Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ditta Shabrina Suhada
"

Latar Belakang: Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki prevalensi tinggi di populasi termasuk di Indonesia khususnya pada populasi remaja. Self-harm merupakan perilaku menyakiti diri yang memiliki prevalensi tertinggi pada remaja. Beberapa penelitian telah mengaitkan depresi dengan perilaku self-harm. Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) dan Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). Subjek penelitian adalah siswa dari SMA Dian Diaktika Depok. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioner, dipilih 146 siswa dengan metode random sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Terdapat hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok yang secara statistik bernilai p = 0,003 dan OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Dengan demikian, siswa dengan gejala depresi berpeluang 4,250 kali lebih mungkin melakukan perilaku self-harm dibandingkan dengan yang tidak memiliki gejala depresi. Kesimpulan: Terdapat hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok.


Background: Depression is a mental disorder that has a high prevalence among the population, including in Indonesia, especially in the adolescent population. Self-harm is a self-harming behavior which has the highest prevalence in adolescents. Several studies have linked depression to self-harm behavior. This cross-sectional study observes the association between depression and self-harm behavior in high school students in Depok. Objective: Determining the association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok. Method: This cross-sectional study observes the relationship between depression and self-harm behavior among high school students in Depok using the Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire and Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The research sample is the students from Dian Diaktika High School Depok. Out of 214 students who filled out the questionnaire, 146 students were selected using the random sampling method. Data were then analyzed using the chi-square test. Result: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok, which is statistically significant with p = 0,003 and OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Thus, students with depressive symptoms were 4,250 times more likely to conduct self-harm than those who did not have depressive symptoms. Conclusion: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditta Shabrina Suhada
"Latar Belakang: Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki prevalensi tinggi di populasi termasuk di Indonesia khususnya pada populasi remaja. Self-harm merupakan perilaku menyakiti diri yang memiliki prevalensi tertinggi pada remaja. Beberapa penelitian telah mengaitkan depresi dengan perilaku self-harm. Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner Center for Epidemiologic Studies Depression Scale- Revised (CESD-R) dan Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). Subjek penelitian adalah siswa dari SMA Dian Diaktika Depok. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioner, dipilih 146 siswa dengan metode random sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Terdapat hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok yang secara statistik bernilai p = 0,003 dan OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Dengan demikian, siswa dengan gejala depresi berpeluang 4,250 kali lebih mungkin melakukan perilaku self-harm dibandingkan dengan yang tidak memiliki gejala depresi. Kesimpulan: Terdapat hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok.

Background: Depression is a mental disorder that has a high prevalence among the population, including in Indonesia, especially in the adolescent population. Self-harm is a self-harming behavior which has the highest prevalence in adolescents. Several studies have linked depression to self-harm behavior. This cross-sectional study observes the association between depression and self-harm behavior in high school students in Depok. Objective: Determining the association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok. Method: This cross-sectional study observes the relationship between depression and self-harm behavior among high school students in Depok using the Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire and Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The research sample is the students from Dian Diaktika High School Depok. Out of 214 students who filled out the questionnaire, 146 students were selected using the random sampling method. Data were then analyzed using the chi-square test. Result: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok, which is statistically significant with p = 0,003 and OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Thus, students with depressive symptoms were 4,250 times more likely to conduct self-harm than those who did not have depressive symptoms. Conclusion: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Nur Shafira
"Usia mahasiswa termasuk dalam fase emerging adulthood yang berpotensi tinggi untuk mengalami ketidakstabilan psikologis akibat banyaknya perubahan di masa transisi. Mahasiswa keperawatan atau kesehatan lainnya dianggap memiliki risiko stres yang tinggi akibat beban studi dan padatnya kegiatan perkuliahan di setiap tingkatannya. Tidak jarang mahasiswa kesulitan dalam beradaptasi hingga akhirnya menghindar atau melakukan hal berbahaya seperti menyakiti diri yang dianggapnya sebagai mekanisme koping untuk melepas beban. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional sederhana dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm behavior) pada mahasiswa keperawatan. Penelitian ini melibatkan 236 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan teknik probability proportional sampling. Instrumen yang digunakan adalah Self-Harm Behavior Questionnaire versi Bahasa Indonesia yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan terlibat dalam self-harm behavior, yang termasuk didalamnya perilaku self-harm (34.3%), percobaan bunuh diri (8.1%), ancaman bunuh diri (7.2%), dan ide bunuh diri (30.5%). Adanya gambaran self-harm behavior pada mahasiswa keperawatan sangat diperlukan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan di tingkat universitas.

The majority of college students are in the phase of emerging adulthood of human development. In this transition period, the students are susceptible to experiencing psychological instability due to many changes in their lives. Nursing students are presumed to be at risk of high-stress levels because of the high demands, expectations and activities during their study. Therefore, some students struggle to adapt to their college life and choose to avoid their responsibilities or make some dangerous decisions (self-harm behavior) as it is believed to be a form of coping mechanism to release their stress. This study used a cross sectional approach with the aim of finding the prevalence of self-harm behavior among nursing students. This study involved 236 students from Faculty of Nursing, University of Indonesia with probability proportionate sampling technique. The instrument used is the modified Indonesian version of Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The results showed that nursing students engaged in self-harm behavior, including self-harm (34.3%), suicide attempted (8.1%), suicide threat (7.2%), and suicide ideation (30.5%). The existence of prevalence of self-harm behavior among nursing students is needed to improve prevention and treatment at the university level"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Maharani Indira
"Latar Belakang: Depresi masih menjadi salah satu gangguan mental dengan prevalensi cukup tinggi pada remaja di Indonesia. Kehidupan remaja juga tidak lepas dari hubungan pertemanan. Beberapa penelitian telah meneliti adanya hubungan antara hubungan pertemanan dengan kondisi depresi. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui faktor risiko terjadinya depresi dalam aspek pertemanan pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk masalah pada teman sebaya dan CESD-R (Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised) untuk depresi. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SMA Dian Didaktika. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioiner, dengan menggunakan metode random sampling, terpilih 96 data siswa yang digunakan untuk penelitian ini. Data yang telah didapatkan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil: Secara statistik didapatkan perbedaan bermakna dengan p=0,004 antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Selain itu, dapatkan odds ratio sebesar 4,143 dengan interval kepercayaan 95% (1,539 – 11,154) pada siswa yang memiliki masalah pada teman sebaya. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok.

Background: Depression remains a mental disorder with a high prevalence in adolescents in Indonesia. Teenage life is also closely related with of friendship. Several studies have examined the relationship between friendship and depression. This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok. Objective: This research was done to determine the association between peer problems and depression among high school students in Depok. Methods: This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok by using the SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) questionnaire for peer problems and CESD-R (Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised ) for depression. The research sample used was high school students Dian Didaktika. Of the 176 students who filled out the questionnaire, using the random sampling method, 146 student data were selected for this study. The data obtained were analyzed by Chi-square test. Results: Statistically found a significantly different (with p=0,004) between peer problems and depression among high school students in Depok. In addition, obtained odds ratio of students who have peer problems is 4.143 with 95% confidence intervals (1,539 – 11,154). Conclusion: There is an association between peer problems and depression among high school students in Depok.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Herdwita Putri Soerojo
"Latar Belakang: Sebanyak 9 juta orang di Indonesia mengalami gangguan depresi. Jawa Barat, salah satu provinsi di Indonesia, merupakan provinsi yang memliki masyarakat dengan gangguan mental emosional terbanyak kedua setelah Sulawesi Tengah. Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa self-esteem yang rendah merupakan salah satu faktor risiko dari depresi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara citra diri dengan depresi pada remaja SMA di Depok.
Metode: Metode yang digunakan adalah rancangan studi cross-sectional untuk mengidentifikasi hubungan citra diri dan depresi pada remaja SMA. Aspek depresi dinilai menggunakan kuesioner Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R), sedangkan aspek citra diri dinilai dengan menggunakan kuesioner Citra Diri Rosenberg. Sampel penelitian dari penelitian ini adalah remaja SMA Dian Didaktika dan dipilih menggunakan teknik random sampling yang menghasilkan 96 remaja. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil: Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signfikan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi (p=0,000, p=0,000), sedangkan tidak ada hubungan yang signfikan antara tingkat dan kestabilan self-esteem dengan depresi (p=0,3660, p=1,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi.

Introduction: Approximately 9 million people in Indonesia have developed depression disorder. West Java, a province in Indonesia, has the second most citizens with emotional mental disorders after Central Sulawesi. From various studies, it was found that depression development was related to low self-esteem as its risk factor.
Aim: This study aims to identify the presence or absence of a relationship between self-esteem and depression in high school adolescents in Depok.
Method: The method used in this study was a cross-sectional study design to identify the relationship between self-esteem and depression in high school adolescents. The depression aspect was assessed using the Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire, while the self-esteem aspect was assessed using the Rosenberg Self-Esteem Scale questionnaire.  The research sample of this study was 96 students of SMA Dian Didaktika, a high school in Depok, West Java. The respondents was selected using random sampling technique. The data was analyzed using the Chi-Square Test.
Results: The results obtained are that there is a significant relationship between self-consciousness and the perceived self with depression (p = 0.000, p = 0.000), while there is no significant relationship between the level and stability of self-esteem with depression (p = 0.660, p =  1.000). 
Conclusion: There is a relationship between self-consciousness and the perceived self with depression in adolescents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amelia
"Pendahuluan: Remaja merupakan masa peralihan yang kompleks. Pada masa ini, terdapat perubahan fisik dan psikologis yang besar dalam hidup seseorang. Masa peralihan ini membuat remaja rentan mengalami depresi yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya orang tua sebagai orang yang memiliki peran penting dalam perkembangan kesehatan jiwa anak hingga remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara pola asuh orang tua dengan depresi pada remaja di Depok, Jawa Barat.
Metode: Penelitian dengan metode studi potong lintang pada 96 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Dian Didaktika Depok yang berusia 14 sampai 17 tahun ini menggunakan kuesioner skrining depresi, Centre for Edpidemiologic Studies Depression Scale-revised (CESD-R) dan Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA) sebagai instrumennya. Data yang terpilih menggunakan teknik pengambilan acak dianalisis dengan uji Fisher.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 30,2% remaja yang memiliki gejala depresi. Mayoritas pola asuh yang ditemukan pada ayah (96,9%) dan ibu (96,9%) adalah pola asuh yang tidak diharapkan (pola asuh permisif, otoriter, dan mengabaikan). Sebagian besar dari pola asuh yang tidak diharapkan tersebut adalah pola asuh permisif. Setelah dianalisis, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna secara statistik antara pola asuh permisif dengan depresi pada remaja sebagai pola asuh orang tua terbanyak pada subjek penelitian ini.

Introduction: Adolescence is a complex transitional period. During this period, there are great physical and psychological changes that occur in someone’s life. This transitional period causes adolescents to be more likely to develop depression which is affected by several factors, one of them is parent as someone who plays an important role in children to adolescents’ mental health development. Therefore, the purpose of this study is to find the relationship between parenting styles and depression among adolescents in Depok, Jawa
Barat.
Methods: This cross-sectional study of 96 students ages 14 to 17 from Dian Didaktika High School in Depok used depression screening questionare, Centre for Edpidemiologic Studies Depression Scale-revised (CESD-R) and Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA) as its instruments. Data that has been picked by random
sampling was analyzed by Fisher’s test.
Results: The result of this study revealed that there are 30,2% adolescents who have depression symptoms. The majority of parenting styles found in father (98,6%) and mother (98,6%) are undesirable parenting styles (permissive, authoritarian, and neglectful parenting style). Most of those undesirable parenting styles are permissive parenting style. After being analyzed, there is no statistically significant difference between permissive parenting styles and depression in adolescents as it is the most common parenting style in these reasearch subjects.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Nur Kharimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kualitas hubungan pertemanan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan serta melihat korelasi antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Friendship Quality Scale FQS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan dan psychological distress dalam bentuk gejala depresi. Responden penelitian ini terdiri dari 746 siswa kelas X SMA yang tersebar di lima kotamadya di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hubungan pertemanan pada remaja laki-laki dan perempuan, dengan skor kualitas hubungan pertemanan pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hubungan pertemanan maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi, dan begitu sebaliknya. Penelitian lanjutan dinilai perlu dilakukan untuk menggali dinamika hubungan positif antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi.

The aim of this study is to compare friendship quality between boys and girls, and also to investigate whether any correlation between friendship quality and depression among high school students in Jakarta. Friendship Quality Scale FQS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 are used to measure friendship quality and psychological distress in the form of depressive symptoms. Participants of this study were 746 tenth graders of high school from five urban cities in Jakarta.
The result of the study shows that there is a significant difference of friendship quality between boys and girls, whereas girls tend to be higher than boys. Contradictory with previous studies, the result of this study shows that there is a positive correlation between friendship quality and depression, which means that higher friendship quality correlates with higher depressive symptoms, and vice versa. Future researches are needed to explore the dynamics of positive correlation between friendship quality and depression.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ihsanti Amalia
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa perkembangan yang berisiko karena pada masa ini remaja rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan mental. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya gangguan kesehatan mental pada remaja adalah tekanan yang tinggi dari orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah tekanan dari ayah dan ibu memiliki perbedaan serta melihat apakah tekanan dari ayah dan ibu memiliki hubungan dengan gangguan kesehatan mental yang banyak dialami oleh remaja, yaitu depresi dan emotional problems. Penelitian ini merupakan one-shot study and school-based yang dilakukan di 5 SMA pada 5 wilayah urban di DKI Jakarta. Data penelitian didapat secara langsung menggunakan paper and pencil technique pada 628 siswa SMA di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan Inventory of Parental Influence IPI untuk mengukur parental pressure, Hopkins Symptom Check-List 25 HSCL-25 untuk mengukur depresi, dan Strength and Difficulties Questionnaire SDQ untuk mengukur emotional problems. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara parental pressure ayah dan ibu. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa parental pressure ayah dan ibu memiliki hubungan signifikan dengan emotional problems, namun tidak berhubungan dengan depresi pada siswa SMA di DKI Jakarta.

ABSTRACT
Adolescents is a risky period because at this time various mental health problems are common among adolescents. Mental health problems in adolescents can be caused by various factors, one of those is high pressure from parents. The aim of this study is to examine the differences between parental pressure from father and mother, and to investigate whether there is any correlation between parental pressure and common mental health on adolescent, namely depression and emotional problems. This study was a one shot sudy and school based research, conducted in five high school in five urban cities of DKI Jakarta. Research data were collected by face to face paper and pencil technique on 628 high school students in DKI Jakarta. This study used Inventory of Parental Influence IPI to measure parental pressure from father and mother, Hopkins Symptom Check List 25 HSCL 25 to measure depression, and Strength and Difficulties Questionnaire SDQ to measure emotional problems. The results shows that there was a significant difference between parental pressure from father and mother. In addition, the results of the study also shows that parental pressure of father and mother have significant relationship with emotional problems, but not related to depression on high school students in DKI Jakarta."
2017
S70075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vissia Ardelia
"Remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan yang kompleks dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang kompleks serta berbagai tuntutan peran yang ada dapat menimbulkan masalah kesehatan mental bagi individu, seperti munculnya gejala depresi. Salah satu faktor yang dapat mencegah kemungkinan gejala depresi terjadi pada remaja adalah attachment dengan orangtua. Penelitian kali ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat hubungan antara attachment orangtua dengan gejala depresi pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan kepada sebanyak 753 siswa SMA yang berada di wilayah DKI Jakarta. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gejala depresi ialah Hopkins Symptoms Checklist-25 yang sudah diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, attachment dengan orangtua diukur menggunakan Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA bagian orangtua. Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat korelasi yang signifikan antara attachment dengan orangtua dan gejala depresi pada remaja. Dengan demikian, semakin tinggi attachment remaja dengan orangtua, maka semakin rendah gejala depresi pada remaja.

Adolescence is a phase when someone experiencing a complex changing in various aspects of life. The complexity of transformation and roles responsibility could become a serious mental health problem over teenage life, such as the appearance of depressive symptoms. One of the protective factors of depressive symptom is adolescent attachment with parent. This study is a quantitative research to see a relationship between parental attachment and depressive symptoms in high school students. Samples of this study were 753 high school students in DKI Jakarta. Depression is measured with Hopkins Symptoms Checklist 25 and has been adapted in Indonesian, whereas attachment is measured with Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA , using parental part only. Result of this study shows that there is a significant relationship between parental attachment and depressive symptoms among high school student in DKI Jakarta. It means, the higher is parental attachment, the lower is appearance of depressive symptoms in adolescent. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leviani Kristiana
"Latar Belakang: Salah satu polutan indoor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah formaldehid. Pemajanan formaldehid dalam ruang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Anak-anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktunya di lingkungan indoor terutama di sekolah.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara konsentrasi formaldehid dalam ruang dengan gangguan fungsi paru obstruktif pada siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di Depok tahun 2018.
Metode: Studi cross-sectional potong lintang dilakukan di tiga SMP Depok. Sampel penelitian adalah 150 siswa yang diambil dengan multistage sampling. Pengukuran konsentrasi formaldehid menggunakan alat direct reading yaitu FormaldemeterTM htv dan kondisi fungsi paru diperoleh melalui pemeriksaan dengan alat spirometer. Analisis secara bivariat dengan metode chi square.
Hasil: Nilai rata-rata konsentrasi formaldehid adalah 0,038 ppm dan fungsi paru FEV1/FVC siswa SMP di Depok yaitu 94,31. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara konsentrasi formaldehid dalam ruang dengan gangguan fungsi paru obstruktif. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko lain status gizi, aktivitas fisik, perilaku merokok, perokok dalam rumah, dan penggunaan obat nyamuk dengan gangguan fungsi paru obstruktif. Siswa dengan aktivitas fisik yang rendah berisiko 1,253 kali mengalami gangguan fungsi paru obstruktif dibandingkan siswa yang aktivitas fisiknya cukup CI: 0,203-7,725. Siswa yang menggunakan obat nyamuk berisiko 1,898 kali mengalami gangguan fungsi paru obstruktif dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan obat nyamuk CI: 0,308-11,705.
Kesimpulan: Konsentrasi formaldehid pada SMP di Depok masih berada di bawah Nilai Ambang Batas dan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan gangguan fungsi paru obstruktif. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan gejala kesehatan lain yang disebabkan oleh pajanan formaldehid dan uji fungsi paru jenis lainnya.

Background: One of the indoor pollutants that is a public health problem is formaldehyde. Formaldehyde exposure may cause lung function impairment. Children and adolescents spend most of their time in indoor environments, especially in schools.
Objective: To examine the association between indoor formaldehyde concentrations with obstructive pulmonary function impairment among Junior High School students in Depok, 2018.
Methods: Cross sectional studies were conducted at three SMP in Depok. Sample of research is 150 students taken with multistage sampling. Measurement of formaldehyde concentrations using direct reading tool FormaldemeterTM htv and condition of lung function obtained through inspection with spirometer. Bivariate analysis with chi square method.
Results: Mean value of formaldehyde concentration is 0,038 ppm and mean lung function FEV1 FVC of Junior High School students in Depok was 94,31. There was no significant association between indoor formaldehyde concentrations with obstructive pulmonary function impairment. There was no significant association between other risk factors nutritional status, physical activity, smoking behavior, smokers in the house and the use of mosquito repellent with obstructive pulmonary function impairment. Students with low physical activity at risk 1,253 times higher to experience obstructive pulmonary function impairment than students with moderate physical activity CI 0.203 7.725. Students using mosquito repellent at risk 1,898 times higher than did not use mosquito repellent CI 0,308 11,705.
Conclusion: The concentration of formaldehyde at SMP in Depok remained below the Threshold Value and no significant association was found with obstructive pulmonary function impairment. It is strongly recommended to do further research with other health symptoms caused by formaldehyde exposure and other types of lung function tests.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>