Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Suryani
"Budaya patriarki memosisikan perempuan sebagai subordinat, dan kapitalisme memasukan perempuan ke dalam kelompok kerja reproduktif sehingga membuat mereka rentan terhadap penindasan. Kesadaran terhadap penindasan perempuan ini digambarkan dalam karya sastra, salah satunya drama. Penelitian ini membahas korelasi antara kapitalisme dan praktik patriarki serta pengaruhnya terhadap penindasan perempuan di Korea Selatan melalui kajian drama Misseu Hammurabi. Penelitian ini berjenis kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori feminis sosialis, dan bertujuan untuk memaparkan hubungan antara kapitalisme dan patriarki yang menjadi sumber dari penindasan terhadap perempuan. Hasil analisis data menjelaskan bahwa penindasan terhadap perempuan yang terjadi di ruang pribadi dan ruang publik dalam drama Misseu Hammurabi disebabkan oleh adanya praktik patriarki yang didukung oleh kapitalisme. Keduanya secara berkesinambungan melatarbelakangi timbulnya penindasan yang dialami oleh perempuan. Selain itu, kapitalisme juga berperan dalam melanggengkan budaya patriarki melalui strategi kapitalisme yang tergambarkan dalam ruang publik-pribadi, kostum, dan konsumsi barang mewah yang ditampilkan dalam drama ini.
Patriarchal culture positioning women as subordinate, and capitalism put women in reproductive groups that make them vulnerable to oppression. Awareness of the oppression of women is depicted in literary work such as drama. This research discusses the correlation between capitalism and patriarchy and their effects on the oppression of women in South Korea through the study of the drama Misseu Hammurabi. The research of this paper is qualitative descriptive method by using socialist feminist theory. The purpose of this research is to explain the relationship between capitalism and patriarchy that cause the oppression of women. The results of the data analysis show that the oppression of women that occurred in private and public spaces in the drama Misseu Hammurabi was caused by patriarchal practices supported by capitalism. Both are mutually sustainable and causing the oppression experienced by women. Besides, capitalism also plays a role in perpetuating a patriarchal culture through the strategies of capitalism that are depicted in the public-private places, costumes, and consumption of luxury things which are shown in the drama."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nazirah Atqa R. Tunin
"Drama Korea merupakan salah satu sarana hiburan yang banyak diminati di Indonesia, salah satu kelompok penggemarnya adalah remaja. Remaja yang menyukai aktor/aktris dalam drama Korea dan terkena paparan drama Korea secara berulang dapat menciptakan relasi parasosial, yaitu hubungan imajiner yang dilakukan oleh penonton terhadap persona medianya dalam jangka panjang. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi relasi parasosial adalah peer attachment. Peer attachment adalah kelekatan hubungan antara individu dengan teman sebayanya yang ditandai oleh adanya komunikasi yang baik dan rasa saling ketergantungan yang aman dan nyaman. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara peer attachment dan relasi parasosial. Teknik sampling pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Karakteristik partisipan adalah remaja berusia 15 – 19 tahun, WNI, dan gemar menonton drama Korea (N = 413). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasocial Interaction Scale untuk mengukur relasi parasosial dan The Inventory of Peer and Parent Attachment untuk mengukur peer attachment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara peer attachment dan relasi parasosial yang artinya semakin tinggi peer attachment maka tingkat relasi parasosial juga semakin tinggi.

Korean drama is a means of entertainment in great demand in Indonesia, and one of the fan groups is teenagers. Adolescents who like actors/actresses in Korean dramas and are exposed to repeated exposure to Korean dramas can create parasocial relations, namely imaginary relationships made by the audience towards their media persona in the long run. One of the factors that can influence parasocial relations is peer attachment. Peer attachment is the closeness of the relationship between individuals and their peers, which is characterized by good communication and a sense of interdependence that is safe and comfortable. This quantitative research examines the relationship between peer attachment and parasocial relations. The sampling technique in this study was non-probability sampling with the convenience sampling method. Characteristics of the participants were teenagers aged 15-19 years, Indonesian citizens, and liked watching Korean dramas (N = 413). The research instruments used in this study were the Parasocial Interaction Scale to measure parasocial relations and The Inventory of Peer and Parent Attachment to measure peer attachment. This study's results indicate a correlation between peer attachment and parasocial relationships, which means that the higher the peer attachment, the higher the level of parasocial relations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthia Hasna
"Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi feminitas perempuan berdasarkan gender sebagai dampak dari globalisasi yang ditampilkan dalam drama televisi Jepang For You in Full Blossom (2007) dan Pretty Proofreader (2016) serta drama televisi Korea Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Perempuan modern terkait feminitas, dihadapkan dengan maskulinitas dalam struktur masyarakat Jepang dan Korea. Dengan unit analisis perilaku, penampilan, dan gaya hidup, penelitian antardisiplin ini menganalisis representasi dari keempat drama televisi sebagai korpus penelitian. Metode analisis isi digunakan sebagai teknik penelitian untuk membuat simpulan yang sahih dan dapat direplikasi dari teks ke konteks penggunaannya, melalui empat tahapan: merumuskan tujuan dan konseptualitas, menyusun kategorisasi unit sampling, mencatat unit sampling, dan terakhir mengkaji hasil pencatatan dengan memberikan interpretasi. Hasil penelitian keempat drama televisi tersebut merepresentasikan perempuan Jepang dan Korea sebelum dan sesudah 2010 sebagai titik pergeseran perilaku dan penampilan perempuan dalam nilai-nilai feminitas yang dihadapkan dengan maskulinitas di Asia Timur. Perempuan Jepang dan Korea memahami tuntutan masyarakat untuk berbaur demi menjaga harmoni yang menjadi nilai penting dalam masyarakat Asia Timur, tanpa mengesampingkan individualitasnya.

This study aims to analyze the representation of women’s femininity according to gender as the impact of globalization shown in the Japanese television dramas For You in Full Blossom (2007) and Pretty Proofreader (2016), and Korean television dramas Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Modern women related to femininity faced masculinity in Japanese and Korean social structures. With behavior, appearance, and lifestyle as analysis units, this interdisciplinary study analyzed the representation in those four television dramas as the corpus of research. The context analysis method is used as a research technique to make a valid and replicable conclusion from text to the usage context through four steps: formulate the purpose and concept of research, arrange a set of sampling unit categorizations, record the sampling unit, and study the data record by giving the interpretation. The study shows that these four television dramas represented Japanese and Korean women before and after 2010 as a shift point of behavior and appearance in femininity values faced masculinity values in East Asia. Japanese and Korean women acknowledged the requirements to mingle in their society to maintain harmony as one of the essential values in East Asian society without neglecting their individualities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farryntya Noor Sabrina
"Drama Korea menjadi salah satu konten Korea yang paling banyak diakses oleh berbagai kelompok usia di Indonesia, termasuk remaja. Tingginya durasi menonton drama Korea menyebabkan intensitas interaksi parasosial meningkat dan membentuk relasi parasosial antara penonton dengan aktor/aktris drama Korea. Penelitian terkini berusaha mengungkap hubungan antara relasi parasosial yang dimiliki seseorang dengan well-being mereka. Akan tetapi, terdapat hasil yang beragam mengenai hubungan kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji ulang hubungan antara relasi parasosial dan well-being dengan metode kuantitatif. Partisipan dalam studi ini adalah remaja berusia 15 – 19 tahun, penggemar drama Korea, memiliki aktor/aktris Korea favorit, dan berkewarganegaraan Indonesia (N=411). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasocial Interaction Scale untuk relasi parasosial dan EPOCH Measure of Adolescents Well-Being untuk well-being. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara relasi parasosial dan well-being. Implikasi dari penelitian ini adalah remaja dan orang di sekitarnya perlu bekerja sama dalam memastikan bahwa relasi parasosial yang dimiliki remaja mengarah ke hal yang positif agar well-being remaja semakin baik.

Korean drama is one of Indonesia's most widely accessed Korean content by various age groups, including adolescence. The high duration of watching Korean dramas causes the intensity of parasocial interactions to increase and forms parasocial relationships between viewers and Korean drama actors/actresses. Recent research seeks to reveal the correlation between a person's parasocial relationships and well-being. However, there are mixed results regarding the correlation between the two variables. Therefore, this study aims to use quantitative methods to reexamine the correlation between parasocial relationships and well-being. This study's participants were adolescents aged 15-19 years, fans of Korean dramas, have a favorite Korean actor/actress, and Indonesian citizens (N=411). The measuring tools used in this study are the Parasocial Interaction Scale for parasocial relationships and the EPOCH Measure of Adolescents Well-Being for well-being. Pearson's correlation analysis results show a significant positive relationship between parasocial relationships and well-being. This research implies that adolescents and those around them need to work together to ensure that their parasocial relationships can lead to positive ways so that their well-being improves."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Kurniasih
"Jurnal ini membahas tentang keterkaitan konfusianisme dan stereotip perempuan Korea tentang roman dilihat dari drama populer Korea Selatan. Tiga tema yang hampir selalu muncul dalam drama populer Korea Selatan, yaitu cinderella story, benci jadi cinta, dan percintaan antara laki-laki muda dan perempuan yang berusia lebih tua. Meskipun memiliki tema utama yang berbeda, persamaan dari ketiga drama tersebut adalah banyak ditampilkannya pria yang begitu dominan terhadap wanita, namun justru dikemas romantis dan menghanyutkan penonton. Apa faktor pembentuk stereotip mengenai roman bagi perempuan Korea Selatan dari sikap dominasi pria terhadap wanita menjadi pertanyaan bagi penulis. Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode pustaka. Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh, didapatkan kesimpulan bahwa pengaruh konfusianisme dalam sistem masyarakat sangat mempengaruhi pola pikir dan kejiwaan perempuan Korea Selatan, termasuk stereotip tentang romannya.

This journal is aimed to explain the correlation between Confucianism and stereotypes of Korean women on romance as seen in their popular dramas. Three themes that have always appeared in South Korean popular dramas are Cinderella story, enemies turned lovers, and romance between older woman and younger man. Even though they have different main themes, the common aspect among them is how they show the strong dominance of male over female; somehow it looks romantically mesmerizing and captures the viewers􀂶 hearts. The author wonders what causes this romance stereotype about Korean women on male dominance over female. The method that is used in this study is literature-based research. Based on the obtained data, the author learned that Confucianism in social system has strongly affected the mentality of Korean women about romance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Kemala Ardine
"This article aims to explore the involvement of consumption in Korean romance dramas and the expectancies of Indonesian young female adults. The data collection is being gathered with the use of primary research through literature review and social media posts analysis. Results show that there is a contribution of the exposure to Korean romance drama and the audience involvement within, to their relationship expectations. By looking at this situation, it is these consumption habits and audience involvement that may allow changes in audience relationship expectations in carrying out their relationships particularly for the young female adults’ audience. Therefore, this study will explore how viewers' involvement in Korean romance drama could place a role in the relationship expectancies of Indonesian young female adults. Accordingly, this study also recommends for future study to involve additional roles and factors that can contribute to fully assessing such beliefs and a more in-depth examination of this topic.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi keterlibatan konsumsi dalam drama romansa Korea dan ekspektasi
terhadap hubungan asmara pada wanita muda di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
penelitian primer melalui tinjauan pustaka dan analisis posting media sosial. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada kontribusi terpaan drama percintaan Korea dan keterlibatan penonton di dalamnya, terhadap
ekspektasi hubungan mereka. Dengan melihat situasi ini, kebiasaan konsumsi dan keterlibatan audiens inilah
yang memungkinkan terjadinya perubahan ekspektasi relasi audiens dalam menjalankan relasi asmara,
khususnya bagi audiens wanita muda. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana
keterlibatan penonton dalam drama romansa Korea dapat berperan dalam harapan hubungan asmara wanita
muda Indonesia. Maka dari itu, penelitian ini juga merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk melibatkan
peran dan faktor tambahan yang dapat berkontribusi untuk menilai sepenuhnya keyakinan tersebut dan
pemeriksaan yang lebih mendalam tentang topik ini.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia Naomi Nandatya Massardi
"ABSTRAK
Tidak hanya menjual suara, tubuh seksi dan goyangan erotis menjadi tuntutan bagi perempuan penyanyi dangdut Indonesia untuk kepentingan komersialisasi. Studi-studi terdahulu, menemukan bahwa tuntutan erotisme dan seksualitas didorong oleh pasar musik dangdut dan relasi manajemen dengan penyanyi dangdut.
Peneliti melihat bahwa ada peran yang juga signifikan yaitu aktor pencari bakat (middleman) dalam menciptakan opresi erotisme melalui relasi patron-klien dengan penyanyi dangdut. Pemaksaan yang dilakukan aktor pencari bakat dilanggengkan dengan konstruksi peran gender perempuan di Indonesia yang masih dianggap sebagai obyek hiburan dan sasaran opresi gender melalui pemanfaatan gambaran kecantikan, kepasifan, serta ketidakberdayaan perempuan dalam figur penyanyi dangdut.
Argumen peneliti adalah middleman memanfaatkan relasi patriarkis yang kuat melalui hubungan keluarga dengan penyanyi dangdut dalam relasi patron-klien yang unik. Middleman, berbeda dengan manajemen, secara personal memiliki relasi kekuasaan dalam proses kekerasan seksual terhadap penyanyi dangdut baik sebagai mucikari atau pelaku sendiri. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif, dengan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan melakukan observasi partisipatoris pada perempuan penyanyi dangdut Semarang serta studi kasus. Ditemukan bahwa relasi kekuasaan merupakan akar yang mewujudkan kekerasan seksual terhadap perempuan dalam hubungan keluarga dengan middleman.

ABSTRACT
Not only offering voices, sexy bodies and erotic swaying became a demand for Indonesian dangdut singers for commercialization. Previous studies found that demands for eroticism and sexuality were driven by the dangdut music market and management relations with dangdut singers.
Researchers see that there is also a significant role, namely the talent scout actor (middleman) in creating oppression of eroticism through patron-client relations with dangdut singers. Coercion by talent actors is perpetuated by the construction of the role of womens gender in Indonesia which is still considered as an entertainment object and the target of gender oppression using images of beauty, passivity and powerlessness of women in dangdut singer figures.
The researchers argument is that middleman uses strong patriarchal relations through family relationships with dangdut singers in unique patron-client relations. Middleman, in contrast to management, personally has power relations in the process of sexual violence against dangdut singers either as pimps or perpetrators themselves. The research approach used in the study was qualitative, with the method of collecting data in the form of in-depth interviews and conducting participatory observations on women from Semarang dangdut singers and case studies. It was found that the relation of power is the root that manifests sexual violence against women in family relations with middleman.
"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Nur Khanifah
"Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi perempuan dengan autisme dalam serial drama Korea Extraordinary Attorney Woo dan bagaimana representasi tersebut membentuk konstruksi sosial tentang gender dan disabilitas serta memengaruhi persepsi perempuan tentang perempuan dengan autisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana kritis feminis.
Serial televisi Extraordinary Attorney Woo mengisahkan perjalanan perempuan autis bernama Woo Young-woo, seorang pengacara di Korea Selatan. Penelitian ini menganalisis representasi perempuan autis dalam serial tersebut dan pemaknaannya bagi perempuan. Dengan kerangka kerja teori representasi Stuart Hall, feminis disabilitas Rosemarie Garland-Thomson, dan Gendered Audiences Ien Ang, penelitian ini bertujuan untuk menelisik konstruksi gender dan disabilitas dalam serial dramatisasi tersebut serta bagaimana audiens perempuan memaknainya.
Hasil menemukan bahwa representasi Young-woo sebagian menantang stigma patriarkal dan ableisme melalui pencapaian hidupnya, namun juga masih terperangkap dalam batas-batas ketidaksetaraan struktural yang sering dihadapi perempuan autis. Audiens perempuan sebagian besar memaknai representasi Young-woo dalam bingkai narasi melodramatis perjuangan pemberdayaan pribadi melawan ketidakadilan sosial. Perempuan autis masih menemukan harapan meski sadar dilema representasi tak ideal ini. Sementara laki-laki autis lebih kritis, menuntut representasi otentik dengan keterlibatan komunitas autis dalam produksi konten media. Analisis menunjukkan posisi sosial dan interseksionalitas memengaruhi interpretasi audiens.
Penelitian selanjutnya dapat mengkaji respon publik yang lebih luas, demi memetakan lebih kompleks interaksi media, identitas, dan kekuasaan dalam masyarakat Korea Selatan.

This research aims to analyze the representation of women with autism in the Korean drama series Extraordinary Attorney Woo and how this representation shapes the social construction of gender and disability and influences women's perceptions of women with autism. This research uses qualitative methods with critical feminist discourse analysis.
The television series Extraordinary Attorney Woo tells the story of an autistic woman named Woo Young-woo, a lawyer in South Korea. This research analyzes the representation of autistic women in the series and its meaning for women. With the framework of Stuart Hall's representation theory, disability feminist Rosemarie Garland-Thomson, and Ien Ang's Gendered Audiences, this research aims to examine the construction of gender and disability in the dramatization series and how female audiences interpret it.
The results found that Young-woo's representation partly challenges patriarchal stigma and ableism through her life achievements, but is also still trapped within the boundaries of structural inequality that autistic women often face. Female audiences mostly interpret Young-woo's representation within the frame of a melodramatic narrative of a struggle for personal empowerment against social injustice. Autistic women still find hope even though they are aware of the dilemma of non-ideal representation. Meanwhile, autistic men are more critical, demanding authentic representation with the involvement of the autistic community in media content production. Analysis shows social position and intersectionality influence audience interpretations.
Future research could examine broader public responses, in order to map more complex interactions of media, identity and power in South Korean society.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farizka Nurrachmi
"Peran perempuan dalam masyarakat Korea dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme yang berhubungan erat dengan sistem patriarkat. Sistem patriarkat pun mengarah pada munculnya konstruksi peran perempuan konvensional yang menganggap perempuan cenderung berpusat pada urusan domestik dan keluarga. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, karya sastra mulai mengangkat gambaran peran perempuan konvensional yang direkonstruksi dan menunjukkan bahwa konstruksi tersebut perlahan-lahan mulai berubah. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa peran perempuan lebih dari sebatas peran yang tercipta dalam masyarakat. Kemudian, sudah waktunya perempuan berperan di dunia luar serta memperjuangkan perkembangan dan kebebasan diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis dan menggunakan teori gender Ann Oakley sebagai landasan dalam menganalisis rekonstruksi peran perempuan dalam drama Hospital Playlist 2. Temuan penelitian menunjukkan bahwa rekonstruksi peran perempuan ditampilkan melalui tokoh-tokoh perempuan generasi muda yang aktif, mandiri, dan mampu berperan di dunia luar. Agar tampak jelas rekonstruksinya, drama kemudian menghadirkan generasi baby boomers yang dianggap sebagai generasi yang sesuai dengan konstruksi peran perempuan konvensional. Untuk menguatkan rekonstruksi ini, drama bahkan menampilkan karakter Jung Ro-sa, generasi tua, tetapi lebih adaptif dengan perubahan peran perempuan.

The role of women in Korea is influenced by Confucianism which is closely related to the implementation of patriarchal system. Patriarchal system leads to the emergence of conventional women’s role constructions which assume that women tend to be focused on family and domestic affairs. However, literary works begin to raise conventional women’s roles that are reconstructed and show that things slowly changing. This study aims to show that the role of women is more than the role that was created in society. It’s time for women to have roles in the outside world and fight for their freedom and self- development. This study uses a qualitative approach with analytical descriptive method. Ann Oakley’s gender theory is also used as the basis to analyze the reconstruction of women’s role in the Korean drama Hospital Playlist 2. The research findings show that the reconstruction of women’s role is shown through the younger generation characters who are active, independent, and capable to have a role in the outside world. To make the representation of the reconstruction clear, this drama present a baby boomers generation who are considered to be the generation that fits the construction of conventional women’s role. The drama even shows the character Jung Ro-sa from the older generation, but more adaptive to the changing of women’s role to make the reconstruction even clearer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>