Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Theresia M. Elsina
"Pendahuluan: Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis yang ditandai dengan distorsi kognitif dan penarikan sosial. Gejala postif skizofrenia adalah halusinasi, sedangkan gejala negatif skizofrenia adalah defisit perawatan diri. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test with control group menggunakan teknik purposive sampling yang dianalisis menggunakan univarat dan bivariat. Hasil: penelitian ini menunjukkan penurunan tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan klien halusinasi dan defisit perawatan diri, serta peningkatan kemampuan pelaku rawat dalam merawat klien dengan halusinasi dan defisit perawatan diri setelah mendapatkan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga. Kesimpulan: Tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga dapat menurunkan tanda dan gejala dan meningkatkan kemampuan klien halusinasi dan defisit perawatan diri, serta meningkatkan kemampuan pelaku rawat dalam merawat klien dengan halusinasi dan defisit perawatan diri Rekomendasi: Tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan sebagai upaya dalam proses pemulihan klien skizofrenia dengan halusinasi.

Introduction: Schizophrenia is a psychiatric disorder characterized by cognitive distortion and social withdrawal. Symptoms after schizophrenia are hallucinations, negative symptoms of schizophrenia are self-care deficits. Methods: The research design used was a quasi-experimental pre-post test with control group using purposive sampling technique which was analyzed using univariate and bivariate methods. Results: This study showed a decrease in signs and symptoms and an increase in the client's ability to hallucinate and self-care deficit, as well as an increase in the ability of caregivers to treat clients with hallucinations and self-care deficits after receiving self-care, cognitive therapy and family psychoeducation. Conclusion: Actions involving generalists, cognitive therapy and family psychoeducation can reduce signs and symptoms and improve the client's ability to hallucinate and self-care deficits, as well as improve the ability of caregivers in caring for clients with hallucinations and self-care deficits Recommendation: General treatment measures, cognitive therapy and education family is recommended as an effort in the recovery process of schizophrenic clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniyah Al Fauziyah
"Latar belakang: Skizofrenia termasuk gangguan jiwa yang berat dan dapat berdampak kepada kemampuan seseorang dalam merasakan, berpikir, bahkan berperilaku yang ditandai dengan halusinasi, delusi serta gangguan dalam pikiran, persepsi, dan perilaku. Gejala paling umum yang dialami oleh penderita skizofrenia adalah halusinasi (persepsi yang diterima panca indera tanpa adanya stimulus eksternal). Selain itu, lebih dari 60% penderita skizofrenia mengalami waham (salahnya keyakinan seseorang yang didasarkan pada kesimpulan yang salah terhadap realita eksternal). Kasus: Ny. E (22 tahun) diantar oleh ibunya ke rumah sakit karena tampak gelisah dan sering marah-marah di rumah. Selama di rumah sakit, pasien mengalami halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, waham curiga, waham kebesaran dan waham somatik. Diskusi: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Seluruh proses asuhan keperawatan dilakukan selama 15 hari sejak tanggal 19 September – 5 Oktober 2022 di ruangan Utari Rumah Sakit Jiwa Dr H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervensi yang diberikan kepada Ny. E dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan generalis untuk setiap diagnosis keperawatan yang muncul serta dikombinasikan dengan pendekatan terapi seni menggambar sebagai kegiatan alternatif untuk mendistraksi pasien dari pikiran yang terpusat pada waham dan halusinasi yang muncul pada pasien. Kesimpulan: Penerapan intervensi keperawatan generalis dengan pendekatan terapi seni: menggambar terhadap pasien Ny. E dengan masalah keperawatan halusinasi dan waham terbukti efektif dalam mengurangi tanda dan gejala halusinasi dan waham, dapat meningkatkan kemampuan dalam mengontrol halusinasi serta mengurangi gejala positif, negatif dan patologi umum skizofrenia.

Background: Schizophrenia is considered a serious mental disorder that may impact someone's ability to feel, think, and even behave, marked by hallucination, delusion, and disturbance in thought, perception, and behavior. The most common behavior in people with schizophrenia is a hallucination (perception received by human senses without external stimulus). More than 60% of people with schizophrenia have delusions (misinterpretation of reality). Case: Ms. E (22 y.o.) was taken to her mother to the hospital due to her nervousness and anger at home. While being treated, the patient experienced auditory and visual hallucinations; and persecutory, grandiose, and somatic delusion. Discussion: nursing started with assessment, data analysis, planning, implementation, then evaluation. All nursing process was done in 15 days from September 19th to October 5th, 2022, in the Utari room of Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervention given to Ms. E was in accordance with general nursing for every emerging nursing diagnosis, combined with drawing therapy as an alternative activity to distract patients from the emergence of hallucination and delusion. Conclusion: The application of general nursing intervention combined with drawing therapy to Ms. E, who suffers from hallucination and delusion, is proven effective in reducing signs and symptoms of hallucination and delusion, increasing the ability to control hallucination and delusion, and reducing positive, negative, and general pathological symptoms of schizophrenia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dequarta Splinaria Umar
"Latar Belakang: Ketidaktaatan pengobatan pada orang dengan skizofrenia merupakan masalah di seluruh dunia dan merupakan aspek paling menantang dalam menangani pasien dengan skizofrenia. Ketaatan pengobatan merupakan faktor penting untuk memberikan luaran yang baik pada pasien dengan skizofrenia. Terdapat beberapa perbedaan hasil dari berbagai penelitian terhadap faktor yang menyebabkan ketidaktaan pengobatan, namun ketidaktaatan pengobatan tetap merupakan masalah yang konsisten dalam pengobatan skizofrenia. kasus di RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo cenderung kompleks. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor terkait yang menyebabkan ketidaktaatan pengobatan di RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak 1440 subjek berasal dari pasien rawat jalan dengan skizofrenia di poliklinik psikiatri RS dr. Cipto Mangunkusumo. yang ditentukan dengan cluster konsekutif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan Positive and Negative Symptom of Schizophrenia (PANSS). Penilaian efek samping ekstrapiramidal mengunakan extrapyramidal symptom rating scale (ESRS). Data ketidaktaatan pengobatan diambil dengan menggunakan instrumen self-report medication adherence rating scale (MARS) data yang diperoleh kemdian dilakukan analisis dengan metode regresi logistik.
Hasil: Ditemukan proporsi ketidaktaatan pengobatan pada pasien dengan skizofrenia di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo sebesar 21,4%. Tilikan, fungsi kognitif, status ekonomi, keparahan gejala, gejala depresi, efektivitas pengobatan ditemukan memengaruhi ketidaktaan pengobatan. Melalui analisis multivariat hanya tilikan (p 0,003 ; OR = 5,437 ; CI95% 1,752-16,868) dan fungsi kognitif (p = 0.035 ; OR = 3,294 ; CI95% 1,089-9,967) yang menunjukkan pengaruh bermaknak terhadap ketidaktaatan pengobatan.

Introduction: Medication non-adherence in people with schizophrenia is a worldwide problem and is the most challenging aspect of managing patients with schizophrenia. Adherence to medication is an important factor to provide a good outcome in patients with schizophrenia. There are differences in the results of various studies on the factors that lead to medication non-adherence, but medication adherence remains a consistent problem in the treatment of schizophrenia. the case at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital tends to be more complex. So this research was conducted to determine the related factors that led to medication non-adherence at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital.
Methods: we conducted in a cross-sectional research. The sample size was 140 subjects from outpatients with schizophrenia in psychiatric polyclinic at dr. Cipto Mangunkusumo hospital and selected by consecutive clusters. Data were collected by structured interviews using Positive and Negative Symptoms of Schizophrenia (PANSS). Extrapyramidal side effect assessment using extrapyramidal symptom rating scale (ESRS). Medication adherence data were taken using the instrument self-report medication adherence rating scale (MARS). The data obtained were analyzed using logistic regression methods.
Results: The Proportion of medication non-adherence in patients with schizophrenia of 21.4% was found at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Insight, cognitive function, economic status, symptom severity, depressive symptoms, and effectiveness of treatment were found to be significant related to medication non-adherence. Multivariate analysis shown only insight (p 0.003; OR = 5.437; 95% CI 1.752-16.868) and cognitive function (p = 0.035; OR = 3.294; 95% CI 1.089-9.967) were found were found significant related to medication non-adherence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Aviandri Putra
"Latar Belakang: Dalam sejarahnya, skizofrenia merupakan suatu gangguan mental yang berat dan kompleks, dengan perjalanan penyakit yang kronis dan heterogen. Dengan perjalanan penyakit yang bersifat kronis, orang dengan skizofrenia akan dibayangi oleh kecacatan yang signifikan dan dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan hidup di sebagian besar domain. Beberapa peneliti dan dokter menyatakan bahwa pemahaman yang ada tentang pemulihan didasarkan pada lingkungan budaya dan sosial-ekonomi 'Barat' dari mana gerakan pemulihan dalam kesehatan mental muncul. Dengan demikian, mungkin tidak dapat ditransfer ke dunia lain yang memiliki latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang sangat berbeda. Di Indonesia terdapat alat ukur penilaian pemulihan bagi orang dengan spektrum skizofrenia yang telah dikembangkan periode tahun 2019-2021 pada tahap uji kesahihan isi. Agar alat ukur dapat digunakan sesuai dengan praktik berbasis bukti, maka perlu dilakukan pengujian lainnya seperti, kesahihan konstruk dan keandalannya. Dengan mengetahui secara lebih mendalam khususnya mengenai kesahihan konstruk dan keandalannya, diharapkan alat ukur Skala Pemulihan Pasien Skizofrenia ini dapat dikembangkan dengan semakin baik dan dapat digunakan dalam pelayanan.
Metode: Penelitian ini merupakan uji kesahihan dan keandalan alat ukur skala pemulihan pasien skizofrenia. Uji kesahihan yang dilakukan uji kesahihan konstruksi melalui analisis faktor eksploratori (EFA) dan analisis faktor konfirmatori (CFA). Untuk uji keandalan dinilai menggunakan konsistensi internal alpha-cronbach.
Hasil: Uji kesahihan konstruksi EFA didapatkan adanya 28 butir pernyataan yang terdiri dari enam dimensi konstruk. Alat ukur terebut dilakukan uji CFA dan didapatkan memiliki goodness of fit yang baik (Chi-Square p-value 0,05329; RMSEA = 0,036; CFI= 0,9577; TLI/NNFI= 0,9523; SRMR= 0,045) dengan nilai loading factor berkisar 0,60-0,91. Nilai reliabilitas sedang dengan alpha-cronbach 0,959.
Simpulan: Alat ukur skala pemulihan pasien skizofrenia sahih dan handal untuk digunakan untuk menilai kondisi pemulihan pada pasien spektrum skizofrenia.

Historically, schizophrenia was a severe and complex mental disorder, with a chronic and heterogeneous disease course. With the chronic course of the disease, people with schizophrenia will be shadowed by significant disabilities and are worried about not being able to achieve life goals in most domains such as interpersonal relationships, performance at work and so far, clinicians have focused more on improving clinical symptoms. Some researchers and clinicians state that the existing understanding of recovery is based on the 'Western' cultural and socio-economic environment from which the recovery movement in mental health emerged. Thus, it may not be transferable to other worlds that have very different social, cultural and economic backgrounds so it may not be suitable for use in other countries due to differences in cultural, social and economic backgrounds. In Indonesia, there is a recovery assessment measuring tool for people with the schizophrenia spectrum which was developed for the 2019-2021 period at the content validity testing stage. This measuring tool is considered different because there are cultural values in Indonesia such as spirituality and religion that can help someone in the recovery process. To ensure the tool's applicability in evidence-based practice, further testing such as construct validity and reliability is necessary. This research focuses on the validation and reliability testing of the schizophrenia patient recovery scale. Construct validity testing, conducted through exploratory factor analysis (EFA) and confirmatory factor analysis (CFA), identified 28 statements comprising six construct dimensions. The measurement tool underwent CFA, showing good goodness of fit (Chi-Square p-value 0.05329; RMSEA = 0.036; CFI= 0.9577; TLI/NNFI= 0.9523; SRMR= 0.045) with loading factor values ranging from 0.60 to 0.91. The reliability value is moderate, with an alpha-Cronbach of 0.959. In conclusion, the Schizophrenia Patient Recovery Scale is both valid and reliable for assessing the recovery status of individuals within the schizophrenia spectrum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Mudjiwati
"

Halusinasi dan defisit perawatan diri merupakan gejala positif dan negatif dari skizofrenia. Asuhan keperawatan dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi masalah. Tujuan karya ilmiah akhir spesialis ini untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan kader, dan pelayanan medik pada klien halusinasi dan defisit perawatan diri. Desain karya ilmiah akhir spesialis ini adalah case series, dengan klien berjumlah 6 orang. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari 16 kali pertemuan yaitu 7 pertemuan dengan perawat, 4 pertemuan dengan kader, dan 5 kali pertemuan dengan pelayanan medik. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tanda dan gejala serta kemampuan halusinasi dan defisit perawatan diri. Hasil menunjukkan klien yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan kader, dan pelayanan medik mengalami penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan yang lebih banyak dibandingkan dengan klien yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, dan pelayanan medik, serta klien yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, dan terapi perilaku. Karya ilmiah akhir spesialis ini merekomendasikan pentingnya pemberian tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, serta pendampingan kader dan pelayanan medik pada klien halusinasi dan defisit perawatan diri.

 

 


Hallucinations and self-care deficits are positive and negative symptoms of schizophrenia. Nursing care can be given to improve the client's ability to solve problems. The purpose of the specialist's final scientific work is to determine the effect of nursing nurses' actions, family psychoeducation, behavioral therapy, cadre assistance, and medical services on hallucinatory clients and self-care deficits. The final design of this specialist scientific work is a case series, with 6 clients. The activity consisted of 16 meetings, 7 meetings with nurses, 4 meetings with cadres, and 5 meetings with medical services. The instruments used were instruments of signs and symptoms as well as hallucinations and self-care deficits. The results show that clients who get nursing action, family psychoeducation, behavioral therapy, cadre assistance, and medical services experience a decrease in signs and symptoms as well as increased ability compared to clients who only get nursing action, family psychoeducation, behavioral therapy, and service. medical, and clients who only get nursing actions, family psychoeducation, and behavioral therapy. The final scientific work of these specialists recommends the importance of nursing action, family psychoeducation, behavioral therapy, as well as cadre assistance and medical services for hallucinatory clients and self-care deficits.

 

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Efendi
"Kekambuhan pada klien skizofrenia perlu mendapat perhatian khusus karena menunjukkan angka yang tinggi serta memberikan dampak yang buruk terhadap klien dan keluarga. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga terhadap pencegahan faktor risiko kekambuhan klien perilaku kekerasan dan halusinasi di rumah sakit jiwa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 61 klien dan keluarga yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 berjumlah 31 klien dan keluarga diberikan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga, sedangkan kelompok intervensi 2 berjumlah 30 klien dan dikeluarga diberikan tindakan keperawatan ners. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Analisis bivariat menggunakan uji dependent t-test, independent t-test, dan korelasi pearson untuk data yang berdistribusi normal sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji wilcoxon, mann-whitney test, dan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan klien dan keluarga mencegah kekambuhan serta penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan halusinasi pada kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners saja (p value < 0,05). Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat generalis serta cognitive behaviour therapy dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan dilakukan oleh perawat spesialis jiwa di rumah sakit jawa dalam mencegah faktor risiko kekambuhan klien skizofrenia dengan diagnosis keperawatan perilaku kekerasan dan halusinasi.

Relapse in schizophrenia clients needs to get special attention, because it shows high numbers and has a negative impact on clients and their families. The purpose of research was to determine the effects of standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation on preventing the risk factors of relapse among client with violent behaviour and hallucinations in mental health hospital. The design used in this study was a quasi experimental pre-post test with control group. Sampling used purposive sampling technique with 61 clients and their families divided into 2 groups. The intervention group 1 consisted of 31 clients and their families were given standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation, while the intervention group 2 consisted of 30 clients and their families were given standard nursing intervention. Data were collected using questionnaires observation sheets then analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis used frequency distribution and tendency central. Bivariate analysis used dependent t-test, independent t-test, and pearson correlation for normally distributed data, while for data that was not normally distributed using wilcoxon, mann-whitney test, dan rank spearman correlation. The results showed that an increased in ability of clients and their families to prevent relapses, and the decreased in signs and symptoms of violent behaviour and hallucinations in the group that received standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation was significantly greater than the group that only received general nursing intervention (p value < 0,05). Standard nursing intervention are recommended performed by generalist nurses, while cognitive behavioural therapy and family psychoeducation performed by mental nurses specialist in mental health hospital to prevent relapses risk factors of schizophrenic clients with nursing diagnosis of violent behaviour and hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Riska Amalya
"Halusinasi merupakan salah satu masalah yang banyak dialami oleh klien dengan skizofrenia. Tanda dan gejala yang dialami oleh klien halusinasi salah satunya adalah keluyuran yang menjadi hal mengkhawatirkan bagi keluarga. Keluarga yang merawat klien dengan halusinasi merasakan beban yang cukup berat dalam merawat klien. Adapun sumber beban pengasuh lainnya adalah tidak terpenuhi kebutuhan dan kesulitan dalam memberikan perawatan kepada klien.. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan manajemen kasus spesialis melalui pemberian psikoedukasi keluarga dan terapi suportif berbasis kebutuhan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Metode yang digunakan adalah case series. Manajemen kasus ini dilakukan pada 7 keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif. Pengkajian awal pada keluarga menggunakan instrumen Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule (CANSAS) untuk mengkaji kebutuhan keluarga. Hasil analisa kasus menunjukkan perubahan pada kebutuhan keluarga yang pada saat sebelum diberikan tindakan tidak terpenuhi menjadi terpenuhi dan juga terjadi perubahan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat puskesmas serta psikoedukasi keluarga dan terapi suportif dapat dilakukan oleh perawat spesialis jiwa dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang merawat klien dengan halusinasi.

Hallucinations is one of the problems experienced by many clients with schizophrenia. Signs and symptoms experienced by hallucinations clients, one of which is wandering which is a worrying thing for the family. Families who treat clients with hallucinations feel a considerable burden in caring for clients. The source of the burden of other caregivers is unmet needs and difficulties in providing care to clients. The purpose of writing this scientific paper is to describe case management through the provision of family psychoeducation and supportive therapy based on carers need in caring for clients with hallucinations. The method used is case series. This case management was carried out in 7 families who received general nursing intervention, family psychoeducation, and supportive therapy. The initial assessment of the family used the Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule (CANSAS) instrument to assess carers need. The results of case analysis show changes in carers need which at the time before being given unfulfilled actions are fulfilled and there is also a change in the increase in family capacity in caring for clients with hallucinations. General nursing intervention are recommended performed by nurses in community and family psychoeducation and supportive therapy can be carried out by psychiatric nurses to help meet the needs of families caring for clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Fadllah
"Halusinasi dan perilaku kekerasan merupakan gejala positif yang paling banyak ditemukan pada klien dengan skizofrenia. Tanda dan gejala halusinasi dan perilaku kekerasan membutuhkan penatalaksanaan yang komperehensif dan berkesinambungan baik untuk klien, keluarga, dan kelompok. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah untuk memberikan gambaran penerapan dari tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, assertive training, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif pada klien halusinasi dan perilaku kekerasan. Metode yang digunakan adalah operational research. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 40 klien yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok satu berjumlah 20 klien diberikan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, assertive training, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif (paket terapi satu). Kelompok dua berjumlah 20 klien diberikan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan assertive training (paket terapi dua). Pengumpulan data menggunakan instrumen tanda gejala dan kemampuan, kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Analisis bivariat menggunakan uji friedman, wilcoxon, mann-whitney, dan korelasi rank spearman. Hasil karya ilmiah menunjukkan penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan klien halusinasi dan perilaku kekerasan pada kelompok yang diberikan paket terapi satu lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang mendapatkan paket terapi dua (p value < 0,05). Tindakan keperawatan yang dikombinasikan antara tindakan keperawatan ners oleh perawat generalis dan tindakan keperawatan spesialis oleh perawat spesialis jiwa direkomendasikan dilakukan di rumah sakit jiwa untuk menghasilkan penurunan tanda gejala dan peningkatan kemampuan klien halusinasi dan perilaku kekerasan lebih optimal.

Hallucinations and violent behavior are the most common positive symptoms in clients with schizophrenia. Signs and symptoms of hallucinations and violent behavior require comprehensive and continuous management for the client, family, and group. The purpose of writing this final scientific paper is to provide an overview of the application of standart nursing intervention, cognitive behavior therapy, assertive training, family psychoeducation, and supportive therapy to clients with hallucinations and violent behavior. The method used is operational research. Sampling using purposive sampling technique amounted to 40 clients who were divided into two groups. The first group of 20 clients was given standart nursing intervention, cognitive behavior therapy, assertive training, family psychoeducation, and supportive therapy (therapy package one). The second group of 20 clients was given standart nursing intervention, cognitive behavior therapy and assertive training (therapy package two). Collecting data using signs and symptoms instruments and abilities, then analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis using frequency distribution and central tendency. Bivariate analysis using friedman, wilcoxon, mann-whitney and spearman rank correlation test. The results of scientific work showed the decrease in signs and symptoms as well as an increase in the client's ability to hallucinations and violent behavior in the group given therapy package one was significantly greater than the group receiving therapy package two (p_value <0.05). Nursing intervention that are combined between standart nursing and specialist nursing intervention are recommended to be carried out in mental hospitals to produce a decrease in signs of symptoms and an increase in the ability of clients to have hallucinations and violent behavior more optimally"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marice Benga Olla
"Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang rentan terjadi pada lansia dengan penyakit kronis yang menganggap hidup terasa hampa dan tidak bermakna. Terapi kognitif, logoterapi dan psikoedukasi keluarga telah diberikan untuk membantu lansia yang depresi untuk melawan pikiran negatif dan menemukan makna hidup serta meningkatkan kemampuan keluarga untuk memberikan perawatan yang tepat terhadap klien depresi. Laporan Karya Ilmiah Akhir ini dibuat dalam bentuk case series dengan melibatkan 4 lansia depresi dengan penyakit kronis yang ada di komunitas yang telah diberikan terapi kognitif, logoterapi dan psikoedukasi keluarga selama15 ndash; 20 hari dalam 5 kali pertemuan. Hasil yang ditemukan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan memaknai hidup serta penurunan tanda dan gejala depresi pada keempat klien. Terapi kognitif, logoterapi dan psikoedukasi keluarga sangat efektif diberikan kepada lansia depresi dengan penyakit kronis terutama lansia yang berada di komunitas.

Depression is a common mood disorders that are vulnerable to elderly people with chronic diseases that perceive life as empty and meaningless. Cognitive therapy, logotherapy and family psychoeducation have been provided to help the elderly to counter negative thoughts and finding meaning of life by activities that can still be done supported with appropiate care of the caregiver to resolve the depression experienced. This case series report involves 4 elderly depression with chronic disease in the community who have been given cognitive therapy, logotherapy and family psychoeducation for 15 20 days in 5 meetings. The results were found to indicate an increase in the ability to find meaning of life and decreased signs and symptoms of depression in all clients. The combination of cognitive therapy, logotherapy and effective family psychoeducation is very effective to give to the elderly depression with chronic diseases, especially elderly who are in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Areta Dewi Pramudita
"Latar belakang: Psikotik akut merupakan gangguan jiwa yang bercirikan gangguan perilaku yang parah seperti kegelisahan dan agitasi, mendengar suara atau melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau dilihat orang lain, kepercayaan aneh, ucapan dan tingkat emosional. ketakutan atau emosi berubah dengan cepat, seperti dari menangis menjadi tertawa. Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang dialami oleh 60% hingga 80% penderita psikotik. Kasus: Ny. IP (24 tahun) diantar oleh keluarga ke rumah sakit karena berbicara sendiri dan marah-marah di rumah. Selama di rumah sakit, pasien mengalami halusinasi pendengaran, harga diri rendah kronik, risiko perilaku kekerasan, dan isolasi sosial. Diskusi: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi hingga evaluasi.Seluruh proses asuhan keperawatan dilakukan selama 13 hari sejak tanggal 23 September – 7 Oktober 2022 di ruangan Utari Rumah Sakit Jiwa Dr H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervensi yang diberikan kepada Ny. E dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan generalis untuk setiap diagnosis keperawatan yang muncul serta dikombinasikan dengan pendekatan terapi psikoreligius mengaji. Kesimpulan: Penerapan intervensi keperawatan generalis dengan pendekatan terapi psikoreligius: mengaji terhadap pasien Ny. IP dengan masalah keperawatan halusinasi pendengaran terbukti efektif dalam mengurangi tanda dan gejala halusinasi, dapat meningkatkan kemampuan dalam mengontrol halusinasi.
Background: Acute psychosis is a mental disorder characterized by severe behavioral disorders such as restlessness and agitation, hearing sounds or seeing things that other people cannot hear or see, strange beliefs, speech and emotional levels. fear or emotion changes rapidly, such as from crying to laughing. Auditory hallucinations are hallucinations experienced by 60% to 80% of psychotic sufferers. Case: Mrs. IP (24 years old) was brought by his family to the hospital because he was talking to himself and being angry at home. While in hospital, patients experience auditory hallucinations, chronic low self-esteem, risk of violent behavior, and social isolation. Discussion: Nursing care starts from assessment, data analysis, planning, implementation to evaluation. The entire nursing care process is carried out for 13 days from 23 September to 7 October 2022 in the Utari room of the Dr H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital (RSJMM) Bogor. The intervention given to Mrs. E is carried out according to generalist nursing care standards for each nursing diagnosis that appears and is combined with a psychoreligious therapy approach to the Koran. Conclusion: The application of generalist nursing interventions with a psychoreligious therapy approach: reciting the patient of Mrs. IP with auditory hallucinations nursing problems proved effective in reducing signs and symptoms of hallucinations, can improve the ability to control hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>