Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218902 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khusnul Khatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini berusaha mengetahui peran faktor keluarga, melalui tingkat family functioning dan family hardiness terhadap keterkaitan antara paparan kejadian traumatik (traumatic exposure) dengan posttraumatic growth melalui analisis moderated-mediation pada penyintas bencana alam gempa bumi dan likuifaksi di PASIGALA. Partisipan yang didapatkan adalah 122 orang penyintas berusia 17-35 tahun (M = 21.541, SD = 4.936) yang merupakan penyintas likuifaksi PASIGALA secara primer atau langsung. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tingkat family hardiness sedang hingga tinggi memberikan efek positif terhadap keberfungsian keluarga sehingga menjadi fungsional meskipun mengalami beberapa paparan kejadian traumatik. Namun, keberfungsian keluarga yang diperkuat oleh family hardiness tidak menjadikan individu dapat mencapai posttraumatic growth yang lebih tinggi meskipun family hardiness berperan penting dalam menjadikan keluarga berfungsi dengan baik. Secara praktis, hasil mengarahkan agar program trauma healing yang mendukung tercapainya posttraumatic growth sebaiknya berfokus pada aspek personal penyintas, seperti perbedaan paparan kejadian yang dialami. Tetapi, program untuk membantu keluarga dapat berfungsi dengan baik kembali (healthy) setelah melalui krisis kebencanaan dapat dilakukan dengan berfokus pada membantu keluarga membentuk karakter yang hardy.

ABSTRACT
This study discusses the role of the family, through family functioning and family hardiness on the relationship between the reporting of traumatic events (traumatic exposure) with posttraumatic growth through moderated-mediation analysis in survivors of Earthquake and Liquefaction disaster in PASIGALA. Participants obtained were 122 individuals (17-35 years old, M = 21.541, SD = 4.936) who were primary survivors of PASIGALA liquefaction. The results obtained indicate that the mean and higher level of family hardiness have a positive effect on moderating the negative effect of traumatic exposure to the family functioning. However, family functioning supported by family hardiness does not make individuals able to achieve higher post-traumatic growth indirectly although it is an important factor for helping family to function well. These lead to encouraging social workers in helping survivors, to focus on their personal aspect, such as degree of traumatic exposures. However, helping family as a whole to be well-functioning after disaster also could be conducted, by focusing on building characteristics of hardy family."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hajar Salawali
"Bencana alam tidak selamanya berdampak negatif tapi juga menimbulkan dampak positif. Posttraumatic growth adalah pertumbuhan pasca trauma sebagai hasil perjuangan individu melawan tarumatik. Remaja merupakan kelompok rentan yang mengalami masalah ketika terjadi bencana, namun dalam penelitian ini justru membuktikan bahwa remaja mampu untuk tumbuh ke arah positif melalui trauma yang disebabkan bencana. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi pengalaman PTG pada remaja penyintas bencana alam gempa bumi dan tsunami atau likuifaksi. Metode penelitian menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian ini menggunakan 16 partisipan berdasarkan kriteria iklusi yaitu usia 12-18 tahun, penyintas bencana alam gempa bumi dan tsunami atau likuifaksi, merupakan penduduk yang berdomisili di lokasi bencana, dan memiliki minimal skor 3 dari total maksimal skor 6 pada salah satu domain yang terdapat dalam instrumen posttraumatic growth inventory for children (PTGI-CR). Dalam pengumpulan data menggunakan in-depth interview dan dianalisis dengan metode Colaizzi (1978).
Penelitian ini menghasilkan 4 tema utama yaitu (1) Trauma menjadi pijakan untuk menyadari makna kehidupan, (2) Lepas dari bencana sebagai kesempatan kedua untuk hidup lebih baik, (3) Keluarga dan teman dekat menjadi dukungan sosial utama untuk tumbuh setelah bencana, dan (4) Berdamai dengan trauma melalui pendekatan religius. Posttraumatic growth adalah sebuah proses tumbuh yang perlu diupayakan. Bentuk upaya yang mesti dilakukan dengan menemukan makna hidup, memanfaatkan kesempatan kedua dengan rasa syukur dan berbuat banyak kebaikan, memiliki dukungan sosial dari keluarga maupun teman dekat sekaligus menghadirkan kekuatan dari dalam diri untuk tumbuh, dan terakhir menggunakan doa dan keyakinan terhadap Tuhan sebagai bentuk berdamainya diri dengan trauma. Peran tenaga perawat jiwa komunitas juga diperlukan sebagai praktisi keperawatan yang paling dekat dengan remaja karena berada di lingkungan komunitas sebagai bentuk upaya untuk membantu remaja penyintas bencana alam gempa bumi dan tsunami atau likuifaksi dalam menumbuhkan PTG pada dirinya melalui terapi spesialis seperti cognitive therapy (CT), cognitive behavioral therapy (CBT) dan acceptance and commitment therapy (ACT).

Natural disasters do not always have a negative impact but also have a positive impact. Posttraumatic growth is posttraumatic growth as a result of individual struggles against people. Adolescents are vulnerable groups who experience problems when a disaster occurs, but in this study it actually proves that adolescents are able to grow in a positive direction through trauma caused by disasters. The purpose of the study is to explore the experience of PTG in adolescents who survived earthquakes and tsunamis or liquefaction. The research method uses qualitative studies with a descriptive phenomenology approach. This study uses 16 participants based on the criteria of illusion, namely ages 12-18 years, survivors of earthquake and tsunami natural disasters or liquefaction, are residents who live in disaster locations, and have a minimum score of 3 of a maximum score of 6 in one domain contained in posttraumatic growth inventory for children (PTGI-CR) instrument. In collecting data using in-depth interviews and analyzed by the Colaizzi method (1978).
This research produces 4 main themes, namely (1) Trauma becomes the basis for realizing the meaning of life, (2) Remove from disaster as a second opportunity to live better, (3) Family and close friends become the main social support to grow after a disaster, and (4) Make peace with trauma through a religious approach. Posttraumatic growth is a growing process that needs to be pursued. The form of effort that must be done by finding the meaning of life, utilizing the second opportunity with gratitude and doing a lot of kindness, having social support from family and close friends while presenting inner strength to grow, and finally using prayer and belief in God as a form of peace with trauma. The role of community soul nurses is also needed as a nursing practitioner who is closest to adolescents because they are in a community environment as a form of effort to help adolescents surviving earthquake and tsunami natural disasters or liquefaction in growing PTG on themselves through specialist therapies such as cognitive therapy (CT), cognitive behavioral therapy (CBT) and acceptance and commitment therapy (ACT).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Perdana Sopamena
"Didiagnosis dan menjalani treatment penyakit kanker merupakan pengalaman traumatis yang
dapat memicu acute stress. Namun, terdapat individu yang merespon dengan positif, atau
disebut Post Traumatic Growth, yang dipengaruhi dukungan sosial. Penelitian ini meneliti
hubungan PTG dan acute stress dengan moderator perceived social support. Pengumpulan
data dilakukan kepada 106 penyintas kanker dewasa, sebagian partisipan mengikuti support
group dan sebagian partisipan tidak mengikuti support group . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PTG dan acute stress memiliki hubungan negatif yang signifikan (r = -0,33, p < 0,01),
dan perceived social support memperkuat hubungan negatif antara PTG dan acute stress.
Hasil dari penelitian dapat menjelaskan dan memperkaya literatur terkait PTG, acute stress,
perceived social support.

Being diagnosed and treated for cancer is a traumatic experience that can lead to acute stress.
However, there are individuals who can respond positively, known as Post Traumatic
Growth, which influenced by social support. This study designed to discuss the correlation
between PTG and acute stress, moderated by perceived social support. The data collection
was carried out to 106 adult cancer survivors, some participating in support group, while
some others not participating in support group. The results showed that PTG had a significant
negative effect (r = .33, p <.001) in predicting acute stress, and perceived social support is
moderating the correlation between PTG and acute stress. These results can be useful in
explaining and enriching the literature related to PTG, acute stress, and perceived social
support.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisya Putri Andina
"Kanker payudara adalah penyakit kronis yang banyak diderita oleh perempuan di Indonesia. Ketika menjalani proses pengobatan kanker payudara, pasien membutuhkan bantuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keluarga sebagai unit terdekat seringkali berperan sebagai family caregiver bagi pasien kanker payudara. Ketika menghadapi kanker, keluarga seringkali menghadapi berbagai masalah, khususnya terkait family functioning Wozniak Izycki, 2014. Selain itu, akibat dari perubahan atau bertambahnya peran yang dimiliki oleh anggota keluarga akan berdampak pada caregiver burden yang dimiliki oleh family caregiver. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara family functioning dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker payudara yang telah melakukan caregiving selama minimal tiga bulan. Family functioning diukur dengan menggunakan Family Assessment Device FAD Epstein, Bishop Levin, 1978 dan caregiver burden menggunakan Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. Terdapat 35 partisipan dalam penelitian ini yang merupakan family caregiver pasien kanker payudara. Berdasarkan analisis, penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara family functioning dan caregiver burden. Artinya, semakin tinggi skor FAD maka semakin rendah skor ZBI yang dimiliki oleh family caregiver pasien kanker payudara.

Breast cancer is the most common chronic disease among Indonesian women. When the treatment is being taken, patients need assistance in carrying out daily activities. Family as the basic unit usually become the caregiver for breast cancer patients. As a caregiver, family member is sometimes facing various problems, particularly on family functioning Wozniak Izycki, 2014. In addition, the changing or multiple role the family member play have impact on the caregiver burden for family caregiver. The purpose of this study is to investigate the correlation between family functioning and caregiver burden among family caregiver breast cancer pasient who have been caregiving for at least three months. Family functioning is assessed using Family Assessment Device FAD with Epstein, Bishop Levin, 1978 and caregiver burden is assessed using Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. In this study there are 35 participants who are family caregiver of breast cancer patient. This study found that there is a significant negative correlation between family functioning and caregiver burden. That is, the higher FAD score then the lower ZBI score issued by family caregiver of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Dwi Anjasmara
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara family functioning dan self esteem pada mahasiswa dengan obesitas di Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel family functioning yang memiliki enam dimensi, yaitu problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement, dan behavioral control, dan variabel self esteem. Responden penelitian adalah Mahasiswa Universitas Indonesia sebanyak 108 orang berusia 17-19 tahun dan masuk dalam kategori obesitas. Kategori obesitas diukur menggunakan Body Mass Index BMI dan 80,5 tergolong tipe obesitas kelas I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi problem solving r = 0,376.

This research is conducted to examine the correlation between family functioning and self esteem among obese students in University of Indonesia UI . This research used family functioning variable and has 6 dimensions which are problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement, and behavioral control, and also self esteem variable. Participants of this research are 108 students of UI in 17 19 year olds and included in category of obesity. Category of obesity measured by Body Mass Index and 80,5 percent included tipe of obesity class I. The results showed that problem solving r 0,376."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Maulidya Chasanah
"Berbagai perubahan yang terjadi dari adanya revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19 menuntut mahasiswa tingkat akhir untuk lebih adaptif dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan di dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga dan identitas vokasional terhadap adaptabilitas karier mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada 430 mahasiswa strata satu (atau setara) di tingkat akhir menggunakan alat ukur FACES-IV dari Olson (2011) untuk mengukur keberfugsian keluarga, VISA dari Porfeli et al. (2011) untuk identitas vokasional, dan CFI-R dari Rottinghaus et al. (2016) untuk adaptabilitas karier. Data penelitian diolah dengan uji mediasi berganda menggunakan Hayes Macro PROCESS. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keberfungsian keluarga memiliki peranan secara langsung (β = 0,06, t(428) = 1,99, p = 0,047) maupun tidak langsung (coefficient = 0,25, SE = 3,40%, CI = 0,18 — 0,31) terhadap adaptabilitas karier mahasiswa tingkat akhir melalui identitas vokasional. Hasil menunjukkan untuk dapat memiliki adaptabilitas karier yang baik, penting bagi mahasiswa memiliki identitas vokasional. Untuk memiliki identitas vokasional yang matang, mahasiswa masih memerlukan dukungan dari lingkungannya, terutama dari keluarga yang memberikan pengarahan, pengawasan, dan kesempatan untuk berdiskusi. Hasil penelitian ini secara spesifik menggambarkan kondisi mahasiswa tingkat akhir di konteks pandemi sehingga generalisasi hasil yang diperoleh, terbatas pada kondisi serupa.

Various changes that have occured from the industrial revolution 4.0 and the COVID-19 pandemic requires final-year students to be adaptive and prepare themselves to face the challenges in the world of work. This study aims to determine the role of family functioning and vocational identity on student career adaptability. This research was conducted on 430 undergraduate students (or equivalent) in their final-year, using the FACES-IV from Olson (2011) to measure family functioning, the VISA from Porfeli et al. (2011) to measure vocational identity, and the CFI-R from Rottinghaus et al. (2016) to measure career adaptability. The research data were processed by multiple mediation test using the Hayes Macro PROCESS. The results of this study found that family functioning has a direct (β = 0.06, t(428) = 1.99, p = 0.047) and indirect effect (coefficient = 0.25, SE = 3.40%, CI = 0.18 - 0.31) on career adaptability through vocational identity. The results show that to have a better career adaptability, it is important for students to have a more stable vocational identity. To have a mature vocational identity, students still need support from their environment, especially from families who provide direction, supervision, and opportunities for discussion. The results of this study specifically describe the conditions of final-year students in pandemic context, thus it can be a limitation as well as the uniqueness of this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Pembentukan hubungan romantis pada usia dewasa muda sangat penting karena pada usia ini individu cenderung mencari pasangan untuk seumur hidup. Keberfungsian keluarga asal individu merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kepuasan hubungan berpacaran dengan melalui faktor individual, seperti tipe attachment yang dimiliki individu dengan pasangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran tipe attachment dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Data diperoleh dari kuesioner yang disebarkan secara daring. Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga, Relationship Assessment Scale (RAS) untuk mengukur kepuasan hubungan dan Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) untuk mengukur attachment. Responden pada penelitian ini berjumlah 824 responden berusia 18-36 tahun dan sedang berpacaran minimal selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat memprediksi kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Selain itu, tipe attachment, baik anxious attachment maupun avoidant attachment dapat memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran.

The formation of romantic relationships in young adulthood is very important because they tend to find a partner to live with. The functioning of the individual's family of origin is an important factor in influencing the relationship satisfaction, which through individual factors, such as the attachment that individual has with their partner. This study aims to look at the role of attachment in mediating the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults. This study is a correlational study. Data were obtained from online questionnaires. This study used three measurement tools, Family Assessment Device (FAD) to measure family functioning, Relationship Assessment Scale (RAS) to measure relationship satisfaction and Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) to measure attachment. There were 824 respondents aged 18-36 years and have been in a romantic relationship for at least 6 months. The results showed that family functioning can predict relationship satisfaction in young adults. Moreover, attachment types, both anxious attachment and avoidant attachment, can mediate the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuni Rosalinda
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah dan partisipasi aktif ibu dalam dunia kerja mengakibatkan penambahan peran dalam pekerjaan dan keluarga yang dapat memicu konflik peran dan
mengakibatkan stres. Mayoritas dari wanita yang bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit adalah ibu bekerja. Agar tidak mengalami stres baik dalam pekerjaan dan keluarga perlu adanya usaha untuk dapat mengendalikan atau mengurangi stres yang dikenal dengan coping stress, karena kondisi tersebut dapat mempengaruhi interaksi dan peran di dalam anggota keluarga (family functioning). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara coping stress dan family functioning pada ibu bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran Coping Stress dilakukan dengan alat ukur yaitu Ways of Coping (WAYS) edisi revisi (Folkman & Lazarus, 1985) dan pengukuran Family Functioning yaitu alat ukur McMaster Family Assessment (FAD) (Epstein, Ryan, Bishop, Miller & Keitner,
2003). Desain penelitian ini adalah studi lapangan dengan menggunakan teknik non probability sampling sebagai metode pengambilan sampel. Hasil penelitian yang dilakukan pada 60 partisipan menunjukkan adanya hubungan yang positif antara coping stress dan family functioning pada ibu bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit (r = .131; p = 0.05).

ABSTRACT
The increasing number and active participation of mother in work life resulted additional roles either in work and family which can lead to stress and role conflict. Most of working woman as a nurse in hospital are working mothers. In order not to run into stress both at work and family needed effort to control or reduce stress known as coping stress, because these condition can affect the interaction and roles of family members (family functioning). This research is aimed to examine the relationship between coping stress and family functioning in working mother as a nurse in hospital. Quantitative method is applied in this research. Measured coping stress using Ways of Coping (WAYS) Revised (Folkman & Lazarus, 1985) and to measure family functioning using Family Assessment Device (FAD) (Epstein, Ryan, Bishop, Miller & Keitner, 2003). The research design is field study, with non probability sampling technique. Result from 60 participants shows that there is a positive relationship between coping stress and family functioning in working mother as a nurse in hospital (r = .131; p = 0.05)."
2014
S53598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Fatikha
"Bagi penyintas kanker remaja-dewasa muda, mengidap kanker adalah peristiwa yang sangat menantang dan mengubah hidup. Walaupun dapat membawa dampak negatif, kanker sebaliknya dapat menjadi pemicu dialaminya posttraumatic growth (PTG) pada penyintas kanker remaja-dewasa muda. Salah satu faktor protektif yang berhubungan dengan kemunculan PTG adalah persepsi dukungan sosial. Kemudian, diduga bahwa mekanisme yang dapat menjelaskan terdapatnya hubungan antara persepsi dukungan sosial dan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda adalah kemunculan self- compassion. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara persepsi dukungan sosial dan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda dengan self-compassion sebagai mediator. Penelitian korelasional ini melibatkan 55 penyintas kanker di Indonesia dengan usia diagnosis 15—39 tahun yang saat ini berusia 18—39 tahun (Musia = 27,64; SD usia = 5,74; 78,18% perempuan). Alat ukur yang digunakan adalah PTGI-SF (Posttraumatic Growth Inventory-Short Form), MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan SWD-SF (Skala Welas Diri-Short Form). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial dan self-compassion berkorelasi positif signifikan dengan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda. Akan tetapi, self-compassion tidak terbukti menjadi mediator pada hubungan antara persepsi dukungan sosial dan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda. 

For adolescent and young adult (AYA) cancer survivors, living with cancer is a challenging and life-changing experience. Although it causes several negative impacts, cancer can induce the process of experiencing posttraumatic growth (PTG) in AYA cancer survivors. One of the protective factors associated with PTG is perceived social support. Furthermore, it hypothesized that a mechanism that can explain the relationship between perceived social support and PTG is the emergence ofself-compassion. Therefore, this study explores the relationship between perceived social support and PTG in AYA cancer survivors with self-compassion as a mediator. This correlational study involved 55 cancer survivors with the age of diagnosis of 15—39 years old who currently is 18—39 years old (Mage = 27,64; SDage = 5,74; 78,18% female). The instruments used in this study are PTGI-SF (Posttraumatic Growth Inventory-Short Form), MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), and SWD-SF (Skala Welas Diri- Short Form). This study shows that perceived social support and self- compassion correlate positively and significantly with PTG in AYA cancer survivors. However, self-compassion is not mediating the relationship between perceived social support and PTG in AYA cancer survivors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Aulia Rifianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai dinamika antara disclosure, reaksi sosial, dan posttraumatic growth pada mahasiswi penyintas kekerasan seksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan partisipan mahasiswi sebanyak 42 orang. Posttraumatic growth diukur menggunakan Posttraumatic Growth Inventory (PTGI; Tedeschi & Calhoun, 1996) dan reaksi sosial diukur menggunakan Social Reactions Questionnaire-Shortened (SRQ-S; Ullman et al., 2017). Disclosure diukur berdasarkan jumlah penerima disclosure yang dilakukan penyintas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disclosure tidak memiliki hubungan dengan posttraumatic growth. Masing-masing jenis reaksi sosial memiliki hubungan yang unik dengan posttraumatic growth, dimana reaksi sosial positif dan unsupportive acknowledgment memiliki hubungan positif yang signifikan dengan posttraumatic growth, dan reaksi sosial turning against tidak memiliki hubungan negatif dengan posttraumatic growth. Terakhir, penelitian menemukan bahwa reaksi sosial positif dapat memprediksi posttraumatic growth pada mahasiswi penyintas kekerasan seksual.

The purpose of this study is to examine the relationship between disclosure, social reactions, and posttraumatic growth among female college student survivors of sexual assault. This study uses quantitative approach, involving 42 female college students as participants. Posttraumatic growth was measured using Posttraumatic Growth Inventory (PTGI; Tedeschi & Calhoun, 1996) and social reactions was measured using Social Reactions Questionnaire-Shortened (SRQ-S; Ullman et al., 2017). Disclosure was measured based on the number of disclosure recipients. The result shows that there is no significant relationship between disclosure and posttraumatic growth. Each type of social reactions shows different relationship to posttraumatic growth, positive social reactions and unsupportive acknowledgment social reactions have significant positive relationships with posttraumatic growth, and turning against social reactions shows no significant relationship with posttraumatic growth. Finally, positive social reactions also predict posttraumatic growth among female college student survivors of sexual assault.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>