Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sibarani, Marcel H. Reinhard
"Latar belakang : Setiap tahapan gangguan metabolisme glukosa pada disglikemia berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Pada disglikemia perlu diketahui prediktor serta stratifikasi risiko individu mengalami kejadian kardiovaskular sehingga dapat dilakukan pencegahan primer. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediktor kejadian kardiovaskular pada disglikemia.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif pada “Studi Kohort Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Bogor” tahun 2011-2018. Pada awal penelitian dilakukan pencatatan usia, jenis kelamin, tekanan darah, indeks massa tubuh, lingkar perut, glukosa darah, kolesterol, kebiasaan merokok, riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga dan aktivitas fisik. Selanjutnya dilakukan pengamatan kejadian kardiovaskular yaitu penyakit jantung koroner, stroke atau all cause cardiovascular mortality dalam enam tahun. Hubungan variabel yang secara independen yang mempengaruhi kejadian kardiovaskular dianalisis dengan cox proportional hazards regression, lalu dilakukan pembuatan model prediksi, penilaian diskriminasi dengan menggunakan kurva ROC dan kalibrasi dengan Hosmer -Lemeshow.
Hasil : Sebanyak 1.085 subjek masuk dalam penelitian ini dengan 73,5% subjek adalah perempuan. Insidens kejadian kardiovaskular dalam enam tahun adalah 9,7%. Faktor prediktor kejadian kardiovaskular pada disglikemia dalam enam tahun pada penelitian yaitu usia 45-65 tahun (HR=2,737; IK 95% 1,565-4,787) dan hipertensi (HR=2,580;IK 95% 1,619-4,112). Total skor pada model prediktor adalah dua dengan probabilitas kejadian kardiovaskular dalam enam tahun 17,2%. Hasil analisis kurva ROC didapatkan nilai Area Under the Curve (AUC) model prediktor sebesar 0,689 dengan p < 0,001 (IK 95% 0,641-0,737).

Background: Each stage of impaired glucose metabolism in dysglycemia is associated with an increased risk of cardiovascular events. In dysglycemia, it is necessary to acknowledge the predictors and the risk stratification in individuals at high risk for cardiovascular disease so that primary prevention can be done. This study aims to develop a predictive model of cardiovascular events in dysglycemia.
Method: This is a retrospective cohort study conducted in the “The Bogor Cohort Study of Noncommunicable Diseases Risk Factors" from 2011 to 2018. Data associated with age, gender, blood pressure, body mass index, waist circumference, blood glucose, cholesterol, smoking habits, family history of cardiovascular disease, and physical activity were obtained. Cardiovascular events in six years were observed include coronary heart disease, stroke, or all-cause cardiovascular mortality. Cox proportional hazards regression models were used to determine independent predictors of cardiovascular events. Model discrimination was evaluated by the ROC curve, while the Hosmer-Lemeshow test evaluated the calibration.
Results: A total of 1085 subjects included in this study, with 73.5% are female. The incidence of cardiovascular events in six years is 9.7%. Predictors of cardiovascular events in dysglycemia are age 45-65 (HR=2.737;95% CI 1.565-4.787) and hypertension (HR=2.580;95% CI 1.619-4.112). The predictor model's total score is two, with a six-year probability of cardiovascular events being 17.2%. The ROC curve analysis showed that the AUC value for the predictor model was 0.689 with p < 0.001 (95% CI 0.641-0.737).
Conclusion: Age 45-65 and hypertension were predictors of cardiovascular events in six years in dysglycemia patients. The scoring system has adequate performance, with a total score of two and the probability of cardiovascular events in six years 17.2%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oky Nur Setyani
"Latar Belakang: Pengukuran Indeks Massa Tubuh tunggal tidak cukup menilai atau mengelola risiko kardiometabolik yang terkait peningkatan adipositas pada dewasa. Lingkar Perut direkomendasikan untuk secara rutin dinilai dalam praktik klinis sehari-hari namun angkanya bervariasi antar ras dan etnis. Tujuan : Penelitian ini bermaksud menentukan nilai titik potong optimal untuk prediksi kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) dan penyakit kardiovaskular pada populasi di Indonesia. Metode : Kami menganalisis data sekunder dari studi Kohort Penyakit Tidak Menular Bogor di tahun 2011-2018, terdiri dari 2077 orang dewasa berusia 25-65 tahun. Nilai titik potong baru yang diusulkan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dihitung menggunakan analisis kurva ROC dan Youden indeks. Hasil : Insidensi Kejadian Diabetes Mellitus dan penyakit Kardiovaskular pada follow up subjek di tahun keenam sejak baseline, didapatkan yaitu sebanyak 13,7% dan 8,9%. Nilai titik potong IMT untuk kejadian diabetes melitus tipe 2 atau penyakit kardiovaskular ialah 23 kg/m2 dengan sensitivitas 72,2 % dan spesifisitas 41,8 %. Nilai titik potong lingkar perut (LP) untuk laki-laki 79 cm dengan sensitivitas 60,9% dan spesivisitas 66,4% sedangkan untuk perempuan ialah 77 cm dengan sensitivitas 74,3% dan spesivisitas 40,5%. Kesimpulan : Nilai titik potong yang baru diusulkan yaitu untuk IMT ialah 23 kg/m2 dan LP 79 cm untuk Laki-Laki dan 77 cm untuk perempuan dapat digunakan untuk penyaring risiko DMT2 dan penyakit Kardiovaskular pada penduduk Indonesia.

A single Body Mass Index (BMI) measurement does not adequately assess or manage the cardiometabolic risk in adults. Waist circumference (WC) is recommended to be routinely assessed in daily clinical practice but might be differ based on different race or ethnicity. This study aims to determine the optimal cut-off point for predicting the incidence of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) and cardiovascular disease in Indonesia. We analyzed secondary data from the Bogor Non-Communicable Disease Cohort study in 2011-2018, consisting of 2077 adults aged 25-65 years. The new proposed cut-off values for BMI and WC were calculated using ROC curve analysis. The incidence of T2DM and CV events in the sixth year followup, was found to be 13.7% and 8.9%, respectively. The cut-off point for BMI for the incidence of T2DM or CV disease was 23 kg/m2 (Sn 72.2% and Sp 41.8%). The cut-off point of WC for men is 79 cm (Sn 60.9% and Sp 66.4%), while for women is 77 cm (Sn 74.3% and a Sp 40.5%). As conclusions The newly proposed cut-off value for BMI is 23 kg/m2 and WC 79 cm for men and 77 cm for women can be used to screen for the risk of T2DM and CV disease in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Indriyati
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang prevalensinya cukup tinggi. Kenaikan prevalensi sejalan dengan bertambahnya usia khususnya pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Obesitas sering terjadi pada wanita usia pertengahan dibanding pria, hal ini menjadi penyebab mengapa berat badan sering mempengaruhi tekanan darah pada wanita.
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kegemukan dengan hipertensi pada wanita postmenopause dengan melakukan analisis data sekunder: studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular di kelurahan Kebon Kalapa, kec. Bogor Tengah, Kota Bogor tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan disain Cross Sectional.
Hasil: Proporsi responden yang mengalami kegemukan 74,6% dan hipertensi 52,4%. Prevalens rasio (PR) hipertensi 1,51 kali lebih besar terjadi pada responden yang gemuk (95% CI: 1,12-2,04, p value = 0,003). Analisis multivariat dengan Cox Regression yaitu setelah dikendalikan dengan variabel confounding: umur, pendapatan keluarga dan riwayat penyakit kronis, maka PR hipertensi pada reponden yang gemuk sebesar 1,38 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berat badan normal (95% CI: 0,92?2,07).
Kesimpulan: kegemukan pada wanita postmenopause dapat meningkatkan risiko hipertensi dan dipengaruhi oleh faktorfaktor risiko lain seperti umur, riwayat penyakit kronis dan kondisi sosial ekonomi, sehingga perlu dilakukan antisipasi sejak dini dengan meningkatkan perilaku hidup sehat dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat khususnya wanita.

Hypertension is a public health problem that prevalence is quite high. The increase in prevalence with age , especially in women who have entered menopause. Obesity is common in middle-aged women than men, and this is also the reason why weight frequently affects blood pressure in women than men.
Objective:To determine the relationship of obesity with hypertension in postmenopausal women with secondary data analysis: the baseline cohort study of risk factors for non-communicable diseases in Kebon Kalapa, Central Bogor, Bogor City in 2011. Methods: Cross sectional study design.
Results: The proportion of overweight is 74.6 % and 52.4 % for hypertension . Prevalence ratios ( PR ) hypertension 1.51 times greater in obesity ( 95 % CI : 1.12 to 2.04 , p value = 0.003). Multivariate analysis using Cox Regression. Upon controlled potential confounding variable is the variable age , family income and a history of chronic disease , the prevalence rate of hypertension in obese respondents was 1.38 times higher compared with those who had normal weight (95 % CI is 0.92-2.07).
Conclusion: Obesity in postmenopausal women may increase the risk of increased blood pressure , and is also influenced by other risk factors such as age , history of chronic disease and socioeconomic conditions , so it needs to be done early anticipation by increasing healthy behavior and health education for the community , especially women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gratcia Ayundini
"

Latar Belakang. Akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit metabolik termasuk Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Lipid Accumulation Product (LAP) merupakan rumus yang dikembangkan untuk mengestimasi lemak ektopik dalam tubuh pada populasi Kaukasia dan memiliki nilai prediksi yang baik terhadap kejadian kardiovaskular maupun DMT2.

 

Tujuan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui apakah LAP dapat digunakan sebagai prediktor DMT2 pada populasi Indonesia serta apakah LAP merupakan prediktor DMT2 yang lebih baik daripada indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut (LP).

 

Metode. Penelitian ini merupakan studi kohor retrospektif menggunakan data sekunder dari Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Litbangkes di Bogor dalam kurun waktu 2011-2016. Subyek dengan usia 25-65 tahun yang belum terdiagnosis DMT2 di awal penelitian diobservasi selama 5 tahun untuk dievaluasi kejadian DMT2 baru pada akhir masa observasi. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji multivariat cox regression. Analisis dipisah berdasarkan gender.

                                                                                   

Hasil. Subyek yang terinklusi penelitian sebesar 2907 orang (748 laki-laki dan 2159 perempuan). Sebanyak 131 kejadian DMT2 baru tercatat selama masa observasi. Analisis multivariat pada subyek perempuan menunjukkan nilai LAP kuartil 4 merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 (RR 3,19 (KI 95% 1,63 – 6,26); p<0,01). LAP kuartil 4 juga merupakan prediktor kejadian DMT2 yang lebih baik apabila dibandingkan dengan IMT dan LP pada perempuan.

 

Kesimpulan. LAP dapat digunakan sebagai prediktor terhadap kejadian DMT2 baru pada perempuan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan IMT dan LP.


Background. Excess lipid accumulation may results in metabolic diseases, one of which is type 2 diabetes mellitus (T2DM). Lipid Accumulation Product (LAP) is an index developed in Caucasian population to estimate ectopic lipid accumulation and has high predictive value in estimating cardiovascular diseases and T2DM incidence

                                             

Objective. This study aims to evaluate LAP as a predictor of T2DM in Indonesian population and whether its predictive value superior to body mass index (BMI) and waist circumference (WC).

 

Methods. This is a retrospective cohort using secondary data from Cohort Study of Non Communicable Disease in Bogor City 2011-2016. Subjects aged 25-65 years old who did not meet criteria of T2DM in the beginning of the study were observed for five years to evaluate T2DM incidence in the end of observation period. Multivariate cox regression is used for hypothesis test. The analysis was separated between gender.

 

Result. 2907 subjects were included in this study (748 males and 2159 females). A total 131 new cases of T2DM were observed during the observation period. Multivariate analysis in female showed that fourth quartile of LAP value is an independent predictor of DMT2 incidence (RR 3,19 (CI 95% 1,63 – 6,26); p<0,01). It is also a better predictor of T2DM compared to BMI and WC.

 

Conclusion. LAP may be used as a predictor of DMT2 in female compared to BMI and WC.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wagiran
"Diabetes melitus adalah penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh lainnya seperti paru-paru yang mulai muncul setelah 3 tahun menderita DM. Gejala yang ringan sering menurunkan kewaspadaan dimasyarakat. Informasi dan penelilitian masih jarang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM tipe 2 dengan gangguan fungsi paru pada usia 40 ndash; 65 tahun di Kota Bogor. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Jumlah sampel 2.414 responden dipilih secara acak. Analisis yang digunakan cox regression. Proporsi gangguan fungsi paru pada penderita DM tipe 2 sebesar 48,8. Hubungan bermakna signifikan dengan Prevalens ratio sebesar 1,99 1,67-2,37; p=0,000 setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin dan derajat merokok. Peningkatan kesadaran untuk memeriksakan fungsi paru pada penderita DM tipe merupakan pertimbangan penting sebagai upaya pencegahan komplikasi lebih lanjut.

Diabetes mellitus is a disease that can cause complications in other organs such as lungs that begin to appear after 3 years of suffering from DM. Mild symptoms often reduce public awareness. Information and research about it are still rare. This study aims to determine the relationship of type 2 diabetes mellitus with lung function at the age of 40 65 years in the Bogor city. This type of research is quantitative with cross sectional study design. The sample size of 2,414 respondents was chosen randomly. Cox regression analysis was used in this study. Proportion of lung function disorder in patients with type 2 diabetes is 48.8. The relationship was significantly obtained with the Prevalence ratio of 1.99 1.67 2.37 p 0.000 after controlling the age, sex and smoking activity. Awareness raising for pulmonary function testing for the type 2 diabetes mellitus patient is an important consideration as an effort to prevent further complications."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutriwati Yuni Lestari
"ABSTRAK
Program Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah kekhususan Kardiovaskular merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang berfungsi untuk menerapkan teori keperawatan dalam upaya untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan oleh residen dengan mengelola sebanyak 31 pasien dengan menggunakan teori adaptasi Roy. Peran sebagai peneliti dilakukan dengan menerapkan Evidence Based Nursing EBN yaitu menerapkan pengkajian resiko perdarahan dengan metode HAS-BLED untuk mengetahui resiko perdarahan lebih dini. Peran sebagai innovator diwujudkan dengan membuat karya innovasi berupa format pengkajian discharge planning. Hasilnya adalah: 1. Model konsep adaptasi Roy efektif diterapkan sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem kardiovaskular, 2. Pengkajian HAS-BLED efektif untuk menilai risiko perdarahan, dan 3. Format discharge planning dengan pendekatan 5 model discharge planning terbukti cukup efektif digunakan sebagai sarana pendokumentasian discharge planning di RSJPDHK Jakarta

ABSTRACT
Medical surgical nursing clinical practise especially in cardiovascular is a educational programme to applied nursing theory model in nursing care with cardiovascular disease. Nurses performed their roles as a care provider by managed 31 patients with the nursing theory model approach used is Roy rsquo s adaptation theory. The role as a researcher was excuted by applying evidence based nursing practice with the topic HAS BLED Form to assess bleeding risk earlier. The role as a innovator, the practician trying to created Discharge Planning Form. The results of the practice analysis are 1. Roy rsquo s Adaptation model is effective to apply in nursing care with cardiovascular diseases. 2. HAS BLED is effective to scoring bleeding risk assessment, and 3. Discharge planning Form with five models approach is acceptable in Nasional Cardiovascular Centre Harapan Kita. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Tuminah
"Latar belakang: Hipertensi, DM, dan stres psikologis masih menjadi masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Tujuan: menilai kejadian hipertensi dan besaran risiko akibat efek gabungan antara DM dan stres psikologis pada orang dewasa. Metode: Analisis menggunakan data sekunder Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (FRPTM). Disain studi yaitu studi kohor retrospektif. Populasi: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Inklusi: Data yang lengkap pada wawancara/pengukuran/ pemeriksaan. Eksklusi: Data subyek yang hipertensi saat baseline. Sampel: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 3165 data subyek dianalisis dengan regresi Cox. Hasil: Hipertensi yang ditemukan sebanyak 207 orang (6,6%). Relative risk (RR) untuk terjadinya hipertensi akibat adanya efek gabungan antara DM dan stres psikologis sebesar 2,20 dengan 95% CI (1,030—4,711) setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Interaksi yang didapatkan bersifat sinergis (positif). Kejadian hipertensi yang disebabkan karena interaksi sebesar 30%. Kesimpulan: Kelompok subyek dengan DM dan stres psikologis berisiko untuk terjadinya hipertensi sebesar 2,20 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok subyek tanpa DM dan tanpa stres psikologis dengan hubungan yang bermakna secara statistik. Kata kunci: Diabetes, stres psikologis, hipertensi

Background: Hypertension, DM, and psychological distress are still health problems that cannot be fully controlled. Purpose: to assess the proportion of hypertension and the magnitude of the risk due to the combined effect of DM and psychological distress in adults. Methods: Analysis using secondary data of Cohort Study on Non-Communicable Disease Risk Factors (NCDRF). The study design was a retrospective cohort study. Population/sample: Data of respondents of the NCDRF Cohort Study in Bogor City, West Java aged 25 years and over (at baseline). Inclusions: Complete data on interviews/ measurements/examinations. Exclusion: Data of hypertensive subjects at baseline. A total of 3165 subject data were analyzed with Cox regression. Results: Hypertension was found in 207 people (6.6%). The relative risk (RR) for the occurrence of hypertension due to the combined effect of DM and psychological distress is 2.20 with a 95% CI (1.030-4.711) after controlling for gender and obesity. The interactions obtained are synergistic (positive). The incidence of hypertension caused by interactions is 30%. Conclusion: The group of subjects with DM and experiencing psychological stress has a risk of developing hypertension by 2.20-fold higher rather than the group of subjects without DM and without psychological distress with a statistically significant association.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Nusrianto
"ABSTRAK
Penelitian yang ada memperlihatkan bahwa lemak visceral memiliki peran yang lebih penting dibandingkan lemak subkutan dalam patogenesis resistensi insulin dan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Visceral Adiposity Index (VAI) merupakan rumus yang dikembangkan untuk mengestimasi akumulasi lemak visceral pada populasi Kaukasia dan memiliki nilai prediksi yang baik terhadap kejadian DMT2.

Tujuan. Untuk mengetahui apakah VAI dapat digunakan sebagai prediktor DMT2 pada populasi Indonesia.

Metode. Penelitian ini merupakan studi Kohort retrospektif, menggunakan data sekunder dari Studi Kohort PTM Litbangkes di Bogor tahun 2011-2016. Subyek dengan usia 25-65 tahun yang tidak menderita DMT2 di awal penelitian diobservasi. Insiden DMT2 baru dicatat, Uji Hipotesis yang dilakukan adalah uji cox regression multivariat. Analisis statistik dipisah berdasarkan gender.

Hasil. Subyek yang terinklusi penelitian 2852 orang (834 pria dan 2018 wanita). Didapatkan 149 kejadian DMT2 baru dalam observasi. Analisis multivariat VAI kuartil 4 merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 (HRadj Pria : 3,592 (1,34-9,6; p 0,001); Wanita: 2,95 (1,24-5,69; p 0,008)) dengan Attributable risk laki-laki AR: 74/1000; AR%: 75% dan  perempuan AR: 65/1000; AR%: 72%.

Kesimpulan. Visceral Adiposity Index (VAI) merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 pada populasi di Indonesia.


ABSTRACT
It has been reported that visceral fat plays a relatively more significant part in the progression to type 2 diabetes (T2DM) than subcutaneous fat. Visceral Adiposity Index (VAI) is an equation model developed in Caucasian to estimate visceral fat accumulation, and has been reported to better predict the development of T2DM.

Objective. To assessed whether VAI can be used as a predictor of T2DM in Indonesian population.

Method. We analysed a secondary data from the Bogor Non-communicable Diseases Cohort Study 2011-2016 which involved participants aged 25-65 years old without T2DM at baseline. Newly occurred diabetes were observed. DMT2 is define as having fasting plasma glucose ≥126 mg/dL, and or 2 hours post prandial blood glucose ≥ 200 mg/dL, or was diagnosed as DMT2 by a healthcare professionals. The role of VAI as the predictor for T2DM was analysed using Multivariate Cox regression.

Result.  We observed 2852 subjects (834 male and 2018 female). A total number of new DMT2 case were 149. Multivariate analysis shown that 4th quartile of VAI were independent predictor to DMT2 incidence (HRadj Male: 3,592 (1,34-9,6; p 0,001); Female: 2,95 (1,24-5,69; p 0,008)) with attributable risk within male population AR: 74/1000; AR%: 75% and female  AR: 65/1000; AR%: 72% respectively.

Conclusion. VAI is an independent predictor for T2DM in Indonesian population."

2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Ayu Lestari
"ABSTRAK
Masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler semakin meningkat pada lansia yang tinggal di area perkotaan. Lansia di institusi perawatan jangka panjang termasuk populasi yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah kardiovaskuler. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan hasil intervensi swedish massage yang dilakukan pada lansia dengan masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler. Pemberian intervensi swedish massage dilakukan sebanyak 12 sesi selama 5 minggu dalam durasi 10 menit. Hasil intervensi menunjukkan terjadi penurunan pada tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 6 dan 5,8 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa swedish massage merupakan intervensi yang efektif, aplikatif, berbiaya efisien, dan aman yang dapat digunakan dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler. Studi ini menyarankan untuk pengaplikasian swedish massage dalam mengoptimalkan perawatan lansia dengan hipertensi di institusi perawatan jangka panjang.

ABSTRACT
The risk for impaired cardiovascular function increased in elderly in urban areas. Elderly in long term care institutions including populations at high risk for cardiovascular problems. This case study aims to describe the results of swedish massage interventions conducted in the elderly with the risk of impaired cardiovascular function. This intervention performed a total of 12 sessions over 5 weeks in duration of 10 minutes. The results of the intervention showed a decrease in systolic and diastolic blood pressure by 6 and 5.8 mmHg. This findings revealed that the swedish massage is an effective, applicable, cost efficient, and safe intervention, which can be used to lower blood pressure in older adults with risk for impaired cardiovascular functions. This study suggested for the application of swedish massage in optimizing treatment for the elderly with hypertension in long-term care institutions."
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dewi Susilawati
"Kriteria utama obesitas menurut WHO adalah IMT namun obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibanding obesitas umum Tujuan penelitian untuk mendapatkan cut off point dari ketiga indikator dalam mendeteksi terjadinya DMT2. Juga untuk mengetahui hubungan obesitas dengan indikator IMT, LP dan rasio LP-TB dengan terjadinya DMT2 dan menentukan indikator mana yang lebih baik dari ketiganya. Desain Cross Sectional. menggunakan data sekunder. Analisis menggunakan regresi logistic dan metode ROC.
Hasil : prevalensi DMT2 9,1% dan prevalensi obesitas berkisar 38,37 % - 41,98 % Nilai cut off obesitas umum IMT ≥ 25,72 kg/m2, LP laki-laki ≥ 80,65 cm perempuan ≥ 80,85 cm dan LP-TB laki-laki ≥ 0,51 perempuan ≥ 0,55.
Kesimpulan : orang dengan obesitas meningkatkan risiko terjadinya DMT2 setelah dikontrol faktor umur. Karena hasil ketiga indikator tidak jauh berbeda, maka penggunaanya tergantung keputusan praktisi kesehatan itu sendiri.

The WHO's major obesity criteria is BMI but central obesity is more associated to health risks than general obesity. The objective of the research is to define the cut off points of the three measurements in detecting the occurrence of T2DM. It is also aimed to examine the relationship of obesity indicators (BMI, WC, and WHtR) with T2DM and determine the best indicator of them. Design of Cross Sectional employs secondary data. Analysis apply logistic model and ROC method.
The result: prevalence of type 2 DM is about 9.1%, and obesity prevalence is about 38.37 % to 41.98 %. The cut off values of BMI general obesity, male WC, female WC, male WHtR, and female WHtR are ≥ 25.72 kg/m2, ≥ 80.65 cm, ≥ 80.85 cm, ≥ 0.5, and ≥ 0,55 respectively.
Conclusion: adjusted by age, obesity increases the risk of type 2 DM occurrence. Since there is no significantly different result, the use of obesity indicators depends on the health practitioner decisions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>