Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bellinda Fitri Amara
"Acute decompensated heart failure (ADHF) mengacu pada timbulnya gejala dan/atau tanda-tanda gagal jantung yang cepat atau bertahap. Dispnea saat aktivitas adalah salah satu gejala dominan pada klien dengan gagal jantung yang menyebabkan penurunan kualitas hidup klien dengan mengurangi kemandirian/ kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan menggunakan penerapan pursed lip breathing dan posisi semi-fowler untuk mengurangi keluhan sesak, menurunkan laju pernapasan, dan meningkatkan saturasi oksigen pada klien dengan ADHF sehingga kemandirian dalam melakukan aktivitas dapat meningkat. Evaluasi dilakukan menggunakan pulse oximetry, perhitungan laju pernapasan selama satu menit, serta perasaan subjektif pada keluhan sesak yang dirasakan klien. Hasilnya, terdapat penurunan laju pernapasan, penurunan keluhan sesak dan peningkatan saturasi oksigen setelah latihan pursed lip breathing dan posisi semi-fowler diimplementasikan. Kesimpulannya, latihan pursed lip breathing dengan posisi semi-fowler terbukti efektif menurunkan laju pernapasan, meningkatkan saturasi oksigen, dan meredakan keluhan sesak napas pada klien dengan ADHF.

Acute decompensated heart failure (ADHF) refers to the rapid or gradual onset of symptoms and/or signs of heart failure. Dispnea on exertion is one of the dominant symptoms in patients with heart failure which causes a decrease in the patient's quality of life by reducing independence/ability to perform daily activities. The purpose of this paper is to describe the results of the analysis of nursing care using the application of pursed lip breathing and semi-Fowler's position to reduce complaints of shortness of breath, decrease respiratory rate, and increase oxygen saturation in clients with ADHF so that independence in carrying out activities can increase. Evaluation was carried out using pulse oximetry, calculating the respiratory rate for one minute, as well as subjective feelings of shortness of breath felt by the client. As a result, there is a decrease in respiratory rate, a decrease in complaints of shortness of breath and an increase in oxygen saturation after the pursed lip breathing and semi-Fowler position exercises are implemented. In conclusion, the pursed lip breathing exercise in the semi-Fowler position has been shown to be effective in reducing respiratory rate, increasing oxygen saturation, and relieving shortness of breath in clients with ADHF."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Anggraini Rahmawati
"ADHF (Acute decompensated heart failure) merupakan suatu kondisi gagal jantung dengan perubahan mendadak pada jantung untuk berkontraksi, sehingga mengancam nyawa dan dapat menyebabkan edema paru. Gagal jantung dapat dikategorikan menurut nilai ejeksi fraksi, salah satunya heart failure with reduce ejection fracktion (HFrEF) dengan nilai EF ≤40%. Tanda klinis ADHF salah satunya edema pada tungkai. Hal ini terjadi karena kegagalan LV untuk berkontraksi sehingga menyebabkan aliran balik dengan penumpukan cairan diparu, kemudian kembali ke RV dan keluar melalui atrium kanan ke seluruh tubuh, salah satunya ke tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai yaitu ankle pumping exercise. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 10 kali/jam, kemudian dievaluasi selama 6 jam dengan metode pitting edema. Hasil intervensi menunjukkan terdapat perubahan derajat edema tungkai dari +3/+3 menjadi +1/+2. Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif intervensi untuk mengurangi edema tungkai.

ADHF (Acute decompensated heart failure) is a condition of heart failure with sudden changes in the heart to contract, so it is life threatening and can cause pulmonary edema. Heart failure can be categorized according to the value of the ejection fraction, one of which is heart failure with reduced ejection fracture (HFrEF) with an EF value of ≤40%. One of the clinical signs of ADHF is edema in the legs. This occurs due to the failure of the LV to contract causing backflow with a buildup of fluid in the lungs, then back into the RV and out through the right atrium to the rest of the body, including the legs. The intervention to treat leg edema is ankle pumping exercise. This intervention was carried out for 3 days with a frequency of 10 times/hour, then evaluated for 6 hours using the pitting edema. The results of the intervention showed that there was a change in the degree of leg edema from +3/+3 to +1/+2. The results of this scientific work are expected to be an alternative intervention to reduce leg edema."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Joko Purwanto
"Self-care pasien gagal jantung merupakan fokus utama strategi non farmakologi dalam menurunkan angka morbiditas, mortalitas, rehospitalisasi dan meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan self-care pasien jantung masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali faktor yang berhubungan dengan kemampuan self-care pasien gagal jantung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 132 responden. Analisa data menggunakan analisis deskriptid, uji Chi Square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kemampuan self-care maintenance yang tidak adekuat, tetapi memiliki kemampuan self-care monitoring dan self-care management yang adekuat. Karakteristik sosisodemografik responden menunjukkan bahwa sebagian besar dewasa akhir yang berumur 46-65 tahun, laki laki, berpendidikan tinggi, penghasilan yang cukup; dan secara karakteristik klinis memiliki derajat gagal jantung kelas fungsional NYHA 2, FEVki > 50 %, lama sakit > 3 tahun dan memiliki ko-morbid ringan. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik, efikasi diri adekuat, tidak depresi dan dukungan pelaku rawat di keluarga yang adekuat. Terdapat hubungan yang signifikan antara derajat gagal jantung, lama sakit, ko-morbid dan efikasi diri dengan kemampuan self-care maintenance, dimana derajat gagal jantung adalah faktor yang paling dominan. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat gagal jantung, ko-morbid, pengetahuan dan dukungan pelaku rawat di keluarga dengan kemampuan self-care monitoring, dimana faktor yang paling dominan adalah derajat gagal jantung. Terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dan dukungan pelaku rawat di keluarga dengan kemampuan self-care management, dimana efikasi diri adalah faktor yang paling dominan. Perlunya dilakukan intervensi keperawatan spesifik terkait gagal jantung pada pasien untuk meningkatkan kemampuan self-care.

Self-care of heart failure patients is a main focus of non-pharmacological strategies to decrease morbidity, mortality, rehospitalization, and improve quality of life. Self-care ability of heart failure patients is still low. This study aims to identify factors related to self-care ability of patients with heart failure. This is a quantitative study with a descriptive analytic design using a cross sectional approach involving 132 respondents. Data were analyzed using descriptive analytic, Chi Square and logistic regression test. The results showed that most of the respondents have inadequate self-care maintenance, but have adequate self-care monitoring and self-care management abilities. Sociodemographic characteristics indicated that most of the respondents are late adulthood aged 46-65 years, male, have a fairly high income; and clinically characterized by a degree of heart failure NYHA functional class 2, LVEF > 50%, duration of illness > 3 years and have mild co-morbidities. Most of the respondents have a good level of knowledge, adequate self-efficacy, are not depressed and have adequate support from caregivers in their families. There is a significant relationship between the degree of heart failure, duration, co-morbidities and self-efficacy with self-care maintenance ability, whereas the degree of heart failure is the most dominant factor. There is a significant relationship between the degree of heart failure, co-morbidities, knowledge and support of caregivers in the family with the self-care monitoring ability, meanwhile the most dominant factor is the degree of heart failure. There is a significant relationship between self-efficay and caregiver support in the family with self-care management ability, and self-efficacy is the most dominant factor. Specific nursing interventions related to heart failure need to be carried out to improve self-care abilities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pina Pudiyanti
"Pada pasien gagal jantung konsumsi garam harian dibatasi untuk mencegah penumpukan cairan dan memperburuk gejala penyakitnya. Kepatuhan dan pengetahuan pasien terhadap diet rendah garam dapat ditumbuhkan melalui pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat dengan tingkat kepatuhan dan pengetahuan pasien gagal jantung tentang diet rendah garam yang dipersepsikan perawat. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, teknik non probability sampling, menggunakan uji chi square dan regresi logistik pada 152 perawat di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat dengan tingkat kepatuhan dan pengetahuan pasien gagal jantung tentang diet rendah garam yang dipersepsikan perawat (p value 0,000; α < 0,005). Kepatuhan dan pengetahuan pasien tentang diet rendah garam akan meningkat dengan diberikannya pendidikan kesehatan yang baik oleh perawat agar pasien dapat meningkatkan kesehatan yang optimal.

In patients with heart failure, daily salt intake is limited to prevent fluid buildup and worsen the symptoms of the disease. Patient adherence and knowledge to a low salt diet can be grown through health education provided by nurses. The purpose of this study was to identify the relationship between nurses' health education and the level of compliance and knowledge of heart failure patients about the low salt diet perceived by nurses. The research design used cross sectional, non-probability sampling technique, using chi square test and logistic regression on 152 nurses at Harapan Kita Heart and Blood Vessel Hospital, Jakarta. The results showed that there was a significant relationship between health education performed by nurses with the level of compliance and knowledge of heart failure patients about the low salt diet perceived by nurses (p value 0.000; α <0.005). Patient compliance and knowledge about a low-salt diet will increase with the provision of good health education by nurses so that patients can improve their optimal health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Escana
"Pembatasan cairan sebagai salah satu intervensi pada pasien gagal jantung masih menjadi kontroversi terkait manfaat yang diperoleh. Karya ilmiah ini merupakan studi kasus yang dilakukan selama lima hari terhadap pasien gagal jantung akut dekompensasi di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembatasan dan pemantauan cairan pada pasien gagal jantung yang mengalami kongesti. Hasil yang didapat yaitu terjadi penurunan berat badan, lingkar perut, klinis kongesti dan persepsi rasa haus setelah dilakukan pembatasan dan pemantauan cairan. Karya ilmiah ini menyarankan bahwa pembatasan cairan perlu dilakukan pada pasien gagal jantung yang mengalami kongesti untuk mengurangi beban kerja jantung dan pemantauan cairan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam perawatan mandiri guna mencegah kejadian rawat inap berulang sehingga dapat terjadi peningkatan kualitas hidup pasien gagal jantung di area perkotaan.

Analysis of Nursing Care in Patient Acute Decompensated Heart Failure and Intervention of Fluid Restriction and Monitoring. Fluid restriction is one of heart failure nursing intervention still controversy regarding the benefits of these interventions. This scientific paper is a case study conducted for five days on acute decompensated heart failure patients in a hospital in Jakarta. This case study aims to determine the effectiveness of fluid restriction and monitoring in congestive heart failure patients. The results showed there a decrease in body weight, abdominal circumference, clinical congestion and perception of thirst after restriction and monitoring of fluids. This scientific paper suggests that fluid restriction needs to be applied in heart failure patients who have congestion to reduce cardiac workload and fluid monitoring also needs to be done to improve the ability of patients in self-care to prevent rehospitalizations so there is an enhancement quality of life in heart failure patients in urban society"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Mentari
"Jumlah penduduk kota yang semakin banyak akan menyebabkan banyak hal salah satunya ancaman dari penyakit tidak menular yang begitu banyak terjadi. Salah satu penyakit menular yang banyak terjadi adalah gagal jantung. Gagal jantung yang merupakan penyakit kronik akan menimbulkan masalah psikologis salah satunya ketidakberdayaan. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan analisis asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan gagal jantung. Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial khususnya ketidakberdayaan selama tiga hari.Evaluasi hasil implementasi menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Perlu dilakukan kolaborasi intervensi generalis dan spesialis agar didapatkan hasil yang lebih optimal.

The population of the town that more and more will cause a lot of things one of them the threat of non-communicable diseases. One of non-communicable diseases which are heart failure. Heart failure is a chronic disease that will lead to psychological problems is one of powerlessness. The author conducted a powerlessness psychosocial nursing care for three days. Evaluation of the results of implementation shows that there is a slight decrease in the signs and symptoms that occurred on the client. Need to do interventions collaboration generalists and specialists to get optimal results for patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Wahyuni
"Praktik klinik residensi keperawatan medikal bedah pada pasien gangguan sistem kardiovaskular bertujuan untuk mengaplikasikan peran sebagai perawat spesialis yang meliputi pemberi asuhan keperawatan, edukator, peneliti dan inovator. Peran pemberi asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori Virginia Henderson pada pasien NSTEMI Non ST-Elevasi Miokard Infark very high risk dan AHF Advance Heart Failure serta 30 pasien lainnya dengan berbagai gangguan sistem kardiovaskular. Peran edukator dilakukan tidak hanya terhadap pasien kelolaan, tetapi juga rekan sejawat di ruangan. Aplikasi peran sebagai peneliti dilakukan melalui penerapan EBN berupa penilaian kualitas tidur pasien gagal jantung dengan instrumen RCSQ Richard Campbell Sleep Questionnaire pada empat puluh responden pasien gagal jantung sebagai bentuk pengkajian awal terhadap kualitas tidur pasien yang dijadikan data untuk perencanaan intervensi keperawatan. Sedangkan peran perawat sebagai inovator diwujudkan dalam pelaksanaan program inovasi pembuatan dan penerapan format discharge planning perencanaan pemulangan pasien yang dapat digunakan sebagai alat bantu bagi perawat dalam memaksimalkan asuhan dan perencanaan pemulangan pasien, terutama pasien dengan kriteria pemulangan kritis.

Clinical residency practice of medical surgical nursing on cardiovascular system disorders rsquo patients was done to applied the role of nurse specialist as a care giver, educator, researcher and innovator. Nursing role as a care giver have been done with Virginia Henderson theory approach on NSTEMI very high risk and AHF patient, also on thirty different cases on cardiovascular disorders. The role asa an educator not only done on patients, but also give education for nurses. As a researcher, EBN implementation sleep quality assessment of 40 heart failure patient with RCSQ Richard Campbell Sleep Questionnaire instrument, as an initial assessment and can be used to make nursing care plan and administer optimal nursing intervention. Role as an innovator a design and use of discharge planning form assessment that can be used as tools to optimalized nursing care and discharge planning process, especially for critical discharge patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haniatur Rifqi
"Gagal jantung merupakan masalah berkurangnya kemampuan pompa dari ventrikel jantung. Gagal jantung menjadi salah satu komplikasi yang sering terjadi pada Sindrom Koroner Akut (SKA). Tatalaksana awal pasien gagal jantung dan SKA yaitu pemeriksaan EKG, pemeriksaan laboratorium, tirah baring, dan stabilisasi hemodinamik. Gagal jantung mencerminkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup ke tubuh. Kondisi ini mengakibatkan gangguan sirkulasi darah dan hemodinamik. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung dengan penerapan positioning lateral kanan dan pengaruhnya terhadap perubahan hemodinamik. Metode penulisan yang digunakan adalah case report. Penerapan posisi lateral kanan merupakan posisi yang direkomendasikan untuk pasien gagal jantung. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien kelolaan yaitu Tn. TK (58 tahun) dengan STEMI dan gagal jantung. Asuhan keperawatan dilakukan selama tiga hari dengan satu hari periode IGD serta dua hari periode ICCU. Masalah keperawatan utama yang dialami pasien adalah penurunan curah jantung. Intervensi keperawatan utama yaitu stabilisasi hemodinamik secara non farmakologi maupun farmakologi. Salah satu intervensi non farmakologi yaitu penerapan posisi lateral kanan. Hasil penerapan positioning lateral kanan pada pasien gagal jantung menunjukkan adanya penurunan tekanan darah, MAP, denyut jantung, dan laju pernapasan, serta adanya peningkatan saturasi oksigen. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dirujuk. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan penerapan positioning lateral kanan dapat dilakukan sebagai salah satu intervensi pada masalah penurunan curah jantung untuk stabilisasi hemodinamik pasien gagal jantung di Instalasi Gawat Darurat maupun Intensive Care Unit.

Heart failure is a problem of reduced pumping ability of the heart's ventricles. Heart failure is one of the complications that often occurs in Acute Coronary Syndrome (ACS). Initial management of patients with heart failure and ACS includes ECG examination, laboratory examination, bed rest and hemodynamic stabilization. Heart failure reflects the heart's inability to pump enough blood to the body. This condition results in impaired blood circulation and hemodynamics. The aim of writing this scientific paper is to describe nursing care for heart failure patients by applying right lateral positioning and its effect on hemodynamic changes. The writing method used is a case report. Applying the right lateral position is the recommended position for heart failure patients. Nursing care is provided to managed patients, namely Mr. TK (58 years old) with STEMI and heart failure. Nursing care is provided for three days with one day during the ER and two days during the ICCU period. The main nursing problem experienced by patients is decreased cardiac output. The main nursing intervention is hemodynamic stabilization with non-pharmacological and pharmacological methods. One non-pharmacological intervention is the application of the right lateral position. The results of applying right lateral positioning in heart failure patients showed a decrease in blood pressure, MAP, heart rate and respiratory rate, as well as an increase in oxygen saturation. These results are in line with the results of the research referred to. Based on these results, it is hoped that the application of right lateral positioning can be carried out as an intervention in the problem of decreasing cardiac output to stabilize the hemodynamics of heart failure patients in the Emergency Room and Intensive Care Unit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Gemalasari Liman
"Latar Belakang: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hipokloremia berhubungan dengan peningkatan rehospitalisasi dan mortalitas pada pasien dengan gagal jantung (chloride hypothesis). Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut hanya membandingkan kelompok pasien gagal jantung dengan hipokloremia dengan kelompok normokloremia saat admisi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh normalisasi kadar klorida terhadap rehospitalisasi dan mortalitas pasien gagal jantung. Metode: Dilakukan penelitian kohort prospektif pasien gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) yang dirawat inap dari September 2018 sampai Februari 2019. Pasien dengan hipokloremia dan normonatremia saat admisi dibagi menjadi kelompok hipokloremia persisten hingga saat pemulangan dibanding kelompok normokloremia saat pemulangan. Luaran primer adalah rehospitalisasi karena gagal jantung dalam 180 hari. Luaran sekunder adalah mortalitas dalam 180 hari. Hasil: Terdapat 162 pasien (53,6%) yang termasuk dalam kelompok hipokloremia persisten dan 140 pasien (46,3%) yang termasuk dalam kelompok normokloremia saat pemulangan. Model regresi Cox menunjukkan hipokloremia persisten tidak berkaitan bermakna dengan peningkatan rehospitalisasi karena gagal jantung (hazard ratio 1,21; interval kepercayaan 95% 0,78-1,89; p 0,392) dan mortalitas (hazard ratio 1,39; interval kepercayaan 95% 0,74-2,65; p 0,305) dibandingkan dengan kelompok normokloremia saat pemulangan.
Kesimpulan: Hipokloremia persisten pada pasien GJDA bukan merupakan prediktor independen terhadap rehospitalisasi gagal jantung dan mortalitas.

Background: Recent studies have shown that hypochloremia is associated with increased risk of rehospitalization and death in patients with heart failure (chloride hypothesis). In these studies, however, patients with hypochloremia were compared only with patients with a normal chloride level at hospital admission. Aim: To evaluate the effect of the normalization of serum chloride on the heart failure to rehospitalization and mortality. Method: This was a prospective cohort study of patients hospitalized for acute decompensated heart failure (ADHF) from September 2018 to February 2019. Patients with hypochloremia and normonatremia at admission were divided into patients with persistent hypochloremia at the time of discharge and patients who achieved normalization of their serum chloride levels at discharge. The primary outcome was 180-day rehospitalization. The secondary outcome was 180-day mortality.
Results: There were 162 patients (53,6%) with persistent hypochloremia and 140 patients (46,3%) with normochloremia at discharge. Cox regression model indicated persistent hypochloremia did not significantly predict heart failure rehospitalisation (hazard ratio 1.21; 95% confidence interval 0.78-1.89; p 0.392) and mortality (hazard ratio 1.39; 95% confidence interval 0.74-2.65; p 0.305) compared with group of normochloremia at discharge.
Conclusion: Persistent hypochloremia in ADHF patients is not an independent predictor of heart failure rehospitalisation and mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Pandu Pratama
"Latar belakang: Gagal Jantung Dekompensasi Akut (GJDA) merupakan penyebab utama terjadinya kematian dan kesakitan di dunia. Angka kematian dalam perawatan di dunia adalah sebesar 3-4%, sementara di Indonesia sebesar 11,2% berdasarkan Indonesian Registry of Heart Failure. Tatalaksana menggunakan diuretik loop telah dibuktikan efektif dalam meredakan kongesti, namun penggunaan secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya komplikasi berupa resistensi diuretik. Resistensi diuretik terjadi pada 20-35% pasien dengan GJDA dan telah diketahui sebagai prediktor independen terhadap terjadinya perburukan luaran klinis, kematian segera paska perawatan dan kejadian rawat ulang.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resistensi diuretik pada pasien GJDA brdasarkan penyakit yang mendasari, komorbid, tanda vital, fraksi ejeksi ventrikel kiri dan laboratorium.
Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan pada 535 pasien yang dirawat dengan GJDA selama periode Januari-Desember 2019. Resistensi diuretik didefinisikan sebagai respon diuresis kurang dari 1400ml dalam 24jam pertama setelah pemberian 40mg furosemide intravena (atau setara).
Hasil: Resistensi diuretik terjadi pada 68% pasien. Prediktor independen terhadap terjadinya resistensi diuretik yang diperoleh dari analisa regresi logistik multivariat adalah: riwayat DM (p = 0.013), riwayat penggunaan diuretik loop iv > 6 hari (p = 0.002), dosis diuretik loop oral > 80mg/hari (p = 0.006), FEVKi ≤ 49% (p = 0.002), BUN ≥ 21 mg/dL (p < 0.001) dan klorida serum < 98mmol/L (p < 0.001). Sebagai tambahan, sebuah sistem skoring telah dibuat berdasarkan model akhir tersebut.
Kesimpulan: Kejadian resistensi diuretik dapat diprediksi berdasarkan karakteristik pasien, parameter klinis dan laboratorium. Sistem skoring baru dapat memprediksi kejadian resistensi diuretik pada pasien gagal jantung dekompensasi akut yang menjalani rawat inap.

Background: Acute Decompensated Heart failure (ADHF) is a leading cause of mortality and morbidity in the world. In-hospital mortality rate is 3-4%, while in Indonesia it is 11.2% based on the Indonesian Heart Failure Registry. The management of using loop diuretics has proven effective in relieving congestion yet continuous utilization could lead to the development of diuretic resistance. Diuretic resistance occurs in 20-35% of patients with ADHF and has been shown to be an independent predictor of worsening clinical outcomes, immediate post-treatment death and re-admission events.
Objective: to identify factors that influence the occurrence of diuretic resistance in ADHF patients based on the underlying disease, comorbidities, vital signs, left ventricular ejection fraction and laboratory.
Methods: A cohort retrospective study was conducted on 535 patients treated with ADHF from January-December 2019. Diuretic resistance was defined as a diuresis response of less than 1400ml in the first 24 hours after administration of 40mg of intravenous furosemide (or equivalent).
Results: Diuretic resistance occurs in 68% of patients. Independent predictors obtained from multivariate logistic regression analysis were: history of DM (p = 0.013), history of using iv loop diuretics > 6 days (p = 0.002), oral loop diuretic dose > 80mg/day (p = 0.006), LVEF ≤ 49% (p = 0.002), BUN ≥ 21 mg/dL (p < 0.001)and serum chloride <98mmol/L (p <0.001). In addition, a scoring system has been made from the final model.
Conclusion: Diuretic resistance could be predicted using patient's characteristics, clinical parameters and laboratory findings. A new scoring system could predict diuretic resistance among patients hospitalized with acute decompensated heart failure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>