance level score between the knowledge group. Anxiety levels and compliance levels are negatively correlated in the Health knowledge group. There is no correlation between anxiety levels and compleance levels in Science and Technology, as well as the Social Sciences and Hummanities."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hasna Zakira
"Latar Belakang: Kebanyakan sekolah di Jakarta menerapkan sistem full-day school yang berperan dalam meningkatkan stres dan ansietas siswanya. Salah satu bentuk stress relief adalah melakukan kegiatan yang repetitif, contohnya menggigit mukosa mulut atau cheek biting. Cheek biting seringkali diasosiasikan dengan gangguan emosional seperti perasaan stres dan ansietas. Tujuan: Mengetahui gambaran ansietas dan kebiasaan menggigit mukosa mulut serta melihat hubungan antara tingkat ansietas dengan kebiasaan menggigit mukosa mulut pada siswa SMA di Jakarta. Metode: Studi potong lintang dengan metode convenient sampling dan menggunakan instrumen kuesioner untuk pengambilan data. Responden penelitian berjumlah 574 siswa SMA negeri dan swasta di Jakarta. Responden diminta untuk mengisi kuesioner secara daring yang terdiri dari kuesioner tingkat ansietas menggunakan kuesioner Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) dan kuesioner mengenai kebiasaan menggigit mukosa mulut. Hasil: Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna kebiasaan menggigit mukosa mulut antara responden yang memiliki ansietas dan yang tidak memiliki ansietas (p > 0,05). Kesimpulan: Ansietas dan kebiasan menggigit mukosa mulut banyak ditemukan pada siswa SMA di Jakarta, namun tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan menggigit mukosa mulut dengan tingkat ansietas responden.

Background: Most of the schools in Jakarta are using full-day school system, which increase stress and anxiety for the students. One of stress relieving activity is by doing repetitive actions, like cheek biting. Cheek biting is associated with emotional distress like stress and anxiety. Purpose: To find out the description of stress and anxiety among high school students in Jakarta and to find out the correlation between anxiety and cheek biting habit. Method: Cross-sectional study with convenient sampling, using questionnaire as instrument. In total, there were 574 respondents from 79 public and private high schools in Jakarta. Respondents were asked to fill the questionnaire that shared online, which contained Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) to measure their anxiety status and questions about their cheek biting habit. Results: Chi Square test result showed that there was no significant difference in cheek biting habit between respondents with anxiety and no anxiety (p > 0,05). Conclusion: Anxiety and cheek biting habit were found in most of high school students in Jakarta, but there was no significant difference between anxiety and cheek biting."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randita Shafira Putri
"Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan lapisan masyarakat. Kasus COVID-19 yang terus meningkat dan adanya kebijakan mengenai pembatasan berbagai kegiatan sosial masyarakat dapat menyebabkan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa S1 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari kuesioner online yang disebar melalui media sosial. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Kecemasan diukur dengan menggunakan kuesioner GAD-7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kecemasan ringan sebesar 37,8%, kecemasan sedang sebesar 27,3%, dan kecemasan berat sebesar 15,4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara coping (PR=1,79 95%CI: 1,33-2,41; p=0,000) dan dukungan sosial (PR=1,85 95%CI: 1,38-2,48; p=0,000) dengan kecemasan pada mahasiswa S1 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia selama pandemi COVID-19. Kemudian, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, tempat tinggal, tingkat ekonomi keluarga, riwayat penyakit, dan riwayat kontak COVID-19 dengan kecemasan pada mahasiswa S1 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia selama Pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has affected various aspects of life and levels of society. The increasing number of COVID-19 cases and the policies regarding restrictions on various social activities can cause anxiety. This study aims to determine the factors associated with anxiety in undergraduate students of the Health Sciences Cluster, University of Indonesia. The research design used was cross-sectional. The data used is in the form of primary data, obtained from online questionnaires distributed through social media. Sampling in this study using the purposive sampling method. Anxiety was measured using the GAD-7 questionnaire. The results showed that the proportion of mild anxiety was 37.8%, moderate anxiety was 27.3%, and severe anxiety was 15.4%. The results showed that there was a significant relationship between coping (PR=1,79 95%CI: 1,33-2,41; p=0,000) and social support (PR=1,85 95%CI: 1,38-2,48; p=0,000) with anxiety in Health Science Cluster Undergraduate Students of the University of Indonesia during the COVID-19 pandemic. Then, the results of the study showed that there was no significant relationship between age, gender, place of residence, family economic level, disease history, and history of COVID-19 contact with anxiety in Health Sciences Cluster Undergraduate Students of the University of Indonesia during the COVID-19 Pandemic. The government needs to optimize programs and policies regarding mental health, such as education through social media by providing infographics, educational videos and so on to reduce the potential for mental health disorders, especially anxiety during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqa Agustin Ananda Putri
"Introduction: Anxiety disorders are identified in 41.6% of students globally, with medical students being more susceptible than non-medical students (33.8%). In Indonesia, clinical students or referred as co-assistant, had higher anxiety levels than preclinical students. Therefore, right intervention is needed to reduce anxiety symptoms in third-year medical students before clinical rotations. This study is performed to identify the impact of conducting a web-based mental health promotion seminar to reduce anxiety symptoms among third-year FMUI students. Methods: This is a Quasiexperimental study with secondary data from a total of 132 third-year FMUI students, 66 students split evenly between the intervention and control groups. They must complete the GAD-7 pre- and post- test questionnaires on Day 1 and 14 to determine their coping mechanism style. The intervention group will get a one-time web-based seminar from Psychiatry Department FMUI-RSCM experts, whereas the control group will not. Results: The prevalence of anxiety in third-year FMUI students is 46.9%, mostly categorized as mild (28.7%). The intervention group’s GAD-7 mean score improved (p=0.033), while the control group’s deteriorated (p=0.288). Conclusion: High prevalence of anxiety is found in third-year FMUI students and web-based mental health promotion seminar can reduce anxiety symptoms in intervention group.

Latar Belakang: Gangguan kecemasan diidentifikasi pada 41.6% mahasiswa secara global, dengan mahasiswa kedokteran lebih rentan dibandingkan mahasiswa nonkedokteran (33.8%). Di Indonesia, mahasiswa klinik atau disebut ko-asisten memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa preklinik. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang tepat untuk mengurangi gejala kecemasan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga sebelum melakukan rotasi klinik. Penelitian ini dilakukan untuk menidentifikasi dampak penyelenggaraan seminar promosi kesehatan jiwa berbasis terhadap penurunan gejala kecemasan pada mahasiswa tahun ketiga FKUI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan data sekunder dari total 132 mahasiswa tahun ketiga FKUI, 66 mahasiswa terbagi rata antara kelompok intervensi dan kontrol. Mereka harus mengisi kuesioner pra dan pasca test GAD-7 pada hari ke-1 dan ke-14 untuk menentukan gaya mekanisme koping. Kelompok intervensi akan mendapatkan satu kali seminar berbasis web dari ahli Psikiatri FKUI-RSCM, sedangkan kelompok kontrol tidak. Hasil: Prevalensi kecemasan pada mahasiswa tahun ketiga FKUI adalah 46.9%, sebagian besar dikategorikan ringan (28.7%). Terdapat perbaikan rerata skor GAD-7 secara keseluruhan pada kelompok intervensi (p=0.033), sedangkan kelompok kontrol menunjukkan perburukan (p=0.288). Kesimpulan: Studi ini menunjukkan prevalensi gangguan kecemasan yang relatif tinggi pada mahasiswa tingkat tiga FKUI dengan kelompok intervensi menunjukkan perbaikan skor GAD-7 setelah seminar promosi kesehatan mental berbasis web."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>