Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Theresia M. Elsina
"Pendahuluan: Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis yang ditandai dengan distorsi kognitif dan penarikan sosial. Gejala postif skizofrenia adalah halusinasi, sedangkan gejala negatif skizofrenia adalah defisit perawatan diri. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test with control group menggunakan teknik purposive sampling yang dianalisis menggunakan univarat dan bivariat. Hasil: penelitian ini menunjukkan penurunan tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan klien halusinasi dan defisit perawatan diri, serta peningkatan kemampuan pelaku rawat dalam merawat klien dengan halusinasi dan defisit perawatan diri setelah mendapatkan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga. Kesimpulan: Tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga dapat menurunkan tanda dan gejala dan meningkatkan kemampuan klien halusinasi dan defisit perawatan diri, serta meningkatkan kemampuan pelaku rawat dalam merawat klien dengan halusinasi dan defisit perawatan diri Rekomendasi: Tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan sebagai upaya dalam proses pemulihan klien skizofrenia dengan halusinasi.

Introduction: Schizophrenia is a psychiatric disorder characterized by cognitive distortion and social withdrawal. Symptoms after schizophrenia are hallucinations, negative symptoms of schizophrenia are self-care deficits. Methods: The research design used was a quasi-experimental pre-post test with control group using purposive sampling technique which was analyzed using univariate and bivariate methods. Results: This study showed a decrease in signs and symptoms and an increase in the client's ability to hallucinate and self-care deficit, as well as an increase in the ability of caregivers to treat clients with hallucinations and self-care deficits after receiving self-care, cognitive therapy and family psychoeducation. Conclusion: Actions involving generalists, cognitive therapy and family psychoeducation can reduce signs and symptoms and improve the client's ability to hallucinate and self-care deficits, as well as improve the ability of caregivers in caring for clients with hallucinations and self-care deficits Recommendation: General treatment measures, cognitive therapy and education family is recommended as an effort in the recovery process of schizophrenic clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniyah Al Fauziyah
"Latar belakang: Skizofrenia termasuk gangguan jiwa yang berat dan dapat berdampak kepada kemampuan seseorang dalam merasakan, berpikir, bahkan berperilaku yang ditandai dengan halusinasi, delusi serta gangguan dalam pikiran, persepsi, dan perilaku. Gejala paling umum yang dialami oleh penderita skizofrenia adalah halusinasi (persepsi yang diterima panca indera tanpa adanya stimulus eksternal). Selain itu, lebih dari 60% penderita skizofrenia mengalami waham (salahnya keyakinan seseorang yang didasarkan pada kesimpulan yang salah terhadap realita eksternal). Kasus: Ny. E (22 tahun) diantar oleh ibunya ke rumah sakit karena tampak gelisah dan sering marah-marah di rumah. Selama di rumah sakit, pasien mengalami halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, waham curiga, waham kebesaran dan waham somatik. Diskusi: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Seluruh proses asuhan keperawatan dilakukan selama 15 hari sejak tanggal 19 September – 5 Oktober 2022 di ruangan Utari Rumah Sakit Jiwa Dr H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervensi yang diberikan kepada Ny. E dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan generalis untuk setiap diagnosis keperawatan yang muncul serta dikombinasikan dengan pendekatan terapi seni menggambar sebagai kegiatan alternatif untuk mendistraksi pasien dari pikiran yang terpusat pada waham dan halusinasi yang muncul pada pasien. Kesimpulan: Penerapan intervensi keperawatan generalis dengan pendekatan terapi seni: menggambar terhadap pasien Ny. E dengan masalah keperawatan halusinasi dan waham terbukti efektif dalam mengurangi tanda dan gejala halusinasi dan waham, dapat meningkatkan kemampuan dalam mengontrol halusinasi serta mengurangi gejala positif, negatif dan patologi umum skizofrenia.

Background: Schizophrenia is considered a serious mental disorder that may impact someone's ability to feel, think, and even behave, marked by hallucination, delusion, and disturbance in thought, perception, and behavior. The most common behavior in people with schizophrenia is a hallucination (perception received by human senses without external stimulus). More than 60% of people with schizophrenia have delusions (misinterpretation of reality). Case: Ms. E (22 y.o.) was taken to her mother to the hospital due to her nervousness and anger at home. While being treated, the patient experienced auditory and visual hallucinations; and persecutory, grandiose, and somatic delusion. Discussion: nursing started with assessment, data analysis, planning, implementation, then evaluation. All nursing process was done in 15 days from September 19th to October 5th, 2022, in the Utari room of Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervention given to Ms. E was in accordance with general nursing for every emerging nursing diagnosis, combined with drawing therapy as an alternative activity to distract patients from the emergence of hallucination and delusion. Conclusion: The application of general nursing intervention combined with drawing therapy to Ms. E, who suffers from hallucination and delusion, is proven effective in reducing signs and symptoms of hallucination and delusion, increasing the ability to control hallucination and delusion, and reducing positive, negative, and general pathological symptoms of schizophrenia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dequarta Splinaria Umar
"Latar Belakang: Ketidaktaatan pengobatan pada orang dengan skizofrenia merupakan masalah di seluruh dunia dan merupakan aspek paling menantang dalam menangani pasien dengan skizofrenia. Ketaatan pengobatan merupakan faktor penting untuk memberikan luaran yang baik pada pasien dengan skizofrenia. Terdapat beberapa perbedaan hasil dari berbagai penelitian terhadap faktor yang menyebabkan ketidaktaan pengobatan, namun ketidaktaatan pengobatan tetap merupakan masalah yang konsisten dalam pengobatan skizofrenia. kasus di RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo cenderung kompleks. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor terkait yang menyebabkan ketidaktaatan pengobatan di RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak 1440 subjek berasal dari pasien rawat jalan dengan skizofrenia di poliklinik psikiatri RS dr. Cipto Mangunkusumo. yang ditentukan dengan cluster konsekutif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan Positive and Negative Symptom of Schizophrenia (PANSS). Penilaian efek samping ekstrapiramidal mengunakan extrapyramidal symptom rating scale (ESRS). Data ketidaktaatan pengobatan diambil dengan menggunakan instrumen self-report medication adherence rating scale (MARS) data yang diperoleh kemdian dilakukan analisis dengan metode regresi logistik.
Hasil: Ditemukan proporsi ketidaktaatan pengobatan pada pasien dengan skizofrenia di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo sebesar 21,4%. Tilikan, fungsi kognitif, status ekonomi, keparahan gejala, gejala depresi, efektivitas pengobatan ditemukan memengaruhi ketidaktaan pengobatan. Melalui analisis multivariat hanya tilikan (p 0,003 ; OR = 5,437 ; CI95% 1,752-16,868) dan fungsi kognitif (p = 0.035 ; OR = 3,294 ; CI95% 1,089-9,967) yang menunjukkan pengaruh bermaknak terhadap ketidaktaatan pengobatan.

Introduction: Medication non-adherence in people with schizophrenia is a worldwide problem and is the most challenging aspect of managing patients with schizophrenia. Adherence to medication is an important factor to provide a good outcome in patients with schizophrenia. There are differences in the results of various studies on the factors that lead to medication non-adherence, but medication adherence remains a consistent problem in the treatment of schizophrenia. the case at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital tends to be more complex. So this research was conducted to determine the related factors that led to medication non-adherence at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital.
Methods: we conducted in a cross-sectional research. The sample size was 140 subjects from outpatients with schizophrenia in psychiatric polyclinic at dr. Cipto Mangunkusumo hospital and selected by consecutive clusters. Data were collected by structured interviews using Positive and Negative Symptoms of Schizophrenia (PANSS). Extrapyramidal side effect assessment using extrapyramidal symptom rating scale (ESRS). Medication adherence data were taken using the instrument self-report medication adherence rating scale (MARS). The data obtained were analyzed using logistic regression methods.
Results: The Proportion of medication non-adherence in patients with schizophrenia of 21.4% was found at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Insight, cognitive function, economic status, symptom severity, depressive symptoms, and effectiveness of treatment were found to be significant related to medication non-adherence. Multivariate analysis shown only insight (p 0.003; OR = 5.437; 95% CI 1.752-16.868) and cognitive function (p = 0.035; OR = 3.294; 95% CI 1.089-9.967) were found were found significant related to medication non-adherence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Aviandri Putra
"Latar Belakang: Dalam sejarahnya, skizofrenia merupakan suatu gangguan mental yang berat dan kompleks, dengan perjalanan penyakit yang kronis dan heterogen. Dengan perjalanan penyakit yang bersifat kronis, orang dengan skizofrenia akan dibayangi oleh kecacatan yang signifikan dan dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan hidup di sebagian besar domain. Beberapa peneliti dan dokter menyatakan bahwa pemahaman yang ada tentang pemulihan didasarkan pada lingkungan budaya dan sosial-ekonomi 'Barat' dari mana gerakan pemulihan dalam kesehatan mental muncul. Dengan demikian, mungkin tidak dapat ditransfer ke dunia lain yang memiliki latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang sangat berbeda. Di Indonesia terdapat alat ukur penilaian pemulihan bagi orang dengan spektrum skizofrenia yang telah dikembangkan periode tahun 2019-2021 pada tahap uji kesahihan isi. Agar alat ukur dapat digunakan sesuai dengan praktik berbasis bukti, maka perlu dilakukan pengujian lainnya seperti, kesahihan konstruk dan keandalannya. Dengan mengetahui secara lebih mendalam khususnya mengenai kesahihan konstruk dan keandalannya, diharapkan alat ukur Skala Pemulihan Pasien Skizofrenia ini dapat dikembangkan dengan semakin baik dan dapat digunakan dalam pelayanan.
Metode: Penelitian ini merupakan uji kesahihan dan keandalan alat ukur skala pemulihan pasien skizofrenia. Uji kesahihan yang dilakukan uji kesahihan konstruksi melalui analisis faktor eksploratori (EFA) dan analisis faktor konfirmatori (CFA). Untuk uji keandalan dinilai menggunakan konsistensi internal alpha-cronbach.
Hasil: Uji kesahihan konstruksi EFA didapatkan adanya 28 butir pernyataan yang terdiri dari enam dimensi konstruk. Alat ukur terebut dilakukan uji CFA dan didapatkan memiliki goodness of fit yang baik (Chi-Square p-value 0,05329; RMSEA = 0,036; CFI= 0,9577; TLI/NNFI= 0,9523; SRMR= 0,045) dengan nilai loading factor berkisar 0,60-0,91. Nilai reliabilitas sedang dengan alpha-cronbach 0,959.
Simpulan: Alat ukur skala pemulihan pasien skizofrenia sahih dan handal untuk digunakan untuk menilai kondisi pemulihan pada pasien spektrum skizofrenia.

Historically, schizophrenia was a severe and complex mental disorder, with a chronic and heterogeneous disease course. With the chronic course of the disease, people with schizophrenia will be shadowed by significant disabilities and are worried about not being able to achieve life goals in most domains such as interpersonal relationships, performance at work and so far, clinicians have focused more on improving clinical symptoms. Some researchers and clinicians state that the existing understanding of recovery is based on the 'Western' cultural and socio-economic environment from which the recovery movement in mental health emerged. Thus, it may not be transferable to other worlds that have very different social, cultural and economic backgrounds so it may not be suitable for use in other countries due to differences in cultural, social and economic backgrounds. In Indonesia, there is a recovery assessment measuring tool for people with the schizophrenia spectrum which was developed for the 2019-2021 period at the content validity testing stage. This measuring tool is considered different because there are cultural values in Indonesia such as spirituality and religion that can help someone in the recovery process. To ensure the tool's applicability in evidence-based practice, further testing such as construct validity and reliability is necessary. This research focuses on the validation and reliability testing of the schizophrenia patient recovery scale. Construct validity testing, conducted through exploratory factor analysis (EFA) and confirmatory factor analysis (CFA), identified 28 statements comprising six construct dimensions. The measurement tool underwent CFA, showing good goodness of fit (Chi-Square p-value 0.05329; RMSEA = 0.036; CFI= 0.9577; TLI/NNFI= 0.9523; SRMR= 0.045) with loading factor values ranging from 0.60 to 0.91. The reliability value is moderate, with an alpha-Cronbach of 0.959. In conclusion, the Schizophrenia Patient Recovery Scale is both valid and reliable for assessing the recovery status of individuals within the schizophrenia spectrum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Janah
"ABSTRAK
Merawat anggota keluarga dengan skizofrenia dapat menjadi sebuah stresor bagi anggota keluarga lainnya. Stresor inilah yang dapat menimbulkan stres bagi caregiver keluarga sehingga diperlukan suatu strategi koping untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping pada caregiver keluarga yang memiliki pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale dan Ways of Coping. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik sampel purposive sampling yang melibatkan 87 caregiver. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa stres tidak berhubungan signifikan terhadap strategi koping pada caregiver keluarga. Dukungan dari pelayanan kesehatan diperlukan untuk membantu dalam mengatasi stres yang dialami oleh caregiver. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengukur beban yang dialami caregiver secara subjektif maupun objektif.

ABSTRACT
Caregiving for a family member with schizophrenia can be a stressor for other family members. This stressor can cause stress for the family caregivers, So, caregivers need a coping strategy to overcome it. This study analyzed using the Chi-Square test to identify the relation between stress levels with coping strategies in the family caregiver. Data collection using the Perceived Stress Scale and Ways of Coping questionnaire. The research design used cross-sectional with a purposive sampling technique that involves 87 family caregivers. The results of this study indicate that the stress level is not significantly related to coping strategies in the family caregiver. Better support is needed from health professionals and social services to help them cope better. Further research is required to measure caregiver subjective and objective burden."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Mudjiwati
"

Halusinasi dan defisit perawatan diri merupakan gejala positif dan negatif dari skizofrenia. Asuhan keperawatan dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi masalah. Tujuan karya ilmiah akhir spesialis ini untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan kader, dan pelayanan medik pada klien halusinasi dan defisit perawatan diri. Desain karya ilmiah akhir spesialis ini adalah case series, dengan klien berjumlah 6 orang. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari 16 kali pertemuan yaitu 7 pertemuan dengan perawat, 4 pertemuan dengan kader, dan 5 kali pertemuan dengan pelayanan medik. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tanda dan gejala serta kemampuan halusinasi dan defisit perawatan diri. Hasil menunjukkan klien yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan kader, dan pelayanan medik mengalami penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan yang lebih banyak dibandingkan dengan klien yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, dan pelayanan medik, serta klien yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, dan terapi perilaku. Karya ilmiah akhir spesialis ini merekomendasikan pentingnya pemberian tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, serta pendampingan kader dan pelayanan medik pada klien halusinasi dan defisit perawatan diri.

 

 


Hallucinations and self-care deficits are positive and negative symptoms of schizophrenia. Nursing care can be given to improve the client's ability to solve problems. The purpose of the specialist's final scientific work is to determine the effect of nursing nurses' actions, family psychoeducation, behavioral therapy, cadre assistance, and medical services on hallucinatory clients and self-care deficits. The final design of this specialist scientific work is a case series, with 6 clients. The activity consisted of 16 meetings, 7 meetings with nurses, 4 meetings with cadres, and 5 meetings with medical services. The instruments used were instruments of signs and symptoms as well as hallucinations and self-care deficits. The results show that clients who get nursing action, family psychoeducation, behavioral therapy, cadre assistance, and medical services experience a decrease in signs and symptoms as well as increased ability compared to clients who only get nursing action, family psychoeducation, behavioral therapy, and service. medical, and clients who only get nursing actions, family psychoeducation, and behavioral therapy. The final scientific work of these specialists recommends the importance of nursing action, family psychoeducation, behavioral therapy, as well as cadre assistance and medical services for hallucinatory clients and self-care deficits.

 

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Efendi
"Kekambuhan pada klien skizofrenia perlu mendapat perhatian khusus karena menunjukkan angka yang tinggi serta memberikan dampak yang buruk terhadap klien dan keluarga. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga terhadap pencegahan faktor risiko kekambuhan klien perilaku kekerasan dan halusinasi di rumah sakit jiwa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 61 klien dan keluarga yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 berjumlah 31 klien dan keluarga diberikan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga, sedangkan kelompok intervensi 2 berjumlah 30 klien dan dikeluarga diberikan tindakan keperawatan ners. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Analisis bivariat menggunakan uji dependent t-test, independent t-test, dan korelasi pearson untuk data yang berdistribusi normal sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji wilcoxon, mann-whitney test, dan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan klien dan keluarga mencegah kekambuhan serta penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan halusinasi pada kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners saja (p value < 0,05). Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat generalis serta cognitive behaviour therapy dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan dilakukan oleh perawat spesialis jiwa di rumah sakit jawa dalam mencegah faktor risiko kekambuhan klien skizofrenia dengan diagnosis keperawatan perilaku kekerasan dan halusinasi.

Relapse in schizophrenia clients needs to get special attention, because it shows high numbers and has a negative impact on clients and their families. The purpose of research was to determine the effects of standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation on preventing the risk factors of relapse among client with violent behaviour and hallucinations in mental health hospital. The design used in this study was a quasi experimental pre-post test with control group. Sampling used purposive sampling technique with 61 clients and their families divided into 2 groups. The intervention group 1 consisted of 31 clients and their families were given standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation, while the intervention group 2 consisted of 30 clients and their families were given standard nursing intervention. Data were collected using questionnaires observation sheets then analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis used frequency distribution and tendency central. Bivariate analysis used dependent t-test, independent t-test, and pearson correlation for normally distributed data, while for data that was not normally distributed using wilcoxon, mann-whitney test, dan rank spearman correlation. The results showed that an increased in ability of clients and their families to prevent relapses, and the decreased in signs and symptoms of violent behaviour and hallucinations in the group that received standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation was significantly greater than the group that only received general nursing intervention (p value < 0,05). Standard nursing intervention are recommended performed by generalist nurses, while cognitive behavioural therapy and family psychoeducation performed by mental nurses specialist in mental health hospital to prevent relapses risk factors of schizophrenic clients with nursing diagnosis of violent behaviour and hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Alfonsa Batmanlussy
"Pendahuluan: Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang mempengaruhi aspek pikiran, perasaan dan perilaku seorang individu dan dapat ditandai dengan gejala positif maupun negatif sehingga menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam menilai dan mendefinisikan realita. Prevalensi orang dengan skizofrenia di Sulawesi Utara berada di angka 0,19% atau 1 per 1000 penduduk. Gejala skizofrenia terbagi dua yaitu gejala positif dan negatif, salah satu gejala negatif adalah defisit perawatan diri. Dampak yang ditimbulkan oleh defisit perawatan diri dapat berupa gangguan fisik, gangguan dalam menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta gangguan pada aspek psikososial. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri pada pasien dan juga memberikan pengetahuan bagi keluarga tentang cara merawat pasien defisit perawatan diri. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, terapi perilaku, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif terhadap gejala defisit perawatan diri, kemampuan pasien melakukan perawatan diri, dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien defisit perawatan diri. Metode: Menggunakan desain penelitian Quasy experiment pre-post with control group yang dianalisis menggunakan univariat dan bivariat. Hasil: Penelitian menunjukkan penurunan gejala defisit perawatan diri, peningkatan kemampuan pasien dalam merawat diri, dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien defisit perawatan diri. Rekomendasi: Tindakan keperawatan ners, terapi perilaku, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif direkomendasikan sebagai upaya untuk menurunkan gejala defisit perawatan diri pada pasien, meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri, dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat pasien.

Introduction: Schizophrenia is a mental illness that affects the thoughts, feelings and behaviour of an individual and can be characterised by both positive and negative symptoms that cause individuals to experience difficulties in assessing and defining reality. The prevalence of people with schizophrenia in North Sulawesi is 0.19% or 1 per 1000 population. Symptoms of schizophrenia are divided into two positive and negative symptoms, one of the negative symptoms is self-care deficit. The impact caused by self-care deficits can be physical impairment, impairment in living personal and work life, as well as impairment in psychosocial aspects. Therefore, action is needed to overcome the problem of self-care deficits in patients and also provide knowledge for families on how to care for patients with self-care deficits. Aims: To determine the effect of nursing standard, behavioural therapy, family psychoeducation, and supportive therapy on symptoms of self-care deficits, the ability of patients to perform self-care, and family's ability to care for patients with self-care deficits. Methods: Using Quasy experiment pre-post with control group research design which was analysed using univariate and bivariate analyses. Results: The study showed a decrease in symptoms of self-care deficits, an increase in the patient's ability to care for themselves, and an increase in the family's ability to care for patients with self-care deficits. Recommendations: Standard nursing intervention, behavioural therapy, family psychoeducation, and supportive therapy are recommended as an effort to reduce symptoms of self-care deficits in patients, improve patients' ability to perform self-care, and improve family's ability to care for patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Riska Amalya
"Halusinasi merupakan salah satu masalah yang banyak dialami oleh klien dengan skizofrenia. Tanda dan gejala yang dialami oleh klien halusinasi salah satunya adalah keluyuran yang menjadi hal mengkhawatirkan bagi keluarga. Keluarga yang merawat klien dengan halusinasi merasakan beban yang cukup berat dalam merawat klien. Adapun sumber beban pengasuh lainnya adalah tidak terpenuhi kebutuhan dan kesulitan dalam memberikan perawatan kepada klien.. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan manajemen kasus spesialis melalui pemberian psikoedukasi keluarga dan terapi suportif berbasis kebutuhan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Metode yang digunakan adalah case series. Manajemen kasus ini dilakukan pada 7 keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif. Pengkajian awal pada keluarga menggunakan instrumen Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule (CANSAS) untuk mengkaji kebutuhan keluarga. Hasil analisa kasus menunjukkan perubahan pada kebutuhan keluarga yang pada saat sebelum diberikan tindakan tidak terpenuhi menjadi terpenuhi dan juga terjadi perubahan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat puskesmas serta psikoedukasi keluarga dan terapi suportif dapat dilakukan oleh perawat spesialis jiwa dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang merawat klien dengan halusinasi.

Hallucinations is one of the problems experienced by many clients with schizophrenia. Signs and symptoms experienced by hallucinations clients, one of which is wandering which is a worrying thing for the family. Families who treat clients with hallucinations feel a considerable burden in caring for clients. The source of the burden of other caregivers is unmet needs and difficulties in providing care to clients. The purpose of writing this scientific paper is to describe case management through the provision of family psychoeducation and supportive therapy based on carers need in caring for clients with hallucinations. The method used is case series. This case management was carried out in 7 families who received general nursing intervention, family psychoeducation, and supportive therapy. The initial assessment of the family used the Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule (CANSAS) instrument to assess carers need. The results of case analysis show changes in carers need which at the time before being given unfulfilled actions are fulfilled and there is also a change in the increase in family capacity in caring for clients with hallucinations. General nursing intervention are recommended performed by nurses in community and family psychoeducation and supportive therapy can be carried out by psychiatric nurses to help meet the needs of families caring for clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Muri Cahyono
"Pendahuluan : Psikosis dan skizofrenia menunjukkan terjadi peningkatan setiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia. Skizofrenia adalah penyakit otak kronis yang sindrom klinisnya melibatkan perubahan pikiran, emosi, persepsi, gerakan dan perilaku individu. Gejala positif dari skizofrenia salah satunya halusinasi sedangkan risiko perilaku kekerasan muncul akibat halusinasi dan waham. Klien dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi, asuhan yang diberikan dalam bentuk tindakan keperawatan generalis dan spesialis. Tindakan keperawatan generalis (individu, kelompok, keluarga) begitu juga dengan Tindakan keperawatan spesialis (individu, kelompok, keluarga) meliputi latihan asertif, terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga. Tujuan : Diketahuinya karakteristik, predisposisi, presipitasi, perubahan tanda gejala, kemampuan, dan perubahan, perbedaan tanda gejala, kemampuan Metode : Desain karya ilmiah akhir spesialis ini menggunakan operational research terdiri dari enam tahap pelaksanaan Hasil : tindakan keperawatan generalis dan spesialis secara bermakna dapat menurunkan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dan halusinasi serta secara bermakna meningkatkan kemampuan klien dan keluarga. Kesimpulan : tindakan keperawatan generalis dan spesialis direkomendasikan karena dapat mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien dan keluarga.

Introduction: Psychosis and schizophrenia show an increase every year both in Indonesia and the world. Schizophrenia is a chronic brain disease whose clinical syndrome involves changes in an individual's thoughts, emotions, perceptions, movements and behavior. One of the positive symptoms of schizophrenia is hallucinations, while the risk of violent behavior arises due to hallucinations and delusions. Clients at risk of violent behavior and hallucinations, care is provided in the form of generalist and specialist nursing actions. Generalist nursing actions (individual, group, family) as well as specialist nursing actions (individual, group, family) include assertive training, cognitive behavioral therapy and family psychoeducation. Purpose: To find out characteristics, predisposition, precipitation, changes in signs and symptoms, abilities, and changes, differences in signs and symptoms, abilities. Methods: The design of this specialist's final scientific work using operational research consists of six implementation stages. Results: Generalist and specialist nursing actions can significantly reduce signs of risk of violent behavior and hallucinations and significantly improves the client's and family's abilities. Conclusion: generalist and specialist nursing actions are recommended because they can reduce signs and symptoms and increase the capabilities of clients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>