Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113681 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Camelia Catharina L.S.
"Disertasi ini membahas mengenai iklan natif (native advertising) dan melihatnya dalam perspektif kapitalisme baru media. Iklan natif adalah iklan yang dikemas dalam format berita dan telah menjadi sorotan karena desepsi terhadap khalayak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perubahan kerja kapitalisme baru media dalam konteks hipermodern yang terefleksikan melalui proses produksi dan distribusi konten iklan natif pada media daring. Penelitian ini menggunakan kapitalisme baru Sennett sebagai teori utama penelitian ini, dalam kombinasi dengan pemikiran hipermodern Lipovetsky dan Gottschalk. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan wawancara pada informan media dan analisis isi teks kualitatif. Wawancara dilakukan terhadap dua puluh satu orang dari enam media yang diteliti, pengiklan, dan asosiasi. Analisis teks dilakukan terhadap dua ratus konten iklan natif dari enam media yang diteliti. Ada beberapa temuan signifikan dari hasil penelitian. Pertama, analisis teks menunjukkan tingkat kesamaan penuh antara berita dengan konten iklan natif pada beberapa media. Kedua, wawancara menunjukkan bahwa praktik iklan natif tidak hanya berada pada level teks, tapi sifat natif juga ada pada level produksi dan distribusi. Ada divisi baru yang terbentuk yang menjembatani antara redaksi dengan pemasaran. Pada media lain, produksi iklan natif dilakukan dengan keterlibatan penuh redaksi dengan pembentukan tim-tim ad hoc. Ketiga, ada beberapa perubahan dalam budaya kapitalisme baru pada media yang tercermin dalam penelitian ini. Media daring tidak bisa menjual berita sebagai produk utama mereka kepada khalayak. Imitasi terhadap berita dalam bentuk iklan natif dan ruang berita menjadi produk komersial yang dijual kepada iklan. Budaya kapitalisme baru pada media daring yang tercermin dari hasil penelitian adalah fleksibilitas manajemen dan produk, melahirkan norma kolaboratif antara bisnis dan redaksi, melahirkan produk hibrida dan produk baru di luar bisnis utama media. Dari perspektif teoritis, penelitian ini berargumen bahwa komoditas utama dari media daring adalah ruang berita. Khalayak, konten, dan pekerja adalah komoditas sekunder yang dijual secara terintegrasi dengan komoditas utama. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya melihat produk, bahan baku, dan alat produksi yang mendorong berbagai perubahan manajerial dalam budaya kapitalisme baru. Dalam perspektif praktis, penelitian ini menunjukkan bahwa jurnalisme sedang bermetamorfosis menjadi lebih komersial dibandingkan sifat jurnalisme sebelumnya yang politis dan informatif.

This dissertation aims to look into native advertising in the perspective of new media capitalism. Native advertising is the paid ads that match its editorial surrounding. The purpose of this study is to portray the changing works of the new media capitalism in the context of hypermodern society, which is reflected through the production and distribution of native advertising content on online media. Sennett’s theory of new capitalism with its short-term logic in relation with Lipovetsky and Gottschalk hypermodern theory are used to analyzing the data. To get rich data, the researcher uses case study approach. This study gathered the data from twenty-one sources from six online media, advertisers, and associations, and text analysis from the six online media. This research has some findings. First, the text analysis shows the resemblance between news and native advertising. Secondly, the interviews show the concept of native is not only at the level of text, but also at the level of production and distribution. In some media, new divisions were established to bridge the editorial and marketing departments. In other media, native advertising production fully involved the editorial department by building ad hoc teams. Thirdly, in the view of new capitalism, there are some changes found. Online media fail to sell news as their main product. News imitation in the form of native advertising and the news space have become the new commercial products sold to the advertisers. New media capitalism of the online media as reflected by this research works in a flexible manner both of managing the organization and of the product. The results are collaborative norms between the business and editorial sides, hybrid products, and the development of new products aside of media main business. From theoretical perspective, this research argues that the main commodity of the online media is news space. Audience, content, and labors are secondary commodities sold in integration with the main commodity. This research highlights the importance to see the products, raw materials, means of production beside managerial changes in the new capitalism. In the practical perspective, this research shows that journalism has been metamorphosing into a commercial journalism, replacing the old political and informative journalism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camelia Catharina L.S.
"Disertasi ini membahas mengenai iklan natif dan melihatnya dalam perspektif kapitalisme baru. Iklan natif adalah iklan yang dikemas dalam format berita. Tujuan penelitian untuk menggambarkan perubahan kerja kapitalisme baru media dalam konteks hipermodern yang terefleksikan melalui proses produksi dan distribusi konten iklan natif pada media daring. Kapitalisme Baru dari sosiolog Richard Sennett digunakan sebagai teori utama penelitian ini, dikombinasikan dengan pemikiran hipermodern Lipovetsky dan Gottschalk. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data dikumpulkan dari wawancara informan dari enam media, Humas, dan asosiasi, serta analisis teks kualitatif. Ada beberapa temuan signifikan dari hasil penelitian. Pertama, analisis teks menunjukkan tingkat kesamaan penuh antara berita dengan konten iklan natif pada beberapa media. Kedua, wawancara menunjukkan praktik iklan natif tidak hanya berada pada level teks, tetapi sifat natif juga pada level produksi dan distribusi. Ketiga, ada beberapa perubahan institusi terkait kapitalisme baru pada media yang tercermin dalam penelitian ini. Pertama, produk dalam kapitalisme baru media adalah produk yang cair dan beragam. Kedua, kapitalisme baru dalam kaitannya dengan manajemen institusi media ditandai dengan karakter fleksibilitas dan kolaboratif, di mana etika dipandang opsional. Logika jangka pendek mendorong institusi media berfokus pada profit yang cepat didapat. Relasi, baik dengan khalayak maupun pekerja, dibangun dalam logika waktu pendek ini.

This dissertation looks into native advertising in the perspective of new capitalism. Native advertising is an advertisement that looks like editorial content in term of design and content. This research aims to portray the new capitalism of online media reflected through the production and distribution of native advertising. The theory of new capitalism by sociologist Richard Sennett is used as the main theory of this research in combination with hypermodern concept of Lipovetsky and Gottschalk. This research uses case study and gathered the data from interviewing sources from online media, public relations, associations, as well as from qualitative text analysis. There are some findings of this research. First, text analysis shows high similarity between news and native advertising. Secondly, the interviews show that native advertising is not only at the level of text, but also at the level of production and distribution. Third, there are some institutional changes due to this new capitalism. The product of new capitalism is diverse. Secondly, in terms of institutional management, flexibility and collaboration is the keywords and ethics is optional. Short term logic makes media focus on quick profit. Relation, both with the audience and workers, is also built on this short-term logic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heilbroner, Robert L.
Jakarta: LP3ES, 1991
330.122 HEI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Redwood, John
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990
330.122 RED k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
BEMP 2 (1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Muslim
"Fokus tesis ini adalah mengkaji relevansi pemikiran Imamanuel Wallerstein tentang kapitalisme dalam Teori Sistem Dunia, dengan fenomena kebangkitan politik identitas, partai agama dan negara dalam kapitalisme semi pheripheri Indonesia pasta rezim otoriter. Konsep pemikiran Wallersetein merupakan bagian dari teori-teori ketergantungan dalam melihat relasi negara dunia ketiga terhadap negara maju. Gagasan besar dalam pemikiran ini bahwa sebuah negara tidak bisa melepaskan dari interaksi global. Dinamika global akan mempengaruhi dinamika lokali. Sejauhmana negara pinggiran (dinamika lokal) bisa merespon secara lebih cerdas terhadap dinamika global dan menggunakannya untuk menaikkan statusnya menjadi negara semi pinggiran. Kesalahan dalam merespon dinamika global, hanya akan menyebabkan negara pinggiran terjebak dalam jurang keterbelakangan dan kemiskinan.
Studi kasus yang dirnunculkan adalah fenomena Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Damai Sejahtera (PDS) dalam kasus Blok Cepu. Dipilihnya PKS dan PDS diharapkan bisa menjadi representasi dua identitas politik yang berbeda. Selain itu kedua partai tersebut memiliki relasi politik kekuasaan tidak sama. PKS berada dalam lingkup lingkar kekuasaan atau partai pendukung pemerintahan (inner cycle). Sedangkan PDS adalah partai yang diluar kekuasaan (outsider)- Aspek kapitalisme tidak semata-mata dilihat sebagai konteks sosial kemunculan kasus tersebut, tapi juga menjadi isi (conten) dalam menganalisa dari tesis ini. Sedangkan kasus Blok Cepu merupakan arena terjadinya kontestasi antara negara yang lebih mewakili kepentingan multinational corporal (Exxon Mobile Oil Indonesia l EMOI) dengan kapitalisme lokal (Pertamina) yang disuarakan oleh keiompok partai agama.
Hasil temuan tesis saya ini menunjukkan bahwa politik identitas, yang salah satunya direpresentasikan melalui kebangkitan partai agama, baik diluar maupun didalam struktur kekuasaan negara, terjebak kepada sikap ambivalensi dalam berhadapan dengan kekuatan kapitalisme. Bagi partai yang masuk dalam lingkar kekuasaan (PKS), yang terjadi adalah kooptasi kekuatan kapitalisme melalui negara terhadap kekuatan partai agama. Demikian juga dengan partai yang diluar kekuasaan (PDS). Semuanya terjebak dalam kooptasi dan pragmatisme kekuasaan.
Data primer, data sekunder dan telah kepustakaan yang dilakukan mengarahkan pada pendapat bahwa hubungan di antara gejala perkembangan partai agama, bagaimana respon negara terhadap konteks global, sehingga memuncullkan kapitalisme, tidaklah sesederhana seperti yang dikemukakan dalam pemikiran Immanuel Wallerstein dengan Sistem Dunia. Menurut saya, hubungan diantara berbagai gejala tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Kapitalisme Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, berbeda dengan kapitalisme Eropa. Ada faktor-faktor lokal (primordialisme, kultur feodalis dan psikologi bekas negara terjajah) dalam mempengaruhi dinamika kapitalisme. (2) konteks global bukanlah faktor tunggal yang menentukan dinamika kapitalisme negara-negara pinggiran. Dia hanyalah satu dari berbagai faktor lain yang mempengaruhi dinamika kapitalisme. (3) pola relasi agama dan negara, agama dan kapitalisme dan negara dan kapitalisme sangat mempengaruhi bentuk dan dinamika kapitalisme negara pinggiran.
Penelitian saya membuktikan bahwa hanya ada dua model capitalisme yang muncul di Indonesia; kapitalisme negara (state led capitalism) dan kapitalisme pasar (market friendly capitalism). Kapitalisme negara muncul karena pengaruh kultur feodalis dan faktor eksternal berupa penetrasi kekuatan kapitalisme global. Kapitalisme negara berbentuk patron clien dengan aktor tunggalnya rezim yang berkuasa. Dalam orde lama, aktor tunggalnya Soekarno, Orde Baru aktor tunggalnya Soeharto. Keduanya sama-sama tidak bisa memunculkan kelas kapitalis domestik yang tangguh. Penyebabnya karena kapitalisme Indonesia masih bersifat rent seeking dimana negara menjadikan kelas kapitalis tidak untuk tujuan social welfare, tetapi sebagai bagian yang menopang struktur kekuasaan. Sehingga jatuh bangunnya kelas kapitalis ini sangat tergantung dengan dinamika kekuasaan negara.
Persoalan identitas dengan background etnisitas, agama, suku dan ikatan primordial lainnya, atas nama stabilitas dan pembangunan, yang selama ini diharamkan oleh rezirn orde baru, kembali muncul setelah terjadinya liberalisme politik. Persepsi bahwa partai agama yang sekarang, merupakan kontinuitas dari partai agama sebelumnya, Dan kapitalisme sekarang juga sebuah kontinuitas dari kapitalisme sebelumnya, merupakan sebuah pernyataan (statemen) bukan kenyataan (reality). Karena partai agama dan kapitalisme dalam dinamika historis Indonesia memiliki ciri dan karakteristik tersendiri.
Partai Agama juga merupakan bagian dari politisasi identitas dalam negara semipheripheri ketika berhadapan dengan kapitalisme. Sehingga partai agama belum bisa menjadi basis perjuangan politik yang twat. Karena a mudah dipermainkan dan direduksi oleh kepentingan-kepentingan kapitalis. Inilah sebuah refashioning partai agama pasca rezim otoriter. Refashioning adalah terjadinya komestifikasi partai agama sebagai strategi survival. Caranya dengan mengkomodifikasikan identitas agama dengan bentuk, model dan strategi yang baru. Adapun tujuan, visi dan misinya tetaplah sama."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winardi
Bandung: Remadja Karya, 1986
330.122 WIN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
"ABSTRAK
Adalah suatu kemujuran yang luar biasa bahwa Jacobus Nienhuge, yang dikirim dari negeri Belanda untuk mengembangkan penanaman tembakau di Javwa, mendarat di tepi sungai Deli tanpa menyadari bahwa tanah yang di pijaknya sangat subur tiada duanya dan sanqat coook untuk penanaman tembakau gulung. Begitu diketahui nilai tembakau yang ditanam sanqat tinggi, berkerumunlah para pengusaha onderneming mencari untung menuju wilayah ini. Penguasa-penguasa sctempat yang rakus akan kekayaan, dengan senang memberi konsesi tanah.
Karena tembakau adalah tanaman panen mesti diikuti suatu pengosongan tanah yang panjang serta penduduk yang menggunekan sistem bertani huma, maka menjadi mungkinlah mengkombinasikan dalam satu sistem penanaman tembakau berhuma denqan penanaman padi, jagung, oleh petani prihumi. Sistem ini adalah satu-satunya di daerah tropik di dunia yang saling menggilir denqen para petani. Tetapi karena hubungan keduanya bukanlah sekutu sebenarnya,tetapi huhungan kolonial maka dicegahlah mereka untuk mengembangkan pertanian. Dengan
demikian tidak mengherankan hak-hak agraria yang saling berpautan antara penqusaha ondrneming kolonial dan petani pribumi sering manimbulkan percekcokan dan perselisihan-perselisihan, yang kadangkala pembakaran bangsal-bangsal tembakau oleh para petani.
Hubungan setiap hari antara buruh dan asisten-asisten Eropah sering menimbulkan dendam yang mendalam dari buruh yang diperlakkan kejam dan kasar, baik dengan keteganan antara asisten dengan buruh, sehingga insiden penikaman dan pmebunuhan terhadap assiten oleh kuli yang mederita sering mewarnai kejadian di perkebunan.
Memang kemakmuran unutk wilayah Sumatera TImur benar -benar membawa perubahan, terutama mengangkat elit Sultan dan keluarganya menjadi elit ekonomis yang melimpah ruah. Demikian juga bagi investor-investor Eropah, tetapi tidak bagi penduduk pribumi yang kekurangan lahan akibat keserakahan Sultan dan pengusaha onderneming. Jurang kemiskinan antara rakyat biasa, semakin menganga dengan kaum kapitalisme yang berjaya karena peluh dan keringat tenaga kuli yang dieksploitir sebagai mesin produksi penghasil "dolar", yang mengalir deras bagaikan sungai ke dalam pundi-pundi mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Hasan
"Ketika kapitalisme tampak sebagai satu-satunya paradigma ekonomi yang unggul saat ini, dinyatakan sebut saja Robert Heilbroner, Peter Berger, Francis Fukuyama, justru di sini semakin relevan telaah kritis terhadapnya. Gerak hidup sebagai pencarian terbaik tetap perlu diusahakan karena meningkatnya tantangan permasalahan seperti: kelaparan, pengrusakan dan pencemaran alam, penindasan ekonomi dan sebagainya.
Tesis bertolak dari pemikiran filsuf sekaligus novelis Ayn Rand yang membela sistem kapitalisme. Secara radikal dan komprehensif. Ia membongkar kesaiahan asumsi dasar yang dilabelisasi begitu saja terhadap kapitalisme. Dengan membela kepentingan manusia, Rand justru mengunggulkan individualisme di atas kolektivisme, egoisme di atas altruisme. Baginya justru sosialismelah yang menindas dan mengeksploitasi manusia dan menghancurkan ruang kreatif manusia rasional. Kapitalisme memungkinkan pemisahan antara ekonomi dan negara, dan menjadikannya lawan dari negara-negara absolut.
Sebagai pisau bedah terhadap pemikiran Rand diajukan Karl Marx dan Habermas. Melalui Marx kita menangkap perubahan fungsi uang yang tidak dilihat oleh Rand. Marx juga berusaha meramalkan kejatuhan kapitalisme dengan krisisnya. Akan tetapi, Habermas memperbaiki ramalan kejatuhan kapitalisme Marx menjadi suatu hipotetis yang lebih kritis. Habermas justru menunjukkan kekhawatiran pada krisis legitimasi dan motivasi daripada krisis ekonomi dan krisis rasionalitas. Nilai-nilai dan legitimasilah yang semakin terkikis klaim kapitalisme lanjut (late-capitalism).
Dengan mengembalikannya pada hakikat manusia, maka Hannah Arendt menunjukkan perlunya ruang publik dan private. Melalui skema Hampden-Turner dan Trompenaars, pendamaian ketegangan paradigma individualisme-komunitarianisme diajukan. Analisis Game reuty menunjukkan kepentingan tidak selalu bersifat antagonistik dan dapat mencapai keuntungan bersama dalam sistem non-zero sum game. Amitai Etzioni menunjukkan peranan penting komitmen moral dalam pasar. Faktor lain yang dapat mentransformasi kapitalisme menuju sistem yang lebih humanis ditunjukkan oleh Robert Putnam dan Fukuyama dengan adanya modal sosial (social capital). Persoalannya siapa yang menjadi agen perubahan tanpa mengabaikan kekhawatiran Rand terhadap kekuasaan negara? Di sini justru tantangan civil society akan semakin besar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handogo
"Fokus tesis ini adalah mengkritisi pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global. Pemikiran Noorena Hertz tersebut mengandung berbagai kelemahan mendasar antara lain, (1). Kapitalisme global dapat memberikan keuntungan bagi semua, baik bagi kaum yang memiliki modal maupun bagi kaum marjinal, selain itu kapitalime global juga dianggap dapat memberikan keuntungan bagi negara kapitalis sentral maupun bagi negara kapitalis pinggiran dan juga bagi lingkungan. (2). Kapitalisme global juga menyebabkan terjadinya pergeseran formasi sosial, yaitu sejak dioperasikannya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti WTO (world trade organization), perusahaan trans nasional seperti TNC's dan MNC's yang juga melibatkan lembaga-lembaga keuangan intemasional seperti IMF dan World Bank sebagai aktor akumulasi modal. (3). Posisi dan fungsi negara sebagai pengemban demokrasi menjadi mati karena negara yang harusnya mengemban fungsi kebijakar-publik, posisinya digantikan oleh kapitalisme global yang menguasai pasar. (4). Kapitalisme global bertujuan untuk merioiptakan konsumerisme, karena kosumerisme merupakan kekuatan modal dalam perdagangan bebas dan konsumerisme dijadikan atau disamakan dengan kepentingan ekonomi. (5). Kapitalisme dianggap oleh Noorena Hertz sebagai ideologi ekonomi yang digunakan untuk menglasikan kekayaan dan perdagangan bebas serta pasar terbuka.
Serdasarkan data primer dan data sekunder serta telaah kepustakaan yang saya lakukan, mengarahkan saya pada pendapat bahwa hubungan diantara gejala kapitalisme dengan gejala sub budaya gang tidak sesederhana seperti yang dikemukakan dalam pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tersebut. Menurut saya hubungan diantara berbagai gejala tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut, kapitalisme Indonesia yang merupakan bagian dari kapitalisme global tidak dapat disamakan dengan kapitalisme yang berkembang di negara-negara lain yang tergolong negara kapitalisme pinggiran. Dikatakan demikian karena tidak sepenuhnya kebijakan pemerintah Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan perusahaan trans nasional ataupun perusahaan multi nasional, walaupun pemerintah Indonesia mengikuti aturan-aturan dalam perdagangan bebas seperti yang ditulis oleh Noorena Hertz, misalnya dengan privatisasi atau swastanisasi beberapa assets negara. Misalnya dalam pendidikan, pemerintah tidak sepenuhnya mengelola dengan prinsip neo liberalisme, hal ini dilihat dari adanya bantuan operasionalisasi sekolah atau SOS yang diberikan pada setiap jenjang sekolah. Walaupun negara menyerahkan urusan operasionalisasi sekolah secara mandiri, melalui otonomi sekolah, dan tidak semua pendidikan dikelola menurut keinginan dari kapitalis yang menguasai pasar
Kapitalisme yang berkembang di Indonesia mempengaruhi terbentuknya sub budaya gank dikalangan pelajar SMA. Dikatakan demikian karena konstruksi kapitalisme tersebut dilakukan melalui pencitraan remaja masa kini sebagai remaja yang mengikuti trend pasar remaja yang dibuat oleh pars kapitalis Indonesia maupun kapitalis asing melalui keberadaan MNC's maupun TNC's bait media maupun non media. Selain itu selain konstruksi oleh kapitalis sub budaya gang juga terbentuk oleh sistem pendidikan di Indonesia yang terlalu padat materi dan pengajaran yang terlalu mendominsasi dan menguasai peserta didik membuat mereka bosan dan akhimya membentuk sub budaya gank dikalangan pelajar SMA. Keberadaan sub budaya gang dikalangan pelajar SMA juga diakibatkan oleh adanya komodifikasi pendidikan oleh pihak sekolah melalui kapitalisme pendidikan karena sekolah diposisikan oleh negara sebagai perusahaan jasa dalam melayani jasa pendidikan kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi kebudayaan dominan atau rnungkin ideologi dominan yang berlaku di sekolah. Kapitalisrne Indonesia berbeda dengan kapitalisme yang berkembang di negara lain karena kapitalisme Indonesia merupakan kapitalis ersatz atau kapitalisme semu yang didominasi oleh kapitalis peneari rente atau keuntungan. Hal yang saya uraikan di atas luput dalam pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme.
Perbedaan pemikiran saya dengan pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global yang saya kritisi dalam tesis ini terjadi karena, (1). Pemikiran Noorena Hertz terlalu berbasis pada ekonomi yang mengaburkan posisi negara sebagai pelaksana demokratisasi di suatu negara. (2). Pemikiran Noorena Hertz tidak menyinggung soal konstruksi budaya yang diakibatkan oleh kapitalisme global tersebut. (3). Pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tidak membicarakan tentang komidifikasi pendidikan sebagai akibat dari konstruksi ideologi kapitalis. (4). Pemikiran Noorena Hertz terlalu bias negara kapitalis sentral, karena yang dideskripsikan dalam pemikirannya hanya kapitalisme yang berlaku dinegara kapitalis sentral dan tidak mendeskripsikan kapitalisme di negara kapitalisme pinggiran. Tentunya baik pemikiran saya maupun perbedaannya dengan pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tersebut masih menghendaki dilakukannya penelitian yang lebih mendalam - dan didasarkan pada berbagai sudut pandang yang berbeda. Baik untuk memperkokoh atau meruntuhkan pemikiran saya tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>