Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215672 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitriana Titis Perdini
"Latar belakang: Pekerja foundry perusahaan manufaktur bekerja pada lingkungan kerja dengan pajanan berbahaya yang dapat menimbulkan reaksi positif berupa semangat yang akan meningkatkan keterlibatan kerja tetapi dapat pula menimbulkan reaksi negatif berupa stress kerja jika tidak diimbangi dengan sumber daya kerja yang tersedia.
Tujuan: Mengetahui model hubungan antara stresor dan sumber daya kerja terhadap semangat dan keterlibatan kerja berdasarkan SV-NBJSQ versi bahasa Indonesia.
Metode: Sebuah studi potong lintang menggunakan data sekunder berupa hasil pengisian kuisioner IVSV-NBJSQ oleh 371 subyek saat medical checkup tahun 2019 untuk membuat model dengan structural equation model.
Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa semangat memiliki hubungan terbesar dengan stresor kerja r = 0,42 (p < 0,05; 95% CI 0,26 – 0,57) kemudian dengan penghargaan r = 0,2 (p < 0,05; 95% CI 0,04 – 0,35), sedangkan semangat tidak memiliki hubungan bermakna dengan dukungan sosial. Keterlibatan kerja memiliki hubungan terbesar dengan penghargaan, kemudian stresor kerja dan terakhir semangat dengan koefisien korelasi masing-masing r = 0,45 (p < 0,05; 95% CI 0,31 – 0,59), r = 0,24 (p < 0,05; 95% CI 0,06 – 0,41); dan r = 0,14 (p < 0,05; 95% CI 0,008 – 0,27), sedangkan keterlibatan kerja tidak memiliki hubungan bermakna dengan dukungan sosial. Stresor kerja ditentukan oleh beban emosional, konflik peran, konflik interpersonal dan kelebihan beban kuantitatif. Dukungan sosial ditentukan oleh dukungan atasan dan dukungan keluarga. Penghargaan ditentukan oleh apresiasi prestasi, hadiah uang/status dan peluang karir. Lingkungan kerja seperti bising, panas, posisi kerja tidak ergonomi, bahan kimia berbahaya dan bekerja rotasi tidak ada perbedaan rerata dengan semangat tetapi terdapat perbedaan rerata bermakna antara posisi tubuh tidak ergonomi terhadap keterlibatan kerja.Semangat menunjukkan peran mediasi antara stresor kerja dan penghargaan dengan keterlibatan kerja.
Kesimpulan: Pada populasi pekerja foundry ini, semangat ditentukan oleh stresor kerja dan keterlibatan kerja ditentukan oleh penghargaan, sedangkan dukungan sosial tidak menentukan baik semangat maupun keterlibatan kerja. Terdapat perbedaan rerata antara posisi tubuh tidak ergonomi terhadap keterlibatan kerja.Semangat menunjukkan peran mediasi antara stresor kerja dan penghargaan dengan keterlibatan kerja.

Background: Foundry workers of manufacturing company work in a work environment with exposure to potential hazards that could cause positive reactions in the form of vigor that would increase work engagement but could also cause negative reactions in the form of job stress ifit was not balanced with available jobresources.
Objective: To search the correlation model between job stressors and job resources to vigor and work engagement based on the Indonesian version of SV-NBJSQ.
Method: A cross-sectional study used secondary data where psychosocial factors were collected using the IVSV-NBJSQconducted by 371 foundry workers of manufacturing company during a medical checkup in 2019 to analyze job stressors, job resources, vigor and work engagement with the structural equation model method.
Results: In this study, Vigor had a strongest correlation to job stressors with r = 0.42 (p < 0.05; 95% CI 0.26 - 0.57) than to rewards r = 0.2 (p < 0.05; 95% CI 0.04 – 0,35 ), while vigor had no correlation to social support. Work engagement had a strongest correlation with job stressors, rewards and vigor with the correlation coefficient of each r = 0.24 (p < 0.05; 95% CI 0.06 - 0.41); r = 0.45 (p < 0.05; 95% CI 0.31 - 0.59) and r = 0.14 (p <0.05; 95% CI 0.008 - 0.27), while work engagement had no correlation to social support. Job stressors were determined by emotional demands, role conflict, interpersonal conflict and quantitative job overload. Social supports were determined by supervisor support and family and friends supports. Rewards were determined by esteem reward, monetary status reward and career opportunity. Work environment with noisy, hot environment, non ergonomic work position, hazardous chemical substances and shift work were not significant in a mean difference with vigor, but there is a significant mean difference between non ergonomic work position with work engagement. Vigor shows the role of mediation between job stressors and rewards with work engagement.
Conclusions: To the population of foundry workers, vigor was determined by the job stressor, work engagement was determined by rewards while social support does not determine both vigor and work engagement. There is a mean difference between not ergonomic work position with work engagement. Vigor shows the role of mediation between job stressors and rewards with work engagement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kholisah Safria
"Pandemi COVID-19 berdampak besar pada meningkatnya jumlah PHK pada karyawan dan kebijakan rasionalisasi lainnya, hal tersebut mungkin dapat memengaruhi tingkat ketidakaman kerja (job insecurity), kegigihan (grit), dan keterikatan kerja pada karyawan (work engagement). Karyawan milenial menjadi generasi yang paling terdampak dari adanya situasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran dari grit dalam memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement pada karyawan milenial di Indonesia. Grit dinilai dapat menjadi kunci kesuksesan seseorang dan merupakan faktor internal yang memengaruhi job insecurity dan work engagement karyawan. Partisipan direkrut secara daring dan melibatkan 222 karyawan yang memenuhi karakteristik penelitian, yaitu; karyawan milenial berusia 20-38 tahun, memiliki pengalaman bekerja minimal 1 tahun di tempat kerjanya saat ini, dan sedang mengalami kebijakan rasionalisasi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketiga variabel ini adalah Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, dkk, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), dan Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain selain grit. Kemudian, mayoritas partisipan ini memiliki nilai job insecurity yang rendah, work engagement yang tinggi, dan grit yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan job insecurity berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan work engagement, dan grit berkorelasi secara positif dan signifikan dengan work engagement. Sementara job insecurity tidak berkorelasi secara signifikan dengan grit.

The COVID-19 pandemic has a major impact on increasing the number of employee layoffs and other rationalization policies, this may affect the level of job insecurity, grit, and work engagement on employees. Millennial employees are the most affected generation that affected by this situation. This research was conducted to find out whether there is a role of grit in moderating the relationship between job insecurity and work engagement among millennial employees in Indonesia. Grit is considered to be the key to a person's success and is an internal factor that affects job insecurity and employee work engagement. Participants were recruited online and involved 222 employees who met the research characteristics, that is; millennial employees at aged 20-38 years, having at least 1 year of work experience at their current job, and undergoing a rationalization policy. The measuring instrument that are used to measure these variables are Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, et al, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), and Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). The main results of this research showed that grit did not moderate the relationship between job insecurity and work engagement. This could be due to other factors besides of grit. Furthermore, the majority of these participants had low job insecurity, high work engagement, and high grit of scores. This study also showed that job insecurity was significantly negatively correlated with work engagement, and grit was significantly positively correlated with work engagement. Meanwhile, job insecurity was not significantly correlated with grit."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hanafi
"Pekerja generasi Y lebih sering mengalami kebosanan kerja dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu penyebab kebosanan kerja adalah kebermaknaan kerja yang rendah. Namun, mereka juga aktif melakukan coping dari kondisi tersebut dengan melakukan job crafting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran moderasi job crafting dalam hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Pengambilan sampel aksidental dilakukan kepada 327 pekerja generasi Y (usia 23-40 tahun) di seluruh Indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner alat ukur kebosanan kerja, kebermaknaan kerja, dan job crafting. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu dimensi job crafting, yaitu meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang memoderasi hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Sementara itu, tidak ada peran moderasi dari meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan dan meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi kebosanan kerja yang dikarenakan pekerjaan tidak bermakna, pekerja generasi Y dapat secara proaktif untuk terlibat pada tugas-tugas yang lebih menantang; para manajer juga dapat memberikan tugas yang menantang kepada mereka; dan perusahaan dapat memberikan pelatihan job crafting terkait cara-cara pekerja generasi Y meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, sehingga mereka dapat menemukan kebermaknaaan kerja dan mengurangi kebosanan kerja.

Generation Y workers are more likely to experience job boredom than previous generations. One of the causes of job boredom is low meaningful work. However, they are also actively coping with these conditions by doing job crafting. This research aimed to see the moderating role of job crafting in the relationship between meaningful work and job boredom. Accidental sampling was conducted on 327 generation Y workers (23-40 years old) throughout Indonesia. Method of data collection used a questionnaire measuring job boredom, meaningful work, and job crafting. The data analysis technique used was a moderated multiple regression analysis. The results of this study showed that one dimension of job crafting which is increasing challenging job demands moderated the relationship between meaningful work and job boredom. Meanwhile, there was no moderating role from increasing structural job resources and increasing social job resources. The implication of this research is to decrease job boredom due to meaningless work, generation Y workers could be proactively involved in more challenging tasks; managers could also assign them challenging assignments; and companies could provide job crafting training on ways for generation Y workers to increase challenging job demands, so they can find meaningful work and decrease job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisela Belicia Alma Thesalonica
"Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan adanya generasi baru yang lahir setiap harinya. Hal ini membuat adanya perubahan (shifting) dari generasi yang mendominasi dan juga berdampak pada berbagai sektor kehidupan salah satunya adalah pekerjaan. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa saat ini telah terjadi perubahan generasi yang mendominasi pasar tenaga kerja yang semula didominasi oleh generasi milenial beralih menjadi generasi Z. Setiap perubahan pasti menimbulkan kesempatan dan juga tantangan baru bagi perusahaan terutama bagaimana menjaga keterikatan kerja karyawan kepada perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari job characteristics terhadap work engagement pada karyawan generasi milenial dan generasi Z di DKI Jakarta. Dengan tujuan eksplanatif, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner yang disebarkan secara daring kepada 360 responden Generasi milenial dan Z yang bekerja sebagai karyawan full-time di DKI Jakarta yang didapatkan dengan menggunakan teknik penarikan data non-probability sampling dengan jenis purposive sampling dan pengumpulan sampel snowball. Penelitian ini melakukan teknik analisis data dengan menggunakan regresi linear sederhana dan uji beda (uji t). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh job characteristics terhadap work engagement pada karyawan di DKI Jakarta. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh job characteristics terhadap work engagement karyawan generasi Z lebih besar dibandingkan pengaruh job characteristics terhadap work engagement pada generasi milenial di DKI Jakarta.

The rapid population growth leads to the birth of a new generation every day. This results to a shift from the dominating generation, impacting various sectors of life, including employment. Previous studies have shown a transition in the dominant workforce generation from millennials to Generation Z. Every change brings forth opportunities and challenges for companies, especially in maintaining employee retention. Therefore, this research aims to analyze the effect of job characteristics on work engagement among millennial and Generation Z employees in DKI Jakarta. Using an explanatory approach, the study employs a quantitative method by distributing online questionnaires to 360 respondents which are the millennial and Z-generation full-time employee in DKI Jakarta. The data is gathered through non-probability purposive sampling with snowball technique. The research uses simple linear regression and t-test for data analysis. The findings indicate a significant impact of job characteristics on work engagement among employees in DKI Jakarta. Additionally, the research reveals that the influence of job characteristics on work engagement is greater for Generation Z employees compared to millenials in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhlas
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh psychological capital pegawai dan iklim etika dikaitkan dengan keterikatan kerja dan kepuasan kerja pada pegawai micro banking bank x area Jakarta. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 275 orang pegawai/pegawai kredit mikro Bank X area Jakarta. Psychological capital diukur dengan menggunakan instrumen sebanyak 15 butir pertanyaan, iklim etika sebanyak 12 butir pertanyaan, keterikatan kerja sbanyak 7 butir pertanyaan, dan kepuasan kerja sebanyak 4 butir pertanyaan. Hubungan antara psychological capital, iklim etika, keterikatan kerja dan kepuasan kerja diuji menggunakan aplikasi SPSS dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterikatan kerja memediasi secara parsial pengaruh psychological capital terhadap kepuasan kerja. adapun psychological capital pegawai memiliki pengaruh positif dan siginifikan terhadap kepuasan kerja pegawai dan keterikatan kerja memediasi secara parsial pengaruh psychological capital terhadap kepuasan kerja pegawai. Adapun keterikatan kerja tidak memediasi pengaruh ethical climate terhadap kepuasan kerja.
<
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine how the influence of employee rsquo s psychological capital and ethical climate is associated with work engagement and job satisfaction in Mandiri micro banking employees of Jakarta area. The sample of this research consists of 275 employees of Micro Banking Bank x Jakarta area. Psychological capital is measured using 15 items of instruments, 12 items of ethical climate, work engagement of 7 items, and job satisfaction of 4 items. The relationship between psychological capital, ethical climate, work engagement and job satisfaction were tested using SPSS application with multiple linear regression method. The results of this study indicate that work engagement partially mediate the influence of psychological capital on employee job satisfaction. The work engagement does not mediate the relationship between the two variables."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Sopiana Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh job design dan work engagement terhadap performance pada karyawan kantor pusat di PT Federal International Finance, Jakarta Indonesia sebagai salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia. Teori yang digunakan untuk job design dalam penelitian ini adalah Hackman dan Oldham (1975), untuk performance menggunakan Aguninis (2009), dan work engagement dari Schaufeli (2006). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan sampel sebanyak 132 orang karyawan PT. Federal International Finance yang diambil menggunakan teknik non-probability purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi, regresi berganda dan sobel test untuk menguji pengaruh langsung dan mediasi diantara variabel. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan dalam kategori sedang antara job design dan performance, korelasi yang positif antara job design dan work engagement, dan korelasi positif juga antara work engagement dan performance. Analisis regresi sederhana mengindikasi bahwa job design merupakan prediktor work engagement signifikan, serta job design dan work engagement masing-masing prediktor untuk performance yang signifikan. Hasil sobel test memberi bukti bahwa pengaruh tidak langsung terhadap performance melalui work engagement signifikan secara statistik. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya pengaruh job design secara signifikan terhadap performance secara langsung dan pengaruh yang signifikan juga dengan adanya work engagement sebagai variabel yang memediasi.
This study aims to analyze the effect of job design and work engagement on performance on employees at PT Federal International Finance, Jakarta Indonesia as one of the largest finance companies in Indonesia. Theories used for job design in this study are Hackman and Oldham (1975), for performance using Aguninis (2009), and work engagement from Schaufeli (2006). This study used a quantitative method with a sample of 132 employees of PT. Federal International Finance is taken using a non-probability purposive sampling technique. This study used correlation analysis, multiple regression and multiple tests to examine the direct effect and mediation between variables. Correlation test results showed that there was a positive correlation and in the medium category between job design and performance, a positive correlation between job design and work engagement, and a positive correlation also between work engagement and performance. Simple regression analysis indicated that job design is a significant predictor of work engagement, as well as job design and work engagement of each predictor for significant performance. The sobel test results provided evidence that the indirect effect on performance through work engagement is statistically significant. The results of this study showed that there is a significant influence of job design on performance directly and a significant effect also on the presence of work engagement as a mediating variable."
Depok: Fakultas Ilmu Admnistrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniasih Restu Putri
"Sekitar 62% terdapat stresor di tempat kerja. Individu yang kurang memiliki kemampuan koping sering mengalami distres. Belum ada instrumen khusus yang dapat menilai stresor kerja dan persepsi stres terhadap stresor di tempat kerja di Indonesia. Uji validitas dan reliabilitas Work Stress Questionnaire (WSQ) versi bahasa Indonesia bertujuan menilai efektivitasnya dalam mengukur stresor dan persepsi stres di tempat kerja yang dapat digunakan oleh tenaga profesional medis untuk individu maupun komunitas pekerja. Metode International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) yang digunakan untuk adaptasi linguistik transcultural, uji validitas internal dengan nilai item total korelasi, uji validitas kriteria yang membandingkan WSQ dengan kuesioner lainnya, uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Lima dari enam dimensi terbukti valid dan reliabel, kecuali beberapa item dalam dimensi konflik – konflik dan organisasi tidak jelas menujukkan hasil tidak valid dan tidak reliabel. Namun, dimensi ini memberikan hasil yang valid dan reliabel pada responden dengan tingkat pendidikan S1. Hasil dari lima dimensi lainnya didapatkan nilai koefisien item total skor korelasi 0.272 – 0.822 dan cronbach alpha 0.596 – 0.906. Analisis validitas kriteria tidak ada korelasi yang bermakna antara WSQ dengan kuesioner tervalidasi lainnya. WSQ versi Indonesia memerlukan penyesuaian dan penelitian lebih lanjut agar sesuai digunakan oleh pekerja dengan pendidikan di bawah S1.

Around 62% of stressor comes from workplace. Person who lacks coping abilities, leading to distress. Currently, there is no instrument in Indonesia to assess workplace stressors and stress perception. The validity and reliability study of the Work Stress Questionnaire (WSQ) Indonesian version aims to assess its effectiveness in measuring work-related stressors and stress perception that can be used by medical professional for both individual and community of workers. The International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) method was use for transcultural linguistic adaptation. Internal validity was confirmed with item-total correlations, criteria validity was assessed against established questionnaires and reliability measured by Cronbach alpha. Five out of six dimensions in the WSQ were valid and reliable, except for certain items in indistinct organization and conflicts dimension which show invalid and unreliable. However, this dimension has valid and reliable results in respondents with a bachelor degree. Item total correlations of other dimensions ranged from 0.272 to 0.822 and Cronbach alpha ranged from 0.596 to 0.906. Criterion validity analysis showed no significant correlation between WSQ compared to other questionnaires. The Indonesian WSQ needs adjustments and future research to be suitable for workers with an education level below a bachelor's degree."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tsalitsa Haura Syarifa
"Keseimbangan kehidupan-kerja dan gaya kerja baru merupakan faktor personal dan faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap stres kerja. Penelitian terhadap 101 orang karyawan kantor pusat PT Bank Syariah X kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja dan gaya kerja baru terhadap stres kerja. Studi ini berbentuk kuantitatif yang menyebarkan tiga kuesioner online yaitu skala Job Stress dari Shukla dan Srivastava (2016), skala Work-Life Balance dari (Bell, Rajendran, & Theiler, 2012), dan skala New Ways of Working milik Van Steenbergen, dkk. (2018). Uji statistik dilakukan melalui teknik regresi berganda menggunakan metode enter pada SPSS. Hasil analisis regresi pada masing-masing variabel prediktor menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap stres kerja (β = -0,54, p<0,05). Namun, variabel gaya kerja baru ditemukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja (β = -0,13, p>0,05). Selanjutnya, hasil analisis regresi berganda menemukan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja dan gaya kerja baru secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap stress kerja, F(2, 98) = 24,51, R=0,58, p<0,01, R2=33,3%). Temuan ini menunjukkan bahwa 33,3% proporsi varians stres kerja dapat dijelaskan oleh keseimbangan kehidupan-kerja, sedangkan 66,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja merupakan variabel prediktor yang berpengaruh lebih kuat terhadap stres kerja dibandingkan dengan variabel gaya kerja baru. Diskusi terkait hasil temuan, limitasi, dan saran disertakan di bagian akhir penelitian.

Work-life balance and new ways of working are personal and environmental factors that are predicted to influence job stress. The study of 101 PT Bank Sharia X head office employees aims at finding out the effect of work-life balance and new ways of working towards job stress. This study is a quantitative research that distributes three online questionnaires consisting of job stress scale (Shukla & Srivastava, 2016), work-life balance scale (Bell, Rajendran, & Theiler, 2012), and scale of new ways of working (Van Steenbergen, et al., 2018). The research is tested by applying multiple regression technique with forced entry (enter) method in SPSS. The results of regression analysis on each predictor variable indicate that work-life balance has a negative and significant effect on job stress (β = -0,54, p<0,05). However, the new ways of working variable was found to have no significant effect on job stress (β = -0,13, p>0,05). The result shows that work-life balance and new ways of working are collectively able to predict job stress F(2, 98)=24,51, R=0,58, p<0,01, R2=33,3%). This finding indicates that work-life balance and new ways of working simultaneously give a 33,3% variation in job stress, while the rest of 66,7% is explained by other factors that are not measured in this study. Therefore, it can be said that work-life balance has a stronger effect on job stress than new ways of working as predictor variables. The discussion about these findings, limitations, and suggestions are presented in the end of this paper."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Setyo Nur Fitriani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang menentukan perusahaan dalam menerbitkan obligasi, serta pengaruh penerbitan obligasi terhadap firm value. Penerbitan obligasi diukur dengan 1 untuk perusahaan yang menerbitkan obligasi dan 0 sebaliknya. Firm value dalam penelitian ini diukur dengan Tobin rsquo;s Q. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol antara lain size, leverage, liquidity, profitability, interest coverage, foreign capital access, sales growth, dan free cash flow.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik non-keuangan periode 2010 sampai dengan 2015. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa size, profitability, leverage, sales growth, dan foreign capital access berpengaruh positif menentukan probabilitas penerbitan obligasi. Liquidity dan interest coverage berpengaruh negatif menentukan probabilitas penerbitan obligasi. Hasil penelitian ini konsisten dengan pecking order teory dan static trade-off theory. Selain itu penerbitan obligasi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap firm value. Sehingga perusahaan hendaknya lebih mempertimbangkan dalam pemilihan sumber pendanaan dengan menerbitkan obligasi.

ABSTRACT
This study aims to examine the factors that determine the company in issuing bonds, as well as the effect of issuing bonds to firm value. Issuance of bonds is measured by 1 for companies issuing bonds and 0 otherwise. Firm value in this study is measured by Tobin 39 s Q. In addition, this research also uses control variables such as size, leverage, liquidity, profitability, interest coverage, foreign capital access, sales growth, and free cash flow.The sample used in this research is non financial public company period 2010 to 2015. The result of this research shows that size, profitability, leverage, sales growth, and foreign capital access have positive influence to determine the probability of bond issuance. Liquidity and interest coverage negatively influence the probability of issuing bonds. The results of this study are consistent with pecking order theory and static trade off theory. In addition, the issuance of bonds has a negative and insignificant effect on firm value. So the company should be more consider in the selection of funding sources by issuing bonds."
2017
S67652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>