Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anas Khafid
"ABSTRAK
Latar Belakang: masalah yang sering terjadi setelah pembedahan sendi panggul yaitu defisit kekuatan otot, gangguan fisik, dan gangguan kemampuan berjalan kondisi ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam menyelesaikan tugas fungsionalnya secara mandiri. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang berkelanjutan untuk dapat mengembalikan status fungsional pasien. Intervensi berupa program activehip exercise dengan melibatkan keluarga dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fungsional. Tujuan: mengetahui pengaruh activehip exercise dan keterlibatan keluarga terhadap kemampuan fungsional pasien pasca pembedahan sendi pinggul. Desain penelitian: penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasi experiment pre and post test without control group design dengan jumlah sampel 23 pasien pasca pembedahan panggul. Analisis data menggunakan uji Paired t-Test, Independet t-Tes dan Pearson Correlation. Hasil: analisis menunjukkan terdapat pengaruh activehip exercise dan keterlibatan keluarga dilihat dari adanya perbedaan rerata nilai status fungsional sebelum dan sesudah intervensi (p=0,0001). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia (0,001) dan nyeri (0,001) terhadap status fungsional. Kesimpulan: adanya pengaruh activehip exercise dengan keterlibatan keluarga terhadap status fungsional pasien paca pembedahan panggul.

ABSTRACT
Background: Problems that usually happen after hip joint surgery are deficits in muscle strength, physical disorders, and impaired difficulties to walk or impaired mobility. These conditions can causes patient inablity to to fullfill their functional tasks independently. Therefore, a intervention is required to return functional status optimally. This intervention which is Activehip exercise which is modified with the family involvement was conducted to improve functional abilities. Objective: to identifiy the effect of Activehip exercise and family involvement on the functional abilities of patients after hip joint surgery. Design study: Quantitative research using quasi pre and posttest experiments without control group design with 23 patients after hip joint surgery as a sample. Data analysis used Paired t-Test, Independent t-Test and Pearson Correlation. Results: the result showed that there was an effect of Activehip exercise and family involvement as seen from the difference in mean functional status values before and after the intervention (p = 0.0001). The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between age (0.001) and pain (0.001) to status functional. Conclusion: There was an effect of Activehip exercise and family involvement on the functional status of hip joint surgery's patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gilang Pamungkas
"Pendahuluan: Pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) dapat mengalami penurunan kapasitas fungsional dan produktivitas. Hal ini dikarenakan adanya penurunan curah jantung dan penghancuran protein otot (aktin dan miosin). Latihan berjalan dilakukan untuk meningkatkan pompa jantung dan keseimbangan metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan produktivitas ada pasien pasca BPAK.
Metode: Penelitian ini menggunakan Randomized Controlled Trial (RCT) dengan single blind pada outcome assessor. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 42 orang yang dibagi menjadi 21 orang di kelompok intervensi maupun kontrol.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil adanya pengaruh yang bermakna antara latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional (0,008<0,05), gangguan dalam bekerja (0,011<0,05), dan gangguan aktivitas(0,044<0,05). Hasil juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara latihan berjalan terhadap kehilangan waktu kerja (0,967>0,05) dan gangguan pekerjaan keseluruhan (0,696).
Diskusi: Latihan berjalan meningkatkan pompa jantung dan metabolisme. hal tersebut meningkatkan pengeluaran Adenosine Triphospat (ATP) sehingga meningkatkan kapasitas fungsional dan produktivitas pada pasien.
Kesimpulan: Latihan berjalan meningkatkan kapasitas fungsional dan produktivitas pada pasien pasca BPAK.

Introduction: Patients after coronary artery bypass graft (CABG) may experience reduced functional capacity and productivity. This is due to decreased cardiac output and destruction of muscle proteins (actin and myosin). Walking exercise is performed to improve cardiac pump and metabolic balance. This study aims to assess the effect of walking training on functional capacity and productivity in patients after BPAK.
Methods: This study used a Randomized Controlled Trial (RCT) with a single blind on the outcome assessor. The number of respondents in this study amounted to 42 people who were divided into 21 people in the intervention and control groups.
Results: This study showed a significant effect of walking training on functional capacity(0,008<0,05), work interference(0,011<0,05), and activity interference(0,044<0,05). The results also showed no significant difference between walking training on lost work time (0,967>0,05)and overall work interference(0,696>0,05).
Discussion: Walking exercise improves cardiac pump and metabolism, which increases Adenosine Triphosphate (ATP) expenditure, thereby improving functional capacity and productivity in patients.
Conclusion: Walking exercise improves functional capacity and productivity in patients after BPAK.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Kertapati
"ABSTRAK
Status fungsional adalah kemampuan individu untuk melakukan pemenuhan
kebutuhan dan perawatan diri secara mandiri dalam aktivitas rutin sehari-hari.
Status fungsional yang menurun berdampak pada penurunan kemandirian,
sehingga lansia menjadi ketergantungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh intervensi keperawatan spiritual dan latihan chair yoga
selama 12 sesi latihan terhadap status fungsional dan kepuasan hidup lansia.
Penelitian kuasi eksperimen dengan kelompok kontrol dengan sampel 42 lansia
kelompok perlakuan dan 42 lansia kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan
intervensi keperawatan spiritual dan latihan chair yoga berpengaruh signifikan
meningkatkan status fungsional (p=0,000) dan kepuasan hidup (p=0,000). Hasil uji MANCOVA menunjukkan pengaruh intervensi keperawatan spiritual dan latihan chair yoga diperkuat oleh usia dan aktivitas fisik (p=0,000). Spiritual dan latihan chair yoga dapat meningkatkan status fungsional dan kepuasan hidup pada lansia secara signifikan. Intervensi keperawatan spiritual dan latihan chair yoga merupakan salah satu terapi komplementer sebagai upaya peningkatan status fungsional dan kepuasan hidup lansia yang dapat digunakan oleh perawat di masyarakat

ABSTRACT
Functional status is an individual's ability to perform self intervention and
activities of daily routine. The impact of functional status decreased on
independence, so that the older people to dependency. The aim of this study to determine the effect of spiritual nursing intervention and chair yoga exercises on functional status and life satisfaction of older adults. The research design was quasi experimental with 42 subjects as intervention groups and 42 subjects as control groups. The simple random sampling was used. The results showed that spiritual nursing intervention and chair yoga exercises significantly effect to improve functional status (p = 0.000) and life satisfaction (p = 0.000). MANCOVA analyze that spiritual nursing intervention and chair yoga exercise were significantly increased with controled by age and physical activity (p = 0.000). Spiritual and chair yoga exercise can improve functional status and life
satisfaction among older adults significantly. Spiritual nursing intervention and
chair yoga exercise is an one of the complementary therapy as preventive effort to improve the functional status and life satisfaction among older adults can used by nurse in the community."
2016
T45883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faraniara
"ABSTRAK
Perasaan takut akan jatuh dan penurunan status fungsional sering dialami pada pasien fraktur ekstremitas bawah yang telah menjalani pembedahan. Edukasi yang tepat diikuti dengan latihan ambulasi pada pasien pascapembedahan diperlukan untuk dapat meningkatkan status fungsional dan keyakinan pasien untuk melakukan ambulasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dan latihan ambulasi terhadap fall efficacy dan status fungsional pada pasien pascapembedahan ORIF ekstremitas bawah. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pre test and post test without control group. Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 33 responden dengan consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fall efficacy dan status fungsional antara sebelum dan setelah dilakukan edukasi dan latihan ambulasi (p value < 0,001). Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan nilai fall efficacy dan status fungsional setelah diberikan intervensi edukasi dengan latihan ambulasi

ABSTRACT
Fear of falling and decreasing functional status are often experienced in patients with lower limb fractures who have undergone surgery. Appropriate education followed by ambulation training in postsurgery patients is needed to be able to increase the functional status and confidence of patients to carry out early ambulation. This study aims to determine the effect of education and ambulation training on fall efficacy and functional status in postsurgery patients with lower extremity ORIF. The design of this study was a quassy experimental with a pre test and post test design without control group. The sample size in this study was 33 respondents with consecutive sampling. The results of this study indicate that there are differences in fall efficacy and functional status between before and after education and ambulation training (p value <0.001). This study concluded that there were differences in fall efficacy and functional status after being given educational intervention with ambulation training"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Sutisna
"ABSTRAK
Total Hip Replacement THR merupakan salah satu tindakan bedah rekonstruktif penggantian sendi panggul akibat gangguan anatomi, fungsi tubuh yang mengganggu dan berpengaruh terhadap status fungsional. Tujuan penelitian teridentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan status fungsional pasien paska operasi THR. Penelitian ini menggunakan desain case control. Penetapan jumlah sampel menggunakan nonprobability sampling dengan metoda consecutive sampling. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi status fungsional dengan menggunakan Hip Haris Score HHS proporsi responden yang mengalami gangguan status fungsional mencapai 24,4 kelompok kasus dimana diantara variabel yang mempunyai hubungan yaitu usia, program rehabilitasi dan lama rawat dengan status fungsional pasien paska operasi THR. Pada kelompok kasus usia merupakan faktor paling besar mempengaruhi status fungsional setelah dikontrol oleh program rehabilitasi dan lama rawat dengan nilai odd ratio OR usia 31,30 p value =0,031, program rehabilitasi OR 28,21, p value=0,056 dan lama rawat OR 12,99 dengan p value=0,093. Pada kelompok case penelitian ini merekomendasikan melakukan latihan meningkatkan status fungsional terintegrasi dengan memperhatikan kemampuan dan kelompok usia.

ABSTRACT
AbstractTotal Hip Replacement THR is one of the reconstructive surgery of hip joint replacements which is done due to anatomic disorder, disturbing body function and effect on functional status. The purpose of the study is to identify the factors associated with the functional status of patients post THR surgery. This research uses case control design. Nonprobability sampling with consecutive sampling method is used to determine a number of samples. The result of this research shows that the functional status of frequency distribution using Hip Haris Score HHS proportion of respondents who have functional status disorder reached 24,4 case group where among variables possess age relationship, rehabilitation program and length of stay with functional status of patient after THR surgery. In the age group, it was the greatest factor affected functional status after controlled by rehabilitation program and length of stay with the value of odd ratio OR age 31,30 p value 0,031, rehabilitation program OR 28,21, p value 0,056 and length of treatment OR 12,99, p value 0,018. Based on the result, this case study group recommends for further research to do exercise enhancing functional status integrated with attention to ability and age group."
2018
T49404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"Intervensi keperawatan berupa edukasi preoperasi terstruktur berdasarkan teori kognitif sosial (SCT) diharapkan dapat meningkatkan self-efficacy dan perilaku latihan post operasi. Penerapan SCT meliputi penguatan pada empat tahap yaitu vicarious experiences (pemodelan dengan menggunakan video durasi 12 menit), mastery experience, verbal persuasion dan somatic and emotional states. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi pre operasi terstruktur terhadap self-efficacy dan perilaku latihan post operasi.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan pre-test and post-test with control group design dan post-test only with control group design. Jumlah sampel 44 orang terbagi atas 22 orang pada kelompok control dan 22 orang pada kelompok intervensi.
Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh yang bermakna edukasi preoperasi terstruktur terhadap self-efficacy (p= 0.00; α=0.05) dan perilaku latihan post operasi (p= 0.00; α=0.05). Berdasarkan penelitian ini edukasi preoperasi terstruktur dengan SCT dapat dilakukan sebagai intervensi keperawatan secara optimal dengan memperhatikan kemampuan pasien post operasi agar dapat melakukan manajemen keperawatan sebaik mungkin.

Nursing intervention in the form of structured education preoperatively based on social cognitive theory (SCT) is expected to increase self-efficacy and post operative exercise behavior.The application of SCT involved the strengthening of four stages, including vicarious experiences (modeling using 12-minute video), mastery experience, verbal persuasion, as well as somatic and emotional states. The purpose of this study was to identify the effects of structured preoperative education on self-efficacy and post operative exercise.
This study was a quantitative research with a quasi-experimental design done by using a pre-test and post-test with control group design and post-test only with control group design. The number of samples was 44 people was divided into 2 groups: 22 people in the control group and 22 people in the intervention group.
The result showed a significant influence of structured preoperative education on both self-efficacy p = 0.00 and the post operative exercise behavior p = 0.00. Based on this study, the structured preoperative education shoul be provided by nurses optimally as a part of nursing interventions by focusing on the post-operative patients? abilities in order to perform the nursing management well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Fitrina Dewi
"Background:
Cardiac rehabilitation in patients with Coronary Artery Bypass Surgery (CABG) is an effective way in reducing mortality in patients with coronary heart disease (CHD). The presence of impaired cardiac autonomic function is increase the risk of arrhythmias and sudden death. Exercise training as one component of cardiac rehabilitation can improve autonomic function that can be measured indirectly with Heart Rate Recovery (HRR). The aim of this study is to assess the effect of the frequency of physical exercise on improved of HRR.
Metod:
The data used for this analysis include 100 patients who underwent second phase of cardiac rehabilitation after CABG at Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta between July and October 2013. Patients were categorized into group I (exercise 3 times a week) : 40 people and group II (5 times a week exercise) : 60 people. Heart rate recovery was measured with a 6 minute walk test (6MWT). Measurements were performed 2 times, in the early phase and the evaluation phase after 12 times. Increased HRR from both groups were analyzed by linear regression analysis.
Result :
In our study, age, gender, diabetes mellitus, psychological, smoking, coronary artery bypass surgery and the duration of aortic cross clamp did not affect the increase of HRR. Five times a week exercise training gives significant increase of HRR compare to 3 times a week exercise training after analyzed multivariate linear regression ( RR 2.9, 95% KI 1.53 to 4.40, p <0.001 ).
Conclusion:
Frequency of physical exercise 5 times a week give a better response to the increase in HRR than exercise 3 times a week.

Latar Belakang:
Rehabilitasi jantung pada pasien Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) merupakan tindakan efektif dalam menurunkan mortalitas pada pasien dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Adanya gangguan fungsi otonom jantung dikatakan meningkatkan risiko aritmia dan kematian mendadak. Latihan fisik sebagai salah satu komponen rehabilitasi jantung dapat meningkatkan fungsi otonom yang dapat diukur secara tidak langsung dengan Heart Rate Recovery (HRR). Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan HRR.
Metode:
Sebanyak 100 pasien pasca BPAK yang melakukan rehabilitasi jantung fase II dipilih secara konsekutif sejak 1 Juli ? 15 Oktober 2013 di Pusat Jantung nasional Harapan Kita, Jakarta. Pasien dikelompokkan menjadi kelompok I (3 kali latihan seminggu) sebanyak 40 orang dan kelompok II (5 kali latihan seminggu) sebanyak 60 orang. Heart rate recovery satu menit diukur dengan uji jalan 6 menit/6 minute walk test (6MWT). Pengukuran dilakukan 2 kali, pada fase awal dan fase evaluasi setelah 12 kali. Peningkatan HRR dari kedua kelompok dianalisa dengan analisa regresi linier.
Hasil:
Pada studi kami, usia, gender, diabetes melitus, psikologis, merokok, bedah pintas arteri koroner dan lamanya aortic cross clamp setelah dianalisa tidak mempengaruhi peningkatan HRR secara bermakna. Frekuensi latihan 5 kali seminggu memberikan peningkatan HRR yang bermakna secara statistik dibandingkan 3 kali seminggu setelah dianalisa dengan regresi linier multivariate (RR 2,9; 95 % IK 1,53-4,40, p<0,001)
Kesimpulan: Frekuensi latihan fisik 5 kali seminggu memberikan respon yang lebih baik terhadap peningkatan HRR dibandingkan latihan 5 kali seminggu."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviera Minelly Noor
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan keseimbangan dan mobilitas merupakan penyebab terbesar disabilitas pada usia lanjut 60 tahun atau lebih. Keseimbangan dan mobilitas merupakan faktor penting dalam melakukan aktivitas fungsional. Masalah paling serius dari gangguan mobilitas adalah kecenderungan usia lanjut untuk jatuh dan menjadi cedera akibat jatuh. Faktor lainnya yang mempengaruhi jatuh adalah rasa takut jatuh. Latihan keseimbangan dapat menurunkan insiden jatuh pada usia lanjut, namun usia lanjut yang berisiko jatuh sering menolak untuk mengikuti program latihan di rumah sakit. Program latihan di rumah memungkinkan individu untuk latihan secara mandiri, dengan biaya yang murah, dan sesuai untuk usia lanjut dengan keterbatasan akses ke fasilitas latihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan keseimbangan yang dilakukan di rumah selama 8 minggu terhadap mobilitas fungsional dan rasa takut jatuh pada usia lanjut.
Metode: Disain penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial. Populasi terjangkau adalah usia lanjut ≥ 60 tahun yang ada di Poliklinik Geriatri Terpadu dan Poliklinik Rehabilitasi Medik rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dan dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi permutasi blok. Kelompok keseimbangan diberi latihan keseimbangan dan kelompok kontrol diberi latihan penguatan ekstremitas atas selama 8 minggu. Untuk menilai mobilitas fungsional digunakan uji Time Up and Go (TUG), sedangkan rasa takut jatuh dinilai dengan instrumen Falls Efficacy Scale – International (FES-I).
Hasil: 94 responden mengikuti program latihan sampai selesai, kelompok keseimbangan (46 orang) dengan rerata umur 69,7 ± 6,03 tahun, dan kelompok kontrol (48 orang) dengan rerata umur 70,35 ± 6,95 tahun. Nilai uji TUG kelompok keseimbangan pada minggu ke-1 adalah 10,11 (7,41-16,52) detik dan menurun menjadi 9,24 (7,11-17,00) detik setelah 8 minggu latihan, (p < 0,001), dibandingkan dengan kelompok kontrol terdapat penurunan yang signifikan pada uji TUG minggu ke-1 dan minggu ke-8, p = 0,001. Nilai FES-I minggu ke-1 adalah 23,0 (16-38), dan setelah 8 minggu latihan terdapat penurunan menjadi 18,5 (16-35), p < 0,001, namun dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, p = 0,166 Kesimpulan: Terdapat peningkatan mobilitas fungsional yang bermakna secara statistik berdasarkan uji TUG pada kelompok keseimbangan dibandingkan dengan kelompok kontrol, setelah 8 minggu latihan. Dan terdapat penurunan rasa takut jatuh yang diukur menggunakan nilai FES-I pada kelompok keseimbangan setelah 8 minggu latihan, namun dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak ada perbedaan bermakna.

ABSTRACT
Background: Impaired balance and mobility are the biggest cause of disability in the elderly 60 years or more. Balance and mobility is an important factor in performing functional activities. The most serious problem is the tendency of the mobility-impaired elderly to fall and be injured by falling. Another factor affecting the fall is fear of falling. Balance training can reduce the incidence of falls in the elderly, however, older adults who are at risk usually refuse to participate in hospital-based exercise programs. Home-based exercises may allow individuals to practice independently, with low cost, and may be appropriate for the elderly with limited access to exercise facilities. The aim of this study is to determine the effect of balance exercises done at home for 8 weeks on functional mobility and the fear of falling in the elderly.
Methods: The design of the study was randomized controlled trial. The population was the elderly ≥ 60 years old at Integrated Geriatric Polyclinic and Physical Medicine and Rehabilitation Polyclinic in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta who fit the criteria. Sampling was done by consecutive sampling, and were divided into two groups by randomized block permutation. The balance group was given balance exercises and the control group was given upper extremity strengthening exercises for 8 weeks. Functional mobility was assessed by Time Up and Go test (TUG), and to assess fear of falling was used the Falls Efficacy Scale - International (FES-I) instrument.
Results: 94 respondents were completed the exercise program, the balance group (46 people) mean age 69.7 ± 6.03 years old, and the control group (48 people) mean age 70.35 ± 6.95 years old. TUG test in balance group was 10.11 (7.41-16.52) seconds at week-1 and improved to 9.24 (7.11-17.00) seconds after 8 weeks training, (p < 0.001). Compared to the control, the balance group had significantly improvement between TUG test week-1 and week-8, p = 0.001. FES-I test in balance group was 23.0 (16-38) at week-1 and after 8 weeks there is a decline to 18.5 (16-35), p < 0.001, but compared to the control group showed no significant difference, p = 0.166 .
Conclusion: There is statistically significant increasing of functional mobility based on the TUG test in the balance group compared to the control group, after 8 weeks of training program, and there is a statistically significant reduction in fear of falling were measured using FES-I instrument in the balance group after 8 weeks of training program, but compared to the control group there is no significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liya Arista
"Stroke merupakan kondisi hilangnya fungsi otak karena gangguan aliran darah otak terjadi lebih dari 24 jam. Stroke berdampak fisik maupun mental sehingga klien stroke bergantung kepada keluarga serta membutuhkan perawatan dan pemulihan jangka panjang. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan keluarga terhadap status fungsional klien dan kesiapan keluarga merawat klien stroke. Desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan control group pretest posttest design pada 25 responden meliputi 12 orang kelompok kontrol dan 13 orang kelompok intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna status fungsional klien antara kelompok kontol dan intervensi setelah program pemberdayaan. Namun, terdapat perbedaan yang bermakna kesiapan keluarga merawat klien stroke antara kelompok kontrol dan intervensi (p = 0,004 pada α = 0,05). Oleh karena itu, pemberian program pemberdayaan keluarga direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk mempersiapkan keluarga melaksanakan perawatan terutama ketika klien stroke pulang ke rumah.

Stroke is a condition of brain function loss due to disturbance in cerebral blood flow that occurs more than 24 hours. The difficulties and dysfunction are caused by brain damage entail long-term disorders of physical and mental balance, so that the patients depend on their families. The aim of this study was to assess the impact of the family empowerment program on the functional status of patients after stroke and also family preparedness to taking care the patients at home. The study design was a quasi-experiment design with pretest-posttest control group approach using 25 respondents. Groups were divided into a control group (n=12) and intervention group (n=13).
The results showed that is no significant difference between functional status in both groups after the intervention, but there is a significant difference in family preparedness to taking care for stroke survivors between the control and intervention groups (p = 0.004 at α = 0.05). Based on the results, the provision of family empowerment program as a preparation for discharge planning could be one of the nursing interventions for families to giving a care for stroke survivors at home.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Nirmalasari
"Depresi merupakan masalah psikologis yang lazim terjadi pada sebagian lansia serta akan membawa dampak pada keluarga, masyarakat, dan pemerintah jika tidak ditangani secara serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dan status fungsional dengan kejadian depresi pasca bencana pada lansia di Kota Palu. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Pengambilan sampel secara cluster random sampling dengan jumlah sampel 166 orang. Sampel penelitian adalah lansia dengan usia 60 tahun keatas, dengan hasil penelitian sebagian besar usia lansia < 75 tahun, tidak bekerja 65,1% dan memiliki penyakit 78,3%. Analisis lebih lanjut menggunakan uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga instrumental, penghargaan, emosional, dan dukungan informasi dengan kejadian depresi pada lansia. Ada hubungan antara status fungsional motorik dan status fungsional kognitif dengan kejadian depresi pada lansia (p < 0,05). Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda menunjukkan bahwa dukungan keluarga instrumental merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia setelah dikontrol variabel confounding. Kesimpulan: Kejadian depresi pada lansia yang tinggal dihunian sementara dua tahun paska bencana masih ditemukan dengan jumah 44,6%. Keluarga menjadi bagian yang penting dalam pemberian dukungan terhadap peningkatan kesehatan fisik dan psikis lansia.

Depression is a psychological problem that commonly occurs in some older adult and will have an impact on the family, community and government if not handled seriously. This study aims to identify the relationship between family support and functional status with the incidence of post-disaster depression in the older adults in Palu City. The research design used is cross sectional. Sampling was cluster random sampling with a sample size of 166 people. The sample of this research is older adults who is aged 60 years and over, with the results of the research that most of the older adults were <75 years, did not work 65,1% and had 78,3% disease. Further analysis using the Chi square test shows that there is a relationship between instrumental family support, reward, emotional, and information support with the incidence of depression. There is a relationship between motor functional status and cognitive functional status with the incidence of depression (p <0.05). Multivariate analysis using multiple logistic regression indicates that instrumental family support was the variable most associated with the incidence of depression after controlled confounding variables. Conclusion: The incidence of depression in the older adults living in temporary housing two years after the disaster is still found to be 44.6%. Family is an important factor in providing support to improve the physical and psychological health of the older adults."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universiats Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>