Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166473 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samuel Pratama
"Latar Belakang: Doxorubiscin merupakan salah satu obat kemoterapeutik yang tergolong sebagai anthracyclines. Doxorubiscin digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit kanker. Namun, kegunaan obat ini sangat dibatasi oleh efek sampingnya yaitu kardiotoksisitas. Salah satu mekanisme kardiotoksisitas tersebut adalah terbentuknya spesies oksigen reaktif yang menyebabkan berkurangnya kadar nitrik oksida. Satu-satunya agen yang diakui untuk melawan efek kardiotoksisitas ini adalah dexrazoxane, obat pengikat ion besi. Agen profilaksis baru sangat dibutuhkan karena dexrazoxane sendiri masih memiliki banyak efek samping dan harganya yang sangat mahal. L-Citrulline, zat asam amino yang dikandung oleh beberapa makanan dan buah, berpotensi untuk menjadi agen profilaksis baru dikarenakan sifat antioksidannya.
Metode: Doxorubiscin diberikan secara intraperitoneal dan L-Citrulline secara oral ke tikus Wistar sebagai subjek penelitian. Serum dari setiap subjek akan diambil dan dipakai sebagai sampel untuk eksperimen ini. Spectrophotometry dilakukan untuk mengukur kadar dari glutathione (GSH) dan malondialdehyde (MDA) pada serum. Analisis statistik digunakan untuk membandingkan perbedaan diantara grup subjek percobaan.
Hasil: Setelah pemberian doxorubiscin, terdapat penurunan pada kadar GSH serum dan kenaikan kadar MDA serum. Setelah pemberian L-Citrulline, terjadi kenaikan kadar GSH dan MDA serum. Besarnya konsentrasi L-Citrulline yang diberikan berbanding lurus dengan besarnya perubahan pada kadar keduanya.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, suplementasi L-Citrulline tidak dapat mengurangi efek kardiotoksisitas doxorubisin. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan pada nitric oxide synthase dan produksi peroksinitrit yang berlebihan. Sementara kenaikan kadar GSH dapat diakibatkan oleh mekanisme refluks GSH, menunjukan adanya proses penghancuran sel.


Background: Doxorubicin is a chemotherapeutic agent which has been used as treatment for various types of malignancy. However, the clinical use of it has been limited because of a risk for cardiotoxicity. Most studied cardiotoxicity mechanism involves reactive oxygen species generation which results in reduced level of nitric oxide. Nitric oxide is an important compound that protects from oxidative stress and cardiac damage. The only approved agent to counteract this cardiotoxicity is dexrazoxane, an iron chelator. New prophylactic agent is needed to be found as dexrazoxane still has lot of side effects and expensive price. L-Citrulline, an amino acid found in certain foods and fruits, has the potential to become the new prophylactic agent due to its antioxidant property.
Method: Wistar rats as subject are administered by doxorubicin via intraperitoneal and L-Citrulline via oral. Serum is taken as sample for the experiment. Spectrophotometry is done to measure the concentration of serum glutathione (GSH) and malondialdehyde (MDA). Statistical analysis is done to compare the difference among subject groups.
Results: After the doxorubicin treatment, there is a decreased serum GSH but increased MDA level. After L-Citrulline treatment, there is an increased in both serum GSH and MDA level. The concentration of administered L-Citrulline was directly proportional to the changes intensity.
Conclusion: Based on the result of this experiment, L-Citrulline supplementation cannot reduce the doxorubicin-induced cardiotoxicity. This failure is due to uncoupling of nitric oxide synthase and peroxynitrite overproduction. While increased GSH level may be caused by the GSH reflux mechanism, indicating cell death progression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Theandro Gotama
"Pendahuluan: Doxorubicin (DOX), agen kemoterapi yang banyak digunakan, diketahui menyebabkan toksisitas pada organ hati. Metabolisme DOX menghasilkan stress oksidatif yang memicu kerusakan DNA, peroksidasi lipid,, dan deplesi ATP, sehingga berujung pada kematian hepatosit. L-citrulline (CIT), yang terkandung pada semangka dan mentimun, banyak menarik perhatian karena sifat antioksidatifnya. Di tubuh, CIT diubah menjadi NO, yang ditunjukkan mengurangi kerusakan hati dengan melawan radikal bebas, memperbaiki mikrosirkulasi sinusoid hati, dan menghambat infiltrasi neutrophil. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi kemampuan CIT dalam mencegah hepatotoksisitas yang diinduksi oleh DOX.
Metode: 20 tikus wistar dirandomisasi untuk mendapatkan DOX (10 mg/kgBB) atau NaCl 0.9%. Kelompok yang diintoksikasi oleh DOX juga dirandomisasi untuk diberikan CIT dosis rendah (300 mg/kgBB), CIT dosis tinggi (600 mg/ kgBB), atau akuadest. CIT diberikan secara oral selama 6 hari, sedangkan DOX diberikan melalui injeksi intraperitoneal hanya pada hari ke 4 & 5. Serum diambil sebagai sampel dan hepatotoksisitas ditentukan melalui level serum dari AST, ALT, dan GGT. Analisa statistik dengan one-way ANOVA dan Tukey’s test dilakukan untuk membandingkan data.
Hasil: Pemberian DOX menyebabkan peningkatan semua biomarker serum. Kedua dosis CIT mengurangi elevasi ALT secara signifikan (p-value <0.05 vs DOX group). Hanya CIT dosis tinggi mampu mengurangi elevasi AST secara signifikan (p-value <0.05 vs DOX group). Kedua dosis CIT hanya mengurangi elevasi GGT secara insignifikan (p-value >0.05 vs DOX group)
Background: The antineoplastic agent Doxorubicin (DOX) is known for causing liver toxicity. Its metabolism in hepatocytes causes oxidative stress, inducing DNA damage, lipid peroxidation, ATP depletion, and apoptosis. L-citrulline (CIT), commonly found in fruits like watermelon, has piqued interest due to its antixodative properties. In the body, CIT is converted to NO, which has been shown to mitigate hepatic injury by scavenging free radicals, improving hepatic sinusoidal microcirculation, and inhibiting neutrophilic infiltration. This study aims to investigate CIT’s ability to prevent DOX-induced hepatotoxicity.
Method: 20 wistar rats were randomized to receive either DOX (10 mg/kgBW) or NaCl 0.9%. DOX-intoxicated group was further randomized to either receives low-dose CIT (300 mg/kgBW), high-dose CIT (600 mg/kgBW), or aquadest. CIT was given orally for 6 days and DOX via intraperitoneal injection on day 4 and 5. Serum was obtained as sample and hepatotoxicity was assessed via the serum levels of AST, ALT, and GGT. Statistical analysis was done with one-way ANOVA and Tukey’s test.
Results: DOX treatment resulted in elevations of all serum biomarkers. Both dosages of CIT significantly attenuated ALT elevation (p <0.05 vs DOX group). Only high-dose CIT significantly attenuated AST elevation (p <0.05 vs DOX group). Both dosages produced insignificant decrease of GGT elevation (p >0.05 vs DOX group).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Bhaskara Wikanendra
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner PJK merupakan penyebab kematian terbesar di dunia dengan penyumbang terbesar adalah infark miokard. Salah satu obat dalam penanganan PJK adalah Nitrat organik sebagai donor NO namun tidak dapat digunakan dalam jangka panjang. l-sitrulin berfungsi sebagai donor l-arginin yang akan dimetabolisme menjadi NO. Selain sebagai vasodilator, l-sitrulin juga menurunkan adhesi leukosit dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi kardioprotektif L-citrulline terhadap infark miokard yang diinduksi oleh Isoproterenol dengan fokus pada aktivitas antioksidan.Metode: Penelitian ini menggunakan 24 tikus Wistar jantan berbobot 190-220gr yang dibagi kedalam 4 kelompok. Kelompok 1 dan 2 menerima air sementara kelompok 3 dan 4 menerima 300mg/kgBB dosis rendah dan 600mg/kgBB dosis tinggi l-sitrulin per hari peroral setiap hari. Induksi dilakukan dengan injeksi subkutan 85mg/kgBB isoproterenol pada hari ke-4 dan 5 untuk kelompok 2,3 dan 4 sementara kelompok 1 menerima normal saline. Tekanan darah dan EKG diukur pada hari ke-3 dan 6. Subyek dikorbankan pada hari ke-6 untuk mengumpulkan sampel darah dan jaringan untuk pengukuran biomarker dan evaluasi histopatologi.Hasil: Induksi menyebabkan penurunan tekanan darah dan perubahan EKG dan pemberian l-sitrulin gagal menunjukkan efek proteksi yang signifikan. Suplementasi l-sitrulin gagal menunjukkan efek proteksi pada kadar AST dan LDH namun berhasil pada evaluasi histopatologis. Suplementasi l-sitrulin berhasil menunjukkan efek antioksidatif signifikan pada aktivitas katalase namun gagal pada kadar MDA, aktivitas SOD dan cenderung menurunkan kadar GSH lebih jauh dibandingkan dengan kelompok isoproterenol saja. Suplementasi menunjukkan proteksi terhadap apoptosis.Kesimpulan: Suplementasi l-sitrulin menunjukkan potensi kardioproteksi terhadap infark miokard induksi isoproterenol melalui aktivitas antioksidannya.
Background Cardiovascular diseases contribute more than 17 million deaths every year with coronary heart disease CHD being the greatest contributor. L citrulline shows potential as supplementation to treat CHD for its vasodilative and antioxidative effects The aim of this study is to find the potential cardioprotective effect of l citrulline against MI, with focus on antioxidants activity.Method This study used 24 male Wistar rats weighed 190 220 grams which divided to 4 groups. 1st and 2nd group received water while 3rd and 4th group received 300mg kgBW low dose and 600mg kgBW high dose of l citrulline daily respectively. Induction were done by injecting isoproterenol 85mg kgBW subcutaneously on day 4 and 5 for group 2,3 and 4 while 1st group served as sham. Blood pressure and ECG were recorded on day 3 and 6. Subjects were sacrificed on day 6 to collect blood and tissue samples for biomarker measurement and histopathological evaluation.Results L citrulline supplementation failed to show significant protective effect on blood pressure and ECG change. L citrulline supplementation failed to show protective effect on blood AST and LDH level but managed to show protective effect on Histopathological evaluation. On antioxidants activity, L citrulline supplementation managed to show significant antioxidative effect on tissue Catalase activity but failed on tissue MDA level, blood SOD activity and lowered tissue GSH level more than Isoproterenol only. Supplementation also showed protection against apoptosis.Conclusion L citrulline supplementation shows some potential cardioprotective effect through its antioxidant activities.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Hotlina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Komplikasi diabetes pada jantung dapat terjadi oleh karena produksi reactive oxygen spesies (ROS) berlebih. Beberapa studi menunjukkan stres oksidatif berperan dalam patogenesis komplikasi diabetes seperti kardiomiopati. Kurkumin telah terbukti memiliki khasiat sebagai antioksidan dan kardioprotektif. Tetapi kurkumin memiliki bioavailabilitas yang rendah didalam tubuh. Oleh karena itu kurkumin dibuat dalam bentuk nanokurkumin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nanokurkumin terhadap stres oksidatif pada jantung tikus yang di induksi diabetes.
Metode: Tikus Sprague-Dawley jantan di induksi diabetes dengan nikotinamide (NA) 100 mg/kgBB dan streptozotocin (STZ) 55 mg/kgBB secara intraperitoneal dan dosis tunggal. Terdapat 4 kelompok tikus antara lain, kelompok normal (tikus yang tidak di induksi), kelompok kontrol diabetes (CMC 0,5%), kelompok tikus diabetes yang diberi kurkumin oral 100mg/kg/hari dan kelompok tikus diabetes yang diberi nanokurkumin oral 100mg/kg/hari. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Kadar glukosa darah, aktivitas enzim creatine kinase myocardial band (CKMB), kadar malondialdehid (MDA), aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan histopatologi otot jantung dianalisis dengan statistik menggunakan uji ANOVA, perbedaan dianggap bermakna secara statistik bila p<0.05.
Hasil: Pemberian nanokurkumin dan kurkumin tidak mempengaruhi kadar glukosa darah dan cenderung menurunkan aktivitas CKMB pada serum. Nanokurkumin menurunkan kadar MDA jantung. Selain itu, nanokurkumin dan kurkumin dapat meningkatkan aktivitas enzim GPx tetapi tidak mempengaruhi aktivitas enzim SOD. Kurkumin memperbaiki kerusakan otot jantung dan lebih baik dibanding nanokurkumin.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induksi diabetes dan pengamatan selama 30 hari belum memicu kondisi stres oksidatif yang nyata. Nanokurkumin tidak mampu memperbaiki kerusakan otot jantung tetapi mempunyai efek menekan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas GPx.

ABSTRACT
Background: Complications of diabetic in the heart may occur due to the excess production of reactive oxygen spesies (ROS). Previous studies showed that oxidative stress played a role in the pathogenesis of diabetic complications such as cardiomyopathy. Curcumin has potential and efficacy as an antioxidant and cardioprotective agent. However, curcumin has low bioavailability in the body. In the present study we investigate the effects of curcumin in the form of nanocurcumin against oxidative stress in the heart from streptozotocinnicotinamide- induced diabetic rats.
Methods: Sprague-Dawley rats were induced diabetes with nicotinamide 100mg/kg and streptozotocin55 mg/kg intraperitoneally. Rats were divided into nondiabetic group, diabetic control group (CMC 0,5 %) and two treated groups which were orally given curcumin at a dose of 100 mg/kg/day and nanocurcumin at a dose of 100 mg/kg/day, respectively. After 30 days of observation, the blood glucose levels, activity of the enzyme creatine kinase myocardial band (CKMB), levels of malondialdehyde (MDA), activity of the enzyme superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPx) and histopathology of the heart muscle were analyzed and the data were assessed using ANOVA test with the level of significancy of p <0.05.
Results: Nanocurcumin and curcumin did not decrease blood glucose levels and tended to reduce the activity of CKMB in serum. Nanocurcumin reduced cardiac MDA. Nanocurcumin and curcumin enhanced the activity of GPx enzyme, but did not influence the activity of SOD enzyme. Curcumin appeared to be able to repair injured heart muscle and was better than nanocurcumin.
Conclusion: The results of studyindicate that induction of diabetes by streptozotocin-nicotinamide did not result in severe oxidative stress in the rats. Nanocurcumin is not able to repair injured heart muscle but could suppress MDA levels and increase the activity of GPx.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Siswanto
"Latar belakang. Doksorubisin (DOK), suatu antibiotika antrasiklin, digunakan secara luas untuk terapi antikanker, namun penggunaan DOK dapat menimbulkan efek samping, salah satunya gangguan kognitif. Penggunaan kemoterapi berbasis DOK menunjukkan hingga 76% pasien mengalami penurunan kognitif. Kerusakan otak akibat penggunaan DOK disebabkan oleh peningkatan TNF-α di otak melalui uptake reseptor di sawar darah otak dan peningkatan produksi melalui aktivasi NF-κB. Peningkatan TNF-α lebih lanjut dapat menyebabkan inflamasi kronis yang dapat menimbulkan kematian sel saraf atau penyakit degenerasi saraf. Mangiferin (MAG) merupakan salah satu senyawa neuroprotektif, akan tetapi efek terhadap kerusakan otak akibat pemberian DOK belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek MAG terhadap kerusakan otak yang ditimbulkan oleh pemberian DOK.
Metode. Penelitian dilakukan terhadap tikus Sprague-Dawley yang diinduksi menggunakan DOK dengan dosis total 15 mg/kgBB secara i.p mulai minggu kedua. Pemberian MAG dilakukan secara p.o dengan dosis 30 dan 60 mg/kgBB selama 7 minggu. Parameter yang diamati adalah fungsi kognitif, inflamasi (TNF-α, NF-κB dan iNOS), stres oksidatif (SOD dan MDA) dan histopatologi dengan pewarnaan HE.
Hasil. Pemberian DOK menyebabkan gangguan kognitif yang ditandai dengan penurunan penggiliran labirin Y dan penurunan indeks diskriminasi pada pengenalan obyek baru, disertai peningkatan parameter inflamasi yaitu ekspresi TNF-α, NF-κB dan iNOS. Pemberian MAG bersama DOK menyebabkan peningkatan fungsi kognitif, penurunan inflamasi dan penurunan stres oksidatif serta histopatologi dewan pewarna HE.
Kesimpulan. Berdasarkan hasil pemeriksaan parameter pada penelitian mengindikasikan bahwa mangiferin memiliki efek neuroproteksi terhadap pemberian DOK.

Introduction. Doxorubicin (DOK), an anthracycline antibiotic, is widely used for anticancer therapy, but the use of DOK causing side effects, one of them is cognitive impairment. Up to 76% of patients experienced cognitive decline caused by DOK-based chemotherapy. Brain damage due to the use of DOK lead by an increase in TNF-α in the brain through the receptors uptake in the blood brain barrier and increasing production through activation of NF-κB. Increased TNF-α can further lead to chronic inflammation which can lead nerve cells death or nerve degeneration diseases. Mangiferin (MAG) is one of the neuroprotective compound, but the effect on brain damage induced by DOK is still unknown. This study aims to determine the effect of MAG on brain damage induced by DOK.
Methods. Research carried out on Sprague-Dawley rats induced by DOK i.p with total dose 15 mg/kg that divided into 6 dose and given within 2 weeks, started from 2nd week. The rats was administrated by MAG p.o with dose 30 and 60 mg/kg daily for 7 weeks. Parameters measured were cognitive function, inflammatory parameters (TNF-α, NF-κB and iNOS), oxidative stress parameters (SOD and MDA) and histopatology using HE staining.
Results. DOK cause cognitive disorders that characterized by decreased Y maze alteration and discrimination index in new object recognition, and accompanied by increasing inflammatory parameters that showed in increasing TNF-α, NF-κB and iNOS expressions. Coadministration MAG with DOK led an increasing on cognitive function, reducing the inflammation and oxidative stress.
Conclusion. Based on the results of the study, MAG indicated has a neuroprotective effect on brain damage induced by DOK
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmi Hanifah
"Andrografolida telah terbukti memiliki efek kardioproteksi, namun masih belum diketahui mekanismenya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mekanisme dari andrografolida pada tikus dengan kardiotoksisitas doksorubisin, fokus pada biogenesis mitokondria. Tikus Sprague-Dawley jantan sebanyak 24 ekor dibagi secara acak menjadi empat kelompok: Normal (N); dosis kumulatif doksorubisin 16 mg/kgBB i.p. (Dox); Dox 16 mg/kgBB + andrografolida 30 mg/kgBB (Dox+And30); dan Dox 16 mg/kgBB + andrografolida 60 mg/kgBB (Dox+And60). Gejala toksisitas dan berat badan dicatat setiap harinya. Dianalisis ekspresi NF-κB dengan metode Western Blot, bersamaan dengan ekspresi dari PGC-1α dan TFAM dengan metode qRT-PCR dan pewarnaab HE pada jaringan jantung. Diamati bahwa doksorubisin menurunkan aktivitas LDH dan CKMB, dan lebih lanjut menurunkan ekspresi PGC-1α dan TFAM, dengan penurunan pada intesitas pita NF-κB. Pemberian bersama dengan andrografolida mengurangi efek tersebut. Selain itu, analisis histopatologi dari jaringan jantung menunjukkan perbaikan. Temuan ini menunjukkan andrografolida memiliki potensi kardioporteksi setidaknya dalam bagian melalui peningkatan fungsi mitokondria.

Andrographolide has been proved to exert cardioprotective effects, but little is known about its mechanism. This study aimed to assess the mechanism of andrographolide in rats with doxorubicin cardiotoxicity, focus on mitochondrial biogenesis. Twenty-four male rat Sprague-Dawley were randomized into: Normal (N); doxorubicin 16 mg/kg BW i.p. (Dox); Dox 16 mg/kgBW+andrographolide 30 mg/kg BW (Dox+And30); Dox 16 mg/kg BW+andrographolide 60 mg/kg (Dox+And60). We analyzed the expression of NF-κB by Western Blotting method, along with mRNA expression of PGC-1α and TFAM by qRT-PCR method, and HE staining of heart tissues. We observed that doxorubicin enhanced LDH and CK-MB activities, and further decreased the expression of PGC-1α and TFAM with decreased the intensity of NF-κB band. Co-treatment with andrographolide ameliorated those effects. In addition, the histopathology feature of heart tissues were also improved. These findings showed that andrographolide has a cardioprotective effect at least in part through augmentation of mitochondrial function."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Amaris
"Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman obat
tradisional yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Penelitian
terdahulu melaporkan bahwa G. mangostana mempunyai aktivitas antioksidan yang
poten yang berperan melindungi sel dari stres oksidatif. Tujuan penelitian adalah
menguji efek hepatoprotektif dari ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) pada
tikus yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Tikus jantan galur Sprague-
Dawley dengan berat 150-200 g, 11-12 minggu, dibagi menjadi 5 kelompok secara
acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I: kontrol. Kelompok II:
diberikan CCl4. Kelompok perlakuan III, IV, V diberikan EEKBM dengan dosis 900,
1080 dan 1296 mg/kgBB/hari secara oral selama 8 hari. Aktivitas alanin
aminotransferase (ALT), malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) diukur pada
plasma dan jaringan hati tikus. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas ALT plasma
dan kadar MDA hati kelompok EEKBM (900, 1080 dan 1296 mg/kg BB) lebih
rendah dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar MDA plasma
tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol, tetapi lebih tinggi dibanding
kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar GSH hati dan plasma dari
kelompok EEKBM (900 dan 1080 mg/kg BB) lebih tinggi dibanding kelompok CCl4
secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok EEKBM (1296 mg/kg BB) kadar GSH
plasma lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05).
Kesimpulannya, EEKBM mempunyai kemampuan untuk melindungi hati dari
kerusakan oksidatif akibat CCl4, kemampuan ini diduga berhubungan dengan
aktivitas antioksidan dari kandungan senyawa Garcinia mangostana L.

Mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.) is traditionally used as medicinal plant.
Previous studies mentioned that G. mangostana has a potent antioxidant activity to
protect the cells from oxidative stress. This study aimed to investigate the
hepatoprotective effect of the ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) in rats
induced by carbon tetrachloride (CCl4). Male Sprague-Dawley rats weighing 150-200
g, 11-12 weeks were randomly devided into 5 groups of 5 animals each. Group I:
controls. Group II: treatment CCl4, and 3 treatment Groups (III, IV, V). Group III:
EEMP 900 mg/kgBW, Group IV: EEMP 1080 mg/kgBW and Group V: EEMP 1296
mg/kgBW. All treatment with plant extracts administered orally, once per day for 8
days. The activity of alanine aminotransferase (ALT), malondialdehyde (MDA) and
glutathione (GSH) was measured in rats plasma and liver tissue. Results showed that
the plasma ALT activity and liver MDA levels of EEMP groups (900, 1080 and 1296
mg/kgBW) were significantly lower compared to CCl4 group (p<0,05), while the
plasma MDA levels were not significantly different compare to control group
(p<0,05) but higher compared to CCl4 groups (p<0,05). GSH levels of liver and
plasma of treatment groups (900 and 1080 mg/kgBW) were significantly higher
compared to CCl4 group (p<0,05), while at treatment group of 1296 mg/kgBW, only
the GSH levels of plasma were significantly higher compared to CCl4 group
(p<0,05). Hence, in conclusion ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP)
demonstrated the ability to protect the liver from oxidative damage caused by CCl4,
which was assumed due to the antioxidant activity of the active compound of
Garcinia mangostana L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabrielle Ophelia Kusuma
"Latar belakang: Kondisi hiperglikemi pada diabetes mellitus dapat menyebabkan stress oksidatif akibat ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan. Pada hati, komplikasi terberat dari stres oksidatif adalah non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Hingga saat ini, metformin merupakan drug of choice pengobatan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2), namun dapat menimbulkan efek samping yang menurunkan kepatuhan berobat pasien seperti mual, muntah, dan diare.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menilai aktivitas antioksidan α-mangostin terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) hati tikus dengan DMT2 sebagai kandidat obat alternatif metformin untuk menangani stres oksidatif pada DMT2.
Metode: Penelitian dilakukan terhadap tikus Wistar jantan (usia 10-12 minggu) dan dibagi menjadi enam kelompok uji: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200mg/kgBB, DMT2+α-mangostin 100mg/kgBB, dan DMT2+α-mangostin 200mg/kgBB. Kelompok DMT2 diinduksi dengan diet tinggi lemak dan glukosa, lalu diinjeksi streptozotocin. Kadar MDA dan GSH kemudian diukur dengan kit pemeriksaan pada jaringan hati yang telah disimpan dalam suhu -80°C setelah tikus-tikus di-sacrifice.
Hasil: α-mangostin 100 mg/kgBB memberikan hasil paling baik, yaitu selisih terbesar kadar biomarker dibandingkan keadaan DMT2, di mana terjadi penurunan kadar MDA yang signifikan (p=0.038 vs DMT2) dan peningkatan kadar GSH signifikan (p=0.029 vs DMT2).
Kesimpulan: α-mangostin mampu mempengaruhi kadar MDA dan GSH pada hati tikus dengan DMT2.

Background: The hyperglycaemic condition in diabetes mellitus causes oxidant and antioxidant imbalance, leading to oxidative stress. In the liver, the worst possible complication of oxidative stress is non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). So far, metformin is the drug of choice for treating type 2 diabetes mellitus (T2DM), but it has possibilities of causing nausea, vomiting, and diarrhoea, thereby disrupting patient compliance.
Objectives: This study aims to investigate α-mangostin’s antioxidant activity towards malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) levels in T2DM rats’ liver as a candidate alternative of metformin to treat oxidative stress in T2DM.
Methods: Research is conducted towards male Wistar rats (age 10-12 weeks) separated into six groups: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBW, T2DM, T2DM+metformin 200mg/kgBW, T2DM+α-mangostin 100mg/kgBW, and T2DM+α-mangostin 200mg/kgBW. T2DM groups were induced with high fat-high glucose diet and streptozotocin injection. MDA and GSH levels were obtained with the appropriate assay kit of liver tissues (refrigerated at -80°C) after the rats were sacrificed.
Results: 100mg/kgBW dose of α-mangostin yields the best results (highest biomarker levels difference than T2DM group). It significantly decreased MDA levels (p=0.038 vs T2DM) and significantly increased GSH levels (p=0.029 vs T2DM).
Conclusion: α-mangostin is able to affect MDA and GSH levels in T2DM rats’ liver.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Munika
"Sekitar 35% dari 901 orang dewasa yang menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin ditemukan mengalami NAFPD (nonalcoholic fatty pancreas disease). NAFPD berkaitan dengan manifestasi klinik (sindrom metabolik) MetS, adapun terapi yang diberikan sesuai dengan gejalanya seperti antihipertensi, statin, metformin dan faktor komorbid MetS, sehingga mungkin terjadi polifarmasi akibat multiterapi pengobatan. Dalam hal ini dibutuhkan obat tunggal yang dapat memperbaiki NAFPD pada tikus MetS salah satu kandidatnya yaitu 6-Gingerol. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efektifitas 6-Gingerol terhadap NAFPD akibat MetS melalui stress oksidatif pada organ pankreas tikus yang diinduksi HFD + Fruktosa 55% dan Streptozotocin 22mg/kg selama 8 minggu. Tikus yang mengalami sindrom metabolik diterapi dengan 6-Gingerol dosis 50,100 dan 200mg/kg selama 8 minggu. Setelah mencapai akhir terapi, serum dan jaringan pankreas di ambil dan di analisis kadar (tumor necrosis factor alpha) TNF-alpha, (interleukin-6) IL-6, (malondialdehyde) MDA, (glutathione peroxidase) GPx, amilase, akumulais lemak, ekspresi sel alfa dam beta pankreas sebagai parameter NAFPD. Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian 6-Gingerol tidak dapat menurunkan aktivitas amilase serum, MDA, ekspresi mRNA IL-6, namun dapat meningkatkan aktivitas GPx, mengurangi akumulasi lemak, dan meningkatkan ekspresi insulin dan glukagon. Sehingga 6-Gingerol memiliki potensi sebagai agen terapeutik untuk memperbaiki NAFPD pada tikus MetS.

About 35% of 901 adults who underwent routine health checks were found to have (nonalcoholic fatty pancreas disease) NAFPD. NAFPD is related to the clinical manifestations of (metabolic syndrome) MetS, while the therapy given is according to the symptoms. The therapies include: antihypertensives, statins, metformin, and MetS comorbid factors. Polypharmacy may occur as a result of multitherapy treatment. In this case, a single drug, namely 6-gingerol, is needed to improve NAFPD in the MetS rats. The aim of this study was to analyze the effectiveness of 6-Gingerol against MetS-induced NAFPD through oxidative stress in the pancreas of rats induced by HFD + Fructose 55% and Streptozotocin 22mg/kg for 8 weeks. Metabolic syndrome rats were treated with 6-gingerol doses of 50, 100, and 200 mg/kg for 8 weeks. After reaching the end of therapy, serum and pancreatic tissue were collected and analyzed for levels of (tumor necrosis factor alpha) TNF-α, (interleukin-6) IL-6, (malondialdehyde) MDA, (glutathione peroxidase) GPx, amylase, fat accumulation, cell expression pancreatic alpha and beta as parameters of NAFPD. The results of analysis showed that administering 6-gingerol did not significantly reduce serum amylase activity, MDA, the relative expression of IL-6, but it increased GPX activity, reduced fat accumulation, and increased insulin and glucagon expression in pancreatic tissue. Thus 6-Gingerol has the potential as a therapeutic agent to improve NAFPD in the MetS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisadelfa Sutanto
"Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayi Penelitian ini merupakan studi potong melintang yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin E dan MDA pada 48 subyek preeklampsia dan non preeklampsia di RS Tarakan Jakarta Penilaian mencakup wawancara sosio demografi riwayat obstetri asupan vitamin E dengan FFQ semikuantitatif LILA kadar vitamin E dan MDA serum Kategori usia usia kehamilan dan kadar MDA lebih tinggi pada preeklampsia Edukasi untuk perempuan usia reproduktif tentang pentingnya asupan makanan vitamin E yang cukup diperlukan untuk mencapai keberhasilan kehamilan.

Preeclampsia is a disorder of pregnancy that deteriorate mother and baby rsquo s health This study was a cross sectional study aiming to investigate differences in the levels of vitamin E and MDA of 48 subjects with preeclampsia and non preeclampsia in Tarakan Hospital Jakarta Assessment included interviews of socio demographic obstetric history vitamin E intake with semiquantitative FFQ MUAC serum vitamin E and MDA concentrations Categories of age gestational age and MDA levels were higher among preeclamptics Education for reproductive age women about the importance of sufficient intake of vitamin E foods is necessary to achieve successful pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>