Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryono Hendarto
"Background: low-grade chronic inflammation in obese individuals contributes to the development of lipid abnormality and insulin resistance. Vitamin E has antioxidant and insulin-sensitizing properties, mediated by adiponectin. In this study, we aimed to evaluate the effect of vitamin E supplementation on lipid profiles and adiponectin levels in obese adolescents.
Methods: this was a randomized, double-blind, controlled study. Obese adolescents aged 14-18 years, with no history of taking anti-obesity or antioxidant drugs, were recruited and randomized into two groups: vitamin E and placebo. The dose of vitamin E was 400 IU/day. Intervention was administered for two months. Lipid profiles and adiponectin levels were measured at baseline and after intervention. Primary outcomes were analyzed using the per-protocol analysis principle. Statistical analysis was performed using the independent t-test or the Mann-Whitney U test.
Results: a total of 66 subjects completed the intervention study, 34 in the vitamin E group and 32 in the placebo group. Lipid profiles and adiponectin levels at 2 months after intervention did not differ significantly between the two groups. Changes from the baseline level were also not significantly different between the two groups and were inconsistent from one subject to another.
Conclusion: in obese adolescents, vitamin E supplementation of 400 IU/day for 2 months does not significantly affect lipid profiles and adiponectin levels.

inflamasi kronik derajat rendah pada obesitas menyebabkan abnormalitas lipid dan resistensi insulin. Vitamin E mempunyai efek antioksidan dan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dengan perantara adiponektin. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek suplementasi vitamin E terhadap profil lipid dan kadar adiponektin pada remaja dengan obesitas.
Metode: penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda. Remaja obesitas berusia 14-18 tahun tanpa riwayat konsumsi obat-obatan antiobesitas atau antioksidan diikutsertakan dalam penelitian ini. Mereka dibagi menjadi dua kelompok menggunakan metode randomisasi: kelompok vitamin E dan plasebo. Dosis vitamin E yang digunakan adalah 400 IU/hari. Intervensi diberikan selama 2 bulan. Profil lipid dan kadar adiponektin diukur sebelum dan setelah pemberian intervensi. Hasil utama dianalisis menggunakan prinsip “per-protocol analysis”. Analisis statistik menggunakan uji t independen, dan uji Mann-Whitney U sebagai alternatifnya.
Hasil: sebanyak 66 subyek menyelesaikan penelitian, terdiri dari 34 subyek pada kelompok vitamin E dan 32 subyek pada kelompok plasebo. Profil lipid dan kadar adiponektin setelah intervensi selama 2 bulan tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Perubahan parameter-parameter tersebut dari nilai dasar juga tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok dan tidak konsisten dari satu subyek ke subyek lainnya.
Kesimpulan: pada remaja dengan obesitas, suplementasi vitamin E dengan dosis 400 IU selama 2 bulan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profil lipid dan kadar adiponektin.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2019
610 UI-IJIM 51:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Azura
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua tipe ruminasi (intrusive dan deliberate) terhadap posttraumatic growth pada remaja yang mengalami pengalaman buruk. Ruminasi merupakan pemikiran yang berulang-ulang mengenai suatu pengalaman, sementara posttraumatic growth merupakan perubahan psikologis positif sebagai hasil perjuangan menghadapi situasi hidup yang amat menantang. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen: Ceklis Pengalaman Buruk, Event Related Rumination Inventory (ERRI), dan Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). Sebanyak 276 remaja usia 13-19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa kedua tipe ruminasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap posttraumatic growth. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa pengaruh intrusive rumination terhadap posttraumatic growth dimediasi oleh deliberate rumination.

The objective of the present study was to investigate the effect of two types of rumination (intrusive and deliberate) on posttraumatic growth among adolescents who experienced negative events. Three instruments were used in this study: Negative Experience Checklist, Event Related Rumination Inventory (ERRI), and Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). 276 adolescents age of 13-19 years old participated in this study. The result of this study showed that both types of rumination positively and significantly affect posttraumatic growth. Mediation analysis revealed that the effect of intrusive rumination to posttraumatic growth is mediated by deliberate rumination."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk menilai penanda biokimia adiponektin, status antioksidan total (SAT), dan high sensitvity C-reactive protein (hsCRP) pada individu dengan dan tanpa sindrom metabolik (SM). Metode Penelitian pontong lintang pada 36 subyek SM dan 36 subyek tanpa SM yang dilakukan di Jakarta. Indikatorindikator yang diukur adalah adiponektin, SAT dan hsCRP, di samping berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang (LP), tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan glukosa darah puasa. Risiko terjadinya SM dihitung dengan odds ratio (OR) adiponektin, hsCRP, dan rasio adiponektin/hsCRP dengan mengambil nilai median sebagai titik dikotomi antara nilai tinggi dan nilai rendah masing-masing parameter tersebut. Hubungan antara adiponektin, SAT, dan hsCRP dengan LP dianalisis dengan uji korelasi Spearman, sedangkan peranan keseluruhan parameter dengan SM dianalisis dengan regresi logistik. Hasil Adiponektin dan hsCRP berbeda secara signifi kan antara subjek dengan dan tanpa SM (3,1 + 1,0 vs 4,2 + 1,4 ug/mL) dan (3,35 + 3,43 vs 0,97 + 0,92 mg/L) (p < 0,01), sedangkan SAT tidak berbeda secara signifi kan (1,28 + 0,2 vs 1,24 + 0,1 mmol/L). Adiponektin berkorelasi negatif dengan LP (rs = - 0,436, p < 0,01), sedangkan SAT dan hsCRP berkorelasi positif dengan LP (masing-masing rs= 0.286, p = 0.02 dan rs = 0,597, p < 0. 01). Odds ratio (OR) adiponektin dan hsCRP untuk terjadinya SM masing-masing 4 (p = 0,01) dan ~6,8 (p < 0,01), sedangkan risiko pada subyek dengan rasio adiponektinhsCRP ≤ 2.31 adalah 25 kali lipat (p < 0,01) dibanding subyek dengan rasio adiponektin-hsCRP > 2.31. Kesimpulan Penggunaan rasio adiponektin-hsCRP meningkatkan prediksi SM 4 - 6 kali lipat dibanding bila menggunakan biomarker tunggal.

Abstract
Aim To examine biochemical markers of adiponectin, total anti-oxidant status (TAOS) and high sensitvity C-reactive protein (hsCRP) in individuals with and without metabolic syndrome (MetS). Methods A cross-sectional study on 36 non-MetS and 36 MetS subjects was undertaken in Jakarta. Measured indicators were adiponectin, TAOS and hsCRP, apart from weight, height, waist circumference (WC), systolic blood pressure (SBP), diastolic blood pressure (DBP), and fasting blood glucose (FBG). Odds ratio (OR) of adiponectin, TAOS and hsCRP were calculated to assess risk for the development of MetS. Median values were determined as cutoffs to defi ne high and low values of each parameter. Relationships between adiponectin, TAOS and hsCRP with WC were analyzed by using Spearman correlation analysis, and the contributions of all indicators to the development of MetS were analyzed by using logistic regression. Results Adiponectin dan hsCRP differed signifi cantly between non MetS and MetS subjects (4.2 + 1.4 vs 3.1 + 1.0 ug/ mL) dan (0.97 + 0.92 vs 3.35 + 3.43 mg/L) (p < 0.01), but no signifi cant difference was found in TAOS (1.24 + 0.1 vs 1.28 + 0.2 mmol/L). Adiponectin associated negatively with WC (rs= -0.436; p < 0.01), while TAOS and hsCRP associated positively with WC (rs= 0.286, p = 0.02 and rs= 0.597, p < 0.01). The odds ratios (ORs) of adiponectin and hsCRP for the development of MetS were 4 (p = 0.01) and ~6,8 (p < 0.01), respectively; while the risk of subjects with adiponectinhsCRP ratio of ≤ 2.31 to develop MetS was 25 times (p < 0.01) those with adiponectin-hsCRP ratio > 2.31. Conclusion The use of adiponectin-hsCRP ratio increases the predictive power for the occurrence of MetS by 4-6 times the predictive power of adiponectin or hsCRP alone. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin. Fakultas Kedokteran], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ulinar Preselia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari regulasi emosi marah dalam konteks pacaran terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 407 partisipan dengan kriteria berusia 16-21 tahun dan sedang menjalani hubungan pacaran. Pengukuran kekerasan dalam pacaran menggunakan alat ukur The Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI) (Wolfe, 2001) sementara pengukuran regulasi emosi marah dalam konteks pacaran menggunakan alat ukur The Anger Management Scale (AMS) Short Version (Stith & Hamby, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari regulasi emosi marah dalam konteks pacaran terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja (F=86.656, p<0.01, R2=0.176). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aspek regulasi emosi marah dalam konteks pacaran yang paling berkontribusi terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja adalah aspek escalating strategies.

This research examined whether anger regulation in dating context significantly effected dating violence in adolescents. This research was a quantitative study involving 407 participants with the criteria of aged 16-21 years old and currently in a dating relationship. Dating violence was measured using The Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI) (Wolfe, 2001) and anger regulation in dating context was measured using The Anger Management Scale (AMS) Short Version (Stith & Hamby, 2002).
The result showed that anger regulation in dating context significantly effected dating violence in adolescents (F=86.656, p<0.01, R2=0.176). The result also revealed that the most contributing aspect of anger regulation in dating context towards dating violence in adolescents was escalating strategies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Azalea Vargas
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja di Jakarta Pusat. Masalah perilaku yang diukur dalam penelitian ini adalah masalah emosional, distres psikologis, conduct problem, dan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur keterlibatan ayah, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan conduct problem, Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis, dan alat ukur perilaku kekerasan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berasal dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Pusat dan ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebanyak 403 responden anak dan 133 responden ayah dipilih melalui teknik random sampling. Berdasarkan teknik analisis data pearson correlation test, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan tiga bentuk masalah perilaku, yakni masalah emosional, distres psikologis, serta conduct problem. Adapun pada perilaku kekerasan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan keterlibatan ayah.

This quantitative study investigated the relationship between father involvement and behavior problems among adolescents in Central Jakarta. Behavior problems consisted of emotional problem, psychological distress, conduct problem, and violent behavior. Father involvement inventory are used to measure father involvement, subtest of emotional symptom and conduct problem of The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and conduct problem, The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress, and violent behavior inventory to measure violent behavior. There were 403 adolescents and 133 father participated in this study, selected by random sampling. According to measurement using Pearson Correlation Test, the results indicated that there were significant relationships between father involvement and emotional problem, psychological distress, as well as conduct problem. No significant relationships were found between father involvement and violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rima Rizki Kuswisnu Wardani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara adult attachment dan komitmen pada emerging adult yang sedang berpacaran. Sebanyak 203 responden mengisi kuesioner alat ukur adult attachment (Experience in Close Relationship) dan komitmen (Commitment Inventory). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara adult attachment dan komitmen (r = -.269, p = .000). Hal ini berarti, semakin rendah adult attachment, semakin tinggi komitmen yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen dengan kategori adult attachment, yaitu secure, preoccupied, dismissive, fearful ( p > 0,5).

The aim of this research was to examine the relationship between adult attachment and commitment among dating emerging adult. A total 203 respondent completed questionnaires on adult attachment (Experience in Close Relationship) and commitment (Commitment Inventory). In this research, the result points out a negative and significant relationship between adult attachment and commitment (r = -.269, p = .000). It means, low attachment indicates high commitment. The result of this research also indicates that the adult attachment?s categories (secure, preoccupied, dismissive, fearful) doesn?t correlated with commitment (p > 0,5)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Wisanti
"Prevalensi perokok remaja terus meningkat bahkan di usia yang semakin muda. Aktif Mandiri edukasi interaktif, latihan asertif, dan manajemen diri sebagai salah satu tindakan keperawatan yang diharapkan dapat merubah perilaku dan persepsi remaja tentang perilaku merokok. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh intervensi keperawatan Aktif Mandiri untuk mengatasi masalah perilaku merokok pada remaja. Pelaksanaan intervensi ini dilakukan di komunitas khususnya setting sekolah yang mengelola 106 remaja perokok di SMP dan keluarga dengan sepuluh keluarga kelolaan di Kelurahan Curug selama satu tahun. Hasil evaluasi menunjukkan ada peningkatan rerata pengetahuan P=0.001, sikap P=0.007, dan perilaku P=0.001 sedangkan pada persepsi tidak terjadi peningkatan rerata P=0.056 dan peningkatan kemandirian keluarga. Intervensi Aktif Mandiri ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku secara signifikan tentang perilaku merokok. Disarankan agar intervensi Aktif Mandiri diterapkan di sekolah yang terintegrasi dengan program kesehatan remaja.

Adolescent smoker prevalence continues to increase in younger ages. Aktif Mandiri intervention interactive education, assertive training, and self-management is a nursing action as a strategy to prevent and handle smoking behavior by changing the perception and behavior of adolescents. The aim of this paper were to identify the influence of Aktif Mandiri on adolescents behavior and perception about smoking, conducted in school and family settings. Implementiation of this intervention was conducted in the community especially in school settings with 106 adolescent smokers in junior high schools and ten families at Curug. The result showed that there was significant increase of knowledge P = 0.001, attitude P = 0.007, and behavior P = 0.001, while there was no change in perception aspect P = 0.056 and increase of family independence. This Aktif Mandiri intervention can significantly increasing knowledge, attitude and behavior about smoking behavior. Aktif Mandiri education is recommended to implemented in school and integrated with adolescent health program. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Shinta Nugrahini Hayuningtyas
"ABSTRAK
Latar belakang: Pola makan yang tidak sehat selama masa kanak-kanak akan berdampak pada risiko penyakit tidak menular (PTM) di kemudian hari. Salah satu indikator awal PTM yang dapat dimodifikasi oleh diet adalah adiponektin. Adiponektin dinilai berhubungan dengan PTM karena perannya dalam proses perjalanan penyakit obesitas, diabetes, inflamasi, aterosklerosis, maupun penyakit kardiovaskular. Data yang terdokumentasi dengan baik mengenai kualitas diet dan hubungannya dengan kadar adiponektin pada populasi anak belum banyak dieksplorasi. Tujuan: Kami mengidentifikasi kualitas makanan umum anak-anak Indonesia dan menilai hubungannya dengan kadar adiponektin serum sebagai penanda awal PTM. Metode: Delapan puluh enam (44 perempuan dan 42 laki-laki) anak usia prasekolah yang merupakan bagian dari subjek penelitian dari studi Kohort Ibu dan Anak di 10 kecamatan di Jakarta Timur dilibatkan dalam penelitian ini. Data diet didapat dengan mengumpulkan data 24hr food recall berulang selama sehari di hari kerja dan satu hari di akhir pekan, yang kemudian dianalisis lebih lanjut ke dalam perhitungan Healthy Eating Index (HEI) 2015. Kadar adiponektin serum ditentukan dengan uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menilai hubungan antara HEI 2015 dan konsentrasi adiponektin serum, dengan penyesuaian terhadap faktor perancu. Hasil: Nilai rata-rata skor HEI 2015 subjek penelitian adalah 33,1 ± 8,2, jauh di bawah skor yang direkomendasikan yaitu ≥ 80. Rata-rata serum adiponektin adalah 10,3 ± 4,1 ug / mL, di mana 11,6% subjek memiliki kadar serum adiponektin di bawah normal. Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa HEI secara signifikan berkaitan dengan serum adiponektin baik sebelum maupun sesudah disesuaikan dengan faktor perancu (β = 0,232; 95% CI = 0,01-0,25; p = 0,03; β = 0,214; 95% CI = 0,03-0,21; p = 0,04). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara HEI dan adiponektin. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap diet berkualitas tinggi sejak usia dini berperan dalam meningkatkan kadar adiponektin yang sangat penting untuk mengurangi risiko PTM di masa dewasa.

ABSTRACT
Background: Unhealthy diet during childhood will have a direct effect on risk of developing non-communicable diseases (NCDs) in later life. One early indicator of NCDs that can be modified by diet is adiponectin. Adiponectin is considered to have association with NCDs because of its role in the course of obesity, diabetes, inflammation, atherosclerosis, and cardiovascular disease. Well-documented data regarding the quality of the diet and its relationship to adiponectin levels in the pediatric population have not been explored extensively. Objective: We identified the diet quality of Indonesian children and assessed its relationship to serum adiponectin level as the early markers of NCDs. Methods: Eighty-six (44 girls and 42 boys) preschool-aged children from a nested cohort study in 10 sub-districts in East Jakarta were included in this study. Dietary data was gathered by collecting repeated 24-hour recalls for a-day in the weekday and a-day in the weekend, which then further analyzed into HEI 2015 calculation. The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) test was used to determine serum adiponectin levels. Multiple regression analysis was performed to assess the association between HEI 2015 and serum adiponectin concentration, with adjustment for potential confounder. Results: The mean of subjects' HEI 2015 score was 33.1±8.2, below the recommendation score of ≥ 80. The mean serum adiponectin was 10.3±4.1 ug/mL, in which 11.6% has serum adiponectin level below normal. Multiple linear regression test showed that HEI was significantly correlated with adiponectin serum either before or after adjusted with confounders (β=0.232; 95% CI=0.01-0.25; p=0.03; β=0.214; 95% CI=0.03-0.21; p=0.04), respectively. Conclusion: There is an association between HEI and adiponectin. This result suggests that adherence to a high-quality diet from an early age is crucial to reduce the risk of Indonesian children experiencing NCD as adults."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>