Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111409 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elfira Muthia Yunitasari
"Setiap pekerjaan memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja, tidak terkecuali di unit perawatan intensif. Perawatan yang intensif dan komplek serta kondisi yang dinamis membuat unit perawatan intensif menjadi tempat dengan risiko tinggi bahaya kerja, apalagi di situasi pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya pada perawat unit perawatan intensif di masa pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat bahaya kerja pada perawat unit perawatan intensif dari segi bahaya fisik, bahaya biologi, bahaya kimia, bahaya psikososial, bahaya ergonomi, serta bahaya akibat kondisi kerja. Risiko bahaya ini meningkat dalam kondisi pandemi COVID-19, terutama pada bahaya biologi terkait transmisi virus COVID-19 dan bahaya psikososial karena menghadapi pandemi yang tidak kunjung selesai. Strategi untuk meminimalkan risiko bahaya kerja sudah dilakukan dengan adanya pelatihan dan orientasi terkait keselamatan dan kesehatan kerja serta modifikasi lingkungan. Kesimpulan penelitian ini adalah potensi bahaya kerja pada perawat unit intensif masih perlu dilakukan pengendalian secara optimal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan pengendalian bahaya kerja bagi perawat.

Every job has the risk of work accidents and work-related illnesses, including the intensive care unit. Intensive and complex care and dynamic conditions make the intensive care unit a place with a high risk of work hazards, especially in the COVID-19 pandemic situation. The purpose of this study is to determine the potential dangers to intensive care unit nurses during the COVID-19 pandemic. This type of research is descriptive qualitative with an observational approach. The results showed that there are occupational hazards in intensive care unit nurses in terms of physical hazards, biological hazards, chemical hazards, psychosocial hazards, ergonomic hazards, and hazards due to working conditions. The risk of this danger increases in the conditions of the COVID-19 pandemic, especially in the biological hazards associated with the transmission of the COVID-19 virus and the psychosocial hazards due to the ongoing pandemic. Strategies to minimize the risk of occupational hazards have been carried out with training and orientation related to occupational safety and health as well as environmental modification. This study concludes that the potential for occupational hazards in intensive unit nurses still needs to be controlled optimally. The results of this study are expected to assist the development of occupational hazard control for nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Arif
"Pemerintah telah menerbitkan beberapa kebijakan hukum yang mengatur terkait pandemi Covid-19 diantaranya ialah penetapan pandemi Covid-19 sebagai bencana nasional non alam dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Adanya dua kebijakan tersebut direspon dengan melakukan langkah efisiensi bagi perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapatkah pandemi Covid-19 dijadikan sebagai dasar penyimpangan perjanjian kerja dan sebagai salah satu alasan efisiensi perusahaan dalam menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jenis metode yang digunakan dalam penulisan Tesis ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan sumber data sekunder yakni melalui pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus. Teknik pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan studi kepustakaan (library research) dimana data-data tersebut selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa hal tersebut bukan sebagai alasan penyimpangan perjanjian kerja tetapi lebih ditekankan pada renegosiasi ulang terhadap perjanjian kerja yang terkena dampak akibat pandemi Covid-19 berakhir pada musyawarah dan mufakat dalam hal ini pemberi kerja tetap diwajibkan untuk mengadakan dialog kepada Pekerja dengan menggunakan lembaga kerjasama bipatrit. Pihak pemberi kerja tetap harus memperhatikan hak-hak normative pekerja dalam melakukan kegiatan efisiensi perusahaan.

The government has issued several legal policies that regulate the Covid-19 pandemic, including the designation of the Covid-19 pandemic as a non-natural national disaster and Large-Scale Social Restrictions (PSBB). Responding to these two policies by taking efficiency measures for oil and gas companies in Indonesia, this study aims to find out whether the Covid-19 pandemic can be used as a basis for deviations from work agreements and as one of the reasons for company efficiency in avoiding Termination of Employment (PHK). The type of method used in writing this thesis is a normative legal research method using secondary data sources, namely through statutory approaches, conceptual approaches and case approaches. The data collection technique at this writing uses library research where the data is then analyzed qualitatively. The results of this study conclude that are not a reason for deviations from work agreements but more emphasis on renegotiating work agreements affected by the end of the Covid-19 pandemic in deliberation and consensus, in this case the employer is still required to hold a dialogue with workers using a bipartite cooperation institution. The employer must still pay attention to the normative rights of workers in carrying out company efficiency activities."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Adinata
"Pekerjaan (manual handling) yang dilakukan oleh pekerja unit mixing dan supplying di line PPIC PT X berisiko untuk menimbulkan keluhan subjektif nyeri punggung bawah. Faktor risiko yang menjadi fokus penelitian adalah faktor risiko manual handling dengan menambahkan faktor risiko individu sebagai faktor pendukung. Pengukuran faktor risiko manual handling dilakukan menggunakan metode REBA sedangkan faktor risiko individu diperoleh dengan wawancara.
Hasil penelitian menjelaskan terdapat dua aktivitas yang memiliki risiko ergonomi tinggi antara lain adalah aktivitas mengambil kantung sak dari palet dan mengangkat kantung sak ke dalam mesin mixing. Hasil penelitian juga mendapatkan faktor kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga menjadi faktor risiko individu yang dapat memperberat tingkat keluhan nyeri punggung bawah. Pengadaan alat vacuum dan pneumatic scissor lift akan mengurangi faktor risiko manual handling sehingga tingkat risiko dan keluhan low back pain akan menurun.

Job (manual handling) which has been doing by unit mixing and supplying workers in line PPIC PT X has risk to cause subjective complaints of low back pain. The focus of this research is manual handling risk factor with adding the individual risk factors as contributing factor. Measurement of manual handling risk factor were calculated using REBA method and individual risk factors was obtained by interview.
The result of this research explain, there are two activities that have high ergonomic risk level. That activities is taking sac from pallet and lifting sac into mixing machine. The result also acquire that the habit of smoking and exercise from individual factors can aggravate the level complaints of low back pain. Procurement of vacuum and pneumatic scissor lift will reduce manual handling risk factors and the level of risk and complaints of low back pain will decrease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Dian Mardiaty
"Pengemudi bis antar kota adalah profesi yang bertanggung jawab terhadap keselamatan banyak jiwa, tidak hanya para penumpang yang dibawanya namun juga para pengguna jalan yang lain. Untuk itu dibutuhkan stamina dan kondisi fisik yang prima agar mereka dapat bekerja dengan baik. Sementara cara kerja yang cukup melelahkan serta beberapa perilaku kurang baik yang banyak dilakukan oleh para pengemudi bis antar kota ini membuat mereka rentan terkena gangguan kesehatan antara lain hipertensi. Hasil skrining kesehatan pada pengemudi bis antar kota yang dilakukan pada bulan Juli 2015 di terminal Poris Plawad Tangerang didapatkan kejadian hipertensi sebesar 25 %. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya masalah hipertensi dan hubungannya dengan faktor pekerjaan serta faktor lain pada pengemudi bis antar kota di terminal Poris Plawad Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, dimana dilakukan pengukuran tekanan darah serta wawancara terhadap responden. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 84 responden, didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 57,1 %, dan terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks Masa Tubuh berlebih dengan kejadian hipertensi pada pengemudi bis antar kota di terminal Poris Plawad Tangerang ini. Dimana pengemudi dengan indeks masa tubuh berlebih memiliki risiko sebesar 16 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan pengemudi dengan indeks masa tubuh normal.

Inter city bus driver is a profession that is responsible for the safety of many people, not only his passengers but also other road users. It requires good performance so that they can work well and safely. Exhausting way of working as well as some bad behavior which is mostly done by this inter city bus drivers have made them susceptible to health problems such as hypertension or other cardiovascular diseases. The results of inter city bus drivers’s health screening in Poris Plawad bus station Tangerang held on July 2015 found the prevalence of hypertension is 25 %. The purpose of this study is to determine hypertension problems and it relations with work related and other factors among the inter city bus drivers in Poris Plawad Bus Station Tangerang. This study using cross sectional method, with examination of respondent’s blood pressure and also some interviews for collecting other data. From 84 respondents it was found that the prevalence of hypertension was 57,1% and there was a significant relationship between body mass index and hypertension, which is the drivers with overweight had 16 times risk to have hypertension compare with them with normal weight."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Fauziyyah
"Tingginya jumlah pekerja berdampak pada munculnya masalah kesehatan akibat kerja. Gangguan otot rangka merupakan salah satu penyakit akibat kerja akibat tidak diterapkannya posisi ergonomis. Pengetahuan berperan penting dalam membentuk perilaku ergonomis. Kondisi saat ini menunjukkan banyak pekerja tidak menerapkan posisi ergonomis saat bekerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan penerapan posisi kerja ergonomis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif potong lintang dengan besar sampel sebanyak 150 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan posisi kerja ergonomis pvalue.

The high number of workers has an impact on the emergence of health problems due to work. Work related musculoskeletal disorder is one of the occupational diseases caused by the absence of ergonomic position. Knowledge of ergonomics position has a n important roles to formed the ergonomics behaviour. Current conditions showed that many workers do not apply ergonomic positions while working.
The aim of study was to determine the correlation of knowledge level with practice of ergonomic work position. This study used descriptive correlational, crossectional approach with a large sample of 150 workers. The result of study showed that there was a significant correlation between knowledge with the practice of ergonomic working position value."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nanda Saputri
"Latar belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang maupun negara maju.1 Pada tahun 2007, sekitar 23,6 juta orang Amerika menderita DM, dimana sebagian besar adalah pekerja.2 Penelitian oleh Poulsen (2014) menemukan bahwa 3,5% petugas kesehatan menderita DM selama periode pengamatan 7 tahun.3 Informasi mengenai dampak kerja shift terhadap kontrol glikemik pada pada pekerja yang memiliki DM tipe 2 masih belum banyak diketahui. Metode Kasus wanita berusia 52 tahun bekerja sebagai perawat di rumah sakit, mengikuti jadwal shift malam dan telah didiagnosis DM tipe 2 sejak 7 tahun lalu. Pencarian literatur dilakukan melalui pencarian elektronik (PubMed dan ProQuest) serta hand searching dengan kata kunci “kontrol glukosa darah”, “diabetes mellitus tipe 2”, “kerja shift” dan “kerja shift malam” yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil Hasil pencarian didapatkan 92 studi dan 3 studi yang relevan ditemukan dengan desain potong lintang. Studi oleh Manodpitipong (2017) menunjukkan bahwa kerja shift malam dikaitkan dengan HbA1c yang lebih tinggi (p = 0,044) dibandingkan dengan kerja siang hari. Studi oleh Chalernvanichakorn (2008) memberikan hasil kontrol glikemik yang baik secara signifikan lebih tinggi pada pekerja harian dibandingkan pekerja shift (28,3% vs 15,8%) dengan p = 0,02. Studi oleh Ghazawy (2013) menunjukkan bahwa HbA1c lebih tinggi di antara pekerja dengan diabetes yang melakukan kerja shift dibandingkan dengan pekerja yang hanya bekerja siang hari (p = 0,01). Kerja shift sendiri berpengaruh signifikan terhadap pengendalian diabetes (p = 0,04), dengan OR = 3,83 (1,02 – 14,34). Kesimpulan Bukti penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kerja shift malam dengan kontrol glikemik yang buruk pada pekerja dengan DM tipe 2. Pekerja shift malam berisiko 2-3 kali memiliki kontrol glikemik yang buruk daripada pekerja non-shift. Bukti yang ditemukan dalam studi Manodpitipong dan Chalernvanichakorn dapat diterapkan pada pasien ini karena karakteristik subjek penelitian yang sama.

Background Diabetes Mellitus (DM) is considered to be one of a major problem in both developing and industrialized countries.1 As of 2007, approximately 23.6 million Americans have diabetes, most of whom are or wish to be participating members of the workforce.2 Research by Poulsen et al., (2014) found that 3.5% of health workers had diabetes during the 7-year observation period.3 A person with diabetes should be individually assessed to determine whether or not that person can safely and effectively perform the particular duties of the job in question.2 Shift work is considered to be disruptive to normal diurnal biological rhythms and has been associated with many health problems.4 Observational studies revealed that night-shift work is associated with increased risk of prevalent diabetes and incident diabetes.7 Information regarding the impact of shift work on blood glucose control or glycemic state in workers who have a history of type 2 diabetes is still not widely known. Method The case is about a 52-year-old female who worked as a nurse in non-intensive ward of government hospital and performed night shift work. She has been diagnosed with type 2 Diabetes Mellitus for seven years . A literature search was conducted through PubMed and ProQuest and also performed with the hand searching method. The inclusion criteria of this search strategy were systematic review, cohort study, worker with type 2 DM, shift work, blood glucose control and glycemic control. The exclussion criteria were articles not in english and inaccessible full text article. Then, they were critically appraised based on Center of Evidence- Based Medicine, Oxford University, Critical Appraisal for Etiology. Result Three relevant studies were found through literature searching and all of those studies were cross sectional design. The first study by Manodpitipong, et al.(2017) showed that night shift work was associated with significantly higher haemoglobin A1c (p = 0.044) compared with day work. While there were no differences between unemployed participants and day workers (p = 0.572). The second study conducted by Chalernvanichakorn, et al.(2008) give result that good glycemic control was significantly higher in day workers versus shift workers (28.3% vs 15.8%) with p = 0.02. A higher proportion of shift workers had hypoglycemic symptoms compared to day workers (42.5% vs. 26.7%). The third study by Ghazawy, et al.(2013) showed that HbA1c was significant higher levels among diabetic shift workers compared to diabetic day-time workers (p=0.01), where mean of current shift workers and former shift workers were 7.8±1.9 and 8.4±2.6, compared to 6.3±1.1. Shift work itself has a significant effect on control of diabetes (p = 0.04), with an OR = 3.83 (1.02 – 14.34), whereas age, duration of diabetes, BMI and waist circumference had no significant effect. Conclusion The research evidence found from the three studies above shows that there is association between night shift work and poor glycemic control in workers with type 2 DM. But the causation effect between the two variables cannot be determined yet, because there are many confounding factors that influence it. Night shift workers are two to three times more likely to have poor glycemic control than non-shift workers. The evidence found in the two study (Manodpitipong and Chalernvanichakorn) can be applied to our patient because of the same characteristic: female, diabetic worker, involved in night shift work. For future studies, cohort research should be conducted to find causality between shift work and glycemic control. Recommendation to our patient is to pay more attention to diet and adhere to treatment. It is necessary to inform the doctor that she is involved in shift work so that the doctor will provide a suitable regimen and diet for the patient."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Purnama Christina
"

Perawat yang mengalami alarm fatigue membahayakan keselamatan pasien karena dapat menyebabkan kematian sebagai dampak mengabaikan alarm kegawatdaruratan. Pengelolaan alarm dilakukan dengan manajemen kebisingan namun belum semua rumah sakit menerapkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan manajemen kebisingan dengan alarm fatigue pada perawat di ruang perawatan intensif. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada dua kelompok sampel yang dipilih dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai alarm fatigue lebih rendah di ruang intensif yang telah melaksanakan manajemen kebisingan dibandingkan yang belum menerapkan. Penerapan manajemen kebisingan hanya sebesar 38,3-62,75% dengan rerata tingkat alarm fatigue 29,387%. Faktor yang paling berpengaruh dengan alarm fatigue adalah jenis kelamin (perempuan lebih berisiko mengalami alarm fatigue). Semakin baik penerapan manajemen kebisingan area kamar pasien akan semakin menurunkan tingkat alarm fatigue perawat (p=0,001; r=-0,240). Pimpinan rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan penerapan manajemen kebisingan area kamar pasien dan mengevaluasi penerapan manajemen keseluruhan dalam rangka mencegah alarm fatigue lebih dini pada perawat di ruang intensif.

 


Nurses who undergo alarm fatigue put patient safety at risk as it can lead to death as an impact of ignoring emergency alarms. Alarm management is implemented with noise management, but not all hospitals have done the same. This research aimed to identify the relationship between noise management and alarm fatigue on nurses at intensive care unit. The research design was quantitative research with cross sectional approach done in the two-sampled group`s selected using total sampling technique. The results of the research indicated that the alarms fatigue was lower in intensive care unit, which did implement the noise management than those, which did not. The implementation of noise management was only 38.3-62.75% with the average of alarm fatigue level of 29.387%.  The most influential factor with alarm fatigue was gender (women are more at risk of undergoing alarm fatigue). The better the implementation of noise management in patient`s room area, the lower the level of alarm fatigue on nurse will be (p=0.001; r = -0.240). Hospital leaders are expected to be able to improve the implementation of noise management in the patient`s room area and evaluate the implementation of overall management for the early prevention of alarm fatigue on nurses at intensive care unit.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defitra Nanda Sasmita
"Latar belakang. Prediktor mortalitas dapat digunakan untuk menganalisis perjalanan suatu penyakit dan memandu strategi penanggulangan penyakit, termasuk alokasi sumber daya. Skor SOFA merupakan salah satu prediktor yang menganalisis disfungsi organ, namun telah sering digunakan untuk pasien kritis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan skor SOFA dengan mortalitas 28 hari akibat COVID-19 yang dirawat di ICU.
Metode. Studi ini dilakukan terhadap pasien probable dan confirmed case COVID-19 yang dirawat di ICU RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSUI dari Maret hingga Juni 2020. Data demografis, karakteristik klinis, dan temuan laboratorium dalam 24 jam pertama di ICU digunakan untuk menghitung skor SOFA, dibandingkan dengan luaran 28 hari (hidup atau meninggal). Data diambil dari rekam medis. Kesahihan dinilai menggunakan Area Under Curve, Hosmer Lemeshow goodness of fit dan regresi logistik bivariat. Titik potong optimal ditentukan secara statistik.
Hasil. Didapatkan 100 subjek yang dianalisis dengan angka mortalitas 28 hari akibat COVID-19 pada periode Maret hingga Juni 2020 sebesar 40%. Skor SOFA menunjukkan diskriminasi kuat terhadap mortalitas dengan AUC 0,839 (IK95% 0,76 - 0,92). Kemampuan kalibrasi menggunakan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan nilai p = 0,592, sehingga skor SOFA dianggap sesuai untuk memprediksi mortalitas 28 hari akibat COVID-19. Titik potong optimal dari skor SOFA adalah 6 dengan sensitivitas 80% dan spesifisitas 73%. Parameter kardiovaskular dan respirasi menjadi yang paling dominan dalam memprediksi mortalitas akibat COVID-19 di ICU.
Simpulan. Sistem skor SOFA memiliki hubungan dengan mortalitas 28 hari akibat COVID-19 yang dirawat di ICU dan terbukti sahih sebagai prediktor mortalitas.

Background. Mortality predictor can be used to analyze the natural history of a disease and guide the strategy of disease management, including health resources allocation. SOFA score is one of the predictors used to analyze organ dysfunction. However, SOFA score is often used for critically ill patients. This research aims to analyze the correlation between SOFA score and 28 days mortality caused by COVID-19 in the ICU.
Methods. Subject of this study is critically ill COVID-19 patients with the categories of ‘probable’ and ‘confirmed’ cases in the ICU. Demographic data, clinical characteristics, and laboratorium findings in the first 24 hours in ICU are used to count the SOFA score, which is then compared to the outcome in 28 days (alive or deceased). The data is taken from medical records. Validity is measured using Area Under Curve, Hosmer Lemeshow goodness of fit, and bivariate regression logistic. Optimal cut-off point is determined statistically.
Results. The mortality rate of COVID-19 in our study between March until June 2020 is 40%. SOFA score demonstrates strong discrimination towards mortality with AUC 0,78 (CI95% 0,67 - 0,89) and good calibration by using Hosmer- Lemeshow with p = 0,592. Optimal cut-off point of SOFA score is 6 with sensitivity 80% and specificity 73%.
Conclusion. SOFA score has correlation with 28 days mortality due to COVID-19 in ICU, and it was valid to be used as a predictor of mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Victor Samodra
"Banjir yang kerap terjadi di sekitar Sungai Cikeas telah menyebabkan banyak kerugian bagi warga. Selain itu, banjir juga menyebabkan erosi tebing sungai. Wilayah Kabupaten Bogor yang kerap terdampak banjir Sungai Cikeas, salah satunya Perumahan Vila Nusa Indah 3. Ada pula belasan perumahan di Kota Bekasi yang juga terdampak kenaikan tinggi muka air Sungai Cikeas. Masyarakat Desa Bojongkulur meminta bantuan penanganan erosi di Sungai Cikeas tersebut kepada pemerintah khususnya pada Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung - Cisadane untuk segera melakukan penanganan tanggap darurat dengan pembangunan tebing sungai dengan konstruksi bronjong di beberapa lokasi Sepanjang Sungai Cikeas.
Saat ini pada pelaksanaan kegiatan tanggap darurat Sungai Cikeas belum menerapkan K3 dalam pelaksanaannya, salah satu alasannya yakni kegiatan tanggap darurat merupakan kegiatan yang harus cepat dan segera dilaksanakan sehingga dalam pelaksanaannya sering kali mengesampingkan penerapan K3. Dengan penerapan K3 dalam pelaksanaan konstruksi baik untuk kegiatan tanggap darurat maupun kegiatan  konstruksi pada umumnya yakni untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja baik para pekerja konstruksi, masyarakat yang terkena dampak secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut dan juga lingkungan sekitar.

Frequent flooding around the Cikeas River has caused many losses to residents. In addition, flooding also causes erosion of riverbanks. Areas of Bogor Regency that are often affected by Cikeas River flooding include Nusa Indah 3 Villa Housing. There are also dozens of housing estates in Bekasi City that are also affected by the rising water level of the Cikeas River. The Bojongkulur Village community requested assistance in handling erosion in the Cikeas River to the government, especially the Ciliwung - Cisadane River Basin Authority to immediately carry out emergency response handling by building riverbanks with gabion construction in several locations along the Cikeas River.
Currently, the implementation of emergency response activities on the Cikeas River has not implemented OHS in its implementation, one of the reasons is that emergency response activities are activities that must be carried out quickly and immediately so that in their implementation they often override the application of OHS. With the application of OHS in the implementation of construction both for emergency response activities and construction activities in general, namely to reduce the risk of work accidents both for construction workers, people who are directly affected by the implementation of these activities and also the surrounding environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Guinda Diannita
"Pandemi COVID-19 telah ditetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat
yang meresahkan dunia sejak Januari 2020. Kondisi pandemi menghadapkan tenaga
kesehatan khususnya perawat pada masalah krisis professional keperawatan. Perawat
yang memberikan asuhan keperawatan selama pandemi COVID-19 beresiko untuk
mengalami stress kerja yang berdampak pada perilaku caring dan kualitas hidup
profesionalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan
stress kerja dengan perilaku caring dan kualitas hidup professional perawat
komunitas pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan dengan desain
correlational pada 120 perawat komunitas di Jakarta Pusat. Sampel penelitian
diperoleh dengan teknik non-probality purposive sampling sesuai dengan kriteria
inklusi penelitian. Hasil analisa dengan uji korelasi ditemukan terdapat hubungan
antara stress kerja dengan perilaku caring, hubungan tersebut memiliki arah
korelasi negatif (p value = 0,041, r = -0,187). Terdapat hubungan yang signifikan
antara stress kerja dengan kualitas hidup professional (KHP), dengan kekuatan
korelasi sedang dan arah korelasi positif (p value = 0,0001, r = 0,405). Hasil analisis
regresi linear ganda menunjukkan tidak ada faktor dari stress kerja yang secara
signifikan dapat mempredisksi perilaku caring (p value = 0,264, R² = 0,065), dan
subvariabel stress kerja dapat memprediksi kualitas hidup professional, akan tetapi
tidak ada subvariabel yang dinilai paling berhubungan dengan kualitas hidup
professional (p value = 0,0001, R² = 0,260). Hasil penelitian ini dapat menjadi
referensi untuk melakukan monitoring dan evaluasi tingkat stress kerja yang dialami perawat secara berkala serta mengembangkan intervensi untuk mengurangi stress kerja perawat melalui upaya primer, sekunder dan tersier.

The outbreak of COVID-19 is a public health emergency of international concern since January 2020. Pandemic COVID-19 has made healthcare staff especially nurses to face adequate nursing professionals critical issues. Nurses who provide
nursing care during the COVID-19 pandemic are at risk of experiencing
occupational stress on their caring behaviour and professional quality of life. This study aimed to identify the correlational of occupational stress between caring behaviour and professional quality of life of community nurses during pandemic COVID-19. This study was conducted with correlational design of 120 community health nurses in Central Jakarta area. The research sample was obtained using a non-probability purposive sampling technique in accordance with the research inclusion criteria. The results of the analysis with the correlational study found that there was a correlation between occupational stress with caring behavior, the stressors was negatively related to caring behavior (p value = 0,041, r = -0,187). There was a statistically significant positive correlation between occupational stress and professional quality of life, (p value = 0,0001, r = 0,405). The results of multiple linear regression analysis showed that there is no occupational stress related factor that can significantly predict caring behavior on nurses (p value = 0,264, R² = 0,065). On the other hand there were some occupational stress sub variables which can predict professional quality of life, but none of the sub variables rated most related to professional quality of life (p value = 0,0001, R² = 0,260). Study findings can be a reference for monitoring dan evaluating program for nurses and device intervention that reduce stressors through primary, secondary and tertiary prevention.
"
Depok: Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>