Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ardianto Rodin
"Dual diagnosis yaitu kondisi individu dengan gangguan penyalahgunaan NAPZA bersamaan dengan gangguan jiwa. Ketahanan keluarga mengacu pada adaptasi dan daya tahan keluarga. Keluarga merawat individu dual diagnosis mengalami stress dan beban pada awal psikosis sehingga berdampak terhadap fungsi keluarga. Tujuan penelitian mendapatkan gambaran ketahanan keluarga mendampingi individu dual diagnosis penyalahgunaan NAPZA dan Gangguan jiwa. Metode penelitian : Deskriptif kualitatif , Pengambilan sampel : Convinience Sampling , tempat penelitian BNN Makassar, Wisma Ataraxis Bandar Lampung, dan Puskesmas Dongi, Kab. Sidrap. Hasil Penelitian : Teridentifikasi 5 tema : 1) Ketahanan keluarga dalam merespon secara emosional dan perilaku selama menemani individu dual diagnosis 2). Koping keluarga dalam merawat individu dual diagnosis 3) Dukungan sosial dalam penyembuhan Individu dual diagnosis 4) Ketahanan keluarga selama berkomunikasi dengan klien dual diagnosis 5) Harapan agar individu dual diagnosis dapat menjalani hidup yang lebih baik

Dual diagnosis is a condition in individuals with Drug Abuse along with mental disorders. Patients with this dual diagnosis can experience mental disorders first and then abuse drugs with the intention of treating their mental disorders. In Indonesia, the number of deaths due to drug abuse in 2017 was 18,000. The number of drug users reaches 3.8 million to 4.1 million. The rate of drug use and mental disorders reaches 25 percent of all users. The purpose of this study was to obtain a description of the resilience of families accompanying individuals with dual diagnosis of Amphetamine Type Stimultants (ATS) drug abuse and mental disorders. The research method used in this research is descriptive qualitative, sampling technique: Convinience Sampling, research place at BNN Baddoka Makassar, Wisma Ataraxis bandar Lampung, Puskesmas Dongi, Kab. Sidrap. Results: Based on the results of the thematic analysis, 5 themes were identified: 1) Emotional responses and family behaviors that have endurance while accompanying individuals with dual diagnosis 2). Family coping that has resistance in accompanying dual diagnosis individuals 3) Emotional and social support for individual dual diagnosis 4) Resilient communication while caring for clients with dual diagnosis 5) Hope that dual diagnosis individuals can live a better life"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardha Raya
"Tujuan: Perawat sebagai salah satu bagian dari multidisiplin yang memiliki peran penting dalam menangani individu dual diagnosis. Tujaan penelitian untuk mengetahui penanganan individu dual diagnosis dari perspektif perawat selama ini. Metode: Desain deskriptif kualitatif dengan wawancara in-depth interview semi terstruktur via daring. Total partisipan 31 perawat di 4 tempat penelitian yaitu BNN LIDO Bogor, RSKO Jakarta Selatan, RS Marzoeki Mahdi Bogor dan Puskesmas Tebet, dengan menggunakan convenience sampling. Analisis data dengan pendekatan analisis tematik. Penelitian ini disetujui oleh komite etik. Hasil: Penelitian ini menghasilkan 5 tema; (1) gambaran pelayanan kesehatan individu dual diagnosis belum ada ke khasan saat ini (2) dominasi peran interkolaborasi perawat pada penanganan dual diagnosis (3) kondisi emosional perawat saat merawat individu dual diagnosis (4) faktor pendukung dan penghambat perawat saat penanganan individu (5) harapan pemenuhan kebutuhan perawat untuk peningkatan kualitas pelayanan dual diagnosis. Kesimpulan: Penanganan individu dual diagnosis belum ada ke khasan saat ini dikarenakan individu bergabung dengan individu NAPZA murni dalam perawatan program rehabilitasi NAPZA dan masih sedikit perhatian terhadap masalah gangguan jiwa yang dialaminya. Belum adanya pedoman, panduan ataupun standar keperawatan khusus untuk dual diagnosis perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut berbagai sektor, sehingga individu dual diagnosis dapat ditangani secara tepat dan terstandar.

Aims: Nurses as part of multidisciplinary have an important role in dealing with individual dual diagnosis. The research objective is to determine the individual handling of dual diagnoses from the perspective of nurses so far. Methods: Qualitative descriptive design with semi structured in-depth interviews online. The total participants were 31 nurses in 4 research sites, namely BNN LIDO Bogor, RSKO South Jakarta, Bogor Marzoeki Mahdi Hospital and Tebet Public Health Center, using convenience sampling. Data analysis with a thematic analysis approach. This study was approved by the ethics committee. Results: This study resulted in 5 themes; (1) the description of dual diagnosis individual health services has no specificity at this time (2) the dominance of the inter-collaboration role of nurses in handling dual diagnosis (3) the emotional condition of nurses when caring for dual diagnosis individuals (4) supporting and inhibiting factors for nurses when handling individuals (5) ) the hope of fulfilling the needs of nurses to improve the quality of dual diagnosis services. Conclusion: The treatment of dual diagnosis individuals is not specific at this time because the individual joins a pure drug individual in the treatment of a drug rehabilitation program and there is still little attention to the mental problems they experience. The absence of specific nursing guidelines or standards for dual diagnosis requires further discussion of various sectors, so that individual dual diagnoses can be handled appropriately and in a standardized manner."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Setia Utami
"Penggunaan Amphetamine Type Stimulants (ATS) di Indonesia meningkat secara signifikan, sehingga tren penggunaan narkotika berubah. Cara penggunaan juga berubah dari mayoritas melalui jarum suntik menjadi melalui alat isap (bong). Penggunaan ini berpotensi menularkan infeksi saluran pernafasan akut seperti TBC dan pneumonia, selain itu penggunaan ATS memberi efek stimulan yang lebih meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler dan gangguan psikiatris. Efek ATS terhadap fisik, psikis maupun sosial, yang berbeda dari penggunaan zat non-ATS perlu mendapatkan intervensi yang spesifik. Saat ini model layanan rehabilitasi yang tersedia memberikan layanan yang sama kepada seluruh pengguna narkotika, sehingga belum memenuhi layanan rehabilitasi spesifik bagi pengguna ATS.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari layanan rehabilitasi yang ada, dan selanjutnya membuat usulan model layanan rehabilitasi khusus pengguna ATS. Metode penelitian adalah kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Untuk mempelajari pelayanan yang tersedia saat ini, dilakukan studi kuantitatif membandingkan indikator keluaran yaitu produktivitas dan kekambuhan dari klien yang telah selesai dirawat di One Stop Center (OSC) dan Community Based Unit (CBU) dengan wawancara menggunakan kuesioner. Untuk membuat usulan model dilakukan studi kualitatif dengan wawancara mendalam kepada klien pengguna ATS, manajer program dan kepala OSC; telaah literatur dan telaah data sekunder; serta diskusi kelompok terarah terhadap petugas layanan rehabilitasi, program manajer, akademisi, organisasi profesi dan pengambil kebijakan.
Hasil studi awal memperlihatkan tidak adanya perbedaan indikator keluaran pada pengguna ATS yang direhabilitasi di OSC maupun CBU (p>0,05). Ini berarti, perbedaan sumber daya dan metode layanan tidak menghasilkan perbedaan luaran terhadap pengguna ATS. Ditengarai beberapa kelemahan dari layanan yang tidak spesifik bagi pengguna ATS, mencakup prosedur skrining dan asesmen yang belum memisahkan kondisi klinis dan penyulit, intervensi yang belum sesuai dengan kondisi dan tujuan rehabilitasi individu, penilaian faktor risiko dan kualitas hidup belum dilakukan dan belum adanya monitoring evaluasi untuk indikator mutu layanan rehabilitasi. Berdasarkan hasil ini, diusulkan model layanan rehabilitasi bagi pengguna ATS. Model dikembangkan mengacu pada alur perjalanan klinis penggunaan ATS, meliputi metode intervensi sesuai kategori dan kebutuhan individu -terutama perlunya skrining dan asesmen terhadap risiko gangguan psikiatrik-, kemudian kebutuhan sarana prasarana minimal -terutama terkait perlunya ruang observasi psikiatrik-, dan terakhir, kapasitas minimal SDM -khususnya keterampilan penilaian psikopatologi gejala gangguan psikiatris serta kompetensi dalam penatalaksanaan dasar gangguan penggunaan narkotika disertai gangguan mental dan fisik (co-occurring disorders). Diperlukan uji coba lebih lanjut guna menilai penerapannya dalam berbagai tatanan layanan rehabilitasi di Indonesia.

Major drug of abused in Indonesia has changed from heroin to amphetamine type stimulants (ATS) recently. Major route of administration has also changed from injection of heroin to smoking of ATS. Unlike heroin users who tended to be dependent, ATS users in general tended to be a recreational user. However, pattern of ATS usage has also potential risks, such as respiratory diseases -like TB and pneumonia-, as well as cardiovascular diseases and psychiatric disorders. Effects of ATS towards physical, psychological and social of its users were different with other non-ATS users, while existing drug treatment and rehabilitation program tended to provide ?one-size fits all?-where all clients received similar program and approach regardless their uniqueness and background. Therefore, there is a need to develop specific intervention for ATS users who need treatment.
This study was aimed to provide drug rehabilitation model for ATS users that can accommodate individual needs and minimize harmful effect of its usage. This study applies both qualitative and quantitative methods. Study population is stakeholders from One Stop drug-treatment Center (OSC) and Community Based drug-treatment Unit (CBU), includes clients, clinical staff and management. Primary data is taken from three sources, first, clients who have completed treatment program, second, from literature review, and third, from secondary data review.
The results of primary data analysis showed that there was no significance difference of treatment outcome between OSC and CBU (p>0,05). Meaning that different resources and approaches does not differentiate treatment outcomes toward ATS users. Existing rehabilitation programs have not accommodate ATS users specific needs. Existing drug treatment and rehabilitation program had potential limitation in treating ATS users. The study proposes drug rehabilitation model for ATS users which theoretically can accommodate their specific needs. The model covers intervention method which is based on individual needs and categories -particularly screening and assessment of psychiatric problem risks-, then minimum facilities requirements -particularly availability of psychiatric observation room-, and lastly, human resources capacity -particularly competencies in screening and assessing psychiatric signs and symptoms, as well as managing co-occurring disorder-. This model will be piloted in various rehabilitation setting. This model will be piloted in various rehabilitation setting to review its applicability in the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D2156
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptiah Hasnawati
"Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang serius terjadi di setiap negara. Indonesia secara geografis terletak dilintasan dua benua yang memungkinkan NAPZA masuk secara ilegal. Semakin banyak orang pengguna NAPZA, setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terdapat beberapa riset mengenai kasus-kasus NAPZA diantaranya penelitian tentang proses rehabilitasi individu dengan dual diagnosis yaitu ketergantungan NAPZA dan gangguan jiwa.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman menjalani proses pemulihan individu dengan dual diagnosis: ketergantungan NAPZA dan gangguan jiwa. Metode: penelitian kualitatif fenomenologi.
Hasil: Diperoleh sebanyak 15 partisipan yang memenuhi kriteria, dengan konsep yang didapat terkait pengalaman individu dengan dual diagnosis ditemukan 5 tema yaitu manifestasi gangguan jiwa yang dirasakan tidak dominan yang menyertai, pengalaman yang bervariasi dalam menjalankan rehabilitasi pada individu dual diagnosis, upaya individu untuk lebih baik, harapan ke depan yang lebih baik, pengalaman di usia remaja sebelum mengalami dual diagnosis.
Kesimpulan: pengalaman menjalani proses pemulihan individu dengan dual diagnosis ketergantungan NAPZA dan gangguan jiwa merupakan satu kondisi yang spesifik yang memerlukan penanganan yang lebih komplek, agar kondisi kembali pulih dari gangguan jiwa dan mencegah kekambuhan penggunaan NAPZA dapat dicapai oleh individu.

Drug abuse is a serious problem in every country. Indonesia is geographically located across two continents that allows illegal drugs to enter. More and more drug users, every year has increased. There is some research on drug cases including research on the process of rehabilitation of individuals with dual diagnosis, namely drug dependence and mental disorders.
Objective: this study aims to explore the experience of undergoing the recovery process of individuals with dual diagnoses: drug dependence and mental disorders. Method: phenomenological qualitative research.
Results: Obtained as many as 15 participants who met the criteria, with the concepts obtained related to the experience of individuals with dual diagnoses found 5 themes namely manifestations of mental disorders that were perceived as not dominant accompanying, varied experiences in carrying out rehabilitation in dual diagnosis individuals, individual efforts to better, better future expectations, experience in adolescence before undergoing dual diagnosis.
Conclusion: experience undergoing the recovery process of individuals with dual diagnosis of drug addiction and mental disorders is a specific condition that requires more complex treatment. So that conditions recover from mental disorders and prevent recurrence of drug use can be achieved by individuals.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Sophiarany
"Penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2012 sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan, kriminalitas, maupun sosial. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara faktor individu, keluarga, dan lingkungan dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA pada remaja yang bersekolah di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Utara pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011. Sampel berjumlah 5999 responden, berstatus remaja yang bersekolah di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Utara yang berusia 10-24 tahun.
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya faktor individu yang berhubungan dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja, yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, status merokok, status minum alkohol, dan usia pertama minum alkohol; faktor keluarga, yaitu pekerjaan ayah, ayah melakukan penyalah guna NAPZA, dan saudara kandung penyalah guna NAPZA; faktor lingkungan lokal, yaitu teman sebaya penyalah guna NAPZA dan ketersediaan NAPZA. Penelitian ini menemukan bahwa risiko lebih tinggi untuk penyalahgunaan NAPZA ditemukan pada remaja berada pada usia 17-24 tahun, jenis kelamin lelaki, pendidikan tinggi, perokok, peminum alkohol, usia minum alkohol yang semakin dini, ayah yang tidak bekerja, ayah yang menyalahgunakan NAPZA, saudara kandung yang menyalahgunaka NAPZA, teman sebaya yang menyalahgunakan NAPZA, serta NAPZA yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.

The increase of drug abuse among adolescents keeps getting higher from 2010 to 2011, thus creating many health, crime, and social issues. This research aims to see the relationship between individual, family, and environment factors with the drug abuse behaviors among school adolescents in the Provinces of DKI Jakarta, East Java, and North Sumatra in the year 2011. This research is a quantitative study, with a cross-sectional design and uses secondary data from Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011. The sample amounts to 5999 respondents with the status of school adolescents in DKI Jakarta, East Java, and North Sumatra, ranging from 10-24 years of age.
The result of this research is to find individual factors that associate with the drug abuse behaviors among adolescents, which are age, gender, education, cigarettes consumptions, alcohol consumptions, and the first age of alcohol consumptions; family factors, which are occupation of father, father's drug abuse, and siblings's drug abuse; local environment factors, which is peers's drug abuse and the availability of drugs. This research found that the risk of drug abuse is higher for adolescents around the age of 17-24 years old, male, high education, smokers, consumes alcohol, early age of alcohol consumption, unemployed father, father abuses drug, siblings abuse drug, peers abuse drug, and drug is available in the local environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deleilah
"Penelitian ini mengenai Kegiatan Bimbingan Rohani di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa PSBL HS 2, yaitu kegiatan yang menyasar pada aspek spiritual dari Warga Binaan Sosial (WBS). Metode yang digunakan penulis yaitu dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Dalam teknik pemilihan informan, penulis menggunakan teknik purposive sampling, sehingga didapatkan informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Panti PSBL HS 2, Satuan Pelaksana Pembinaan Sosial, Pekerja Sosial, Instruktur Kegiatan Bimbingan Rohani, Pendamping dan WBS. Melihat pentingnya aspek spiritual dalam pemberian pelayanan bagi orang dengan gangguan jiwa, penulis mencoba melihat gambaran dari Kegiatan Bimbingan Rohani ini dan melakukan analisis menggunakan teori spiritualitas dan rehabilitasi sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan Bimbingan Rohani memiliki manfaat manfaat yang baik bagi WBS, namun manfaat tersebut tidak menyentuh sebagian besar WBS, dikarenakan bentuk kegiatan terbatas pada kegiatan keagamaan, sementara aspek spiritualitas sangat luas tidak hanya terbatas pada keagamaan.

This research is about Spiritual Guidance Activities at the Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa PSBL HS 2, where the activities target the spiritual aspects of Socially Assisted Citizens (WBS). The method used by the author is qualitative approach and a type of descriptive research. In the technique of selecting informants, the authors used purposive sampling technique, so that the informants obtained in this study were Head of PSBL HS 2, Implementing Unit for Social Development, Social Workers, Instructors for Spiritual Guidance Activities, Mentors and WBS. Seeing the importance of the spiritual aspect in providing services for people with mental disorders, the author tries to look at the picture of this Spiritual Guidance Activity and conduct an analysis using spirituality theory and social rehabilitation. The results showed that Spiritual Guidance Activities had good benefits for the clients, but these benefits did not touch most of the clients, because the form of activities was limited to religious activities, while the aspect of spirituality was very broad not only limited to religion."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Dwi Aprilianti
"Skripsi ini dilatarbelakangi pandemi Covid-19 yang berdampak menimbulkan kendala pemberian pelayanan rehabilitasi sosial pada remaja korban penyalahgunaan Napza berupa adanya peran pekerja sosial yang tidak dapat dilakukan secara langsung. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengungkapkan solusi yang dilakukan terkait peran pekerja sosial dalam melakukan rehabilitasi sosial kepada remaja korban penyalahgunaan Napza pada masa pandemi Covid-19 di BRSKPN Bambu Apus, yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu Desember 2021 - November 2022, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui studi dokumentasi dan wawancara dengan sembilan informan. Informan dipilih secara purposive sampling berdasarkan kriteria kebutuhan penelitian ini. Analisa data dilakukan dengan open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pandemi Covid-19 kegiatan rehabilitasi sosial remaja korban penyalahgunaan Napza yang terpaksa diberhentikan sementara adalah bimbingan fisik, visit keluarga, konseling terapi kelompok, kegiatan vokasional dan kegiatan di luar balai. Kegiatan tersebut diganti dengan alternatif berupa kegiatan secara daring/online, dinamika kelompok dan kegiatan di luar ruangan. Terdapat pula pembatasan waktu pada setiap kegiatan, dari biasanya 1 jam menjadi hanya 30 menit. Dengan adanya penyesuaian terhadap kegiatan yang dilakukan, maka hal ini berdampak pada perubahan penerapan peran pekerja sosial dalam melakukan manajemen kasus, sebagai edukator, enabler, fasilitator dan expert. Pekerja sosial memperhatikan perspektif person-in-environment tentang bagaimana menilai situasi klien dan mengidentifikasi alternatif solusi bagi mereka. Dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial di masa pandemi Covid-19, pekerja sosial menghadapi kendala eksternal maupun internal. Kendala tersebut diantaranya kegiatan assessment menjadi terbatas, kegiatan pelayanan secara daring, dilema perasaan, penggunaan teknologi masih sulit. Agar pelayanan rehabilitasi sosial remaja korban penyalahgunaan Napza tetap berjalan dengan baik sesuai standar operasional, maka pekerja sosial melakukan solusi berupa menjaga kesehatan fisik dan mental, saling sharing pengalaman dan memotivasi, mengikuti pelatihan atau workshop, rekomendasi rawat jalan dan lain sebagainya, Kesimpulan penelitian ini adalah kegiatan rehabilitasi sosial pada masa pandemi Covid-19 mengalami beberapa penyesuaian dan peran pekerja sosial pun mengalami beberapa penyesuaian dalam melakukan proses rehabilitasi sosial pada remaja korban penyalahgunaan Napza. Kontribusi skripsi ini pada pengembangan ilmu kesejahteraan sosial adalah untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan bagaimana peran pekerja sosial dan bagaimana cara menghadapi situasi tak terduga sebagaimana pandemi Covid-19.

This study is motivated by the Covid-19 pandemic which has had an impact on the provision of social rehabilitation services for adolescent victims of drug abuse in the form of the role of social workers who cannot be carried out directly. The urgency of conducting this research is to reveal the solutions made regarding the role of social workers in carrying out social rehabilitation for adolescent victims of drug abuse during the Covid-19 pandemic at BRSKPN Bambu Apus, which are discussed from the Social Welfare discipline. This research was carried out in the period December 2021 - November 2022, using a descriptive qualitative approach. Data collection was carried out through documentation studies and interviews with nine informants. Informants are selected by purposive sampling based on the criteria of the needs of this research. Data analysis is done by open coding, axial coding, and selective coding. The results of the research show that during the Covid-19 pandemic the social rehabilitation activities for adolescent victims of drug abuse who had to be temporarily suspended were physical tutoring,visit family, group therapy counseling, vocational activities and activities outside the hall.These activities were replaced with alternatives in the form of online activities/online, group dynamics and outdoor activities. There is also a time limit on each activity, from the usual 1 hour to only 30 minutes. With adjustments to the activities carried out, this has an impact on changes in the implementation of the role of social workers in carrying out case management, as educators, enabler, facilitator andexpert. Social workers pay attention to perspective person-in-environment about how to assess client situations and identify alternative solutions for them. In providing social rehabilitation services during the Covid-19 pandemic, social workers faced external and internal constraints. These obstacles include activities assessment become limited, online service activities, feeling dilemmas, the use of technology is still difficult. In order for social rehabilitation services for adolescent victims of drug abuse to continue to run well according to operational standards, the social worker provides a solution in the form of maintaining physical and mental health, sharing experiences and motivating each other, attend training or workshop, recommendations for outpatient care and so on. The conclusion of this study is that social rehabilitation activities during the Covid-19 pandemic underwent several adjustments and the role of social workers also experienced several adjustments in carrying out the social rehabilitation process for adolescent victims of drug abuse. The contribution of this study to the development of social welfare science is to reveal and describe the role of social workers and how to deal with unexpected situations such as the Covid-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Yanti
"Prevalensi penyalahguna NAPZA meningkat setiap tahun dimana rentang usia penyalahguna NAPZA tertinggi yaitu 20-29 tahun. Dampak penyalahgunaan NAPZA dapat mempengaruhi individu usia dewasa muda dalam pencapaian intimasi. Keluarga dengan anggota keluarga penyalahguna NAPZA mengalami sejumlah masalah yaitu kekerasan, terganggunya kebiasaan keluarga, perpisahan, perceraian, panutan yang tidak baik dan kesulitan ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali makna pendampingan yang dilakukan keluarga terhadap penyalahguna NAPZA usia dewasa muda dalam pencapaian intimasi. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi yang melibatkan sebelas partisipan. Data dikumpulkan dengan indepth interview dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi dengan penambahan satu langkah yaitu mengembalikan hasil analisa kepada partisipan untuk dikonfirmasi. Hasil penelitian didapatkan empat tema yaitu tugas perkembangan dewasa muda yang universal, faktor internal dan eksternal yang menghambat tugas perkembangan dewasa muda penyalahguna NAPZA, keluarga adalah pendamping utama dewasa muda penyalahguna NAPZA, beban keluarga penyalahguna NAPZA yang kompleks. Hasil penelitian merekomendasikan pentingnya terapi psikoedukasi keluarga oleh perawat dalam mendampingi keluarga yang memiliki anggota keluarga penyalahguna NAPZA usia dewasa muda.

The prevalence of drug abuse increases every year where the highest drug use age range is young adults aged 20 29 years. The impact of drug abuse can affect young adults in the achievement of intimacy. Families with drug users often experience problems such as violence, separation, divorce and economic difficulties. The purpose of this study is to explore the meaning of family accompaniment against young adult drug abuser in the achievement of the task of development of intimacy. The research design was qualitative with descriptive phenomenology approach involving eleven participants. Data were collected through indepth interview and analyzed using Colaizzi approach method. The result of the research is got four themes that is the universal of young adult development task, internal and external factors that inhibit the development task of young adult drug abuser, the family is the main companion of young adult drug abuser and burden of drug abuser family is complex. The results of the study recommend the importance of family psychoeducation therapy by nurses in accompanying families who have family members of young adult drug abusers."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yadi Setiadi
"ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan perilaku vokasional dan penempatan kerja dalam kegiatan bimbingan vokasional di PSPP Husnul Khatimah Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara tidak terstruktur, observasi dan studi literatur. Hasilnya adalah gambaran persiapan perilaku vokasional terkait erat dengan metode pembinaan yang dilaksanakan, yang terlihat dari jadwal kegiatan harian klien. Dalam kaitannya dengan penempatan kerja pihak panti melibatkan staf pendamping, instruktur dan bagian satpel pembinaan sosial selaku penanggungjawab kegiatan. Faktor utama penerimaan dunia kerja adalah rasa ingin menolong, sehingga tidak ada seleksi yang cukup ketat dalam penerimaan klien. Faktor pendukung antara lain adalah keberadaan pegawai dan instruktur yang mantan klien, sarana dan prasarana, dukungan dunia usaha, jenis vokasional masih sangat dibutuhkan, membuat akses ke pasar tenaga. Faktor penghambat antara lain adalah karakteristik klien, latar belakang penyalahgunaan napza, dan tidak adanya anggaran after care.

ABSTRACT
This research describes vocational behavior and work placement in vocational program in PSPP Husnul Khatimah Tangerang Selatan. This study uses qualitative methods with data collection techniques in the form of unstructured interviews, observations and literature studies. The result is the preparation of vocational behavior in PSPP Husnul Khatimah is closely related to the coaching method implemented, as seen from the daily schedule of the client 39 s activities. The daily schedule of client activities carefully monitored by social workers, accompanying staff and other employees is able to provide behavioral changes for clients during the rehabilitation process. In relation to work placements The placement of work on the client involves advisory staff, instructor and part of the social counselor as responsible for the client 39 s job placement. The motivation of the acceptance of the working world to the client is primarily a sense of wanting to help, so there is no strict selection in the acceptance of clients as long as those who have accepted the existing job conditions and can accept the rules applicable in the workplace. The inhibiting factors stem from the client characteristics and limited budget support for aftercare stages. Factors supporting the client 39 s vocational behavior include the presence of former client employees and instructors, facilities and infrastructure, business support, vocational types are still urgently needed, making access to power markets. Factors inhibiting vocational behavior of client characteristics, background of drug abuse, no aftercare budget."
2017
T48182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Trends of drug abuse will be followed by the need of different nursing care. by nursing program between dual diagnoses patients and regular patients (drug dependence with no psychiatric problemss) in rehabilitation wad nurses can evaluate their role in each setting...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>