Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tsania Mahrani Isa
"Hubungan parasosial merupakan suatu fenomena yang menyerupai relasi sosial tatap muka melalui keintiman imajiner yang bersifat satu arah antara audiens dengan tokoh di media. Dalam konteks penelitian ini, hubungan parasosial diposisikan sebagai aspek yang mungkin mampu menjelaskan mekanisme yang dapat membantu manusia memenuhi kebutuhan mendasar mereka akan relasi sosial. Atas dasar ini, sejumlah penelitian telah berusaha melihat peran need to belong maupun dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap hubungan parasosial. Mayoritas dari penelitian sebelumnya dilakukan di Amerika Serikat dan pada populasi mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang memiliki latar belakang budaya kolektivistik serta menggunakan partisipan yang lebih beragam dari segi demografis. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda berusia 18-25 tahun yang menggemari anime (N=345). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan Parasocial Relationship Scale (PSR), Need to Belong Scale (NTBS), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk melihat pengaruh need to belong dan dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap hubungan parasosial. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan antara need to belong dengan hubungan parasosial. Sementara itu, terdapat pengaruh negatif yang lemah dan tidak bersignifikansi antara dukungan sosial yang dipersepsikan dengan hubungan parasosial. Temuan sebelumnya mengindikasikan bahwa dibutuhakan pengukuran dukungan sosial yang dipersepsikan yang juga melihat sumber dari karakter anime favorit responden. Kendati demikian, dari hasil penelitian ini, ditemukan bukti empiris bahwa anime dapat dijadikan sebagai salah satu medium untuk pemenuhan need to belong audiens di Indonesia

Parasocial relationship refers to a phenomenon whereby audiences feel an inkling to long-term and meaningful social relationship through a one-sided, mediated interaction with certain media personae. Through the previous framework, the current study utilizes parasocial relationship as a mechanism which could potentially help the audience at large in fulfilling or substituting their need for meaningful social relationships. In response to this, numerous studies have established the relationship between the need to belong and parasocial relationship. However, most of those studies were conducted in the United States while using college students as its sample. The current study aims to re-investigate the effect of the need to belong on parasocial relationship in Indonesia, while utilizing a broader range of participants, demographic-wise. Furthermore, this study also aims to investigate the effect of perceived social support on parasocial relationship. Participants were 18-25-year-old Indonesians (N=345) who identify themselves as anime fans. The Parasocial Relationship Scale (PSR), the Need to Belong Scale (NTBS), and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) were administered to analyze the effects of the need to belong and perceived social support on parasocial relationship. An analysis using the multiple linear regression method found that there was a positive and significant effect between the need to belong and parasocial relationship. However, there was no significant effect between perceived social support and parasocial relationship. These findings suggest that other providers of perceived social support—such as the audience’s favorite character—should be incorporated in future researches. Nevertheless, evidently, anime might be a useful source to fulfil the audience’s belongingness needs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Yolanda Nabasa
"Saat ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan selebritas asal Korea Selatan untuk mempromosikan produknya. Hal ini dilakukan karena selebritas asal Korea Selatan dianggap dapat menciptakan kesan kedekatan personal dengan para penggemar mereka, atau yang secara ilmiah disebut sebagai hubungan parasosial. Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa hubungan parasosial berhubungan dengan perilaku konsumen, seperti intensi pembelian dan pembelian impulsif. Pembelian impulsif juga ditemukan berhubungan dengan materialisme seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan parasosial dan pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan dan apakah materialisme berperan sebagai moderator pada hubungan tersebut. Sebanyak 359 penggemar selebritas asal Korea Selatan yang berusia 20 – 25 tahun mengikuti penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial memprediksi pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01), akan tetapi materialisme ditemukan tidak memoderasi hubungan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam merancang strategi pemasaran produk untuk meningkatkan penjualan dan di sisi lain meningkatkan literasi konsumen, termasuk penggemar selebritas asal Korea Selatan, untuk lebih sadar dan berhati-hati ketika membeli produk yang dipromosikan oleh idolanya.

Currently, an increasing number of companies are using South Korean celebrities to promote their products. This is done because South Korean celebrities are believed to create a sense of personal closeness with their fans, known scientifically as parasocial relationships. Previous studies have found that parasocial relationships are related to consumer behavior, such as purchase intention and impulsive buying. Impulsive buying has also been found to be related to an individual's materialism. This study aims to investigate the relationship between parasocial relationships and impulsive buying among fans of South Korean celebrities, and whether materialism plays a moderating role in this relationship. A total of 359 fans of South Korean celebrities, aged 20-25, participated in this study. The research was conducted by distributing an online questionnaire. The results of the study indicate that parasocial relationships predict impulsive buying among fans of South Korean celebrities (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01). However, materialism was found to not moderate this relationship. The findings of this study are expected to provide insights for companies in designing marketing strategies to increase sales, while also enhancing consumer literacy, including among fans of South Korean celebrities, to be more aware and cautious when purchasing products promoted by their idols."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Syukriya Maharani
"Penelitian ini bertujuan melihat kontribusi relasi parasosial terhadap tingkat well-being remaja penggemar idola K-Pop di Indonesia. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat kontribusi yang signifikan dari relasi parasosial terhadap well-being. Penelitian dilakukan menggunakan metode korelasional regresi dengan teknik analisis simple regression pada 566 partisipan WNI berusia 15–19 tahun yang merupakan penggemar K-Pop. Alat ukur yang digunakan adalah Parasocial Interaction Scale Short Version untuk relasi parasosial dan EPOCH (Engagement, Perseverance, Optimism, Connectedness, dan Happiness) untuk well-being. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring menggunakan Google Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi parasosial (M =2.90, SD = 0.39) berkontribusi secara positif dan signifikan sebesar 3.4% terhadap well-being (M = 3.04, SD = 0.47), F(1, 566) = 20.09, p < 0.001, R2 = 0.034. Kesimpulannya, hasil penelitian mendukung hipotesis, yaitu relasi parasosial berkontribusi terhadap tingkat well-being remaja penggemar idola K-Pop di Indonesia. Implikasi penelitian ini adalah penambahan pengetahuan terkait kontribusi yang dapat diberikan oleh relasi parasosial terhadap well-being.

This study aims to examine the contribution of parasocial relationship to Indonesian adolescence K-Pop idol fans’ well-being. The hypothesis stated that there is a significant contribution of parasocial relationship to well-being. This study was conducted using correlational regression method on 566 Indonesia citizens aged 15–19 years old who are K-Pop fans. The measuring instrument used is Parasocial Interaction Scale Short Version for parasocial relationship and EPOCH (Engagement, Perseverance, Optimism, Connectedness, and Happiness) for well-being. The questionnaire was distributed online using Google Form. Result showed that parasocial relationship (M = 2.90, SD = 0.39) positively contributed as significant as 3.4% to one’s well-being (M = 3.04, SD = 0.47), F(1, 566) = 20.09, p < 0.001, R2 = 0.034. In conclusion, the result of this study supports the hypothesis that parasocial relationship contributed to Indonesian adolescence K-Pop idol fans’ well-being. The implication of this study is to gain more knowledge related to the contribution of parasocial relationship to well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Dwiyanti
"Penelitian ini mengeksplorasi bentuk interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar musik K-Pop yang berusia dewasa muda (26 – 39 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta wawancara mendalam terhadap 4 perempuan dewasa muda untuk pengambilan data. Data dianalisis melalui coding dan ditulis dengan teknik analisis naratif. Pada penelitian ini, interaksi parasosial dilihat dari aktivitas penggemar yang dilakukan dan memasukkan perspektif usia dewasa muda, sehingga dapat terlihat bagaimana interaksi parasosial berperan dalam kehidupan penggemar. Karakteristik individu dewasa muda turut melatarbelakangi bentuk interaksi parasosial yang dialami penggemar. Hasil analisis menemukan adanya keterbatasan sebagai individu dewasa muda yang berpotensi menghentikan interaksi parasosial pada diri penggemar. Namun, keterbatasan tersebut diatasi dengan penggunaan media digital dan fandom. Penelitian ini menemukan interaksi parasosial pada penggemar dewasa muda digunakan sebagai sarana media enjoyment.

This research explores forms of parasocial interactions that occur in K-Pop music fans who are young adults (26-39 years). This study uses a qualitative approach, phenomenological strategy, and in-depth interviews with 4 young adult women. The data were analyzed through coding process and written with narrative analysis techniques. Parasocial interaction in this study are seen from the fan activity and include the age perspective as young adults (life course perspectives), so the study can see how parasocial interactions have a role in the fans’ life. Characteristics of young adult individuals also contribute to the form of parasocial interactions experienced by the fans. The results of this research found that young adult fans have limitations that potentially stop parasocial interactions in fans. However, these limitations are overcome by the use of digital media and fandom. This study found interactions in young adult fans are used as media enjoyment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pratiwi
"Ikatan sosioemosional tidak hanya terjadi antara individu dalam hubungan sosial dua arah, namun juga dapat terjadi pada hubungan satu arah atau parasosial dengan karakter fiksi. Pola kelekatan individu menjadi salah satu faktor yang memengaruhi individu dalam membentuk hubungan sosial dan juga parasosial. Penelitian ini mengukur efek utama dan efek interaksi dari dua dimensi kelekatan dewasa, yaitu kecemasan dan penghindaran terkait kelekatan, terhadap hubungan parasosial pada kelompok penggemar manga di Indonesia (N = 373, 76,7% perempuan). Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kecemasan terkait kelekatan, penghindaran terkait kelekatan, dan interaksi antara kedua dimensi kelekatan secara signifikan dapat menjelaskan hubungan parasosial, F(3,369) = 3,948, p < 0,009, R2 = 0,031, R2adjusted = 0,023, f2 = 0,031. Namun, hanya kecemasan terkait kelekatan yang secara signifikan memprediksi hubungan parasosial (β = 0,314, t(372) = 2,096, p < 0,037). Sementara penghindaran terkait kelekatan (β = 0,170, t(372) = 1,099, p > 0,05) dan hasil efek interaksi (β = -0,228, t(372) = -1,052, p > 0,05) tidak signifikan memprediksi hubungan parasosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan terkait kelekatan secara signifikan memengaruhi hubungan parasosial yang mana semakin tinggi kecemasan terkait kelekatan individu maka semakin kuat hubungan parasosial yang dialami individu.

Socioemotional ties not only can occur between individuals in a two-way social relationship, but can also occur in parasocial or a one-way relationship with fictional character. Attachment style is one of the important factors that influence people in forming social as well as parasocial relationships. This study measured the main effect as well as interaction effect of two dimensions of adult attachment, attachment anxiety and attachment avoidance, to parasocial relationships among Indonesian manga fans (N = 373, 76,7% female). The results of multiple regression analysis showed that attachment anxiety, attachment avoindance, and interaction of both dimensions significantly can explain parasocial relationships, F(3,369) = 3,948, p < 0,009, R2 = 0,031, R2adjusted = 0,023, f2 = 0,031. But, only attachment anxiety significantly predicted parasocial relationships (β = 0,314, t(372) = 2,096, p < 0,037). Meanwhile, attachment avoidance (β = 0,170, t(372) = 1,099, p > 0,05) and interaction of both dimensions (β = -0,228, t(372) = -1,052, p > 0,05) were not significantly predict parasocial relationships. This results indicated that only attachment anxiety significantly affect parasocial relationships where the higher attachment anxiety level, the stronger parasocial relationships experienced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Safira Widiputri
"Korean Pop atau K-Pop yang merupakan genre musik asal Korea Selatan memiliki peminat yang cukup besar di Indonesia, terlebih di kalangan remaja. Penelitian ini hadir untuk mengkaji mengenai hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment pada remaja yang masih sangat terbatas di Indonesia. Relasi parasosial tersebut diukur menggunakan Parasocial Interaction Scale, sedangkan peer attachment diukur menggunakan The Inventory of Peer and Parent Attachment. Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-19 tahun yang merupakan penggemar dari idola K-Pop, serta tinggal di Indonesia (N = 563). Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring melalui Google Form. Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis menggunakan Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan (r = 0.147, p < 0.01) antara relasi parasosial (M = 30.46, SD = 4.7) dan peer attachment (M = 67.4, SD = 8.12) pada remaja penggemar K-Pop di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil penelitian mendukung hipotesis peneliti bahwa terdapat hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment. Implikasi dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment pada remaja.

Korean Pop, or K-Pop, which is a music genre from South Korea, has a fairly large following in Indonesia, especially among teenagers. This study is present to examine the relationship between parasocial relationships and peer attachment in adolescents, who are still very limited in Indonesia. Parasocial relationships are measured using the Parasocial Interaction Scale, while peer attachment is measured using the Inventory of Peer and Parent Attachment. Participants in this study were teenagers aged 15–19 who are fans of K-Pop idols and also live in Indonesia (N = 563). The questionnaire was distributed online via Google Form. The data were analyzed using Pearson correlation. The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship (r = 0.147, p 0.01) between parasocial relationships (M = 30.46, SD = 4.7) and peer attachment (M = 67.4, SD = 8.12) in adolescent K-Pop fans in Indonesia. The conclusion of this study is that the results support the hypothesis that there is a relationship between parasocial relationships and peer attachment. The implication of this study is to look at the relationship between parasocial relationships and peer attachment in adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandini Rizki Nurbaiti
"Remaja berada pada fase pencarian jati dirinya, sebagaimana tahap perkembangan psikososial remaja yaitu identity versus role confusion. Pencarian identitas diri remaja seringkali dikaitkan dengan tokoh idola yang rentan menimbulkan perilaku parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parasocial relationship dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis analisis-korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 108 remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen Ego Identity Process Questionnaire digunakan untuk mengukur status identitas diri dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur hubungan parasosial. Hasil analisis univariat yaitu sebanyak 35,2% remaja berada pada fase identitas diri achievement dan 50% remaja memiliki hubungan parasosial dengan tokoh idolanya pada tingkat intense personal feeling. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman rho menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan parasosial dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). Kesimpulan penelitian ini adalah aktivitas pengidolaan membentuk hubungan parasosial dengan tokoh idola yang turut memengaruhi status identitas diri yang dicapai oleh remaja pada tahap perkembangannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan variabel lain yang berkaitan dengan hubungan parasosial terhadap status identitas diri remaja.

Adolescents are in an identity-searching period, as is the stage of adolescent psychosocial development, specifically identity vs role confusion. The search for self-identity in adolescents is frequently related with idol figures who are prone to triggering parasocial conduct. The purpose of this study is to investigate the relationship between parasocial relationships and self-identity construction among K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta. This study recruited 108 teenage K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta who were chosen using a simple random samplingsimple strategy and a quantitative method of correlation-analysis. The Ego Identity Process Questionnaire was used to assess identity status, and the Celebrity Attitude Scale to measure parasocial relationships. The results of the univariate analysis showed that 35,2% of adolescents were in the achievement self-identity phase and 50% of adolescents had a parasocial relationship with their idol at the level of intense personal feeling. The results of bivariate analysis using the Spearman rho test showed that there was a significant relationship between parasocial relations and the self-identity status of young K-Pop fans in DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). The conclusion of this study is that idolizing activities form parasocial relationships with idol figures which also influence the identity status achieved by adolescents at their developmental stage. Future research is expected to be able to relate other variables related to parasocial relationships to adolescent self-identity status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah Arya Sulthanah
"Kemajuan teknologi dan berkembangnya berbagai bentuk media baru yang lebih interaktif telah mengubah cara audiens dalam menjalin hubungan dengan karakter media favoritnya. Media Sosial sebagai salah satu bentuk media baru kini digunakan oleh berbagai publik figur, salah satunya adalah
Social Media Influencer untuk membangun Personal Brand dan
berkomunikasi dengan audiensnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengaruh dari Hubungan Parasosial yang terjalin dalam diri pengikut akun media sosial Instagram @ariefmuhammad sebagai seorang Social Media Influencer, terhadap salah satu aspek Personal Branding dari Arief Muhammad yaitu Relationship yang
merupakan hubungan baik yang terjalin antara seseorang dengan orang lain
sebagai hasil dari praktik Personal Branding yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan sifat eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Parasosial yang dirasakan audiens
berpengaruh signifikan secara positif terhadap Relationship antara audiens dengan Social Media Influencer. Variabel Hubungan Parasosial berpengaruh sebesar 51,4% terhadap Relationship, dengan Friendship sebagai dimensi paling berpengaruh menurut responden.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Qoriana Nurfadilah
"Penyebaran budaya K-pop melalui idol group semakin sukses di berbagai belahan dunia. Penyebaran konten K-pop tidak lepas dari pemanfaatan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube. Industri hiburan Korea Selatan membuat inovasi baru dengan menciptakan beberapa aplikasi media sosial. Inovasi yang dilakukan industri hiburan Korea Selatan adalah penggemar dapat mengunggah pesan untuk idola, lalu idola akan memilih beberapa unggahan penggemar untuk diberikan komentar atau cheer. Aplikasi yang memiliki fungsi tersebut bernama Weverse. Weverse mengumumkan bahwa TREASURE menjadi artis pertama naungan YG Entertainment yang bergabung. Melalui aplikasi ini, diharapkan penggemar di seluruh dunia dapat berkomunikasi dengan TREASURE. Intensitas komunikasi yang tinggi antara idola dan penggemar dapat memunculkan hubungan parasosial. Perasaan penggemar seperti mengenal idola secara personal ketika melakukan komunikasi melalui media sosial termasuk dalam kriteria hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan parasosial yang terlihat dari ragam honorifik mitra tutur ketika TREASURE berinteraksi dengan penggemar. Penulis menggunakan metode analisis kualitatif terhadap data yang diperoleh dari hasil dokumentasi percakapan yang bersumber pada aplikasi Weverse. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa anggota TREASURE memperlakukan penggemar sebagai teman dekat dan akrab karena lebih sering memakai ragam honorifik mitra tutur informal.

The spread of K-pop culture through idol groups is increasingly successful in various parts of the world. The spread of K-pop content cannot be separated from the use of social media such as Instagram, Facebook, Twitter and Youtube. The South Korean entertainment industry is making new innovations by creating several social media applications. An innovation made by the South Korean entertainment industry is that fans can upload messages for idols, then idols will select several uploaded fans to give comments or cheers. The application that has this function is called Weverse. Weverse announced that TREASURE will be the first artist under YG Entertainment to join. Through this application, it is hoped that fans around the world can communicate with TREASURE. The high intensity of communication between idols and fans can give rise to parasocial relationships. The feeling of fans like knowing idols personally when communicating through social media is included in the criteria for parasocial relationships. This study aims to explain the parasocial relationship that can be seen from the honorific variety of speech partners when TREASURE interacts with fans. The author uses a qualitative analysis method on the data obtained from the documentation of conversations originating from the Weverse application. The findings from this study indicate that TREASURE members treat fans as close and intimate friends because they more often use honorifics in informal speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Aliyah Rachman
"Penerapan 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada Instagram mengubah implementasi celebrity endorsement di media sosial. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki apakah keberadaan label 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada unggahan berbayar berpengaruh langsung terhadap intensi membeli dengan hubungan parasosial sebagai moderator. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental between-subject pada perempuan dewasa pengguna Instagram di Indonesia dalam rentang umur 18-34 tahun. Disclosure language dipilih sebagai variabel bebas (tanpa disclosure language dan dengan disclosure language), hubungan parasosial sebagai moderator, dan intensi membeli sebagai variabel terikat. Analisis Multiple Regression digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari disclosure language terhadap intensi membeli dan hubungan parasosial juga tidak secara signifikan memoderasi pengaruh disclosure language terhadap intensi membeli. Sementara, penelitian justru menemukan hubungan parasosial menunjukkan pengaruh langsung terhadap intensi membeli. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa hubungan parasosial dapat menjadi prediktor munculnya intensi membeli.

The implementation of 'Paid Partnership' as a disclosure language on Instagram has changed the way of celebrity endorsements are presented on social media. This research was conducted to investigate whether the appearance of the 'Paid Partnership' as a disclosure language in paid post has a direct effect on purchase intention with parasocial relationship as a moderator. This research is a between-subject experimental study on adult female Instagram users in Indonesia within the age of 18-34 years old. Disclosure language was chosen as the independent variable (no disclosure language and with disclosure language), parasocial relationship as the moderator, and purchase intention as the dependent variable. Multiple Regression Analysis is used to test the hypothesis of this study. The results shown that there was no significant effect of disclosure language on purchase intentions and parasocial relationships also did not significantly moderate the effect of disclosure language towards purchase intentions. Meanwhile, this research discovered that parasocial relationship show a direct effect on purchase intention. This research implies that parasocial relationships can be a predictor of purchase intentions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>