Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iif Afifatunnisa
"Stres merupakan hal yang lumrah dijumpai pada setiap individu. Petani seringkali mengalami tekanan akibat hasil panen yang diperolehnya. Tujuan skripsi ini untuk melihat hubungan tingkat stres dengan mekanisme koping pada petani yang mengalami gagal panen akibat bencana kekeringan. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan total responden 76 yang memiliki kriteria petani pernah mengalami gagal panen pada kurun waktu Juli hingga Oktober 2019, bersedia menjadi responden, bisa membaca, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perceived Stress Scale yang terdiri dari 10 pernyataan untuk menilai tingkat stres dan kuesioner The Brief Cope Inventory yang terdiri dari 28 pernyataan untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan oleh petani. Penelitian ini dinyatakan lolos uji etik oleh komite etik Universitas Indonesia dengan nomor SK-115/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2020. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Dari hasil penelitian didapatkan 77,6% responden mengalami tingkat stres sedang, dan 68,4% responden yang memiliki mekanisme koping sedang. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping pada petani yang mengalami gagal panen akibat bencana kekeringan di Provinsi Jawa Tengah dibuktikan dengan nilai p value 0,01 (p value<0,05). Peneliti  merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan untuk saling bekerja sama dalam meningkatkan derajat kesehatan mental petani.

Stress is a common thing found in every individual. Farmers are under pressure due to the yields they get. The purpose of this thesis is to see the relationship between stress levels and coping cases in farmers who experience crop failure due to drought. The study used a Cross Sectional design with a total of 76 respondents who had the criteria that farmers had experienced crop failure from July to October 2019, were willing to be respondents, could read, and were able to communicate well. The questionnaire used in this study is the Perceived Stress Scale which consists of 10 statements to assess stress levels and the Cope Inventory questionnaire which consists of 28 statements to see the coping indicators used by farmers. This study was declared to have passed the ethical test by the ethics committee of the Universitas Indonesia with the number SK-115 / UN2.F12.D1.2.1 / ETIK 2020. The analysis used in this study was univariate analysis and bivariate analysis using the chi square test. From the research results, it was found that 77.6% of respondents experienced moderate stress levels, and 68.4% of respondents who had moderate coping mechanisms. The results of statistical analysis showed that there was a relationship between stress levels and coping mechanisms in farmers who experienced crop failure due to drought in Central Java Province as evidenced by a p value of 0.01 (p value <0.05). Researchers recommend that the Local Government and the Health Office work together in improving the mental health status of farmers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Abdullah
"Stres merupakan hal yang sering dijumpai oleh manusia dalam fase kehidupan. Setiap individu dapat mengalami stres, termasuk pada sopir angkot. Sopir angkot sering kali menghadapi situasi-situasi yang menyebabkan stres. Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping pada sopir angkot. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total responden 237 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 54,9 sopir angkot memiliki tingkat stres yang rendah dan 45,1 lainnya memiliki tingkat stres yang tinggi. Selain itu, sebanyak 60,8 sopir angkot memiliki koping yang adaptif dan 39,2 lainnya memiliki koping yang maladaptif. Hasil analisa statistik menunjukan terdapat hubungan antara usia, status pernikahan, tekanan pekerjaan, dan tingkat stres dengan mekanisme koping sopir angkot p value < 0,05 . Peneliti merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk membuat sebuah program yang dapat meningkatkan kesehatan jiwa sopir angkot.

Stress is something that has seen frequently by human being in every phase of life. Every individual can experience stress, especially public transportation driver. Public transportation driver has faced frequently situations that can cause stress. The purpose in this research is to see the relation between stress level with coping mechanism upon public transportation driver. The research uses cross sectional design with respondent total is 237 respondents. Analysis used in this research is univariate and bivariate analysis.
From the result of the research it rsquo s got counted as 54,9 public transportation drivers have low stress level and 45,1 others have high stress level. Besides, counted as 60,8 public transportation drivers have adaptive coping and 39,2 others have mal adaptive coping. The result of statistic anylisis shows that there rsquo s relation between age, marriage status, job pressure, and stress level with coping mechanism of public transportation driver p value 0,05 . The research can be a reference for Government and Health Departement of Bogor City to make a program that can increase mental health of public transportation driver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Fajarini
"Disertasi ini menelaah mengenai ketaatan dan Coping Mechanism terhadap pembatasan gerak perempuan di rumah tangga. Para perempuan tersebut tergabung dalam Majelis Taklim Jam?iyyat al Nisa (MTJN). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan para perempuan ke MTJN untuk menghindar dari kehidupan rumah tangga yang menekan, bertemu dengan banyak teman yang senasib, dapat sharing, serta melakukan aktivitas yang ?menyenangkan? seperti ikut kampanye-kampanye parpol atau pilkada, mendapat baju muslim, piknik gratis serta bergosip yang terkadang menjatuhkan nama baik suami. Pergi ke MTJN tidak menyelesaikan masalah rumah tangga mereka, dan merekapun tidak ingin menggugat cerai, karena kondisi menjadi ?janda? mendapat stigma buruk atau cemoohan sosial di masyarakat Tangerang yang berbudaya patriarki. Sebagian besar jemaah menggunakan majelis taklim secara absah sebagai coping mechanism, pelepas penat dan stres yang diakibatkan oleh kehidupan rumah tangga budaya patriarki - khususnya dalam hal hubungan suami-istri yang menekan.

This dissertation analyzes the obedience and coping mechanism under the restriction of women?s role in domestic sphere. These women are members of Jam?iyyat al-Nisa Assembly of Muslim (Majelis Taklim Jam?iyyat al-Nisa ? MTJN). This research is conducted using qualitative method, namely direct observation and in-depth interview. The result of the research shows that these women join MTJN to get away from their repressing domestic life, to meet friends with the same experience, to share their stories, and to do ?fun? activities like joining the campaign of political parties or local elections, getting Islamic clothing and free picnic, as well as gossiping which some times could lead to the embarrassment of their husband. Going to MTJN does not solve their problems, but they are not going to file for a divorce for afraid of the negative "stigma" of becoming a widow or the social mockery which is common in the Tangerang patriarchal society. Most of Jam?iyyat al-Nisa members use the assembly of Muslim as their legitimate coping mechanism and stress release particularly in the subordinate husband-wife relationship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D1342
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Dian Larasati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keberfungsian keluarga dan coping stres pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun pertama. Sebanyak 315 responden mengisi kuesioner alat ukur keberfungsian keluarga (FACES-II dan Family Communication Scale) dan coping stres (Brief COPE). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki keberfungsian keluarga yang cukup baik dan coping stres yang cukup adaptif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dan coping stres (r = .133, p < .05).

The aim of this research was to examine the relationship between family functioning and coping stress among Universitas Indonesia’s first-year college students. A total of 315 respondents complete questionnaires on family functioning (FACES-II and Family Communication Scale) and coping stress (Brief COPE). In this research, the result points out that the respondents have moderate family functioning and moderately adaptive coping stress. The result of this research also indicates a positive and significant relationship between family functioning and coping stress (r = .133, p < .05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyaningsih
"Penelitian ini berangkat dari fenomena yang banyak dialami oleh mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mengalami stres, selain karena tugas-tugas sebagai mahasiswa, kurangnya keuangan, konflik dengan teman, lingkungan yang tidak nyaman, juga karena "budaya” yang berbeda. Hal tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri mahasiswa. Setiap perubahan memerlukan usaha-usaha penyesuaian diri, Penyesuaian diri dapat berupa penyesuaian mental (Palliative Coping). Keefektifan coping lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi seseorang. Sebab coping sendiri merupakan proses yang dipengaruhi oleh penilaian kognitif seseorang, Maksudnya, setelah seorang mempersepsikan lingkungan, ada 2 (dua) kemungkinan yang terjadi : pertama, rangsang yang dipersepsikan berada dalam batas-batas optimal sehingga timbullah kondisi "Homeostasis". Kemungkinan kedua, bila rangsang itu berada diatas batas optimal mengakibatkan seseorang menjadi stres.
Subyek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 120 mahasiswa yang berlatar belakang etnis Madura Latar belakang etnis Madura sengaja diambil karena selain jumlah mereka yang paling besar dibandingkan etnis lain yang ada di Surabaya juga karakteristik etnis Madura yang unik Karakteristik etnis Madura yang unik yaitu ekspresi spontan dan terbuka. Karena karakteristik seperti inilah masyarakat Madura sering mendapat stigma “kasar”.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Berawal dari pengalaman langsung yang dialami subyek berkaitan dengan perasaan stres. Hal-hal yang membuat subyek stres diperoleh melalui angket Setelah dipa oleh hal-hal yang membuat subyek merasa stres kemudian dilakukan wawancara terbuka Tujuan wawancara adalah memperoleh gambaran mengenai cara-cara obyek mengatasi masalah atau stres. Setelah diperoleh informasi bagaimana subyek mengatasi masalah kemudian diidentifikasi berdasarkan teori dari Taylor.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: pertama, penerapan strategi perilaku coping yang dijelaskan oleh Taylor, juga berlaku pada mahasiswa dengan latar belakang etnis Madura. Gaya koping yang dilakukan oleh mahasiswa yang berlatar belakang etnis Madura tak terpisahkan dari 8 (delapan) strategi ; 3 (tiga) strategi yang terpusat pada masalah dalam bentuk, konformasi, mencari dukungan sosial, dan dalam merencanakan pemecahan masalah, sedangkau 5 (lima) stratégi lainnya yang berpusat pada emosi dalam bentuk kontrol diri, membuat jarak,penilaian kembali secara positif menerima tanggung jawab dan dalam bentuk lari atau menghindar. Kedua mahasiswa Madura yang masih tinggal di Madura maupun yang tinggal di Surabaya mempunyai kecenderungan menggunakan gaya koping yang berpusat pada emosi yaitu dengan cara lari atau menghindar.
Sehubungan dengan coping yang dilakukan individu untuk mengatasi atau menangani berbagai problema kehidupan, coping bertujuan untuk mengembalikan fungsi psikologis (menstabilkan atau menetralisir kembali keadaan individu) seperti biasa. Apapun gaya coping yang diambil atau digunakan, tugas coping adalah tetap untuk mengurangi atau mengatasi situasi dan kondisi lingkungan yang membahayakan individu, bahkan juga untuk penyesuain diri individu dengan realitas sosial yang ada sehingga individu dapat mempertahankan diri dalam kondisi apapun."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Latifa Fauzia
"Remaja sering kali menghadapi tekanan besar, baik dari lingkungan sosial maupun tuntutan akademik, yang dapat berdampak pada tingkat stres dan citra tubuh mereka. Di tengah tantangan ini, kemampuan untuk mengelola stres melalui dukungan interpersonal atau yang dikenal sebagai dyadic coping diyakini dapat memainkan peran kunci dalam kesejahteraan mental mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara Dyadic Coping dengan Tingkat stres dan Citra Tubuh pada Remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan purposive sampling, yang melibatkan 202 responden remaja berusia 15-17 tahun di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan tiga jenis kuesioner, yaitu Dyadic Coping Inventory (DCI), Perceived Stress Scale (PSS-10), Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS). Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara dyadic coping dengan tingkat stres remaja (p > 0,05), ditemukan adanya hubungan signifikan antara dyadic coping dengan citra tubuh remaja (p < 0,05). Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan intervensi yang berfokus pada peningkatan keterampilan dyadic coping untuk mendukung kesehatan mental remaja dan citra tubuh yang positif.

Adolescents often face significant pressures, both from social environments and academic demands, which can impact their stress levels and body image. Amid these challenges, the ability to manage stress through interpersonal support, known as dyadic coping, is believed to play a key role in their mental well-being. This study aims to identify the relationship between Dyadic Coping, Stress Levels, and Body Image in Adolescents. The study employs a cross-sectional design with purposive sampling, involving 202 adolescent respondents aged 15-17 years in Depok City. This research utilizes three types of questionnaires: Dyadic Coping Inventory (DCI) and Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS). The results show no significant relationship between dyadic coping and adolescent stress levels (p > 0.05), while a significant relationship between dyadic coping and adolescent body image was found (p < 0.05). These findings are expected to contribute to the development of interventions focused on enhancing dyadic coping skills to support adolescent mental health and positive body image."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sopir angkot sering berhadapan dengan situasi yang menyebabkan terjadinya stres. Setiap individu yang juga termasuk para sopir angkot memiliki persepsi dan koping yang berbeda-beda untuk mengatasi stres yang dialaminya agar tidak mengganggu aktivitas dan kehidupan individu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap mekanisme koping pada sopir angkot di Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi. Populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah sopir angkot yang ada di Depok, dengan sampel penehtian berjumlah 105 orang.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sopir angkot mengalami stres rendah dan menggunakan mekanisme koping adaptif untuk mengatasi stres. Hasil analisis menggunakan uji T-independent menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat stres terhadap mekanisme koping pada sopir angkot di Depok (p = 0,035; α = 0,05). Penelitian ini merekomendasikan bahwa perlu dilakukannya promosi kesehatan kepada sopir angkot terkait stres kerja dan mekanisme koping adaptif yang sebaiknya digunakan.

The drivers of public transportation are often faced with situations that cause stress. Any individual who also included the drivers has perception and different coping to overcome the stress they experienced so as not interfere with their activity and life. This study aims to determine the correlation between level of stress and coping mechanism on public transportation drivers in Depok. This research is quantitative descriptive correlation design. The population of this research is the driver of public transportation in Depok, with 105 total samples.
Results showed the majority of low stress drivers experiencing public transportation and use adaptive coping mechanisms to cope with stress. Results of analysis using independent t-test concluded that there was a significant correlation between the level of stress on coping ntechanisms on public transportation drivers in Depok (p = 0.035, α = 0.05). The study recommends that health promotion should do to drivers of public transportation work-related stress and adaptive coping mechanisms should be used.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
TA5946
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariati Kusmiasih
"ABSTRAK
Saat ini jumlah penderita gagal ginjal di seluruh dunia semakin meningkat. Dari
gagal ginjal dini yang membutuhkan pengobatan untuk waktu sementara sampai
gagal ginjal kronis tahap akhir (terminal) yang memerlukan terapi pengganti
ginjal seumur hidupnya, yaitu hemodialisis atau transplantasi ginjal. Pada
penderita gagal ginjal terminal yang melakukan transplantasi ginjal, penulis
menemukan adanya tahapan penderitaan yang menimbulkan stres, yaitu: tahap
gejala awal, tahap diagnosis, tahap dialisis, tahap pencarian donor ginjal, tahap
transplantasi ginjal, tahap adaptasi, dan tahap pemulihan. Pada setiap tahap ada
stres yang terjadi dan coping yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal terminal
yang melakukan transplantasi ginjal. Untuk mengatasi stres yang terjadi sejak
tahap gejala awal hingga tahap pemulihan, diperlukan keterampilan coping untuk
mengatasi stres tersebut. Penelitian ini, bertujuan untuk mengungkap stres dan
perilaku coping yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal terminal sejak tahap
gejala awal hingga tahap pemulihan. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan mengajukan kasus sebanyak 3 orang. Alat ukur yang
dipakai pada penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi sebagai
pendukung data. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan berbagai
stres dan coping yang dialami oleh penderita gagal ginjal terminal yang
melakukan transplantasi ginjal. Stres yang terjadi pada umumnya berasal dari pai n
& discomfort, frustration, atvciety, dan conflict. Sedangkan coping yang dilakukan
oleh penderita gagal ginjal terminal yang melakukan transplantasi ginjal untuk
mengatasi stres yang terjadi adalah Problem-Focnsed Coping dan Appraisal-
Focused Coping, dan Emotion-Focused Coping. Namun, jenis coping yang sering
dipergunakan oleh penderita gagal ginjal yang melakukan transplantasi ginjal
adalah Problem-Focnsed Coping. Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan
pada penderita gagal ginjal terminal yang melakukan transplantasi ginjal menjadi
lebih rasional dalam menghadapi penderitaannya dan dapat melakukan peredaman
emosi. Sehubungan dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, disarankan
untuk dilakukan penelitian lanjutan guna melengkapi keperluan studi ilmiah."
2004
S3345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Rachmawati
"Luka kanker merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien kanker, tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan fisik, luka kanker juga menyebabkan ketidaknyamanan psikologis: stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengidenfikasi hubungan stres dengan strategi koping pada pasien dengan luka kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional, pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 73 responden (pasien dengan luka kanker). Sebanyak 73 pasien kanker diwawancarai dengan menggunakan Questionnaire on Stress in Cancer Patient untuk mengukur stres dan Brief COPE untuk mengukur strategi koping, kemudian dianalisis dengan uji t-independen.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden yang menggunakan strategi emotion-focused coping memiliki rata-rata skor stres lebih tinggi dari pada responden yang menggunakan strategi problem-focused koping Ada perbedaan skor stres yang bermakna antara responden yang menggunakan strategi problem-focused coping dan responden yang menggunakan emotion-focused coping. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian lanjutan tentang aspek psikologis pada pasien dengan luka kanker.

Malignant wound is one of the complications that often occur on cancer patients, not only cause physical discomfort, cancer wound also cause psychological discomfort: stress. This study aims to idenfying stress relation between coping strategies on patient with cancer wound in Hospital of Dharmais. This research was quantitative with cross-sectional design, sampling used purposive sampling with 73 respondents (patients with malignant wound). Total of 73 malignant cancer patients were interviewed using Questionnaire on Stress in Cancer Patient to measure stress and Brief COPE to measure coping strategies, then analyzed by independent t-test.
Results of this study found that respondents who used the strategy of emotion-focused coping had an higher average score of stress than respondents who used the strategy of problem-focused coping. There were significantly differences in stress score between respondents who used the strategy of problem-focused coping and respondents who use emotion-focused coping. The study recommends the need for further research on the psychological aspects in patients with malignant wound.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S62949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>