Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167630 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damara Ika Afriani
"Peran gender telah membuat perempuan memiliki tanggung jawab lebih dalam merawat lansia. Di sisi lain, perempuan memiliki tanggung jawab lain sebagai seseorang yang mengurus urusan rumah tangga dan bekerja. Kondisi tersebut dapat memicu konflik peran yang dapat berdampak pada persepsi dan emosinya selama merawat lansia. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia dan kekerasan psikologis oleh perempuan bekerja yang merawat lansia. Penelitian ini menggunakan Cognitive Status Scale milik Pearlin (1990) untuk mengukur persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia. Sementara itu, kekerasan psikologis akan diukur menggunakan dua instrumen, yaitu Elder Abuse Scale-Verbal Abuse milik Lin (2020) untuk mengukur kekerasan verbal dan Elder Abuse Scale-Communication Neglect milik Lin (2020) untuk mengukur pengabaian komunikasi. Penelitian ini terdiri dari 189 partisipan perempuan yang sudah merawat lansia minimal selama 12 bulan dengan minimal durasi merawat sebanyak 2 jam perminggu, dan bekerja dengan durasi minimal 20 jam perminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia dan kekerasan verbal. Namun, ditemukan hubungan antara persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia dan pengabaian komunikasi.

The emerging gender role has made women have more responsibility in caring for the elderly. On the other hand, women still have other responsibilities to take care of household affairs and work. This condition can trigger conflicts of roles that can impact their perceptions and emotions while caring for the elderly. This research examines the relationship between caregivers' perception of older care receivers' cognitive status and psychological abuse by working women caregivers. This research used Pearlin's Cognitive Status Scale (1990) to measure caregivers’ perception of older care receivers’ cognitive status. Meanwhile, psychological abuse will be measured using two instruments, namely Lin's Elder Abuse Scale-Verbal Abuse (2020) to measure verbal abuse and Lin's Elder Abuse Scale-Communication Neglect (2020) to measure communication neglect. This research consists of 189 female participants caring for the elderly for at least 12 months, with a minimum duration of caring 2 hours per week, and working with a minimum duration of 20 hours per week. The result shows no relationship between caregivers' perception of older care receivers' cognitive status and verbal abuse. However, the researcher found a relationship between caregivers’ perceptions of older care receivers’ cognitive and communication neglect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasha Ainaya Pramesti
"COVID-19 menghadirkan tantangan baru bagi keluarga, tidak terkecuali perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hal ini dapat menimbulkan stres pada caregiver tersebut. Perawatan lansia yang optimal dapat terwujud apabila semua anggota keluarga dapat bekerja sama. Meskipun demikian, kerjasama ini dapat membawa konflik yang mengganggu adaptasi dari anggota keluarga dan mengancam resiliensi keluarga. Penelitian menggunakan metode korelasional untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan stres. Alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga dan alat ukur Perceived Stress Scale (PSS-10) digunakan untuk mengukur stres. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah non-probability dengan jenis convenience sampling. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara resiliensi keluarga dan stres pada perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah stres yang dialaminya. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar 8 persen varians dari stres dapat dijelaskan oleh resiliensi keluarga. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi stres yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi perempuan bekerja yang menjadi family caregiver.

COVID-19 presented new challenges for families, particularly working women doubling as Caregivers for the elderlies in the family. This could cause stress for said women. Optimal care for the elderly can be achieved if all family members work together. Even so, this cooperation could still cause conflict between family members that would jeopardize family resilience. This Research was performed using correlational methods to observe correlations between family resilience and stress. The Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and the Perceived Stress Scale (PSS-10) were used to measure family resilience and stress respectively. Non-Probability Convenience Sampling technique was also used in this research. Based on the correlation test performed using the Pearson Correlation statistics analysis technique, it was observed that there’s a significant negative correlation between family resilience and stress in families with working females doubling work as caregivers to the elderly in the family. This results shows that less stress is present when the family resilience is high with the vice versa applying as well. Therefore, it can be concluded that family resilience explains the 8% variance of observed stress levels. In short, this research can be used as a benchmark for practitioners to develop stress interventions which focuses on the development of family resilience for families with working women who are also caregivers of the elderly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramesada Prasastyoga
"Kanker merupakan penyakit kronis yang dapat mengganggu fungsi hidup individu sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan caregiver untuk membantu penderita kanker dalam menjalani kehidupannya. Banyak anak dewasa yang memutuskan untuk menjadi caregiver orang tua penderita kanker karena adanya rasa tanggung jawab untuk membalas budi jasa kedua orang tua. Di dalam perawatan yang mereka lakukan, mereka dapat mengalami caregiver strain, yaitu tekanan dan konsekuensi negatif dari perawatan yang dipersepsi dan dirasakan oleh caregiver. Untuk bisa mengatasi hal tersebut, caregiver diduga perlu untuk mempersepsikan adanya keseimbangan dalam hubungan timbal balik antara ia dengan pasien dan anggota keluarga lain agar dapat melihat perannya secara lebih positif. Hal tersebut yang dimaksud dengan caregiver reciprocity.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang menjadi caregiver orang tua penderita kanker. Partisipan merupakan anak dewasa dari penderita kanker yang telah menyediakan perawatan selama minimal 3 bulan. Caregiver Strain diukur dengan menggunakan The Modified Caregiver Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) dan caregiver reciprocity diukur dengan menggunakan Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara caregiver strain dan caregiver reciprocity bersifat negatif dan signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang merawat orang tua penderita kanker.

Cancer is a chronic disease which can deteriorate the daily function of an individual. Hence, caregivers are needed to help patiens with cancer in their daily lives. Many adult children become caregivers for their parents with cancer because they feel that they have responsibility to give back to their parents. In their care activities, they can experience caregiver strain which is defined as pressures and negative consequences of the care perceived by caregivers. In order to overcome caregiver strain, it is assumed that they need to have high level of caregiver reciprocity which is defined as perception about balance in their reciprocal relationship with patient and other family members. It is assumed that caregiver reciprocity will enable them to see their role in a positive manner.
The objective of this research is to identify the correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity among adult children who become caregivers for their parents with cancer. Participants are adult children of cancer patients who have provided care for at least 3 months. Strain is measured using The Modified Caregiver Index ( Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) and caregiver reciprocity is measured using Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). The result shows that correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity is negative and significant. Therefore it is concluded that there is a significant negative correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity of adult children who become caregivers for their parents with cancer.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Aditya Kusnadi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dan sikap terhadap perilaku mencari bantuan pada caregiver dari individu yang berada pada tahapan perkembangan late adulthood (lansia) di Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah anak atau menantu yang berperan sebagai caregiver dari orang tua yang berusia lanjut. Pengukuran dukungan sosial menggunakan alat ukur social provisions scale (Cutrona & Russell, 1987) dan pengukuran sikap terhadap perilaku mencari bantuan psikologis dari profesional menggunakan alat ukur attitude towards seeking professional psychological help short form (Fischer & Farina, 1995). Partisipan berjumlah 32 orang caregiver dari lansia yang merupakan anak ataupun menantu dari lansia yang dirawat. Hasil penelitian ini menujukkan tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan sikap terhadap perilaku mencari bantuan psikologis dari profesional pada caregiver dari lansia yang merupakan anak atau menantu dari lansia yang dirawat (r=0,194 ; p=0,287, signifikan pada L.o.S 0,05). Artinya, dukungan sosial yang dirasakan oleh caregiver tidak langsung berhubungan dengan sikap caregiver terhadap perilaku mencari bantuan psikologis dari profesional. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk membedakan caregiver berdasarkan penyakit yang diderita oleh lansia.

This research was conducted to find the relationship between social support and attitudes towards seeking professional psychological help among caregivers of elderly in Jakarta. Respondents in this study was the child or children-in-law who act as caregivers for the elderly parents. Social support was measured using Social Provisions Scale (Cutrona & Russell, 1987) and the attitudes toward professional psychological help was measure using Attitude Towards Seeking Professional Psychological Help Short Form (Fischer & Farina, 1995). The participants of this research are 32 people which is the caregiver and child or the children-in-law of the elderly. The results of this study showed no significant relationship between the social support and attitudes towards seeking professional psychological help among caregivers of elderly which is the children or children-in-law of the treated elder (r = 0.194, p = 0.287, significant at 0.05 LoS) . That is, social support perceived by the caregiver is not directly related to caregiver attitudes toward seeking professional psychological help. For further research is recommended to distinguish caregiver based on disease that was suffered by the elderly."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edelyne Chelsea
"Demensia merupakan salah satu penyakit degeneratif yang secara progresif menyebabkan turunnya fungsi kognitif otak, hal ini membuat orang dengan demensia ODD akan semakin bergantung pada caregiver-nya. Manifestasi klinis yang diakibatkan dari turunnya fungsi kognitif ini dikenal sebagai Gangguan Perilaku dan Psikologis Demensia GPPD . Ada 12 gejala GPPD yaitu delusi, halusinasi, agitasi, depresi, euforia, ansietas, apatis, iritabilitas, disinhibisi, perilaku motorik abnormal, gangguan tidur, dan gangguan napsu makan. GPPD pada ODD dapat menjadi beban bagi caregiver yang berpotensi mengganggu kesehatan mental caregiver. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara GPPD pada ODD dengan kesehatan mental caregiver. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan dilakukan di Poliklinik Geriatri Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo serta Caregiver Meeting Yayasan Alzheimer Indonesia dari Maret-September 2017. Penilaian GPPD dan distress yang disebabkan GPPD menggunakan kuesioner Neuropsychiatry Inventory, sementara penilaian kesehatan mental caregiver menggunakan kuesioner kualitas hidup Short-Form 36. Terdapat 42 subjek dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian, diperoleh gangguan perilaku dan psikologis demensia paling banyak adalah iritabilitas sebanyak 24 subjek 57,1 , diikuti oleh apatis 22 subjek 52,3 dan agitasi 19 subjek 45,2 . Nilai rerata Mental Component Score dari subjek adalah 46,23 dengan standar deviasi 6,98. GPPD memiliki hubungan bermakna hanya dengan kesehatan mental caregiver utama dengan nilai p 0,044 p.

Dementia is one of degenerative diseases that causes a cognitive impairment progressively. Therefore, as the disease worsens, the person with dementia PWD will be more dependent to his caregiver. Clinical manifestation that occurs because of the cognitive impairment is known as Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia BPSD . There are 12 symptoms of GPPD including delusion, hallucination, agitation, depression, euphoria, anxiety, apathy, iritability, disinhibition, aberrant motoric behavior, sleeping disturbance, and eating problem. BPSD can bring burden to caregivers and eventually affect caregivers rsquo mental health. The purpose of this study is to find the correlation between BPSD and caregivers rsquo mental health. This is a cross sectional study which took place in Poliklinik Geriatri Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo and Caregiver Meeting Yayasan Alzheimer Indonesia during March September 2017. We used Neuropsychiatry Inventroy to assess BPSD and the distress caused by it, whereas Short Form 36 was used to assess the caregivers rsquo mental health. There were 42 subjects included in this study. The results of the study showed that the three most common BPSD were iritability occuring in 24 subjects 57.1 , apathy occuring in 22 subjects 52.3 , and agitation occuring in 19 subjects 45.2 . The mean value of Mental Component Score in subjects was 46.23 with standard deviation of 6,98. BPSD had statistically significant correlation only with main caregivers rsquo mental health with the value of p 0.044 p."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Putri Adyan
"Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat hubungan antara beban pengasuhan dan resiliensi keluarga pada perempuan dari keluarga pengasuh lansia. Sebanyak 146 family caregiver perempuan yang sedang merawat lansia, baik yang tinggal bersama lansia maupun tidak, berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat ukur Zarit Burden Interview (ZBI) digunakan untuk mengukur beban pengasuhan, sedangkan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga. Berdasarkan uji korelasi menggunakan teknik analisis Pearson Correlation dengan metode bootstrap, terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara beban pengasuhan dan resiliensi keluarga pada family caregiver perempuan yang mengasuh lansia (r(146) = 0,36; p < 0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh family caregiver, semakin rendah beban pengasuhan yang dipersepsikan. Begitu pula sebaliknya. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi beban pengasuhan yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi family caregiver perempuan.

This correlational research aims to examine the relationship between caregiver burden and family resilience on female family caregivers of elderly during the COVID-19 pandemic. A total of 146 female family caregivers participated in this research. Zarit Burden Interview (ZBI) is used to measure caregiver burden and Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) is used to measure family resilience. According to the correlation test using the Pearson Correlation technique with bootstrap method, it is found that there’s a significant, negative relationship between caregiver burden and family resilience amongst female family caregivers of elderly (r(146) = 0,36; p < 0,01). This result indicates that the higher family resilience, the lower caregiver burden will be perceived, and vice versa. Therefore, this research can be used as a reference for practitioners in developing caregiving interventions that focus on developing family resilience for female family caregivers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rahayu Setyaningsih
"ABSTRAK
Populasi lansia semakin tahun akan semakin mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia sendiri sudah mencapai angka diatas tujuh persen yaitu 7,58%, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang berstruktur tua. Semakin bertambahnya umur lansia, maka lansia akan membutuhkan bantuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya adalah lansia membutuhkan bantuan caregiver dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Asupan nutrisi sangat mempengaruhi proses penuaan pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 107 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia (p value = 0,144) di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi gizi lansia seperti perubahan pada sistem pencernaan, pengobatan, aktivitas fisik, kondisi mental, adanya penyakit, serta perubahan psikologis.

ABSTRACT
The population of elderly in Indonesia has increased each year, reaching a precentage of 7,58% of the total population. The elderly will need support form someone to meet their needs. One of the needs is meeting nutritional needs. Nutritional intake affects the aging process in the elderly. The aimed of this research was to determine the correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This research used a method quantitative research with descriptive correlative research design. The sampling technique used in this research was proportional random sampling, with a total sample of 107 respondents. The results showed that there is no correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly (p value = 0.144) in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This caused by other factors that affect the elderly nutrition such as changes in the digestive system, medication, physical activity, mental condition, diseases and psychological changes."
2016
S63305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurlelasari
"Latar belakang: family caregiver (FC) anak dengan kanker mengalami berbagai tekanan psikologis. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara beban perawatan dan kesiapan merawat terhadap kecemasan dan depresi family caregiver anak dengan kanker. Metode: kami merekrut subjek penelitian dari ruang rawat inap dan rawat jalan di PKN RSK Dharmais, Jakarta dari bulan Maret hingga April 2023. Depresi, kecemasan dan faktor yang mempengaruhi tekanan psikologis FC anak dengan kanker diidentifikasi dengan instrumen Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) dan Preparedness for Caregiving Scale (PCS). Hasil: 127 FC menyelesaikan pengisian kuesioner penelitian, dimana mayoritas mengalami beban perawatan kategori ringan, tidak siap memberikan perawatan, tingkat depresi dan kecemasan kategori ringan. Tingkat depresi FC cenderung dipengaruhi secara signifikan oleh beban perawatan (0,001); kesiapan merawat (0,036). Sedangkan kecemasan dipengaruhi secara signifikan oleh usia FC (18-45 tahun) (p=0,004), kategori kanker (p=0,018) dan beban perawatan (0,000). Kesimpulan: semakin berat beban perawatan dan ketidak siap FC dalam memberikan perawatan maka tingkat depresi dan kecemasan FC akan meningkat. Saran: diperlukannya merancang dan menargetkan intervensi psikososial untuk mengurangi beban perawatan, meningkatkan kesiapan merawat, menurunkan tingkat depresi dan kecemasan FC, sehingga dapat meningkatkan QOL pada populasi ini.

Background: the family caregiver (FC) of children with cancer experiences various psychological pressures. Purpose: This study aims to identify the relationship between care burden and readiness to care for the anxiety and depression of family caregivers of children with cancer. Methods: we recruited research subjects from inpatient and outpatient wards at PKN RSK Dharmais, Jakarta from March to April 2023. Depression, anxiety and factors that affect the psychological pressure of FC children with cancer were identified by means of the Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) and Preparedness for Caregiving Scale, (PCS). Results: 127 FC completed the research questionnaire, the majority experienced the burden of mild category care, not ready to provide care, mild category levels of depression and anxiety. FC depression level tends to be significantly influenced by the burden of care (0.001); readiness to care (0.036). Meanwhile, anxiety was significantly influenced by FC age (18-45 years) (p=0.004), cancer category (p=0.018) and care burden (0.000). Conclusion: the heavier the burden of care and the unprepared FC in providing care, the higher the level of depression and anxiety. Suggestion: It is necessary to design and target psychosocial interventions to reduce the burden of care, increase readiness to care, reduce of depression and anxiety of FC, so as to increase QOL in this population."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gitalia Putri Medea
"ABSTRAK
Kualitas hidup pasien pasca stroke dapat diketahui berdasarkan laporan dari pasien
stroke dengan wawancara terstruktur atau dengan pengisian kuesioner. Namun,
beberapa dari pasien stroke tidak dapat melaporkan kualitas hidupnya sebagai akibat
dari gangguan bahasa, efek kognitif lainnya dari stroke atau kondisi yang sudah ada
sebelumnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan persepsi kualitas hidup
antara perspektif pasien pasca stroke dan caregiver. Penelitian ini menggunakan desain
potong lintang (Cross Sectional) yang melibatkan 115 pasien dan 115 caregiver.
Analisis statistik yang digunakan Mann Whitney. Hasil analisis menunjukkan tidak
terdapat perbedaan secara signifikan antara persepsi kualitas hidup dari pasien dan
persepsi kualitas hidup dari caregiver (p 0,166 ; α < 0,05). Tidak terdapat perbedaan
secara signifikan pada domain fisik (p 0,278; α<0,05), psikologis (p 0,068; α<0,05),
hubungan sosial (p 0,976; α< 0,05), dan lingkungan (p 0,157; α<0,05) dari kualitas
hidup yang dipersepsikan oleh pasien dan yang dipersepsikan oleh caregiver. Perawat
dapat memperoleh informasi dari caregiver saat pasien tidak dapat memberikan
informasi terkait kualitas hidupnya.

ABSTRACT
The quality of life of post-stroke patients might be identified on reports of stroke
patients by structured interviews or questionnaires. However, some stroke patients
might unable to report their quality of life due to language disorders, other cognitive
effects of stroke or pre-existing conditions. The general purpose of identifying
differences in perception of quality of life between perceived patients post stroke and
perceived caregiver. Research Design: using cross sectional design. Samples: Research
sample size is 115 patients and 115 caregivers. Statistical analysis used Mann Whitney
test. The results showed no significant difference between perception of quality of life
by patient and perception of quality of life by caregiver (p 0,166; α <0,05). there were
no significant differences in the physical domain (p 0.278, α <0.05), psychological (p
0.068, α <0.05), social relations (p 0.976, α <0.05), and environment (p 0.157; α <0.05)
of the perceived quality of life by the patient and perceived by the caregiver. Nurse may
obtain information from the caregiver when the patient is unable to provide information
about the quality of his/her life."
2018
T49230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini Zulhusna
"Keberadaan anggota rumah tangga khususnya anak merupakan salah satu jaring pengaman lansia di masa tua selain bekerja. Hal ini dikarenakan masih kurangnya jaminan sosial di Indonesia. Pandemi Covid-19 mengancam kestabilan ekonomi lansia sehingga ketergantungan finansial lansia pada keluarga terutama anak semakin meningkat. Tetapi, potensi dukungan yang dilihat dari keberadaan anggota keluarga yang tinggal bersama menunjukkan tren menurun khususnya pada masa pandemi covid-19 dibandingkan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis dukungan keluarga yang dilihat dari keberadaan anggota keluarga dalam rumah tangga khususnya anak terhadap keputusan bekerja lansia sebagai pekerja formal dan informal dengan mempertimbangkan ketergantungan finansial anak yang tinggal bersama serta bagaimana perubahannya selama masa pandemi Covid-19. Hasil analisis regresi multinomial dengan membandingkan dua data cross section Susenas Maret 2018 dan 2021 menemukan bahwa kecenderungan lansia yang tinggal sendiri, bersama dengan pasangan, dengan anak tertanggung, dan lainnya untuk bekerja sebagai pekerja formal dan informal lebih tinggi dibandingkan tinggal bersama anak yang mandiri. Ketidakhadiran anak yang mandiri secara finansial meningkatkan tekanan ekonomi lansia saat pandemi sehingga kecenderungan untuk bekerja meningkat. Selain itu pada tahun 2021, kecenderungan untuk bekerja meningkat lebih besar pada pekerja informal dibanding pekerja formal yang mengindikasikan adanya tekanan ekonomi yang lebih besar saat pandemi. Tinggal dengan anak yang mandiri secara finansial disarankan untuk menjaga kestabilan status ekonomi lansia tetapi juga harus diikuti oleh dukungan emosional. Selain itu, keberadaan jaminan hari tua penting untuk menjaga kestabilan ekonomi lansia ditengah ketiadakhadiran anak yang mandiri secara finansial.

Apart from work, household members, especially children, are a safety net for the older adults due to Indonesia's lack of social security. The COVID-19 pandemic threatens the economic stability of the older adults so they become more financially dependent on families, especially children. However, the potential for support seen from the presence household members living together tends to decrease, especially during the COVID-19 pandemic. This study aims to analyze family support as seen from the presence of family members in the household, especially children with older adults decisions to work as formal and informal workers, by considering the financial dependence of children who live together and how it changes during the Covid-19 pandemic. The results of multinomial regression analysis by comparing two cross-sectional data from the March 2018 and 2021 Susenas found that the likelihood of the older adults living alone, with their spouse, with the dependent children, and others to work as formal and informal workers is higher than living with independent children. The absence of financially independent children increases the economic pressure on the elderly during the pandemic, so the likelihood to work increases. In 2021, the likelihood to work is more prominent in informal workers than formal workers, indicating more significant economic pressure during the pandemic. Living with a financially independent child is recommended to maintain the stability of the older adults's economic status but must also be accompanied by emotional support from family. The existence of an old-age social security system is essential to maintain the economic stability of the older adults in the absence of financially independent children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>