Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180874 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Sausan Salsabila
"Diesel Engine Exhaust adalah campuran kompleks dari substansi pada fase akhir gas dan partikulat pada saat pembakaran bahan bakar diesel. Fase partikulat DEE disebut dengan Diesel Exhaust Particles (DEP) dimana pada fase ini, terdapat beberapa elemen seperti Elemental Carbon (EC) dan komponen organik lainnya. Saat ini, EC digunakan sebagai parameter turunan bagi penilaian pajanan terhadap Diesel Particulate Matter (DPM) karena keakuratan pengukuran pada konsentrasi partikulat yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah parameter EC dapat digunakan sebagai penanda DPM dengan menggunakan fraksi partikulat yang lebih kecil yaitu PM 0.25 dengan menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil 46 sampel filter yang diambil di UP PKB Cilincing, Ujung Menteng dan Kelompok Kontrol pada bulan April-Mei 2018. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kelompok pengukuran dengan hasil analisis EC terhadap PM 0.25 bekorelasi positif dan linear signifikan adalah kelompok uji UP PKB Cilincing, Kelompok Terpajan (Cilincing-Ujung Menteng), dan seluruh kelompok uji (Cilincing, Ujung Menteng, dan Kelompok Kontrol) (Sig<0.05) dengan derajat keeratan sedang berkisar antara r=0,437 hingga r=0,526 serta koefisien determinasi berkisar antara R2=0,191 hingga R2=0,277 (p<0.05) yang berarti parameter konsentrasi PM 0.25 memiliki hubungan yang linear dan signifikan terhadap parameter EC. Korelasi paling erat ditunjukkan di UP PKB Cilincing (r=0,526, p=<0.025) sedangkan hasil uji analisis menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi positif antara variabel EC terhadap PM 0.25 di UP PKB Ujung Menteng (Sig>0.05, r=0,250; R2=0,063)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresha Anugraha Kartika
"Skripsi ini membahas perbedaan proporsi antara berbagai faktor risiko hipertensi pada petugas satpam UI, Depok, Tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi, asupan makan, dan gaya hidup dengan kejadian pre dan hipertensi pada petugas satpam Universitas Indonesia pada tahun 2014. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah petugas satpam berusia 18 - 60 tahun dan berjenis kelamin lakilaki. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi pre hipertensi sebesar 7,9% dan hipertensi sebesar 43,7%. Variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan diantaranya Riwayat Keluarga (OR 3,989 dengan p value 0,000), Indeks Massa Tubuh (IMT) (OR 3,188 dengan p value 0,010), dan Asupan Natrium (OR 2,974 dengan p value 0,010). Riwayat keluarga merupakan faktor paling dominan pada penelitian ini dengan nilai OR 4,379. Saran bagi petugas satpam Universitas Indonesia adalah agar selalu menjaga gaya hidup yang sehat dengan cara mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang serta rutin memeriksakan tekanan darah minimal 1 kali per bulan.

This thesis aims to explain the differences between the proportions of the various risk factors of hypertension in males security guard of University of Indonesia in 2014. The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status, food intake, and lifestyle with the incidence of pre and hypertension in male security guards of University of Indonesia in 2014. This study uses cross sectional design with quantitative method. Samples in this study were male security guards aged 18-60 years. The result of this research shows that there are several variables with significant differences. The result of this research shows the prevalence of pre hypertension and hypertension is 7,9% and 43,7%. Those variables was a significant correlation are family?s history of htpertension (OR 3989 with p value 0,000), body mass index (BMI) (OR 3,188 with p value 0,010), and sodium intake (OR 2,974 with p value 0,010). Family history of hypertension is the dominant variable in this study with OR 4,379. Some advices for male security guard of University of Indonesia is to always maintain a healthy lifestyle by eating a balanced nutrition food and routine checked blood pressure at least 1 time in a month."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alimatuz Zahroh
"Hipertensi dalam kehamilan atau HDK sampai saat ini masih menjadi penyumbang terbesar penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Hipertensi dalam kehamilan juga menjadi penyebab terbesar kematian ibu di Jawa Timur berturut-turut dari tahun 2015-2020. Selain itu, saat ini terjadi peningkatan tren prevalensi obesitas baik pada ibu hamil maupun wanita usia subur. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara indeks massa tubuh ibu terhadap terjadinya gangguan hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas Kebomas Gresik tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan total sampel yang diperoleh sebesar 420 sampel. Berdasarkan hasil analisis, prevalensi hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas Kebomas Gresik tahun 2021 sebesar 12,1%. Penelitian ini menemukan hubungan signifikan antara ibu yang overweight dengan terjadinya gangguan hipertensi dalam kehamilan dengan nilai PR 4,10 (95% CI 1,52 – 11,02). Untuk variabel kovariat, tingkat pendidikan ibu berhubungan signifikan dengan terjadinya hipertensi dalam kehamilan dengan nilai PR 1,92 (1,05 – 3,51). Setelah dilakukan stratifikasi, risiko terbesar ibu hamil yang mengalami overweight untuk menderita hipertensi ada pada kelompok ibu hamil berusia ≥35 tahun, memiliki jarak kehamilan <3 tahun, berpendidikan tinggi, serta bekerja. Perlunya dilakukan pengukuran dan edukasi secara rutin terhadap para remaja terutama remaja putri mengenai pentingnya menjaga berat badan tetap normal. Selain itu, pentingnya pelaksanaan kunjungan ANC secara adekuat perlu digalakkan pada masyarakat.

Hypertension in pregnancy or Hypertensive Disorders of Pregnancy (HDP) is still the biggest cause of maternal death worldwide. Hypertension in pregnancy is also the biggest cause of maternal death in East Java in a row from 2015-2020. In addition, currently there is an increasing trend of obesity prevalence in both pregnant women and women of reproductive age. This study aims to find the relationship between body mass index and the occurrence of hypertensive disorders in pregnancy at the Kebomas Gresik Health Center in 2021. This study used a cross-sectional study design with a total sample of 420 samples. Results based on the analysis, the prevalence of hypertension in pregnancy at the Kebomas Gresik Health Center in 2021 was 12.1%. This study found a significant relationship between overweight women and the occurrence of hypertensive disorders in pregnancy with a PR value of 4.10 (95% CI 1.52 – 11.02). For the covariate variable, maternal education level was significantly associated with the occurrence of hypertension in pregnancy with a PR value of 1.92 (1.05 – 3.51). After stratification, the greatest risk of pregnant women who are overweight to suffer from hypertension is in the group of pregnant women aged ≥35 years, having a pregnancy interval of <3 years, highly educated, and working. The need for regular measurements and education of adolescents, especially adolescents about the importance of maintaining a normal weight. In addition, the importance of adequate ANC visits needs to be encouraged in the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Handayani
"ABSTRAK
Prevalensi BB lebih (27%) dan obesitas (36%) crew di PT. X lebih tinggi dari
prevalensi nasional, menandakan terdapat masalah kesehatan pada PT. X. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko perilaku kesehatan yang
berkontribusi terhadap IMT. Desain penelitian ini adalah sequential dengan dua
tahap, tahap pertama menggunakan analisis kuantitatatif untuk melihat faktor
risiko perilaku kesehatan, tahap kedua dengan menggunakan content analysis
kualitatif untuk melihat predisposing, enabling, dan reinforcing factors yang
melatarbelakangi perilaku kesehatan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan faktor risiko yang melatarbelakangi crew pada kebiasaan
olahraga dan aktivitas fisik, pola makan dan keseimbangan energi, durasi tidur,
serta stres kerja.

ABSTRACT
Prevalence of overweight (27%) and obesity (36%) crew at PT. X are higher than
the national prevalence, indicating health problems. The objective was to
determine the health behavior risk factors that contribute to BMI. The study
design is sequential with two stages, the first using quantitative analysis to see
health behavior risk factors, the second using qualitative content analysis to see
the predisposing, enabling, and reinforcing factors behind the health behavior. The
results showed that there were differences in risk factors that led to crew on
exercise habits and physical activity, diet and energy balance, sleep duration, and
work stress."
2017
T48339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Ramadhan
"Hipertensi merupakan salah satu masalah yang paling umum terjadi di masyarakat. Prevalensi hipertensi berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 mencapai 34,1% pada masyarakat yang berusia ≥ 18 tahun. Di sisi lain, peningkatan tersebut juga terjadi pada anak-anak yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi atau obesitas. Prevalensi kejadian hipertensi pada anak usia sekolah secara umum berkisar 1–2%. Provinsi Sulawesi Utara menjadi peringkat pertama prevalensi hipertensi dan proporsi obesitas di Indonesia. Pada anak 5–12 tahun angka proporsi obesitas di Provinsi Sulawesi Utara menempati urutan ke-15 se-Indonesia dan tertinggi di antara provinsi lain di Sulawesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap tekanan darah pada anak usia sekolah di provinsi sulawesi utara. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang diperoleh dari data South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). Subjek penelitian berjumlah 52 anak berusia 7–11 tahun yang terdiri dari 22 anak laki-laki dan 30 anak perempuan. Pada analisis bivariat menunjukkan bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik (p=0,020), sedangkan variabel lain tidak memiliki hubungan yang signifikan. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada analisis multivariat, yang paling memengaruhi tekanan darah sistolik secara berturut-turut adalah usia (p=0,003), IMT (p=0,009), aktivitas fisik (p=0,011), dan jenis kelamin (p=0,049). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selain memiliki hubungan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik, IMT juga memengaruhi tekanan darah sistolik pada anak usia sekolah di provinsi sulawesi utara.

Hypertension is one of the most common problem in our society. The prevalence of hypertension based on Riskesdas data of 2018 is around 34.1% amongst people aged 18 year old. In another hand, there is an increase of hypertension occurred amongst children with a high Body Mass Index (BMI) or obese. The Prevalence of hypertension in school-age children generally ranges from 1–2%. North Sulawesi is ranked first in the prevalence of hypertension and the proportion of obesity in Indonesia. For children aged 5–12 year old, the proportion of obesity in North Sulawesi ranks 15th nationally and the highest in Sulawesi. This study aims to determine the effect of BMI on blood pressure of North Sulawesi's school-age children. This study utilised a cross-sectional design with secondary data obtained from the South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). The subject of this research subjects were 52 children aged 7-11 year old, consisting of 22 boys and 30 girls. Bivariate analysis showed that BMI had a significant relationship with systolic blood pressure (p=0.020), while other variables do not have a significant relationship. Based on the results of multiple linear regression in multivariate analysis, the most influencing systolic blood pressure respectively are age (p=0.003), BMI (p=0.009), physical activity (p=0.011), and gender (p=0.049). In conclusion, in addition to having a significant relationship with systolic blood pressure, BMI also affects systolic blood pressure in school-age children in North Sulawesi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Khairani
"ABSTRAK
Tingkat kebisingan yang terpapar pekerja di suatu industri yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan mekanisme stres yang akan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja di bagian Refining PT X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional pada 51 responden pekerja di bagian Refining. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja dengan nilai p = 0,029 (OR 4,857: 95% CI 1,318 - 17,896). Ada juga hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dan riwayat herediter hipertensi dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pada uji multivariat tingkat kebisingan penderita hipertensi memiliki nilai p = 0,019 dan nilai OR 7,540 (95% CI 1,4 - 40,605) setelah dikontrol dengan variabel IMT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja yang terpapar kebisingan tinggi dapat berisiko mengalami hipertensi. Perlu adanya perhatian lebih dari pihak perusahaan dalam upaya pencegahan penyakit tertentu akibat lingkungan kerja.
ABSTRACT
The noise level that workers in an industry are exposed to in excess of the Threshold Value can cause a stress mechanism that will increase heart rate and blood pressure. This study aims to determine the relationship between noise levels and the incidence of hypertension among workers in the Refining Section of PT X. This study used a quantitative research method with a cross sectional study design on 51 respondents of workers in the Refining section. The statistical test used in this study was the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a significant relationship between the noise level and the incidence of hypertension among workers with a value of p = 0.029 (OR 4.857: 95% CI 1.318 - 17.896). There was also a significant association between noise levels and hereditary history of hypertension and Body Mass Index (BMI). In the multivariate test, the noise level of hypertensive patients has a p value = 0.019 and an OR value of 7.540 (95% CI 1.4 - 40.605) after being controlled with the BMI variable. So it can be concluded that workers who are exposed to high noise can be at risk of developing hypertension. There needs to be more attention from the company in efforts to prevent certain diseases due to the work environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dance Dita Pranajaya
"Latar Belakang: Sudah diketahui bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator peningkatan profil lipid. Dengan adanya penelitian terbaru dari Ashwell yang menyatakannya bahwa Rasio lingkar perut tinggi badan (RLP-TB) lebih sensitif terhadap kasus dislipidemia dari pada indeks massa tubuh. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui korelasi rasio lingkar perut tinggi badan dan indeks massa tubuh terhadap profil lipid pada pekerja di PT.E yang bergerak di Industri Migas.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi korelasi, menggunakan data sekunder hasil medical check-up pekerja tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan data sebanyak 130 orang untuk tahun 2013 dan 69 orang untuk tahun 2014.
Hasil Penelitian: Dari total 199 subyek, didapatkan RLP-TB (r: 0.186 dan r: 0.334) memiliki nilai koefisien korelasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan IMT (r: 0.180 dan r: 0.319) pada parameter metabolik kolesterol dan trigliserid, namun pada HDL, IMT memiliki nilai koefisien korelasi lebih baik (r: -0.328) daripada Rasio Lingkar Perut dan Tinggi Badan (r: -0.291). Namun perbedaan koefisien korelasi tersebut relatif tidak besar sehingga dapat dikatakan Rasio Lingkar Perut-Tinggi Badan tidak lebih baik sebagai prediktor profil lipid dibandingkan dengan Indeks Massa Tubuh.

Background: It is already known that increasing Body Mass Index is an indicator of increasing lipid profile. The latest research from Ashwell has revealed that the Waist circumference – height ratio is more sensitive than body mass index on dyslipidemia. Therefore, the researchers wanted to determine the correlation of Waist circumference – height ratio and body mass index to lipid profile on PT. E workers who running the business in oil and gas.
Methodology: This is a correlation study used secondary data from employee medical check-up data on years 2013 and 2014. Based on the inclusion and exclusion criteria, obtain a 130 subject for year 2013 and 69 subject for year 2013.
Research result: From the 199 subject, obtain a Waist circumference – height ratio (r: 0.186 and r: 0.334) has relative high correlation coefficient to cholesterol and triglyceride compared by Body mass index (r: 0.180 and r: 0.319), but body mass index has good correlation coefficient (r:-0.328) with HDL rather than Waist circumference – height ratio (r: -0.291). But, the differentiation of correlation coefficient between Body Mass Index and Waist Circumference-Height ration is not significant. The conclusion is Waist Circumference-Height Ratio is not better than Body Mass Index as a profile lipid predictor
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Fathul Hasanah
"Latar belakang: Peningkatan alanine aminotransferase (ALT) dapat terjadi secara asimtomatis. Tes fungsi hati sering ditemukan abnormal pada dikalangan penerbang, dengan sedikit peningkatan kecil dalam satu atau dua parameter enzim hati, penyebab yang paling sering adalah perlemakan hati non alkoholik dan efek minor dari alkohol. Walaupun tidak mempengaruhi sertifikasi kesehatan pada penerbang sipil tetapi peningkatan ALT dapat mempengaruhi kesehatan dari penerbang itu sendiri dan akan mempengaruhi keselamatan penerbangan. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang menghubungkan dengan kadar ALT pada penerbang sipil di Indonesia.
Metode: Metode potong lintang yang dilakukan 5-26 Mei 2014 pada penerbang sipil yang melakukan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan dengan sampling purposif dan analisis regresi Cox. Pengumpulan data dengan mengisi kuesioner dan data ALT diambil dari laboratorium. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan lingkar pinggang dilakukan oleh peneliti. Kadar ALT meningkat jika ≥41 U/l.
Hasil: Diantara 785 subjek yang mengikuti pemeriksaan kesehatan berkala terdapat 314 yang menjadi subjek penelitian. Persentase peningkatan ALT pada penelitian ini sebesar 31,8%. Faktor risiko dominan terhadap peningkatan ALT pada penerbang sipil di Indonesia adalah lingkar pinggang ≥90 cm [risiko relatif (RRa) = 2,00; p = 0,001] yang mempunyai peningkatan 2 kali jika dibandingkan dengan lingkar pinggang yg <90 cm, selanjutnya obesitas meningkatkan risiko peningkatan kadar ALT, meskipun secara statistik tidak signifikan (RRa = 1,75; 95% CI = 0,97-3,17; p = 0.062).
Simpulan: Penerbang sipil dengan lingkar pinggang ≥90 cm atau dengan obesitas mempunyai risiko lebih besar mengalami peningkatan ALT.

Background: Elevated serum alanine aminotransferase (ALT) may occur in asymptomatic. Liver function tests are frequently found to be abnormal in among aviators, with small elevations in one or two liver enzyme parameters. The most common cause is non-alcoholic fatty liver and minor effects of alcohol. This will affect the health of aviators which affect flight safety. The purpose of this study was to determine the factors that connect with ALT levels in commercial pilot in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study on May 5-26Th 2014 in commercial pilots who doing medical check up at Civil Aviation Medical Center, with purposive sampling and cox regression analysis. The collection of data by filling in a questionnaire and ALT data taken from the laboratory. The examination height, weight and waist circumference was conducted by researchers. Elevated serum ALT ≥ 41 U/l.
Results: Among 785 commercial pilots only 314 were willing to participate it in study and 31,8 % had eleveted serum ALT in this study. The dominant risk factor to the elevated of ALT in commercial pilots in Indonesia is waist circumference ≥90 cm [Relative risk (RRa=2.00; p=0,001)]#who have an increased 2 fold when compared with that waist circumference <90 cm, furthermore obesity increases the risk of elevated levels of ALT, although it was not statistically significant (RRa=1.75; 95% CI=0.97-3.17; p=0.062).
Conclusion: Commercial pilot who had waist circumference ≥90 cm or who obese had elevated serum ALT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gresia Yuli Hartyaningtyas
"Masa remaja adalah masa saat tingginya kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa mulai terjadi pengingkatan status gizi yang mengarah kepada gizi lebih, tetapi gizi kurang juga masih ditemui pada beberapa remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fakor-faktor yang berhubungan dengan indeks Massa Tubuh (IMT) siswa SMA Marsudirini Bekasi tahun 2013. Faktor-faktor yang diteliti adalah citra tubuh, aktivitas fisik, kebiasaan makan, dan asupan zat gizi. Sampel represenstatif (n= 154, pria= 76 wanita=78) diambil dengan cara purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) siswa adalah 0.56 SD. Hasil uji statistik menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh ( r= 0.720) dan frekuensi jajan (r= 0.242) terhadap indeks massa tubuh (IMT) siswa. Edukasi tentang citra tubuh dan pemilihan jajanan yang sehat perlu dilakukan untuk mendukung terciptanya status gizi yang baik.

Adolescence needed more nutrition to support the physiology growth and development. Some studies showed increasing prevalence of overweight in adolescence. The purpose of this study was to examine factors related to body mass index among high school student in SMA Marsudirini Bekasi. The factors were body image, physical activity, food habit, and nutrition intakes. A representative sample (n= 154, Men=76, women= 78) was taken by purposive sampling. Mean BMI was 0.56 SD. Factors related to BMI were body image (r =0.720) and snacking frequency (r= 0.240). Adolescence health body image and health snacking education to create a good nutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Santy
"Kejadian gizi kurang pada remaja putri (rematri) sering terluputkan dari penglihatan dan pengamatan biasa, padahal kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai indikator keberhasilan pembangunan nasional terletak ditangan remaja. Menurut Susenas 1999-2003, 35 - 40% Wanita Usia Subur (WUS) 15-19 tahun berisiko Kekurangan Energi Kronis (ICED). Keadaan gizi kurang merupakan akibat dari asupan energi yang tidak cukup. Salah satu cars until menentukan keadaan gizi seseorang adalah dengan mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu membandingkan berat badan dan tinggi badan (kg/m2).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran status gizi remaja putri di Kota Bukittinggi dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini merupakan analisis data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional. Rancangan penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2006. Remaja putri pada penelitian ini diwakili oleh siswi kelas III SLTA (SMA, MA, dan SMK) usia 16 - 18 tahun yang dikategorikan remaja akhir yang sangat dekat dengan masa kehamilan. Pemilihan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Sampel berjumlah 156 orang yang tersebar pada 11 sekolah. Variabel terikat adalah IMT dan variabel babas adalah asupan energi, kebiasaan makan, citra tubuh, pengetahuan gizi, kelompok sebaya, aktivitas fisik, dan karakteristik orang tua. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (multiple logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT rematri adalah 20,69 kg/m2 + 2,63. Proporsi siswi yang mempunyai IMT<18,5 kg/m2 sebesar 19,9% dengan penyebaran 14,1% kekurangan gizi tingkat ringan dan 5,8% kekurangan gizi tingkat berat. Rata-rata asupan energi adalah 1694 kalori. Rata-rata kontribusi protein terhadap total energi sebesar 11,8%, lemak 26,7% dan karbohidrat 58,7%. Rata-rata asupan energi dibandingkan AKG adalah total energi 77%, protein 93,6%, lemak 65,3% dan karbohidrat 84,7%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara total energi, kebiasaan makan dan citra tubuh dengan IMT rematri. Variabel total energi merupakan variabel yang dominan mempengaruhi status gizi IMT rematri.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pengambil keputusan bidang kesehatan agar menyusun program penanggulangan dan peneegahan masalah gizi remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain artaiah mengadakan pelatihan untuk petugas khusus promosi gizi dan pelatihan guru BP/guru olah raga mengenai pemantauan status gizi, melaksanakan promosi gizi secara intensif dengan lebih mengarahkan sasaran penyuluhan ke sekolah serta membuat sarana penyuluhan yang disesuaikan dengan karakter remaja.Untuk Dinas Pendidikan agar dapat mengintegrasikan materi kesehatan khususnya pengetahuan gizi ke dalam kurikulum, menggiatkan UKS dan KKR untuk mengoptimalkan penggunaan KMS anak sekolah, menyediakan ruang UKS yang dilengkapi dengan timbangan, microtoise, food model dan buku-buku gizi, melaksanakan PSG setiap awal semester dan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk dapat menyediakan makan siang di sekolah (school lunch) guna menjaga asupan yang adekuat mengingat sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah. Untuk peneliti yang berminat melakukan penelitian status gizi remaja agar menggunakan indikator status gizi yang memperhitungkan pacu tumbuh yang sesuai dengan remaja Indonesia serta penelitian citra tubuh secara mendalam yang diduga mempengaruhi perilaku makan remaja.

The incident of malnutrition at girls is often neglected from common sight and observation, whereas the quality of human resources as the indicator of a successful national development is laid on their hand. According to the National Health Survey (Susenns) of 1999 2003, 35 - 40% women in productive age (WUS) of 15 - 19 are at risk of Chronic Energy Deficiency (KEK). Malnutrition is resulted from the insufficient consumption of energy. One of ways to determine the nutritional condition of a person is finding out the Body Mass Index (BMI) of him/her, namely by comparing his/her body weight with his/her height (kg/mi).
This research is aimed at obtaining the description of nutritional status of girls in Bukittinggi and factors related to it. It was conducted by analyzing primary data using observational quantitative approach. The design of the research is cross sectional. The research was carried out from February until March 2006. The girls studied are represented by the third-grade female students of senior high schools (senior high school, islamic senior high school, and middle vocational school) of 16 -18 who are categorized as a last teenager who is very close to pregnant period. The sample was selected by systematic random sampling. It was totally 156 students who are distributed at 11 schools. The dependent variable is BMI and the independent variable are energy consumption, eating habit, body image, knowledge on nutrition, peer group, physical activities, and parents' characteristics. Data was analyzed gradually, starting from univariate, bivariate (chi square), until multivariate (multiple logistic regression).
The results show that the BMI of the female students is 20.69 kg/m2 ± 2.63 on average. The proportion of students having BMI<18.5 kg/m2 is 19.9% all of which is distributed to 14.1% of light level of malnutrition and 5.8% for heavy level of malnutrition. Intake per day is 1694 calorie on average with protein contributed to intake is 11,8%, fat 26,7% dan carbohydrat 58,7%. Intake energy compared with Recommended Dietary Allowence (RDA) are total energy consumption 77%, protein 93,6%, lemak 65,3% and carbohydrat 84,7%.
Bivariate analysis indicates that there is a significant relation between energy consumption, eating habit, body image, by BMI. Variable energy consumption the dominant variable influencing BMI.
Based on the results, it is suggested that the decision maker in health areas begin to set up prevention and control program for nutritional problems of teenagers. Activities which can be conducted among others are training for special personnel of nutritional promotion and BP/sport teachers on nutritional status monitoring, conducting nutritional promotion intensively which is more focusing on education at schools, and setting up educational facilities adjusted to teenager character. It is also recommended that the Educational Office integrate health matters, especially nutritional knowledge into the curriculum, activate UKS and KKR to optimize the using of KMS of school students, provide UKS room equipped with scale, microtoise, food model and nutrition books, conduct PSG at the beginning of every semester and cooperate with students' parents to provide school lunch to maintain adequate intake, considering that most of their time is spent at school. Suggestion for the researcher to use nutritional status that adjusted growth spurts Indonesian girls and study of factor body image which influence food habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>