Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Purnamasari
"Penelitian ini terdiri dari 2 studi yaitu studi 1 dengan melakukan penelitian korelasi dan studi 2 dengan melakukan intervensi. Studi 1 bertujuan untuk mengetahui hubungan rasa berdaya psikologis dan ketangkasan karyawan pada karyawan PT X yang bergerak di bidang manufaktur alat berat. Responden penelitian adalah 154 karyawan indirect atau karyawan non produksi. Pengukuran rasa berdaya psikologis menggunakan alat ukur rasa berdaya psikologis yang dikembangkan oleh Spreitzer (1995) yang telah diadaptasi oleh Mangundjaya (2014), sedangkan ketangkasan karyawan diukur dengan menggunakan alat ukur ketangkasan karyawan dari Sherehiy 2008.
Hasil studi 1 menunjukkan bahwa rasa berdaya psikologis memiliki hubungan positif yang signifikan dengan ketangkasan karyawan (r = 0.57, p< 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menentukan intervensi yang akan diberikan yaitu pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan rasa berdaya psikologis dalam kegiatan pelatihan Agile Development: Believe in yourself. Responden intervensi adalah empat belas orang karyawan yang memiliki rasa berdaya psikologis dan ketangkasan karyawan yang tergolong rendah. Selanjutnya peneliti melakukan pengukuran sesudah kegiatan pelatihan yang menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan mampu meningkatkan skor ketangkasan karyawan (Z = -2.493, p<0.05), namun belum mampu meningkatkan skor rasa berdaya psikologis (Z = -1.822, p>0.05).

This study consisted of 2 studies, study 1 by conducting correlation research and study 2 conducting interventions. Study 1 aims to determine relationship of psychological empowerment and workforce agility. The study was conducted at PT X, a manufacture company. The respondents were 154 indirect employees. Measurement of psychological empowerment is performed using psychological empowerment scale from Mangundjaya (2014), who adapted from Spreitzer (1995), whereas workforce agility is measured by using workforce agility scale from Sherehiy (2008).
Results of preliminary data suggest that psychological empowerment positively and significantly correlated with workforce agility (r = 0.57, p< 0.05). Based on these results, researchers determined that the intervention to be given is training to improve psychological empowerment with Agile Development: Believe in yourself training. Respondents of interventions are 14 employees whose psychological empowerment and workforce agility are low. Furthermore, researchers conducted a post-test measurements which indicate that interventions can increase workforce agility (Z = -2.493, p<0.05). Yet, it cannot improve the psychological empowerment (Z = -1.822, p>0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Christian Baharaja
"Tesis ini membahas mengenai pengaruh Psychological Empowerment dan Organizational Trust terhadap Commitment To Change di PT. Hutama Karya. Penelitian ini melakukan studi pengaruh Psychological Empowerment menurut Gretchen M. Sprettzer, Organizational Trust menurut Gilbert dan Tang dan Commitment To Change menurut Herscovitch dan Meyer. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi yang menjadi sampel penelitian ini adalah karyawan kantor pusat PT. Hutama Karya yang dipilih secara random dengan teknik sampel menggunakan snowball sampling dengan jumlah sampel 127 responden. Setelah dilakukan penelitian maka hasil dari penelitian ini adalah affective commitment change di pengaruhi oleh psychological empowerment. Selain itu hasil dari penelitian ini adalah continuance commitment change dan normative commitment change dipengaruhi oleh organizational trust.

This research discusses the influence of psychological empowerment according to Gretchen M. Sprettzer and organizational trust according to Gilbert and Tang for commitment to change by Herscovitch and Meyer at PT Hutama Karya (Persero). The study was conducted using a quantitative approach by distributing questionnaires. The population of this study are employees of the headquarters of PT Hutama Karya (Persero) randomly using convenience sampling technique with a sample of 127 respondents. After doing research, the results of this research are affective commitment to change is influenced by psychological empowerment. Beside that, the results of this research are continuance commitment to change and normative commitment to change is influenced by organizational trust.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fef Rama Jaya Wijaya
"PT. ABC adalah sebuah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2016 dan masih tergolong ke dalam perusahaan start-up. Sebagai perusahaan start-up masalah yang paling menonjol di PT. ABC adalah permasalahan sumberdaya manusia. Dari hasil wawancara dan FGD yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa orang karyawan, permasalahan yang muncul adalah rendahnya komitmen afektif pada organisasi yang dimiliki oleh karyawan. Disamping itu juga terlihat rendahnya tingkat pemberdayaan psikologis karyawan dan tingginya tingkat job insecurity. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada para karyawan toko/outlet. Sebanyak 25 orang responden mengisi kuesioner yang disebarkan.  Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi menggunakan Pearson Product Moment. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pemberdayaan psikologis adalah Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ), Job Insecurity Questionnaire (JIQ) untuk variabel job insecurity, dan Affective Commitment Scale (ACS) untuk variabel komitmen afektif pada organisasi. Intervensi yang akan dilakukan adalah coaching. Responden intervensi coaching sebanyak 1 orang yakni kepala toko/outlet yang akan dilanjutkan dengan sosialisasi kepada 25 orang yakni seluruh karyawan toko/outlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif namun tidak signifikan antara variabel pemberdayaan psikologis dan komitmen afektif pada organisasi, serta adanya korelasi negatif namun tidak signifikan antara variabel job insecurity dan komitmen afektif pada organisasi. Hasil dari pemberian kedua intervensi terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan komitmen afektif pada organisasi, serta penurunan job insecurity pada karyawan.

PT. ABC was founded in 2016 and is still classified as a start-up company. As a start-up company the most prominent problem at PT. ABC is a problem of human resources. From the results of interviews and FGD conducted by researchers to several employees, the problem that arises is the low affective commitment to the organization. Besides that, it also shows the low level of psychological empowerment of employees and the high level of job security. Data retrieval of this research is done by distributing questionnaires to the store / outlet employees. A total of 25 respondents filled in the questionnaire distributed. The analysis technique used is the correlation technique using Pearson Product Moment. The measuring instrument used for psychological empowerment variables is Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ), Job Insecurity Questionnaire (JIQ) for job insecurity variables, and Affective Commitment Scale (ACS) for affective commitment variables in organizations. The intervention that will be carried out is coaching. Respondents for coaching interventions were 1 person, namely the store/outlet head, which would be continued with socialization to 25 people, namely all store/outlet employees. The results showed that there was a negative but not significant correlation between psychological empowerment variables and affective commitment to the organization, as well as a negative but not significant correlation between job insecurity variables and affective commitment to the organization. The results of giving both interventions proved to have a significant influence on increasing affective commitment to the organization, as well as decreasing employee job insecurity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T54357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Muzdalifah
"Terdapat dua tujuan dalam penelitian penelitian ini, (1) ingin mengetahui pengaruh rasa berdaya psikologis terhadap keterikatan karyawan dan, (2) mengetahui apakah terdapat perubahan pemahaman materi setelah diberikan intervensi berupa program pelatihan empower dengan pendekatan appreciative inquiry. Pengumpulan data rasa berdaya psikologis menggunakan adaptasi alat ukur dari Spreitzer (1995) dan keterikatan karyawan menggunakan adaptasi alat ukur dari Hewitt (2010). Partisipan penelitian sebelum intervensi berjumlah 67 orang dan partisipan intervensi berjumlah 15 orang karyawan yang bekerja di industri pertelevisian di Jakarta.
Hasil penelitian sebelum intervensi menunjukkan bahwa rasa berdaya psikologis memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keterikatan karyawan (Adjusted R²=0,34, p<0.01). Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan rasa berdaya psikologis dapat memengaruhi peningkatan keterikatan karyawan. Berdasarkan pengolahan data setelah intervensi, diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan tentang materi pengembangan diri yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi diberikan.

The purposes of this study are, (1) determine the effect of psychological empowerment on employee engagement, (2) determine knowledge evaluation of the material post-intervention training program with appreciative inquiry approach. The data was collected using the psychological empowerment questionnaire adapted from Spreitzer (1995) and employee engagement questionnaire adapted from Hewitt (2010). The research participants pre-intervention are 67 people, and intervention participants are 15 people who worked in the television industry in Jakarta.
The results of pre-intervention research showed that psychological empowerment had a significant positive effect on employee engagement (Adjusted R²=0,34, p<0.01). This mean that an increase in psychological empowerment causes an increase in employee engagement. Based on data analysis post intervension, showed a significant increase in knowledge of self development material between before and after training program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Ariani Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan perilaku kerja inovatif pada karyawan divisi Produksi di PT X. Berdasarkan hasil identifikasi masalah organisasi, para karyawan menampilkan pemberdayaan psikologis yang rendah dan dianggap menjadi salah satu faktor yang menghambat munculnya perilaku kerja inovatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner pemberdayaan psikologis (Spreitzer, 1995) dan kuesioner perilaku kerja inovatif (Janssen, 2000) yang telah diadaptasi oleh Etikariena & Muluk (2014). Partisipan penelitian berjumlah 144 orang karyawan level staf di divisi Produksi PT X.
Hasil analisis korelasional menunjukkan koefisien korelasi r= .536 (p<0.05) yang berarti pemberdayaan psikologis memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perilaku kerja inovatif. Peneliti merancang program pelatihan sebagai intervensi untuk meningkatkan pemberdayaan psikologis. Dengan meningkatnya pemberdayaan psikologis, maka diharapkan dapat meningkatkan perilaku kerja inovatif.
Uji perbedaan sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada pengetahuan pemberdayaan psikologis, persepsi pemberdayaan psikologis, dan persepsi perilaku kerja inovatif. Dengan demikian, program pelatihan disarankan sebagai intervensi untuk meningkatkan pemberdayaan psikologis dan perilaku kerja inovatif pada karyawan divisi Produksi PT X.

This study aimed to determine the relationship between psychological empowerment and innovative work behavior in the Production division's employees at PT X. Based on identification of organizational problems, employees indicate lower level of psychological empowerment and it is considered to be the one of the factors that inhibit innovative work behavior. Data collection instrument used was a questionnaire of psychological empowerment (Spreitzer, 1995) and innovative work behavior (Janssen, 2000) which has been adapted by Etikariena & Muluk (2014). There were 144 staff level employees that had participated in the Production division of PT X.
orrelational analysis result showed the correlation coefficient of r = .536 (p<0.05) which means that psychological empowerment has a significant positive relationship with innovative work behavior. Researcher designed a training program as an intervention to improve the psychological empowerment. An improving psychological empowerment is expected to improve innovative work behavior.
The difference between pre-test and post-test result of training showed a significant increase in knowledge of psychological empowerment, perception of psychological empowerment, and perception of innovative work behavior. Hence, the training program is recommended as an intervention to improve the psychological empowerment and innovative work behavior in the Production division employees of PT X.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Tjuatja
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kepemimpinan perubahan berpengaruh terhadap rasa berdaya psikologis dan rasa berdaya psikologis berpengaruh terhadap kelelahan psikologis. Peneliti menguji apakah kepemimpinan perubahan dapat berpengaruh terhadap kelelahan psikologis baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui mediasi rasa berdaya psikologis. Partisipan penelitian berjumlah 90 orang yang merupakan karyawan PT. PSI. Partisipan mengisi kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk mengukur tingkat kelelahan psikologis, Psychological Empowerment Scale (PES) untuk mengukur tingkat rasa berdaya psikologis, dan Characteristic Change Leader Inventory (CCLI) untuk mengukur tingkat kepemimpinan perubahan. Analisis mediasi menunjukkan bahwa rasa berdaya psikologis memediasi hubungan antara kepemimpinan perubahan dengan salah satu dimensi pada kelelahan psikologis, yaitu pencapaian pribadi (ab = 0,30, p < 0,05, 95% CI [0,09, 0,60]), dan hubungan antara pendamping dengan pencapaian pribadi (ab = 0,36, p < 0,05, 95% CI [0,17, 0,60]). Semakin tinggi kualitas kepemimpinan perubahan pada pemimpin, semakin tinggi rasa berdaya psikologis karyawan, sehingga individu merasa dirinya memiliki pencapaian yang baik.

Previous studies showed that change leadership has relationship with psychological empowerment and psychological empowerment has relationship with burnout. This study would like to test whether change leadership can affect burnout directly and indirectly through the mediation of psychological empowerment. There were 90 participants from PT. PSI in this study. Participants were asked to fill the Maslach Burnout Inventory (MBI) to assess burnout levels, Psychological Empowerment Scale (PES) to assess psychological empowerment levels, and Characteristic Change Leader Inventory (CCLI) to assess their leaders’ change leadership quality. Through mediation analysis, results showed that psychological empowerment mediated the relationship between change leadership and one aspect of burnout, which is personal achievement (ab = 0,30, p < 0,05, 95% CI [0,09, 0,60]), and the relationship between coach and personal achievement (ab = 0,36, p < 0,05, 95% CI [0,17, 0,60]). The higher the change leadership quality in the leader, the higher employees’ psychological levels are, and thus results in positive feeling of personal achievement in employee"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Armelia
"Penelitian ini fokus pada hubungan antara psychological capital dan psychological empowerment pada perawat. Psychological capital adalah suatu perkembangan psikologis yang positif pada individu yang memiliki karakteristik self efficacy, optimism, hope, dan resiliency (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Psychological empowerment adalah sebuah konstruk motivasi yang diwujudkan dalam empat kognisi, yaitu meaning, competence, self determination, dan impact (Spreitzer 1995). Penelitian sebelumnya belum banyak yang menjelaskan hubungan antara kedua variabel, khususnya di Indonesia, dan aplikasinya pada perawat. Pengukuran psychological capital menggunakan alat ukur Psychological Capital Questionnaire (PCQ) (Luthans dkk, 2007) dan pengukuran psychological empowerment menggunakan alat ukur Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ) (Spreitzer, 1995). Partisipan adalah 176 perawat di Rumah Sakit X yang terpilih secara accidental. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological capital dengan psyhological empowerment pada perawat (r = 0,546, p = 0,000, signifikan pada L.o.S 0,01). Artinya, semakin tinggi psychological capital yang dimiliki perawat, maka semakin tinggi pula tingkat psychological empowerment pada dirinya. Dengan demikian, manajemen rumah sakit sebaiknya menciptakan iklim kerja yang lebih baik dan lebih kondusif.

This study focused on correlation between psychological capital and psychological empowerment among nurses. Psychological capital is an individual?s positive psychological state of development and is characterized by self efficacy, optimism, hope, dan resiliency (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Psychological empowerment is a motivational construct manifested in four cognitions1 meaning, competence, self-detennination and impact (Spreitzer, 1995). Previous studies haven?t explained the relationship between two variables, especially in Indonesia, and its application among nurses. Psychological capital was measured using a modification instrument named Psychological Capital Questionnaire (PCQ) (Luthans et al, 2007) and psychological empowennent was measured using a modification instrument named Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ) (Spreitzer, 1995). The participants of this research are 176 nurses at Hospital X by accidental sampling. The main results of this research show that psychological capital positively correlated significantly with psychological empowerment (r = 0,546, p = 0,000, significant at L.o.S 0,0l). That is, the higher psychological capital of one?s own, the higher showing psychological empowerment. From this result, the hospital is suggested to create better and more condusive work climate for the nurses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Ilhamsyah Metharani
"Penelitian tesis ini bertujuan untuk mendalami hubungan antara variabel Modal Psikologis dan Perilaku Kerja Inovatif, mengetahui dimensi Modal Psikologis yang paling berhubungan dengan Perilaku Kerja Inovatif, serta efektivitas intervensi pelatihan untuk meningkatkan Modal Psikologis dan Perilaku Kerja Inovatif. Responden dalam penelitian ini adalah para karyawan Divisi Produksi XTV, sebuah stasiun televisi swasta. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Perilaku Kerja Inovatif (Janssen, 2000) (Alpha Cronbach = 0.942) dan kuesioner Modal Psikologis (Luthans et al., 2015) (Alpha Cronbach = 0.877).
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif signifikan antara Modal Psikologis dan Perilaku Kerja Inovatif (r = 0.518, p < 0.01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya Modal Psikologis pada para karyawan, maka akan meningkat pula Perilaku Kerja Inovatif mereka. Intervensi pelatihan Modal Psikologis diberikan kepada para karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan Modal Psikologis dan Perilaku Kerja Inovatif. Pada penelitian ini, evaluasi pelatihan dilakukan sampai tahap pengetahuan Modal Psikologis.
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan tentang Modal Psikologis dari para partisipan setelah diberikan intervensi pelatihan Modal Psikologis (Z = -2.393, p < 0.05). Dengan demikian, pihak perusahaan dapat menjadikan pelatihan Modal Psikologis, sebagai pengembangan diri para karyawannya, agar dapat meningkatkan Perilaku Kerja Inovatif mereka.

The aim of this research is to analyzed the relationship between Psychological Capital (PsyCap) and Innovative Work Behavior (IWB), which PsyCap?dimension have the strongest relationship with IWB, and the effectivity of Unleashing The Power Of Psychological Capital Within Yourself training to enhancing PsyCap and IWB. The respondent of this research are XTV? Production Division Employees, a private television company. This research used Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) (Alpha Cronbach = 0.942) and Psychological Capital Questionairre (Luthans et al., 2015) (Alpha Cronbach = 0.877).
earson correlation analysis found there was significantly positive relationship between Psychological Capital and Innovative Work Behavior (r = 0.518, p < 0.01). This result indicates that the increasing of Psychological Capital, will also increased Innovative Work Behavior. Psychological Capital Training were given as intervention, with aim to increasing participants Psychological Capital and Innovative Work Behavior. This research did the knowledge evaluation towards the participants.
The result from Wilcoxon Signed Ranks Test found that there was increasing in participants' Psychological Capital knowledge after the intervention (Z = -2.393, p < 0.05). Thus, the company could make the Psychological Capital Training as part of their employee development program, to support employee?s Psychological Capital and Innovative Work Behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Nisa Fadila
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leader-member exchange terhadap komitmen afektif dan peran mediasi psychological empowerment dalam hubungan LMX dengan komitmen afektif pada karyawan BUMN dan swasta di Jakarta. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data. Responden penelitian ini berjumlah 218 karyawan tetap di perusahaan BUMN dan swasta yang berlokasi di Jakarta. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LMX berpengaruh positif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap komitmen afektif yang dimiliki karyawan di Jakarta. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa psychological empowerment memediasi secara parsial antara LMX dengan komitmen afektif.

ABSTRACT
This study aims to examine the impact of leader-member exchange (LMX) on affective commitment and also to examine the mediating effect of psychological empowerment on the relationship between LMX and affective commitment on BUMN and private employees in Jakarta area. This study used a questionnaire as data collection tool in order to obtain the desired research data. The questionnaire filled by 218 respondents, with the number comprising permanent employers from various BUMN and private companies located in Jakarta. The research data is analyzed using Structural Equation Modelling (SEM) method which result shows that LMX has a positive effect, both direct and indirect, on affective commitment of employees in BUMN and private organizations in Jakarta. This study also indicates that psychological empowerment acts as a partial mediator between LMX and affective commitment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wustari Larasati Mangundjaya
"Perubahan sudah menjadi salah satu keharusan bagi organisasi untuk dapat bertahan dan berkembang. Meskipun demikian masih banyak terdapat kegagalan dan rintangan dalam menerapkan perubahan organisasi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perubahan organsiasi adalah faktor manusia, antara lain karena adanya penolakan dari anggota organisasi dan kurangnya komitmen untuk perubahan organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model mengenai pengaruh positif dari kepemimpinan perubahan terhadap komitmen afektif untuk perubahan melalui kepercayaan pada organisasi dan rasa berdaya psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi/penjaminan dengan jumlah responden sebanyak 539 orang. Pengambilan data dilakukan melalui empat kuesioner, yaitu: (a) komitmen perubahan afektif, berdasarkan Herscovitch dan Meyer, (2002) (b) kepemimpinan perubahan, berdasarkan Liu (2010) (c) kepercayaan pada organisasi berdasarkan Cummings dan Bromiley (1996), dan (d) rasa berdaya psikologis berdasarkan Spreitzer (1995,2007). Untuk menganalisis data digunakan SEM sebagai alat pengujian model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan perubahan memiliki pengaruh positif terhadap komitmen afektif untuk perubahan melalui kepercayaan pada organisasi dan rasa berdaya psikologis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua dimensi kepemimpinan perubahan, yaitu perilaku menjual-perubahan dan perilaku mengimplementasi-perubahan keduanya berperan sebagai indikator kepemimpinan perubahan. Untuk itu, dalam memimpin perubahan perlu adanya dua kegiatan, yaitu sosialisasi dan implementasi perubahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu tentang perubahan organisasi, serta bagi praktisi dan organisasi dalam mengelola perubahan organisasi, khususnya dalam membangun komitmen afektif untuk perubahan

In order to survive and exist, organizational change is a must. However, there are many organizational changes that were not successful, which one of the reasons is due to the lack of organizational change commitment from employees. The objective of this research is to test the model about the positive impact of change leadership on affective commitment to change through psychological empowerment and organizational trust. This research was conducted at 2 (two) financial state-owned company with 539 respondents. Data was collected using 4 questionnaires, namely: 1) Affective Commitment to Change based on Herscovith and Meyer (2002); 2) Change Leadership, based on Liu (2010); 3) Organizational Trust based on Cummings and Bromiley (1996). A statistical technique namely Statistical Equation Method (SEM) was used to analyse the data. Results showed that change leadership had positive impact on affective commitment to change, through psychological empowerment and organizational trust. Results also showed that both dimensions of change leadership, namely change-selling behavior and change-implementing behavior had the same role as change leadership indicators. As a result, in leading organizational change there are two activities should be undertaken, namely socialization and implementation the organizational change. Implications and contribution of this research can be used both for theory development as well as practical purposes for organization, on the way they manage the organizational changes, especially on the development of affective commitment to change"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>