Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Syuryani
"Penelitian ini menggunakan metode literature review yang membahas mengenai pelaksanaan Program Rujuk Balik (PRB) pada peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program rujuk balik peserta BPJS Kesehatan di puskesmas. Dalam mendapatkan artikel yang diinginkan, penelitian ini menggunakan 5 database yaitu Google Scholar, GARUDA (Garba Rujukan Digital), Microsoft Academic, ProQuest, dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kemudian untuk mendapatkan literatur yang layak uji, dilakukan peninjauan literatur menggunakan pedoman PRISMA. Hasil peninjauan literatur didapatkan 9 artikel penelitian dan dalam penelitian tersebut metode yang digunakan adalah metode kualitatif maupun kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan program rujuk balik peserta Jaminan Kesehatan Nasional di puskemas dibutuhkan kesiapan dan pengetahuan petugas rujuk balik yang baik, ketersediaan obat rujuk balik yang harus selalu sesuai dan terpenuhi, prosedur dan proses pelaksanaan program rujuk balik yang harus sesuai dengan mekanisme buku panduan program rujuk balik BPJS Kesehatan serta pengendalian pelaksanaan rujuk balik dibutuhkan koordinasi antara puskesmas, rumah sakit, apotek dan BPJS Kesehatan.

This research uses a literature review method that discusses the implementation of the Referral Program (PRB) for Jaminan Kesehatan Nasional participants at the Health Center. The purpose of this paper is to find out how the BPJS Kesehatan participant referral program is implemented at the health center. In obtaining the desired journal, this research uses 5 databases, namely Google Scholar, GARUDA, Microsoft Academic, ProQuest, and the National Library of the Republic of Indonesia. Then to get the literature that was fit for testing, a literature review was carried out using the PRISMA guidelines. The results of the literature review obtained 9 studies and in this study, the methods used were qualitative methods and quantitative methods. The results of this research are that the implementation of the Jaminan Kesehatan Nasional participant referral program at the health center requires the readiness and knowledge of good return referral officers, the availability of back-referral drugs that must always be appropriate and fulfilled, the procedures and processes for implementing a referral program that must be by the program guidebook mechanism referral back BPJS Kesehatan and controlling the implementation of back referrals require coordination between health centers, hospitals, pharmacies and BPJS Kesehatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Dahlia
"Pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan sistem kendali mutu dan kendali biaya. Peserta JKN diberi identitas tunggal oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sistem rujukan berjenjang. Tingginya rujukan dapat menyebabkan penumpukan pasien di rumah sakit sehingga menyebabkan lamanya waktu tunggu. Guna dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan dilakukan dengan optimalisasi Program Rujukan Balik (PRB) pasien kronis ke fasilitas layanan primer.
Belum optimalnya implementasi PRB di RSUD Sanjiwani maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor penentu yang berhubungan dengan optimalisasi implementasi PRB di RSUD Sanjiwani, yaitu faktor-faktor penentu yang bersumber dari pasien, penyedia layanan serta penyedia pembiayaan dan kebijakan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan metode analisa yang digunakan yakni konten analisis berdasarkan triangulasi metode, triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Data diperoleh dengan mewawancarai pasien, sumber dari RSUD, dokter Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan serta apotek jejaring BPJS.
Hasil penelitian ini bahwa pemahaman dokter spesialis/sub spesialis tentang PRB belum maksimal, belum ada komunikasi antara RSUD dengan FKTP dan apotik jejaring BPJS, sosialisasi dari BPJS belum melibatkan semua petugas, serta masih kurangnya pengetahuan pasien tentang PRB.

The Indonesian Government has responsible for implementation of community health insurance through National Health Insurance (NHI). Health service in NHI program is given stages, effectively and efficiently with carry quality and cost control. Insurance participants are given a single identity by The Social Security Agency (BPJS) of Health and followed stages referral system. The ineffective implementation of stages referral system resulting in the highest refferal which can be seen in accumulation of the patients in the hospital. Accumulation of patients can lead to increased waiting time and reduced of time for consultation which decrease quality of heath services. Referral Back Program (RBP) to Primary Health Services in is needed to control this accumulation of patients and make healt services become better. RBP must be done to patient with chronic dissease if the patient already stabilized.
The aims to know identification of determinants factor optimizing the implementation of RBP in Sanjiwani Hospital. This study is used a qualitative approach with the method of analysis used content analysis based on triangulation method, triangulation of data sources, and triangulation theory. Data is got by interviewing people who associated with RBP which are specialist who threat in poly. Directur of Sanjiwani Hospital, Primary care Services, BPJS, Pharmacist, Head of Health Departement in Gianyar and patients whit cronic desiases.
The result from interviewing patient knowledge about RBP is low understanding of RBP by medical praktitioner does not been maximal, no communication between Sanjiwani Hospital with Primary Health Services and pharmacy network BPJS. The Conclusion In Sanjiwani Hospital, RBP implementation is not optimal From National Health Insurance's role all patient with chronic disease in stable condition must did referral back to primary health care service. The recommendation is given to optimize the implementation of the RBP in Sanjiwani Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Fariidah Nur Ainni
"Peningkatan jumlah penyakit kronis mengakibatkan terjadinya peningkatan pada biaya kesehatan, termasuk biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS Kesehatan sejak berdirinya pada tahun 2014, menyelenggarakan Program Rujuk Balik (PRB) sebagai upaya efisiensi biaya kesehatan serta memudahkan peserta penderita penyakit kronis dalam memperoleh akses ke pelayanan kesehatan. Pelaksanaan PRB masih belum berjalan dengan optimal, faktor yang dapat memengaruhi diantaranya ialah kolaborasi antar profesi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kolaborasi antar profesi yang terlibat dalam pelaksanaan PRB di wilayah kerja BPJS Kesehatan KC Depok tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengunakan metode wawancara mendalam, observasi dilapangan, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PRB masih jauh di bawah target dimana capaian peserta yang berhasil di rujuk balik pada bulan Januari dan Februari tahun 2019 hanya mencapai 0,06%. Seluruh profesi menyadari bahwa kerjasama antar profesi penting demi tercapainya optimalisasi PRB. Kolaborasi antar profesi dalam pelaksanaan PRB belum berjalan dengan efektif, dikarenakan masih ditemukannya kendala pada: pertimbangan sosial, pertimbangan intrapersonal, lingkungan fisik, organisasional dan institusional, faktor perilaku, dan faktor interpersonal.

The increasing in the number of chronic diseases has an impact on increasing health costs, including health costs that will be covered by Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Since its establishment in 2014, BPJS Kesehatan has organized Program Rujuk Balik (PRB) as an effort to efficiency of health costs and facilitate the member with chronic diseases in gaining access to health services. The implementation of PRB it has not run optimally, factors affected implementation one of which was inter-professional collaboration. The purpose of this study is to analyzes the inter-professional collaboration that involved in implementing the PRB at BPJS Kesehatan Depok Branch Office work area in 2019. This study used a qualitative research method using in-depth interview methods, field observations, and documents review. The results showed that the implementation of PRB was still far below the target. Where the member achievements who were referred back to Primary Health Care in January and February 2019 only reached 0,06%. All professions realizes that inter-professional collaboration is important to achieve PRB optimization. Inter-professional collaboration in the implementation of PRB has not been effective because of constraints on: social considerations, intrapersonal considerations, physical environment, organizational and institutional environments, behavioral factors, and interpersonal factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Andewi
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan peserta PRB BPJS Kesehatan Jakarta Selatan dalam meminum obat PRB dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilakukan di 2 apotek penyelenggara pelayanan PRB terbesar se-Jakarta Selatan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Hasil analisis dari 100 responden penelitian didapatkan proporsi kepatuhan peserta PRB BPJS Kesehatan Jakarta Selatan dalam meminum obat PRB sebesar 39%. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square, didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan peserta PRB BPJS Kesehatan Jakarta Selatan terkait penyakit dan aturan pengobatan (p value < 0,01; OR = 23,296), motivasi (p value < 0,01; OR = 13,940), dan dukungan sosial (p value = 0,033; OR = 2,843) dengan kepatuhan dalam meminum obat PRB. Sedangkan variabel jenis kelamin, umur, diagnosis penyakit, ketersediaan obat, dan jumlah jenis obat tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan peserta dalam meminum obat PRB.

The purpose of this study is to get the overview and examine the associated factors about the adherence of Referral Program (PRB) BPJS Kesehatan Jakarta Selatan Participants on taking PRB medicines. This is a quantitative research with cross sectional study design. The data was collected in the 2 drugstores that provide the largest Referral Program (PRB) services in South Jakarta using the questionnaire. The result from 100 respondents showed the number of Referral Program (PRB) BPJS Kesehatan Jakarta Selatan Participants complience is 39% and revealed a significant association between knowledge of the disease and medication regiment (p value < 0,01; OR = 23,296), motivation (p value < 0,01; OR = 13,940), and social support (p value = 0,033; OR = 2,843) with the complience of taking medicines. For variable sex, age, diagnosis of the disease, drug availability, and number of drugs are not associated with the the adherence of taking medicines."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Tasyah
"Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pengkajian resep merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek. Pengkajian resep dilakukan untuk melakukan analisa adanya permasalahan terkait obat dan apabila ditemukan masalah terkait obat harus segera dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Tujuan dilakukannya pengkajian resep untuk mencegah permasalahan terkait obat sebelum obat diserahkan kepada pasien sehingga tidak terjadi medication error yang berdampak pada kegagalan terapi dan efek obat yang tidak diharapkan yang merugikan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetik dan kesesuaian klinis pada peresepan di Apotek Kimia Farma Menteng Huis. Dalam penelitian ini, dilakukan pengkajian resep Pasien Rujuk Balik (PRB) pasien asma dengan mengkaji secara administratif, farmasetik dan klinis. Pada persyaratan administratif, didapatkan ketidaklengkapan berat badan pasien dan paraf dokter. Pada pengkajian secara farmasetik, resep yang tertulis sudah sesuai bentuk dan kekuatan sediaannya. Pada pengkajian secara klinis, terdapat duplikasi dan interaksi pada beberapa obat. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian dalam penulisan resep yang diamati sehingga harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacists practice pharmacy. Prescription review is one of the standard pharmaceutical services carried out at pharmacies. Prescription review is carried out to analyze drug-related problems and if a drug-related problem is found, a doctor who prescribes it must be consulted immediately. The purpose of reviewing prescriptions is to prevent drug-related problems before the drugs are dispensed to patients so that medication errors do not occur which result in therapy failure and unexpected drug effects that harm the patient. This study aims to determine the completeness of administration, pharmaceutical suitability and clinical suitability for prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy, Menteng Huis. In this study, the prescription review of Back-Referral Program (PRB) was carried out in asthma patient by examining administrative, pharmaceutical and clinical aspects. In administrative requirements, incomplete patient weight and doctor's initials were obtained. In the pharmaceutical study, the written prescription have appropriate dosage forms and dosage strengths. In clinical studies, there are duplications and interactions with several drugs. It can be concluded that there are still many observed discrepancies in prescription writing, so a doctor who prescribes it must be consulted."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Nurlusi Alvina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan puskesmas sehingga pasien  Program Rujuk Balik patuh dalam melakukan kontrol di Puskesmas Kec. Sawah Besar DKI Jakarta. Data Kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen untuk menganalisis upaya yang dilakukan Puskesmas Kec. Sawah Besar sehingga pasien PRB patuh kontrol. Adapun variabel yang digunakan adalah variabel input yang terdiri dari variabel Petugas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan. Variabel proses terdiri dari Prosedur Program Rujuk Balik, Monitoring dan Evaluasi. Variabel output terdiri dari kepatuhan kontrol peserta PRB. Dari sisi input, Petugas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan teridentifikasi sebagai peran dan upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk bisa memberikan pelayanan yang baik kepada pasien PRB seperti memberikan sosialisasi kepada pasien PRB, sarana dan prasarana yang baik sedangkan dari sisi proses teridentifikasi bahwa Pasien Program Rujuk Balik sudah bisa memahami dengan baik mengenai tahapan dalam melakukan program rujuk balik. Dari kejadian tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa upaya yang baik dilakukan oleh puskesmas kec. sawah besar sehingga pasien patuh kontrol.

This study aims to determine the efforts made by puskesmas so that patients of the Refer Back Program are obedient in carrying out control at the Puskesmas Kec. Sawah Besar DKI Jakarta. Qualitative data were obtained through in-depth interviews, observations, and document reviews to analyze the efforts made by the Puskesmas Kec. Sawah Besar so that Program R patients referred to Balik obeyed the control. The variables used are input variables consisting of variables of Health Workers, Health Facilities. Process variables consist of Refer-Back, Monitoring and Evaluation Program Procedures. The output variable consists of the control compliance of participants Program Rand Balik. In terms of inputs, Health Workers, Health Facilities are identified as roles and efforts made by health workers to be able to provide good services to Program Rujuk Balik patients such as providing socialization to patients Program Rujuk Balik, good facilities and infrastructure while in terms of the process it was identified that the Patients of the Referral Program can already understand well about the stages in conducting the referral program. From this incident, it can be identified that good efforts are made by the health center of the large rice field so that the patient complies with the control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Rahmawati Putri
"Home pharmacy care adalah salah satu aspek pelayanan farmasi yang ada di apotek dengan pelaksanaannya dilakukan di rumah khususnya pada pasien lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes, penyakit kardiovaskular, TBC, asma). Tujuan dilakukannya home pharmacy care adalah meningkatkan pemahaman mengenai pengobatan sehingga penggunaan obat sesuai, serta memastikan kepatuhan penggunaan obat pasien sehingga keberhasilan terapi akan meningkat. Akibat dari peningkatan kasus virus corona yang terjadi di Indonesia, pelaksanaan home pharmacy care di Apotek Kimia Farma 352 tidak dilakukan dengan berkunjung ke rumah pasien untuk meminimalkan resiko penularan. Strategi yang dilakukan melalui telfon atau disebut dengan metode telefarma. Fokus pasien yang dilakukan home pharmacy care adalah pasien PRB (Program Rujuk Balik)

Home pharmacy care is one aspect of pharmaceutical services in pharmacies where it is carried out at home, especially for elderly patients who have a history of chronic diseases (diabetes, cardiovascular disease, tuberculosis, asthma). The aim of doing home pharmacy care is to increase understanding of medication so that drug use is appropriate, and ensure adherence to patient drug use so that the success of therapy will increase. As a result of the increase in cases of the corona virus that has occurred in Indonesia, the implementation of home pharmacy care at the Kimia Farma 352 Pharmacy is not carried out by visiting the patient's house to minimize the risk of transmission. The strategy carried out by telephone is known as the telepharma method. The focus of patients undergoing home pharmacy care is PRB (Referral Program) patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Priyo Anggoro
"Pandemi Covid-19 menyebabkan terhambatnya pasien Program Rujuk Balik (PRB)
untuk melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan. Salah satu solusi pelayanan kesehatan
untuk pasien PRB dalam situasi pandemi Covid-19 adalah dengan mengadopsi layanan
telemedicine. Namun, sebagian besar peserta PRB merupakan pasien berusia lanjut dan
tidak terlalu mahir dalam menggunakan perangkat elektronik. Sehingga, apakah
memungkinkan layanan telemedicine dapat dikembangkan untuk pasien PRB? Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memetakan permasalahan dan kebutuhan pengembangan
telemedicine bagi peserta PRB dan menyusun prototype telemedicine untuk peserta PRB.
Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berupa telaah regulasi dan wawancara
mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa telemedicine untuk pasien PRB dapat
dikembangkan untuk menghindari penularan Covid-19 pada pasien kronis yang berisiko
tinggi dan pelayanan telemedicine berpotensi untuk dapat terus dimanfaatkan setelah
pandemi berakhir karena penggunaan telemedicine akan sangat membantu bagi pasien yang
jauh dari fasilitas kesehatan atau pasien yang memiliki keterbatasan waktu untuk mengakses
fasilitas kesehatan. Permasalahan utama dalam pengembangan layanan telemedicine pasien
PRB yang dirasakan oleh user adalah pelaksanaan pemeriksaan fisik dan penunjang serta
memastikan hasil pemeriksaan akurat, validasi data dokter dan pasien, pencatatan rekam
medis secara online dan penyimpanan data yang aman, mekanisme penjelasan obat secara
detail ke pasien dan mekanisme pemberian obat sehingga pasien tidak perlu datang ke
faskes, monitoring kondisi pasien kronis secara berkala, pasien lansia yang tidak familiar
dengan teknologi terkinidan hilangnya aspek sentuhan dan interaksi manusia dalam
pelayanan telemedicine. Solusi terhadap permasalahan tersebut, menjadi dasar
pengembangan desain prototype telemedicine pasien PRB, yaitu menambahkan fitur voice
& video call untuk mempermudah dokter melakukan pemeriksaan fisik secara virtual
disertakan dengan petunjuk pemeriksaan fisik secara virtual, proses validasi data dokter dan
pasien saat mengakses layanan telemedicine dan menampilkan STR & SIP dokter dalam
aplikasi telemedicine yang dilengkapi dengan link validasi data di Konsil Kedokteran
Indonesia, sistem telemedicine yang berbasis pada fasilitas kesehatan, sehingga data rekam
medis pasien tersimpan di faskes, resep obat dilengkapi dengan penjelasan cara penggunaan
obat dan fitur pengantaran obat ke rumah dengan bekerjasama dengan jasa penagntaran,
menambahkan fitur monitoring kondisi pasien secara berkala, menyederhanakan fitur
telemedicine dengan langkah-langkah yang mudah dipahami dan mengadakan admin
asistensi untuk mengarahkan pasien lansia., menambahkan fitur voice& video call dalam
telemedicine disertai dengan SOP bagi dokter untuk memastikan aspek humanisme menjadi
sentral dalam pelayanan telemedicine. Berdasarkan hasil uji kelayakan aplikasi didapatkan
bahwa user pasien dan dokter menganggap bahwa desain aplikasi menarik, mudah untuk
diingat, terhindar dari kesahalan dan aman digunakan, mudah untuk dioperasikan, efisien
dalam memberikan dan mendapatkan pelayanan kesehatan dan user puas dengan aplikasi
telemedicine.

The Covid-19 pandemic hampered Program Rujuk Balik (PRB) patients from
making visits to health services. One of the healthcare solutions for PRB patients in a
Covid-19 pandemic era is telemedicine services. However, most of the PRB patients were
elderly and were not very adept at using electronic devices. So, is it possible for
telemedicine services to be developed for PRB patients? The purpose of this research is to
map the problems and needs of developing telemedicine for PRB patients and to compile a
telemedicine prototype for PRB patients. This research method is qualitative research in the
form of regulations review and in-depth interviews. This study shows that telemedicine for
PRB patients can be developed to avoid transmission of Covid-19 in high-risk chronic
patients and that telemedicine services can continue to be utilized after the pandemic ends
because the use of telemedicine will be very helpful for patients who are far from health
facilities or patients who have limitations. Time to access health facilities. The main
problem in developing telemedicine services for PRB patients that users perceiveis the
implementation of physical and supporting examinations and ensuring accurate examination
results, validation of doctor and patient data, cloud storage of medical records and data
safety, explaining drugs in detail to patients, monitoring the patient's condition periodically,
elderly patients who are not familiar with the latest technology, medicines deliver yso that
patients do not need to come to health facilities and the loss of human touch and interaction
in telemedicine services. The solution to this problem forthe basis of telemedicine prototype
design development for PRB patients are adding voice & video callfeatures, the process of
validating doctor and patient data when accessing telemedicine and displaying the doctor's
STR in the telemedicine application, a telemedicine system based on health facilities, so
that patient’s medical record is stored in th ehealth facility, the prescription is equipped with
an explanation of how to use the drug, simplifies the telemedicine feature with easy-toapply
steps and adds drug delivery options to the patient's home. Based on the results of the
application feasibility test, it was found that patient and doctor users consider the
application design to be attractive, easy to operate and efficient in providing and obtaining
health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pravyanti Suci Syahphira
"hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Penyebab pasti terjadinya hipertensi sampai saat ini masih belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang menjadi risiko terjadinya hipertensi, seperti jenis kelamin, usia, obesitas, merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyakit hipertensi pada pasien program rujuk balik (PRB) BPJS Kesehatan di Apotek Kimia Farma 0461 Tambun periode April tahun 2022. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi pasien menggunakan data sekunder dari pasien berupa data kunjungan pasien PRB BPJS Kesehatan dengan diagnosis hipertensi pada periode April 2022. Informasi yang dikumpulkan berupa usia, jenis kelamin, diagnosa, dan terapi yang diberikan kepada pasien. Data sekunder yang sudah dikumpulkan selanjutnya diolah menggunakan microsoft excel untuk kemudian hasil yang diperoleh akan dibandingkan kesesuaiannya dengan teori-teori dari penyakit hipertensi. Diagnosis yang paling mendominasi dari data yang diperoleh adalah pasien hipertensi dengan komplikasi sebesar 95%. Mayoritas pasien PRB BPJS Kesehatan di Apotek Kimia Farma 0461 periode April 2022 yang didiagnosis hipertensi berjenis kelamin perempuan sebesar 52% dan berusia paling banyak <55 tahun sebesar 39%. Obat yang paling banyak diresepkan untuk pasien PRB BPJS Kesehatan di Apotek Kimia Farma 0461 periode April 2022 adalah bisoprolol 5 mg sebesar 14%, amlodipine 5 mg sebesar 13%, amlodipine 10 mg sebesar 12%, dan ramipril 5 mg sebesar 12%. Pasien PRB BPJS Kesehatan di Apotek Kimia Farma 0461 periode April 2022 dengan diagnosa hipertensi umumnya menerima terapi kombinasi 2 obat dengan persentase sebesar 43%.

Hypertension is a condition of increasing systolic blood pressure of more than equal to 140 mmHg and diastolic more than equal to 90 mmHg. The exact cause of hypertension is still unknown. However, there are several risk factors for hypertension, such as gender, age, obesity, smoking and lack of physical activity. This study aims to determine the pattern of hypertension in patients with the BPJS referral back program (PRB) at Kimia Farma Pharmacy 0461 Tambun for the April 2022 period. This research was conducted by collecting patient information using secondary data from patients in the form of patient visit data for PRB BPJS Health diagnosis of hypertension in the April 2022 period. Information collected consisted of age, gender, diagnosis, and therapy given to patients. The secondary data that has been collected is then processed using microsoft excel and then the results obtained will be compared in accordance with the theories of hypertension. The most dominating diagnosis from the data obtained is hypertensive patients with complications of 95%. The majority of BPJS Kesehatan PRB patients at Kimia Farma Pharmacy 0461 for the April 2022 period who were diagnosed with hypertension were female by 52% and aged at most <55 years by 39%. The most commonly prescribed drugs for BPJS Kesehatan PRB patients at Kimia Farma Pharmacy 0461 for the April 2022 period were bisoprolol 5 mg by 14%, amlodipine 5 mg by 13%, amlodipine 10 mg by 12%, and ramipril 5 mg by 12%. PRB BPJS Kesehatan patients at Kimia Farma Pharmacy 0461 for the April 2022 period with a diagnosis of hypertension generally receive combination therapy with 2 drugs with a percentage of 43%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanum Wulandari
"Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama global dan terdapat kenaikan prevalensi PTM di Indonesia. PTM mendominasi pola penyakit penderita rawat jalan rumah sakit menurut golongan umur 45-75 tahun di Kota Depok. Program Rujuk Balik (PRB) dimaksudkan sebagai alat kendali mutu dan biaya oleh BPJS Kesehatan dalam menangani peserta penyakit kronis yang sudah dinyatakan stabil dengan merujuk kembali pasien ke faskes primer. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui implementasi pelaksanaan PRB di wilayah kerja BPJS Kesehatan KC Depok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam kepada pelaksana PRB. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi program rujuk balik masih belum optimal dilihat dari angka capaian yang masih dibawah target/potensi, hambatan ketersediaan obat, serta sistem aplikasi yang kurang terintegrasi antara BPJS, faskes, maupun apotek.

Non-Communicable diseases (NCD) the leading cause of death globally and there is increasing prevalence of NCD in Indonesia. NCD dominates hospital out-patients disease by age 45-75 in Depok. The Counter-Referral Program (CRP) is a program intended as cost and quality tool by BPJS Kesehatan in managing patients with chronic disease that has been declared stable then referring the patients back to the primary health care. The purpose of this research is to understand the implementation of CRP in working area of BPJS Kesehatan Depok. This research was conducted using qualitative method by in-depth interview. The result showed that the implementation of CRP has not yet concluded running optimally referred to lower outcome number than the target/potential number, unavailability of medicines, and unitegrated information system among BPJS Kesehatan, health care and pharmacy institutions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>