Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghea Farassania
"ABSTRAK
Prevalensi perilaku merokok pada remaja di Indonesia ditemukan meningkat dari 11,2% di tahun 2013 menjadi 12,7% di tahun 2018. Kemunculan perilaku merokok banyak ditemukan pada masa remaja dan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan pertemanan. Penelitian ini ingin melihat peran lingkungan pertemanan, yaitu sense of community dan penerimaan teman sebaya terhadap perubahan perilaku merokok pada remaja. Penelitian ini menggunakan data follow-up dari 119 partisipan yang diambil pada tahun 2019 dan 2020. Perilaku merokok diukur menggunakan Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS). Faktor lingkungan pertemanan diukur menggunakan Sense of Community Index-2 (SCI-2) dan Perceived Acceptance Scale (PAS). Penelitian ini menghitung incidence rate atau jumlah kasus baru perilaku merokok serta melihat peran faktor lingkungan pertemanan menggunakan teknik analisis t-test. Incidence rate yang ditemukan sebesar 15 per 100 orang per tahun. Hasil analisis menemukan adanya peningkatan sense of community yang signifikan pada remaja yang tetap tidak merokok di tahun 2020. Walaupun jumlah kasus baru perilaku merokok ditemukan, namun sense of community dan penerimaan teman sebaya tidak berperan secara signifikan terhadap perubahan perilaku merokok.

ABSTRACT
The prevalence of smoking behavior in Indonesian adolescents has increased from 11.2% in 2013 to 12.7% in 2018. Previous studies indicated that initial age of smoking was predominantly during adolescence and was heavily influenced by their peers and environment. This study explored the role of changes in sense of community and peer acceptance in toward changes in smoking behavior among adolescents. Follow-up data of 119 participants from 2019 and 2020 were collected. Smoking behavior was assessed with the Youth Risk Behavior Surveillance Scale (YRBSS). Peer and environment factors were measured with Sense of Community Index-2 (SCI-2) and Perceived Acceptance Scale (PAS). Incidence rate was calculated and the scores of aforementioned instruments were analyzed by t-test. Incidence rate of smoking behavior in adolescents was 15 per 100 persons per year. A significant increase in sense of community was found in participants that did not turn into smokers in the second year. Even though new cases of smoking behavior were found, there was no significant role from changes in sense of community and peer acceptance toward changes in smoking behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Rizqiana
"Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun pada tahun 2023 di Indonesia mencapai 7,4%. Tingkat merokok pada remaja dapat dikurangi dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA DKI Jakarta Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data Survei Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan menggunakan desain studi cross-sectional yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga merokok (p=0,0001), pola asuh negatif (p=0,0001), dan tekanan teman sebaya (p= 0,0001) dengan perilaku merokok pada siswa, sedangkan pada self-esteem tidak terdapat hubungan dengan perilaku merokok pada siswa (p=0,582). Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki terdapat hubungan lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok. Selain itu, terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa. Sementara itu, tidak terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan self-esteem dengan perilaku merokok pada siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadakan layanan konseling dan program peer educator/peer counselor pada siswa.

The prevalence of smoking among 10-18 years old in Indonesia reach 7,4% in 2023. Understanding the factors associated with smoking behavior can reduce smoking rates in adolescents. The purpose of this study is to determine the relationship between self-esteem, smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior among high school students in DKI Jakarta in 2023. This study uses data from the Adolescent Behavior Survey of High School Students in DKI Jakarta using a cross-sectional study design that was analyzed univariate, bivariate, and stratified. The results of the study showed a relationship between smoking family environment (p=0,0001), negative parenting (p=0,0001), and peer pressure (p=0,0001) with smoking behavior among students. Meanwhile, self-esteem (p=0,582) is not related to smoking behavior among students. Stratified analysis shows a relationship between self-esteem, smoking family environment, and peer pressure with smoking behavior among female students, while among male students, there is a relationship between smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior. Apart from that, negative parenting influences the relationship between peer pressure and smoking behavior among students. Meanwhile, there was no influence of negative parenting on the relationship between self-esteem and smoking behavior among students. Therefore, it is recommended to provide counseling services and peer educator/peer counselor programs for students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shitta Mutyahara
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan simtom depresi pada siswa SMA di DKI Jakarta. Perceived Acceptance Scale Brock et al., 1998 dan Hopkins Symptoms Check-List 25 Derogatis et al., 1974 digunakan untuk mengukur penerimaan teman sebaya dan simtom depresi. Partisipan dari penelitian ini adalah 767 siswa kelas X di wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan simtom depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Dengan demikian, anak yang diterima oleh teman sebayanya dengan baik dapat mengurangi kemungkinan munculnya simtom depresi, sementara anak yang kurang diterima oleh teman sebayanya memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dalam memunculkan simtom depresi.

ABSTRACT
The aim of this study is to investigate whether there is any correlation between peer acceptance and depressive symptoms among high school student in DKI Jakarta. Perceived Acceptance Scale Brock et al., 1998 and Hopkins Symptoms Check List 25 Derogatis et al., 1974 were used to measure peer acceptance and depressive symptoms. Participants of this study were 767 high school students in grade 10 from DKI Jakarta. The result of this study showed a significant negative correlation between peer acceptance and depressive symptoms. In conclusion, the adolescents who are well accepted in their peers could lower the chance of them showing depressive symptoms, whereas the adolescents who are less accepted in their peers could show higher depressive symptoms.
"
2017
S69618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Pornada
"Persentase siswa sekolah menengah di Amerika Serikat yang menggunakan rokok elektrik pada tahun 2023 sebanyak 4,6%. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018 prevalensi perokok elektrik di Indonesia usia 10-18 tahun sebanyak 10,9%. Perilaku merokok remaja jika tidak dicegah dapat berdampak terganggunya konsentrasi belajar, menurunnya prestasi, dan gangguan kesehatan. Salah satu faktor penyebab remaja merokok elektrik adalah peran teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok elektrik pada remaja SMA di Jakarta Pusat. Sampel penelitian ini berjumlah 398 remaja SMA di Jakarta Pusat dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan instrument dari Global Youth Tobacco Survey (r=0,730-1) untuk mengukur peran teman sebaya dan National Youth Tobacco Survei (r=0,365-0,942) untuk mengukur perilaku merokok elektrik. Analisis bivariat menggunakan Chi-square. Hasil analisis Odds Ratio (OR) menunjukkan nilai 0,192 (95% CI: 0,123-0,300), yang mengindikasikan bahwa individu yang memiliki teman sebaya yang lebih banyak merokok elektrik cenderung lebih berisiko untuk terlibat dalam perilaku merokok elektrik. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok dan efektivitas strategi pencegahan melibatkan teman sebaya dalam mengurangi prevalensi merokok elektrik pada remaja.

In the United States, 4.6% of high school students reported using e-cigarettes in 2023. According to the 2018 Riskesdas report, the prevalence of e-cigarette use among Indonesian adolescents aged 10-18 years was 10.9%. Adolescent smoking behavior, if not prevented, can affect concentration, academic performance, and health. One of the factors contributing to adolescent e-cigarette use is peer influence. This study aims to determine the relationship between peer influence and e-cigarette smoking behavior among high school students in Central Jakarta. The study involved 398 high school students in Central Jakarta, using simple random sampling. Instruments from the Global Youth Tobacco Survey (r=0.730-1) were used to measure peer influence, and the National Youth Tobacco Survey (r=0.365- 0.942) to assess e-cigarette smoking behavior. Bivariate analysis was conducted using Chi-square. The results showed a significant relationship between peer influence and e-cigarette smoking behavior, with adolescents who had less peer influence being 0.19 times less likely to smoke compared to those with more peer influence. Further research is needed to identify other factors affecting smoking behavior and the effectiveness of peer-based prevention strategies in reducing e- cigarette use among adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Vitria Ningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja di DKI Jakarta. Sebanyak 701 responden yang merupakan remaja SMA di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah dipilih berdasarkan multistage random sampling. Dalam melihat kedua hubungan varibel tersebut, digunakan alat ukur Sense of Community Index SCI-2 yang terdiri dari 24 item dan de Jong Loneliness Scale yang terdiri dari 6 item. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja SMA di DKI Jakarta. Hubungan antara keduanya menunjukkan arah yang negatif, dimana semakin tinggi skor sense of community di sekolah diikuti dengan rendahnya skor kesepian pada remaja.

This study was conducted to examine the relationship of sense of community in schools and loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. A total of 701 respondents who are high school teenagers in DKI Jakarta partitioned in this study and selected through multistage random sampling technique. Sense of community was measured by The Sense of Community Index 2 SCI 2 consists of 24 items and loneliness was measured by de Jong Loneliness Scale consisting of 6 items. The results of this study indicate a significant relationship between the sense of community in school with loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. The relationship between the two variables shows negative direction, where the higher the score of the sense of community in school followed by the low score of loneliness in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Aisyah Wulandewi
"Remaja yang sehat merupakan remaja yang dapat membedakan mana perilaku yang menyimpang dan mana yang tidak. Namun kenyataannya, pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 70% pria dan 58% wanita usia 15-24 tahun mulai minum alkohol pada umur 15-19 tahun. Faktor yang paling berpengaruh pada perilaku remaja mengonsumsi alkohol adalah faktor sosial. Remaja akan berusaha untuk diakui dan diterima oleh teman sebaya dengan mengikuti perilaku mereka termasuk perilaku yang menyimpang. Melalui penelitian ini diteliti hubungan penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 111. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Peneliti menggunakan kuesioner karakteristik, PAS (Perceived Acceptance Scale), dan CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener). Hasil analisis bivariat menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja (p = 0,162; a = 0,1). Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih berfokus pada aspek lain yang berakitan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja.

Healthy adolescents are adolescents who can distinguish between deviant and non-deviant behavior. But in reality, in 2017 in Indonesia there were 70% of men and 58% of women aged 15-24 years starting to drink alcohol at the age of 15-19 years. The most influential factor on the behavior of adolescents consuming alcohol is social factors. Teenagers will try to be recognized and accepted by their peers by following their behavior, including deviant behavior. This study examined the relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents. The number of samples in this study was 111. The sampling technique used snowball sampling. Researchers used a characteristic, PAS (Perceived Acceptance Scale), and CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener) questionnaire. The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents (p = 0.162; a = 0.1). By knowing the results of this study, further research can focus more on other aspects related to the behavior of consuming alcoholic beverages in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Sandra Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal, yaitu usia 13-15 tahun di Jakarta. Peer pressure terkait perilaku merokok ialah saat teman sebaya mengkomunikasikan perilaku merokok kepada orang lain dengan cara tertentu baik eksplisit maupun implisit.
Pengukuran peer pressure terkait perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Peer Pressure Scale dan perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Behavior Scale. Kedua alat ukur tersebut dikembangkan oleh Leventhal (1997). Responden pada penelitian ini berjumlah 339 remaja di Jakarta. Data penelitian kemudian diolah dengan teknik statistik Pearson Product Moment Correlation.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan pada peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal di Jakarta, r=0.796 (p<0.01). Dengan demikian, semakin tinggi peer pressure terkait perilaku merokok maka semakin tinggi pula perilaku merokok. Implikasi dari temuan penelitian dan saran dibahas lebih lanjut.

This research examined the relationship between smoking peer pressure and smoking behavior among early adolescence, an individual with age ranging from 13 to 15 years old, in Jakarta. Smoking peer pressure is when your own age communicate smoking behavior intended to explicitly or implicitly direct one’s behavior in a certain way.
In this research, smoking peer pressure is measured by Smoking Peer Pressure Scale and smoking behavior is measured by Smoking Behavior Scale. Both scales were developed by Leventhal (1997). The respondents of this research are 339 adolescents in Jakarta. Data was processed using Pearson Product-Moment Correlation technique.
The main results of this research showed that smoking peer pressure positively correlated significantly with smoking behavior among early adolescence in Jakarta, r=0.796 (p<0.01). The result revealed that greater smoking peer pressure, was predicted by higher level in smoking behavior. Research implications of findings and suggestions are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Akbani
"ABSTRAK
Artikel ini membahas budaya teman sebaya sebagai pembiasaan perilaku merokok remaja. Berdasarkan studi-studi sebelumnya, terdapat tiga aspek pada remaja yang cenderung membentuk perilaku merokok, yaitu kedekatan antar teman close friends , keromantisan dalam relasi interpersonal romantic relationship , dan kebutuhan status legitimasi atau dominasi dalam jaringan sosial wider network . Artikel ini tidak sepakat dengan ketiganya karena terlalu menekankan pada aktor sebagai agen sosialisasi. Artikel ini menggunakan metode studi kasus terhadap 1 satu kelompok remaja berusia 10-14 tahun dengan karakteristik yaitu laki-laki dan perokok aktif. Artikel ini menemukan bahwa budaya teman sebaya menjadi pembiasaan di dalam perilaku merokok berdasarkan atas kesamaan keinginan remaja melalui partisipasi remaja di dalam kelompok yang mana remaja hanya dapat merokok di dalam kelompoknya sehingga remaja membentuk pengaturan dalam berkegiatan merokok, serta remaja juga menginovasikan kegiatan merokok tersebut ke dalam bentuk yang menyenangkan dan akrobatik. Oleh sebab itu, artikel ini memiliki saran, yaitu terbentuknya kelompok oposisi yaitu kelompok remaja anti rokok; tersedianya tempat-tempat khusus bagi remaja untuk aktivitas bermain yang lebih menyenangkan; tersosialisasikannya sebuah lingkungan sehat tanpa rokok terutama kepada orang dewasa sebagai awal terbentuknya perilaku remaja; pemerintah sebaiknya memperketat aturan bagi remaja yang menjual, membeli, atau mengkonsumsi rokok.

ABSTRACT
This article discusses about peer culture as habituation for smoking behavior in adolescents. Based on previous studies, there are three social aspects in adolescents that tends to form smoking behavior i.e. proximity between friends close friends , romance in interpersonal relationships romantic relationship , and needs of the legitimacy or domination in status of social network wider network . This article disagrees with those aspects because it stresses to the actor as socialization agent. This article in a case study on 1 one adolescent group at aged 10-14 year old in characteristics of males and active smokers. This article found that peer culture as habituation for smoking behavior based on common desire by adolescents through participation which adolescents can smoke only in his group, then, adolescents form set of norms in smoking activity, and adolescents also innovate smoking activity to form of pleasure and acrobatic. Therefore, this article has any suggestions: create opposition group as group anti-smoking for adolescents; establish special places for adolescents to play better pleasure; socialize healthful environment without cigarette especially to adults as the beginning of adolescent behavior; the government should tighten rules for adolescents whom sell, buy, or consume cigarette."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan
"Studi dan intervensi ini bertujuan untuk mencegah perilaku mencoba merokok pada remaja melalui dukungan sosial dari pendidik sebaya. Terdapat dua macam intervensi yang dilakukan, yaitu pemberian informasi mengenai bahaya merokok terhadap kesehatan kepada siswa yang dilakukan oleh pendidik sebaya, dan intervensi social marketing berupa pembagian stiker dan gantungan kunci "be smart don`t start". Hasil intervensi oleh pendidik sebaya menemukan bahwa pengetahuan siswa meningkat 1,355 poin, uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi (p-value < 0,05). Nilai sikap siswa meningkat 0,564 poin, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara sikap sebelum dan sesudah intervensi (p-value > 0,05). Intensi siswa untuk tidak mencoba merokok meningkat 0,256 poin, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara intensi sebelum dan sesudah intervensi (p-value > 0,05). Sementara pembagian stiker dan gantungan kunci berdampak positif, tidak hanya mengingatkan siswa akan bahaya merokok bagi kesehatan, namun juga digunakan oleh siswa untuk mengingatkan temannya untuk tidak mencoba merokok.

This studies and interventions aimed to prevent trying smoking behavioral among at risk students through social support from peer educators. There are two kinds of intervention, namely providing information for students on health risks of smoking conducted by peer educators and social marketing intervention by distribution of stickers and key chains "be smart don`t start". The intervention result by peer educators conclude that students' knowledge increased 1.355 points, the test of statistics confirmed significant difference between student knowledge before and after intervention (p-value < 0.05). Students attitudes value increased 0.564 points, however results on statistics explained no significant differences between student attitudes before and after intervention (p-value > 0.05). Students intention for not to try smoking rose 0.256 points, although results on statistics showed no significant difference between student intention before and after intervention (p-value > 0.05). Social marketing interventions trough stickers and key chains distribution have a positive impact, not only to remind students on health risks of smoking, but also used to remind them not to try smoking."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Norma Liana Sari
"Perilaku berisiko pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Keluarga dan teman sebaya merupakan salah satu faktor eksternal penyebab perilaku berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dan arah hubungan antara pengawasan orang tua dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku berisiko pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik cluster sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 107 remaja yang berusia 13-19 tahun dan tinggal di kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil uji chi square, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan orang tua dengan perilaku berisiko pada remaja Pvalue=0,002, OR=3,535 dan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku berisiko pada remaja Pvalue=?0,001, OR=4,962 . Adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak puskesmas, PKPR, perawat komunitas, dan masyarakat terutama untuk keluarga yang memiliki anak remaja.

The risky behavior adolescents is caused by internal and external factors. Family and peers are one of the external factors that may cause risky behavior. The purpose of this study was to identify the relationships between parental monitoring, peer influences, and risky behavior in adolescents. This research was a quantitative research using cross sectional method. The sampling technique was cluster sampling. Total sample of this study was 107 teenagers aged 13 19 years and lived with their parents in the village of Bukit Duri, South Jakarta. It was found that there was a significant relationship between parental monitoring and risky behavior in adolescents Pvalue 0,002, OR 3,535 and between peer influences and risky behavior in adolescent Pvalue "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>