Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anas Mulia Amarullah
"Sejumlah besar literatur ilmiah dan populer dari revolusi industri abad kedelapan belas dan kesembilan belas berpendapat bahwa teknologi telah secara fundamental mengubah pasar tenaga kerja. Sementara sebagian besar negara memprioritaskan tingkat pendidikan dan pengembangan teknologi yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan ekonomi, beberapa ekonom berpendapat bahwa dampak yang tidak merata dari perkembangan ini pada gaji berdasarkan tingkat pendidikan karyawan dapat memperburuk ketidaksetaraan upah yang sudah meningkat. Penulis menduga bahwa SBTC industri di Indonesia, khususnya otomasi, dapat terjadi dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dengan menggunakan data IFR terbaru yang dikombinasikan dengan data survei Manufaktur Indonesia periode 2010-2019, studi ini menilai dampak otomatisasi terhadap ketimpangan upah di industri manufaktur Indonesia. Dengan menggunakan model 2 stage least squared (2SLS), penulis menemukan bahwa otomatisasi memang meningkatkan ketimpangan upah di industri manufaktur Indonesia. Berbeda dengan hipotesis SBTC dan penelitian sebelumnya, otomatisasi secara signifikan meningkatkan upah kedua kelompok pekerja, menunjukkan korelasi yang saling melengkapi alih-alih substitusi antara robot dan tenaga kerja di sektor manufaktur Indonesia.

A sizable body of scholarly and popular literature from the industrial revolution of the eighteenth and nineteenth centuries contends that technology had fundamentally altered the structure of the labor market. While most nations prioritize higher levels of education and technological development to spur economic growth, some studies contend that the uneven impacts of technology on production and non-production workers may worsen already the rising wage inequality. The author suspects that in the case of Indonesia industry SBTC, especially automation, have grown thanks to rapid economic growth. Thus, using the latest IFR data combined with Indonesian Manufacturing surveys data in the period of 2010-2019, this study assesses the impact of automation on wage inequality in the Indonesia’s manufacturing industry. This study employs the 2 stage least squared (2SLS) model due to the nature of endogeneity of automation. I found that automation increases wage inequality in Indonesia’s manufacturing industry. Contrasts to SBTC hypothesis and previous studies, automation significantly increases wage of both workers group, indicating a complementary correlation instead of substitution between robot and labor in the Indonesia’s manufacturing sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astriyany
"

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kembali hubungan antara liberalisasi perdagangan, liberalisasi FDI dan ketimpangan upah di Indonesia antara pekerja bekemampuan tinggi dan rendah dengan mempertimbangkan teori HOS model dan teori Human Capital. Ketimpangan upah diukur menggunakan dua tahap metode estimasi. Hasil penelitian mengindikasikan liberalisasi perdagangan dan liberalisasi FDI memiliki pengaruh signifikan terhadap ketimpangan upah untuk pekeja berkemampuan rendah, sedangkan untuk ketimpangan upah pekerja berkemampuan tinggi terdapat hubungan yang positive. Secara keseluruhan, liberalisasi perdagangan menurunkan ketimpangan upah antara pekerja berkemampuan tinggi dan rendah linear dengan HOS model dan liberalisasi FDI menaikan upah untuk pekerja berkemampuan tinggi linear dengan teori Human Capital.


This study aims to re-examine the relationship between trade liberalization, FDI liberalization and wage inequality in Indonesia for unskilled and skilled workers by considering HOS model and Human Capital theory. Two-stage estimation strategy are used to examine wage inequality. The results suggest that trade liberalization and FDI liberalization have significant relationship on industry wage premium for unskilled workers, whereas a positive relationship is found for skilled workers. Overall, the results indicate trade liberalization reduces wage inequality between unskilled and skilled workers in line with HOS model and FDI liberalization increases wage for skilled workers in line with Human Capital theory.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Majory
"Jaringan Produksi Global telah mengubah jalannya globalisasi, khususnya teori Stolper-Samuelson. Saat ini Indonesia sedang dalam proses bergabung dengan JPG di unbundling ketiga di mana biaya komunikasi merosot, mengubah pola permintaan tenaga kerja. Indonesia juga menerima sejumlah besar investasi asing (FDI), memberikan lebih banyak ruang untuk peningkatan teknologi di perusahaan-perusahaan. Dengan tren-tren baru ini, Dampak globalisasi pada upah premium sekarang menjadi ambigu. Sebelumnya, penelitian tentang dampak perdagangan internasional terhadap premi upah menggunakan data 1991-2000 di Indonesia menemukan bahwa penurunan tarif impor diikuti oleh penurunan premi upah. Berdasarkan penelitian menggunakan OLS fixed effect balanced panel data regression 2011-2015, ditemukan bahwa berbagai aspek globalisasi mempengaruhi upah secara berbeda.


Global Production Network has changed the rule of globalization, in particular the Stolper-Samuelson Theory. Indonesia is in the process of joining the third unbundling where communication cost plummets, changing the pattern on labor demand. Indonesia also receives a huge amount of foreign direct investment, giving more room for a technology upgrade in firms. With these new trends, the Impact of globalization on wage premium is now ambiguous. Previously, research on the impact of international trade on wage premium using 1991-2000 data in Indonesia found that a decrease in import tariff was followed by a decrease in wage premium. Based on the research using OLS fixed effect balance panel data regression from 2011-2015, it is found that various aspects of globalization affect wage premium differently."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watekhi
"Disertasi ini menganalisis pengaruh liberalisasi perdagangan  yang diukur dengan tarif barang final terhadap ketimpangan upah antarindustri (industry wage premium) pada sektor manufaktur di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga mengukur ketimpangan upah antara pekerja terampil dan tidak terampil dalam suatu industri (industry-specific skill premium) untuk karakteristik pekerja yang identik. Metode estimasi yang digunakan adalah estimasi dua tahap (Haisken-DeNew & Schmidt, 1997; Krueger & Summers, 1988). Pada tahap pertama mengestimasi industry wage premium dan  industry-specific skill premium dengan cara meregresikan upah terhadap karakteristik pekerja, dummy industri dan interaksi antara dummy industri dengan dummy tingkat keterampilan pekerja. Estimator koefisien dummy industri merupakan industry wage premium dan koefisien interaksi antara dummy industri dengan dummy tingkat keterampilan pekerja merupakan industry-specific skill premium. Data yang digunakan adalah data Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2000 sampai dengan  2015. Pada tahap kedua meregresikan industry wage premium dan industry-specific skill premium masing-masing terhadap tarif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa liberalisasi perdagangan mengurangi industry wage premium dan liberalisasi perdagangan meningkatkan industry-specific skill premium. Kebijakan perdagangan di Indonesia dimana proteksi lebih tinggi pada industri yang unskilled labor-intensive dibanding industri yang skilled labor-intensive akan mengurangi ketimpangan upah antar industri, namun meningkatkan ketimpangan upah antara pekerja terampil dan tidak terampil dalam suatu industri.

This study analyzes the effect of trade liberalization on wage inequality through industry wage premium and industry-specific skill premium in Indonesian manufacturing sectors. The empirical study is conducted in two stages of estimation approach (Haisken-DeNew & Schmidt, 1997; Krueger & Summers, 1988). Using the survey of labor force dataset from the Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional - Labor Force Survey), first, the study estimates industry wage premiums and industry-specific skill premium conditional on characteristics of the individual worker. In the second stage, the study regresses industry wage premium and industry-specific skill premium on tariff as a measure of trade liberalisation, respectively. The study finds trade liberalization decreases industry wage premium and increases industry-specific skill premium. So, Indonesia needs to be selective in implementing trade liberalization. Higher protection policies in the unskilled labor-intensive sector than the skilled labor-intensive sector will reduce wage inequality between industries. But on the contrary, it will increase wage inequality between skilled and unskilled workers in an industry."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restuning Dyah Widyanti
"ABSTRAK
Berdasarkan teori Human Capital, the rate of return to education merupakan tingkat pengembalian investasi pendidikan. Pendidikan tidak hanya memiliki keuntungan positif namun juga dapat mempengaruhi peningkatan ketimpangan upah. Perbedaan tingkat pengembalian investasi pendidikan pada kuantil upah yang berbeda, baik di antara pekerja dengan tingkat pendidikan yang berbeda maupun antar pekerja dengan tingkat pendidikan yang sama, dapat menyebabkan adanya ketimpangan upah. Tujuan paper ini adalah untuk mencari tahu hubungan antara return to education atau tingkat pengembalian investasi pendidikan dengan ketimpangan upah di Indonesia. Teknik regresi kuantil digunakan untuk mendapatkan koefisien tingkat pengembalian investasi pendidikan pada tingkat upah yang berbeda. Hasil regresi menunjukkan bahwa pendidikan berkontribusi terhadap ketidakmerataan upah dikarenakan terdapat variasi yang signifikan pada tingkat pengembalian investasi pendidikan pada setiap kuantil upah dan juga terdapat peningkatan wage dispersion yaitu pemberian upah yang berbeda pada pekerja dengan tingkat pendidikan yang sama. Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi pendidikan juga mempunyai hubungan positif dengan lama studi dan tingkat pendidikan.

ABSTRACT
According to the Human Capital Theory, the rate of return to education is viewed as the rate of return investment and the individual income is the product of the accumulated investment. Despite the beneficial effects of human capital development on economic growth as a result of an overall increase in skilled labor, it can also lead to negative outcomes such as income inequality. More specifically, the difference in the return to education across the quantile of wage can result in wage dispersion between and within education groups. This paper investigates the association between return to education and wage inequality in Indonesia. The quantile regression technique is applied to compute the return on the investment at different points of wage distribution. The main findings are that education contributes to an increasing wage inequality due to the significant variation in the rate of return to education in every quantile of wage and the increasing wage dispersion within the same education. Furthermore, this study also derives that the return to education in Indonesia has a positive correlation with the duration of school and a higher level of educational attainment."
2017
T49689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Martha Dewi
"Sebagai dampak dari globalisasi, Indonesia mendapatkan banyak investasi melalui penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) dan juga semakin aktif terlibat dalam perdagangan internasional. Hal ini menimbulkan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi, namun menimbulkan dampak yang ambigu terhadap ketimpangan upah antara tenaga kerja terampil dibandingkan non-terampil. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan regresi panel data random effect tahun 2006 dan 2015, penulis menemukan bahwa di tahun 2006 FDI memiliki dampak meningkatkan ketimpangan upah karena meningkatkan wage premium. Namun, telah terjadi konvergensi di tahun 2015. Hal ini disebabkan karena jenis FDI yang ada di Indonesia sebagian besar adalah jenis FDI vertikal yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja tidak terampil. Dampak perdagangan internasional sesuai dengan teorema Hecksher-Ohlin, dimana ekspor akan menurunkan ketimpangan upah bagi tenaga kerja non-terampil. Sebaliknya, impor akan meningkatkan ketimpangan upah karena merupakan proksi dari teknologi. Sehingga, membutuhkan lebih banyak tenaga kerja terampil (skill-biased technological change).

As a result of globalization, Indonesia as an emerging nation receive numerous amounts of foreign direct investment (FDI) and also actively involved in international trade. This generates a positive impact to the economic growth of the nation yet has an ambiguous impact to the wage inequality in comparison between skilled labour to unskilled labour. Based on the research using random effect panel data regression of year 2006 and 2015, this study found that in year 2006 FDI has a positive impact in increasing the wage inequality as it increases the wage premium of skilled worker. However, in 2015, this study found that the result is insignificance in increasing the wage inequality – threfore indicated the convergency happened. This is because the type of FDI in Indonesia is vertical FDI which requires more unskilled worker and therefore increases the wage of the unskilled worker. In international trade, this study proved that Hecksher-Ohlin theorem occured in Indonesia, of which the export reduces inequality of unskilled labour. On the contrary, import increases the wage inequality since it is a proxy of technology which requires more skilled worker entitled skill biased technological change."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Mochamad Rizky
"Penelitian ini menunjukkan bukti empiris mengenai dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada ketimpangan pendapatan di sektor manufaktur Indonesia. Saat ini, ada perbedaan jelas antara pendapatan pekerja produksi berketerampilan rendah dengan pendapatan pekerja non-produksi berketerampilan tinggi di sektor ini. Tingkat penggunaan TIK pada suatu perusahaan manufaktur menjadi indikator awal paparan Industri 4.0 di sektor. Dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi sektor manufaktur berorientasi ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Agar kompetitif secara global, sektor ini harus meningkatkan penggunaan TIK. Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa penggunaan teknologi lebih tinggi dapat menyebabkan peningkatan ketimpangan pendapatan disebabkan oleh turunnya permintaan terhadap pekerja produksi berketerampilan rendah. Menggunakan data dari dua survey BPS untuk tahun 2014: Survei Tahunan Perusahaan Industri Manufaktur dan Survei Penggunaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sektor Bisnis, penelitian ini bermaksud untuk menunjukkan hubungan ini. Ini dilakukan melalui penetapan index penggunaan TIK pada tiap perusahaan yang kemudian diregresikan dengan proporsi pekerjaan dan pendapatan pekerja produksi di perusahaan manufaktur. Dari hasil analisa, ditemukan adanya turunnya permintaan atas pekerja produksi berketerampilan rendah secara relatif terhadap permintaan atas pekerja produksi berketerampilan tinggi, beriringan dengan tingkat penggunaan TIK lebih tinggi di perusahaan.

This study provides empirical evidence of the impact of Information and Communication Technology (ICT) has on wage inequality in Indonesian manufacturing sector. Currently, there is clear discrepancy in wage between low-skill production workers and high-skill non-production workers within the sector. The level of ICT use in a manufacturing firm serves as early indicator of Industry 4.0 exposure on the sector. With Making Indonesia 4.0 Roadmap, the government of Indonesia has identified the export-oriented manufacturing sector as an engine of growth. To ensure global competitiveness, this sector must embrace greater ICT integration. Previous studies have shown that greater technology use may cause greater wage inequality due to lower demand of low-skill production workers. Using data from two BPS surveys for year 2014: the Annual Manufacturing Survey and the Business Sector ICT Use Survey, this study aims to show this relationship in Indonesia by developing and assigning ICT use index on manufacturing firms and regressing the index against production workers' employment and wage shares in the firm. From this analysis, there is evidence of decreasing demand for low-skill production workers relative to the demand for high-skill non-production workers, with higher level of ICT use in a firm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delia Dintana
"Studi ini mengkaji bagaimana peningkatan perdagangan internasional telah memengaruhi dinamika kesenjangan upah antar jenis kelamin dan share employment di industri manufaktur di Indonesia hingga 2003 hingga 2015. Teori Discrimination Taste oleh Becker (1957) dan menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah mekanisme untuk meningkatkan daya saing di pasar sehingga peningkatan perdagangan internasional akan mengurangi kesenjangan upah antar tenaga kerja laki-laki dan perempuan karena diskriminasi bersifat costly untuk industri. Di sisi lain, teori non neoklasik berpendapat bahwa perdagangan internasional berakibat kepada melebarnya ketimpangan upah dikarenakan adanya segregasi pekerjaan diantara skilled dan unskilled labor. Penulis memasukkan ide dari kedua teori ini ke dalam model teori persaingan dan konsentrasi industri dan menguji model tersebut menggunakan data panel dari data survei rumah tangga Sakernas yang digabung dengan data perdagangan dan konsentrasi dari Statistik Industri dari 2003-2015. Perkiraan dari Ordinary Least Square (OLS) dan random effect di tingkat industri menunjukkan bahwa peningkatan daya saing di dalam pasar karena perdagangan internasional membuat tingkat kesenjangan upah di industri manufaktur terkonsentrasi di Indonesia menjadi semakin lebar.

This study examines how increasing trade in manufacturing industry in Indonesia through 2003 to 2015 have affected the dynamic of the gender wage gap and share employment. The Discrimination Taste theory by Becker (1957) stated that international trade is a mechanism for the competitiveness in the market hence the increasing of trade will decrease the gender wage gap since it is costly for the industry. On the other hand, non-neoclassical theory argues that international trade results in widening wage inequality due to the segregation of work between skilled and unskilled labor. We incorporate these two ideas into a theoritical model of competition and industry concentration and test the model using panel data of Sakernas household survey data merged with trade and concentration data from Statistik Industri from 2003-2015. Estimates from ordinary least-squares (OLS) and random effects regressions at the industry-level indicate that increasing openness to trade is associated with larger wage gaps in Indonesias concentrated manufacturing industries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaitun Rohmah
"ABSTRAK
Tesis ini mengestimasi pengaruh kebijakan peningkatan upah minimum terhadap ketimpangan upah provinsi-provinsi di pulau Jawa tanpa mempertimbangkan dan dengan mempertimbangkan dampak employment. Dengan menggunakan metode semiparametrik diperoleh hasil bahwa meningkatnya upah minimum akan menurunkan ketimpangan upah di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Banten jika dampak employment tidak disertakan. Sebaliknya jika menyertakan dampak employment meningkatnya upah minimum akan meningkatkan ketimpangan upah dengan beberapa asumsi mengenai elastisitas employment dan tingkat upah pekerja yang berhenti bekerja akibat kebijakan upah minimum. Hasil yang berbeda terjadi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, peningkatan upah minimum menyebabkan meningkatnya ketimpangan upah baik tanpa dan dengan menyertakan dampak employment. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan upah minimum yang sangat rendah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan tingkat kepatuhan akan kebijakan yang menurun cukup tinggi di provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kebijakan penetapan upah minimum hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena terdapat dampak sampingan berupa unemployment yang harus di pertimbangkan.

ABSTRACT
This thesis estimates the effect of the minimum wage policy on the wage inequality in Java Provinces by using semiparametric method. It is found that the increase in minimum wage will decrease the wage inequality in DKI Jakarta, West Java, Central Java and Banten Provinces by setting aside employment impact,. Conversely, the increase in minimum wage will increase wage inequality in those areas if we consider the employment impact under some assumption about the employment elasticity of minimum wage and wage rate of unemployed workers. Different results occur in the provinces of Yogyakarta Special Region and East Java. In these provinces the increase in minimum wages will lead to an increase in wage inequality, no matter of the inclusion or exclusion of the employment impact. This is due to the insignificant or very low increase of minimum wage in the province of Yogyakarta Special Region and the decrease of policy compliance level in East Java province. The finding suggests that the minimum wage policy should be constructed and implemented cautiously, since there is an unemployment impact needs to be considered that might have an adverse impact to wage inequality."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Adhi Ruddyanto
"ABSTRAK
Studi ini mengikuti studi Verhoogen 2008 pada sektor manufaktur di Meksiko dimana perdagangan dan ketimpangan upah adalah variabel yang dijelaskan oleh heterogenitas perusahaan pada kemampuan wirausaha/entrepreneurial ability. Dengan kemampuan wirausaha yang lebih tinggi maka partisipasi perushaan di pasar ekspor dan ketimpangan upah juga lebih tinggi. Depresiasi/devaluasi mata uang membuat kenaikan pada partisipasi ekspor dan ketimpangan upah menjadi lebih tinggi dibandingkan saat periode normal, khususnya untuk perusahaan dengan kemampuan wirausaha yang tinggi. Analisis pada survey manufaktur tahun 1996 dan 2012 di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih produktif/memiliki kemampuan wirausaha yang lebih tinggi cenderung lebih berorientasi pada ekspor, sert memiliki ketimpangan upah dan porsi pekerja kerah-putih yang lebih tinggi. Namun, analisis pada perubahan porsi ekspor dan ketimpangan upah pada masa depresiasi 1997-1998 dan 2013-2014 menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia tidak dapat menggunakan depresiasi tersebut untuk meningkatkan porsi ekspor. Meskipun kemampuan wirausaha dapat menjelaskan lebih tingginya perubahan pada ketimpangan upah pada kedua masa depresiasi dibandingkan periode normal, peningkatan kualitas dan perbaikan strategi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebabnya. Hasil analisis pada model yang dimodifikasi dengan menambahkan variabel kontrol kepemilikan asing dummy dan porsi bahan baku impor/import share menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan asing cenderung lebih berorientasi pada ekspor dan memiliki ketimpangan upah yang lebih tinggi, sedangkan porsi ekspor berpengaruh pada porsi impor.

ABSTRACT
This study follows Verhoogen 2008 on Mexican manufacturing firms where trade and wage inequality are both the explained variables for firm heterogeneity in entrepreneurial ability. Higher entrepreneurial ability means higher participance in the export market and higher wage disparity. Currency depreciation devaluation adds to higher overtime increases in export participance and wage inequality as compared to the increases in lsquo normal rsquo periods, especially for firms with higher entrepreneurial ability. The analysis on Indonesian manufacturing survey of 1996 and 2012 shows that firms that are more productive has higher entrepreneurial ability are more export oriented, has higher wage disparity, and has higher proportion of white collar employees. However, the analysis on the changes in export and wage disparity during currency depreciation of 1997 1998 and 2013 2014 shows that firms are unable to utilise the depreciation to boost their export share. Although firm entrepreneurial ability can explain higher change in wage disparity during the two depreciation periods compared to lsquo normal rsquo periods, it is unclear whether quality enhancement or better strategies is the main driver behind it. The analysis on the modified model with foreign ownership dummy and import share share control variables shows that foreign owned plants are more export oriented and have higher."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>