Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Kusuma Hanindita
"Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronis yang tidak dapat sembuhkan namun dapat dikendalikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pengendalian diabetes melitus tipe 2 dilakukan dengan melaksanakan upaya yang dapat mengontrol kadar glukosa darah. Keadaan pandemi Covid-19 telah memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk kesehatan khususnya kemampuan pasien beradaptasi melakukan manajemen kesehatannya di masa pandemi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran manajemen kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok pada masa pandemi Covid-19. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisis univariat, yang melibatkan 50 responden penyandang diabetes melitus di Kota Depok. Instrumen yang digunakan adalah Diabetes Self-Managemen Questionnaire Revised (DSMQ-R) yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata manajemen kontrol glikemik pasien DM tipe 2 di kota Depok pada masa pandemi Covid-19 adalah 47,56. Sebanyak 56% pasien DM tipe 2 memiliki manajemen kontrol glikemik yang buruk dan terdapat 44% sisanya yang memiliki manajemen kontrol glikemik yang baik. Indikator manajemen kontrol glikemik yang tergolong baik adalah terapi farmakologi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi/diet. Sedangkan manajemen kontrol glikemik yang tergolong buruk adalah aktivitas pemeriksaan glukosa darah mandiri (PGM) dan kontrol rutin. Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 pada masa pandemi Covid-19 tergolong buruk. Perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat membahas faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen control glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 pada masa pandemi.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a chronic metabolic disease that cannot be eliminated but can be controlled in order to prevent it’s complications. The controlling of T2DM is carried out by controlling blood glucose levels. The Covid-19 pandemic has affected many aspects of life, including health, especially adaptation ability of T2DM patients to manage their health. The purpose of this study is to determine the glycemic control management of T2DM patients in Depok during the Covid-19 pandemic. The type of research is a quantitative descriptive study with univariate analysis involving 50 respondents with type 2 diabetes mellitus in Depok. The instrument used was the modified Diabetes Self-Management Questionnaire-Revised (DSMQ-R). The result showed that the average score of glycemic control management of type 2 DM patients in Depok during the Covid-19 pandemic was 47.56. There were 56% of type 2 DM patients had poor glycemic control management while the remaining 44% had good glycemic control management. Indicators of glycemic control management that was classified as good were pharmacological therapy, physical activity, and nutritional/dietary therapy. Meanwhile, the management of glycemic control that was classified as poor were the activity of self-monitoring of blood glucose (SMBG) and routine control. This study showed that the management of glycemic control in type 2 diabetes mellitus patients in Depok during the Covid-19 pandemic was poor. Further research should be conducted to investigate influencing factors of the management of glycemic control in patients with type 2 diabetes mellitus"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
"ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Depok menduduki peringkat 2 di Jawa Barat dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak. Insulin direkomendasikan sebagai salah satu terapi diabetes lini pertama untuk mengontrol kadar glukosa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 agar tercapai hasil terapi sesuai dengan yang direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik consecutive sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel 79 orang pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kepatuhan insulin masih rendah sebanyak 52 orang 65,8 . Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, Dinas Kesehatan Depok, perawat, dan masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan terapi insulin.

ABSTRAK
Abstract Diabetes Mellitus is the fourth leading non infectious diseases cause of death in the world. Depok was ranked 2nd in West Java with the highest number of people with type 2 diabetes mellitus. Insulin is recommended as one of the first line diabetes therapy to control glucose levels. Therefore, it is important to know the adherence level of insulin therapy in people with type 2 diabetes mellitus in order to achieve the satisfied results of therapy. This study aimed to identify the level of adherence in insulin therapy among people with type 2 diabetes mellitus in Depok City. This research was a quantitative research using a cross sectional design and using consecutive sampling as a technique in sampling. The number of samples were 79 patients with type 2 diabetes mellitus who came to the Regional General Hospital of Depok City. The result showed that the level of insulin adherence came still low as many as 52 people 65.8 . This study is expected to provide information to the Regional General Hospital of Depok City, Depok Health Office, nurses, and the community to improve adherence to insulin therapy."
2017
S67065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Maulidina Sari
"Prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 cenderung meningkat setiap tahunnya serta menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Kontrol glikemik harus dilaksanakan oleh penderita DM untuk menghindari timbulnya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan keberhasilan kontrol glikemik pada pasien DM. Studi cross ndash; sectional dilakukan pada 57 pasien DM yang berobat di Rumah Sakit Husada Jakarta pada tahun 2015. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk banyak ditemukan pada kelompok pasien usia 50-64 tahun, perempuan, durasi penyakit.

Prevalence of Diabetes Mellitus Type 2 tends to increase every year and causing high morbidity and mortality in Indonesia. Glycemic control should be carried out by people with diabetes to avoid the onset of complications. This study aims to determine the factors that related to the success of glycemic control in T2DM patients. A cross sectional study conducted on 57 patients with T2DM who seek treatment at Husada Hospital Jakarta in 2015. This study showed that T2DM patients with poor glycemic control are found in the group of patients aged 50 64 years, women, disease duration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Mohammad Nuzul
"Tingginya prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dan makanan khas daerah yang mengandung cukup banyak lemak menyebabkan peningkatan resiko peripheral arterial disease di Kota Palu. Latihan Buerger Allen merupakan salah satu cara mencegah dan mengatasi penyakit ini. Akan tetapi, latihan tersebut kurang digunakan karena belum adanya penelitian terkait latihan ini yang dipublikasikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan ini terhadap sirkulasi perifer pada ekstremitas bawah pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi-experimental, model pretest?posttest nonequivalent control group dengan 24 responden. Latihan ini diberikan kepada kelompok perlakuan selama 4 hari, 3 kali sehari, 2 siklus latihan selama 22 menit. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna nilai ankle brachial index antara pretest dan posttest pada kelompok perlakuan (p = .047; α .05), sebaliknya tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol (p = .083; α .05). Secara statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai ankle brachial index posttest kelompok perlakuan dengan kontrol (p = .045; α .05), sehingga disimpulkan latihan ini efektif meningkatkan sirkulasi arteri perifer ekstremitas bawah. Disarankan agar latihan ini diberikan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Patient with diabetes mellitus have high risk of peripheral arterial disease. The risk increased on Palu City due to high prevalence of diabetes mellitus type 2 and food culture with high amount of fats. The Buerger-Allen exercise studies showed positive effect to improve lower extremity perfusion among patients with type 2 diabetes mellitus. However, this exercise gradually has been dropped in recent decades due to lack of published study in Indonesia. The study aimed to identify the effectiveness of this exercise to improve peripheral circulation of lower extremity. This study is the quasi-experimental with a pretest-posttest nonequivalent control group model, which enrolled 12 experimental and 12 control participants. Exercise had provided for 4 days, 3 times a day, and 2 cycles exercise for 22 minutes. The result showed significant difference of ankle-brachial index between the experiment and control group (p = .045; α .05). This study recommends Buerger-Allen exercise to be applied to patients with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Rahmadiya
"Diabates Melitus tipe 2 adalah gangguan metabolik dikarenakan menurunnya produksi insulin oleh sel ß-pankreas atau tubuh tidak lagi mampu menggunakan insulin secara efektif. Gula darah yang tinggi atau hiperglikemia dapat dikendalikan dengan manajemen diri pada penyandang Diabetes melitus Tipe 2. Manajemen diri penyandang Diabetes melitus Tipe 2 mengalami kesulitan pada masa pandemic COVID-19. Selama pandemi covid-19 penyandang diabetes melitus mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan perawatan diri. Studi ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengarui manajemen diri penyandang DM Tipe 2 di masa pandemi COVID-19. Desain penelitian ini merupakan jenis korelasi dengan pendekatan metode cross sectional yang melibatkan 88 orang responden. Hasil penelitian ini menunjukkan responden dengan efikasi diri yang cukup pada 58 responden (92,1%) dan efikasi diri yang sangat yakin 17 responden (68,0%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunnujukkan adanya hubungan yang significant antara efikasi diri (p-value (0,007), Dukungan Sosial p value (0,010) Sedangkan jenis kelamin, usia, pendidikan, lama menderita DM, pengetahuan , kecemasan, tidak adanya hubungan yang signifikan dengan Manajemen Diri  p-value  pengetahuan (0,692), kecemasan (1,000), usia (0,116), lama menderita DM (0,743) , pendidikan (0,530) > 0,05. Kemudian didapatkan juga faktor yang paling mempengaruhi mananjemen diri  adalah efikasi diri  dengan nilai odds rasio (OR)=0,224. Peneliti berharap dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri penyandang DM Tipe 2 diharapkan pelayanan keperawatan dapat menentukan intervensi lanjut yang tepat untuk memaksimal kan manajemen diri dimasa pandemi ataupun post pandemi.

Diabetes Mellitus type 2 is a metabolic disorder due to decreased insulin production by pancreatic ß-cells or the body is no longer able to use insulin effectively. High blood sugar or hyperglycemia can be controlled by self-management for people with Type 2 Diabetes Mellitus. Self-management for people with Type 2 Diabetes Mellitus experienced difficulties during the COVID-19 pandemic. During the Covid-19 pandemic, people with diabetes mellitus experienced a decrease in their ability to carry out self-care. This study was conducted to analyze what factors influenced the self-management of people with Type 2 DM during the COVID-19 pandemic. This research design is a type of correlation with a cross sectional method approach involving 88 respondents. The results of this study showed that 58 respondents (92.1%) had sufficient self-efficacy and 17 respondents (68.0%) had very confident self-efficacy. Statistical test results using the Chi-Square test showed a significant relationship between self-efficacy (p-value (0.007), social support p-value (0.010) while gender, age, education, duration of diabetes mellitus, knowledge, anxiety, no relationship significant with self-management p-value knowledge (0.692), anxiety (1.000), age (0.116), duration of DM (0.743), education (0.530) > 0.05. Then it was also found that the factor that most influenced self-management was efficacy themselves with an odds ratio (OR) = 0.224. Researchers hope that by knowing the factors that influence self-management of people with Type 2 DM, it is hoped that nursing services can determine appropriate further interventions to maximize self-management during a pandemic or post-pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalihana Ramadita
"Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko dari infeksi COVID-19. Studi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dengan tingkat keparahan COVID-19 pada pasien RSUI tahun 2020. Metode Penelitian ini dilakukan melalui studi cross-sectional analitik menggunakan rekam medis pasien COVID-19 di RSUI antara Juni hingga September 2020. Uji Chi-square atau Fisher digunakan untuk menguji hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dan keparahan COVID-19. Faktor risiko lain juga dianalisis bivariat dan analisis regresi logistik multivariat. Hasil Hasil analisis data bivariat menunjukkan nilai OR = 2.494 yang menunjukkan terdapat kecenderungan asosiasi antara diabetes melitus tipe 2 dengan keparahan COVID-19 pada pasien RSUI tahun 2020, namun tidak bermakna secara statistik (p = 0.071; 95% CI = 0.903 – 6.890). Mayoritas dari 172 pasien COVID-19 di RSUI berjenis kelamin laki-laki (59.3%) dan berusia dibawah 60 tahun (89.4%). Ditemukan 19 pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 (11.0%) pada keseluruhan pasien COVID-19. Faktor risiko lain yang diteliti, seperti berjenis kelamin laki-laki, lansia, hipertensi, PPOK, penyakit autoimun, keganasan, penyakit ginjal, dan gagal jantung tidak ditemukan memiliki hubungan signifikan dengan keparahan COVID-19 (p > 0.05). Kesimpulan Pada populasi pasien COVID-19 dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUI tahun 2020, meskipun terdapat kecenderungan asosiasi dengan keparahan COVID-19, namun tidak bermakna secara statistik. Faktor risiko lain juga tidak ditemukan kemaknaan secara statistik.

Introduction Type 2 diabetes mellitus is one of the risk factors for COVID-19 infection. This study aimed to analyze the association between type 2 diabetes mellitus and the severity of COVID-19-infected patients in RSUI in 2020. Method This cross-sectional analytical study uses medical records of COVID-19 patients in RSUI from June to September 2020. The chi-square test and Fisher’s exact test are utilized to test the association between type 2 diabetes mellitus and the severity of COVID-19. A bivariate analysis is conducted to analyze the other risk factors of COVID-19 that may affect the severity of COVID-19, followed by a multivariate logistic regression analysis. Result Data analysis found an OR = 2.494, indicating a tendency to have an association between type 2 diabetes mellitus and COVID-19 severity that is not statistically significant (p = 0.071; 95% CI = 0.903 – 6.890). Most of the 172 COVID-19 patients from RSUI are male-gendered (59.3%) and aged below 60 (89.4%). It is found that 19 patients have a history of type 2 diabetes mellitus (11.0%). Other risk factors analyzed, including male gender, geriatrician, hypertension, COPD, autoimmune disease, malignancy, kidney disease, and heart failure, lack significant association with COVID-19 severity (p > 0.05). Conclusion In this population of COVID-19 patients with type 2 diabetes mellitus in RSUI in 2020, although there is a tendency for an association with the severity of COVID-19, the value is statistically insignificant. Other risk factors studied are also found to lack a statistically significant association."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Oktadiansyah
"Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi, dan waktunya yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis yaitu dokter atau apotekernya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan minum obat diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Desain penelitian ini adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dengan cara consequtive sampling pada pasien yang berkunjung ke poli penyakit dalam sebesar 119 responden. Hasil penelitian ini dianalisa menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian didapatkan 57,1% responden dinilai patuh dalam minum obat. Hasil penelititan ini diharapkan menjadi data untuk meningkatkan kepatuhan dalam minum obat diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a chronic disease that causes multi-system disorders and characterised with hyperglikemia that caused inadequate of production and work of insulin. Medication adherence behavior is taking medication in correct doses, frequency, and time which recommended by the medical personnel. The purpose of this study was to describe the level of diabetes medication adherence in patients with type 2 diabetes mellitus. The design of this study was a cross-sectional. Sample were selected with a consequtive sampling method. One hundred and nine teen type 2 diabetes persons were included in this study. The data were analyzed by using an univariate analysis. The results showed that 57.1% of respondents adhere in taking medication. The study recommends that the improvement of patient adherence in taking medication is a necesity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Cahyani Sudarsono
"ABSTRAK
Program latihan untuk penatalaksanaan Diabetes Melitus DM tipe 2 harus dipastikan aspek keamanannya, selain juga efektif dan bermanfaat. Melalui penelitian dua tahap dilakukan perancangan latihan fisik yang dievaluasi dengan randomized controlled trial RCT .Program latihan 12 minggu mengombinasikan high intensity interval training HIIT dan latihan beban tiga dan dua kali per minggu dengan peningkatan intensitas bertahap. HIIT terdiri atas perbandingan 1 : 4 menit high intensity exercise HIE dan low intensity exercise LIE . Latihan beban terdiri atas sembilan latihan untuk batang tubuh, ekstremitas atas, dan bawah. RCT diikuti 42 penyandang DM tipe 2 berusia 35 ndash;64 tahun, yang dialokasikan menjadi kelompok eksperimen dengan latihan sesuai rancangan dan kelompok kontrol dengan continuous cardiorespiratory training. Pemeriksaan tingkat kebugaran VO2max , kontrol glikemik HbA1c , dan stres oksidatif MDA dan SOD dilakukan di awal dan akhir program.Pasca latihan didapatkan nilai rerata VO2max kelompok eksperimen 38,13 5,93 mL/kg.min lebih tinggi dibandingkan kontrol 32,09 5,24 mL/kg.min , p = 0,004, serta stres oksidatif menurun MDA eksperimen ? -0,14 0,39 nmol/mL dibandingkan kontrol ? 0,18 0,26 nmol/mL , p = 0,011; SOD eksperimen median ? 0,47 U/mL IQR 0,08-0,74 U/mL dibandingkan kontrol ? 0,14 0,35 U/mL , p = 0,036 . HbA1c kelompok eksperimen menunjukkan penurunan ? -0.43 1.01 , namun tidak bermakna. Skor komposit efek latihan lebih tinggi pada kelompok eksperimen 8,72 1,27 dibandingkan kontrol 7,20 1,08 , p = 0,001.Dengan demikian disimpulkan bahwa program latihan pada penelitian ini memberi manfaat dan dapat diimplementasikan dengan aman. Kata kunci: HIIT dan latihan beban; program latihan berbasis pasien; stres oksidatif; T2DM

ABSTRACT
Exercise programs for patients with Type 2 Diabetes Mellitus T2DM must be demonstrably safe, effective, and beneficial. Objectives. In this two-step study, a training program was designed and implemented in a randomized controlled trial RCT to meet the above criteria.The 12-week exercise program combined high intensity interval training HIIT three times per week and resistance training twice weekly , with gradually increased intensity. The HIIT element comprised 1 minute of high intensity exercise HIE and 4 minutes of low intensity exercise LIE . The resistance training element comprised nine exercises for core, upper, and lower extremities. The 42 T2DM patients who participated in the RCT were aged 35 ndash;64 years. Participants were randomly allocated to the experimental EXP group for the new training program and to the control KTR group for continuous cardiorespiratory training. Fitness level VO2max , glycemic control HbA1c , and oxidative stress MDA and SOD were measured before and after the exercise program.VO2max was higher in EXP 38.13 5.93 mL/kg.min than in KTR 32.09 5.24 mL/kg.min; p = 0.004 . Overall oxidative stress decreased in EXP MDA EXP ? -0.14 0.39 nmol/mL as compared to KTR ? 0.18 0.26 nmol/mL; p = 0.011 and SOD EXP median ? 0.47 U/mL IQR 0.08-0.74 U/mL as compared to KTR ? 0.14 0.35 U/mL; p = 0.036 . EXP HbA1c also decreased, although not significantly ? -0.43 1.01 . EXP composite effects score was significantly higher 8.72 1.27 than for KTR 7.20 1.08; p = 0.001 .The exercise program for T2DM patients was shown to be safe, with significant benefits.Keywords: glycemic control; HIIT and resistance training; oxidative stress; patient-based training program; physical fitness; T2DM"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avie Saptarini
"Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 mengalami peningkatan risiko kanker yang diduga diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan inflamasi. Ketiga faktor tersebut dapat menginduksi proses tumorigenesis melalui jalur glukotoksisitas, lipotoksisitas, dan stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan membandingkan mutan p53 sebagai tumor marker pada pasien DM tipe 2 dan pasien DM tipe 2 yang menderita kanker, mengukur dan membandingkan HbA1c pada kedua kelompok, serta melihat korelasi mutan p53 dengan HbA1c pada kedua kelompok. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Kelompok yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 (n = 51) dan pasien DM tipe 2 yang menderita kanker (n = 51). Analisis mutan p53 pada serum sampel dilakukan menggunakan ELISA, sedangkan pengukuran HbA1c dilakukan dengan Afinion Analyzer.
Pada penelitian ini kadar serum mutan p53 pada kelompok pasien DM tipe 2 (1,62 ± 0,08 ng/ml) tidak berbeda bermakna dengan kelompok pasien DM tipe 2 yang menderita kanker (1,64 ± 0,09 ng/ml) (p = 0,774). Sementara itu, HbA1c pada kelompok DM tipe 2 (8,42 ± 0,25 %) berbeda bermakna dengan kelompok DM tipe 2 yang menderita kanker (7,02 ± 0,20 %) (p < 0,001). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar mutan p53 dengan HbA1c, baik pada kelompok DM tipe 2 (r = 0,083; p = 0,561), maupun kelompok DM tipe 2 yang menderita kanker (r = 0,072; p = 0,617). Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar mutan p53 pada kelompok DM tipe 2 dan DM tipe 2 yang menderita kanker tidak berbeda bermakna, namun HbA1c pada kedua kelompok berbeda bermakna. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar mutan p53 dengan HbA1c pada kedua kelompok.

Type 2 Diabetes Mellitus has been found to increase the risk of cancer which is caused by conditions of hyperglycemia, hyperinsulinemia, and inflammation. These three factors are able to induce tumorigenesis through mechanisms of glucotoxicity, lipotoxicity, and oxidative stress. This study aimed to measure and compare mutant p53 as tumor marker in Type 2 Diabetes Mellitus patients and Type 2 Diabetes Mellitus patients with cancer, to measure and compare HbA1c level in both groups, and to analyze the correlation between mutant p53 and HbA1c level in both groups. This study was a cross-sectional study with consecutive sampling technique in which two groups were involved, namely type 2 diabetes mellitus patients (n = 51) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (n = 51). Serological level of mutant p53 protein was analyzed using ELISA and HbA1c was measured with HbA1c Afinion Analyzer.
The serological level of mutant p53 in the type 2 diabetes mellitus patients (1.62 ± 0.08 ng/ml) showed no significant difference compared with type 2 diabetes mellitus patients with cancer (1.64 ± 0.09 ng/ml) (p = 0.774). Meanwhile, HbA1c level showed significant difference between type 2 diabetes mellitus patients (8.42 ± 0.25 %) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (7.02 ± 0.20 %) (p < 0.001). Mild correlations between mutant p53 and HbA1c level were found in both type 2 diabetes mellitus patients (r = 0.083; p = 0.561) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (r = 0.072; p = 0.617). Based on the result, there was no significant difference between mutant p53 in type 2 diabetes mellitus patients with and without cancer. HbA1c level was found to be significantly different in both groups. Meanwhile, there was no significant correlation between mutant p53 and HbA1c in both groups.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Citra Sari
"Penderita DM (diabetesi) tidak hanya kalangan lansia tetapi juga sudah banyak diderita oleh kalangan pada usia produktif. Permasalahan terkait dengan perawatan diri sering ditemukan pada diabetesi yang baru saja didiagnosa atau sudah lama didiagnosa DM. Beberapa hambatan yang terjadi pada diabetesi dalam melaksanakan perilaku peraatan diri yaitu keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan menu, kekurangan informasi kurangnya aktivitas fisik, kepatuhan terhadap pengobatan yang rendan dan juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang minim.Pengendalian DM pada diabetesi sangata diperlukan untuk mengurangi komplikasi DM. Berdasarkan kondisi tersebut dikembangkan program GEPARI. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan perilaku perawatan diri para diabetesi. Metode yang digunakan yaitu studi kasus keluarga dan aggregate dewasa DM menggunakan pendekatan proses keluarga dan komunitas yang melibatkan 10 keluarga dan 34 diabetesi dewasa. Program ini didasarkan pada lima pilar pengendalian DM yaitu edukasi, manajemen nutrisi, aktivitas fisik, pengobatan dan juga pemeriksaan gula darah yang dilaksanakan selama 12 sesi. Evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dan tingkat kemandirian keluarga menggunakan kuesioner sedangkan gula darah sewaktu diukur menggunakan glucometer yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan program GEPARI. Hasil implementasi didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (p>0,05), penurunan glukosa darah sewaktu dan peningkatan kemandirian keluarga. Program GEPARI disarankan dapat dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan komunitas. 

People with DM (diabetes) are not only among the elderly but also have suffered by many people of productive age. Problems related to self-care are often found in people with diabetes who have just been diagnosed or have been diagnosed with diabetes for a long time. Some of the obstacles that occur in diabetes in carrying out self-care behavior are limitations in knowledge and skills in preparing menus, lack of information, lack of physical activity, low adherence to medication and also minimal support from family and the surrounding environment. reduce DM complications. Based on these conditions, the GEPARI program was developed. The aim of this program is to improve self-care behavior of diabetics. The method used is a family case study and aggregated adult DM using a family and community process approach involving 10 families and 34 adult diabetes. This program is based on the five pillars of DM control, namely education, nutrition management, physical activity, medication and also blood sugar checks which were carried out for 12 sessions. Evaluation of knowledge, attitudes and skills and level of family independence using a questionnaire, while blood sugar is measured using a glucometer which is carried out before and after the implementation of the GEPARI program. The results of the implementation showed that there was an increase in knowledge, attitudes and skills (p>0.05), a decrease in blood glucose and an increase in family independence. The GEPARI program is recommended to be implemented in community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>