Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Warsito
"ABSTRACT
This research is classified as descriptive qualitative research in Cigombong 1 Public Middle School, Bogor Regency, West Java Province. This research was conducted for 4 months, starting in March until June 2010. Data collection was conducted through in-depth interviews, direct observation and documentation studies to reveal all the implications that must be developed by Cigombong 1 Public Middle School in an effort to instill caring attitudes and behaviors. cultured through the implementation of the Adiwiyata School Program. The vision statement formulated is able to become a theme that unites all units in the organization in this case the school, becomes a communication media and motivation for all parties, as well as a source of creativity and innovation in school organizations. While the school mission is a statement about the main tasks that must be done by the school in achieving goals within a certain period of time. In realizing the vision and mission that has been formulated the school makes programs and activities that are operational in nature and Walls that are measurable so that they can be evaluated and can provide school performance feedback."
Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan, 2018
370 JPLH 6:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tatan Abdullah
"ABSTRACT
Environmental problems such as pollution, damage to natural resources, depreciation of forest reserves, destruction of various biological species, erosion, flooding and even types of diseases that develop at this time can no longer be said to be merely natural, because humans provide a factor a very significant cause is variable for environmental events. There is no denying that environmental problems are born and developed because human factors are far greater and more complex than the natural factors themselves. This study uses a qualitative-descriptive method in the subject's natural constituents with research informants taken by purposive sampling, they are the people who know the most information about the Implementation of Environment-Based Policies and curricula, such as Principals, Wakasek, Teachers, School Committees, Administration , and students. From this research, it is obtained an illustration that: 1). Environment-based policies are carried out referring to the school's vision and mission and school strategic plan; 2) Environmental based curriculum is carried out in an integrated manner into various teaching materials or teaching materials in normative, adjective and productive subjects; 3) improve the conditions of teaching and learning environment that are more comfortable and conducive for school residents; 4) increasing efforts to avoid various risks of negative environmental impacts in the future. Based on the foregoing, it can be concluded that the Implementation of Environment-based Policy and Curriculum in Realizing the Care and Cultured Schools in Sukabumi City 3 Vocational Schools runs well and is able to improve environmentally-cultured activities and behavior in an effort to manage effective learning activities as a basis the success of the education of the living environment carried out at school."
Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan, 2017
370 JPLH 5:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Restika Rahmadona Efiariza
"Studi ini mengkaji tentang hubungan lingkung bangun sekolah yang telah menerapkan pendidikan lingkungan dan non lingkungan dengan sikap dan perilaku peduli lingkungan siswa. Pembangunan berkelanjutan merupakan solusi dan telah menjadi komitmen bagi masyarakat dunia untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan dan kehancuran karena perilaku manusia. Dalam mempromosikan kelestarian lingkungan, pendidikan lingkungan memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang berwawasan lingkungan. Sekolah Adiwiyata yang merupakan sekolah hijau, sebagai bentuk pendidikan lingkungan, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya, menciptakan ruang pendidikan yang sehat, nyaman, dan berkelanjutan. Sekolah Adiwiyata dinilai dapat meningkatkan sikap dan perilaku lingkungan siswanya, sehingga seharusnya terdapat hubungan antara lingkung bangun dengan sikap dan perilaku peduli lingkungan siswa. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus berganda dengan menggunakan metode observasi dan membagikan kuesioner kepada siswa di sekolah-sekolah yang di observasi. Skala New Ecological Paradigm (NEP) dan skala General Ecological Behavior (GEB) digunakan untuk mengukur sikap dan perilaku lingkungan siswa. Penelitian ini mengkaji lingkung bangun yang diterapkan pada sekolah-sekolah tersebut. Sebagai hasil, lingkung bangun sekolah diharapkan dapat dianggap sebagai aspek penting dalam membentuk perilaku hijau.

This study examines the relationship between school buildings that have implemented environmental education with environmental attitudes and behavior in students. Sustainable development is a solution and has been a commitment to the world community to save the earth from damage and destruction due to human behavior. In promoting environmental sustainability, environmental education plays an important role in creating an environmentally literate society. Adiwiyata School which is a green school, as a form of environmental education is one of the efforts to increase it through energy and resource efficiency, creating a healthy, comfortable, and sustainable educational space. This should improve the student's attitude and behavior so that there should be a relationship between Adiwiyata School buildings and environmental attitudes and behavior. A quantitative approach is used in this study. The research design used was multiple case studies using the observation method and distributing questionnaires to the school's students. A New Ecological Paradigm (NEP) scale and a General Ecological Behavior (GEB) scale are used to measure student's environmental attitudes and behavior. This study will examine the school's built environment applied to those schools. As a result, school's built environmenr is expected to be considered as an important aspect in shaping green behavior.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholidin
"Beberapa perilaku yang merusak lingkungan adalah merusak tanaman, menebang
pohon, boros penggunaan air, dan membuang sampah sembarangan. Masalah riset
adalah terdapat siswa yang belum berkarakter peduli lingkungan padahal alam
sebagai media belajarnya telah diberikan. Tujuannya adalah mengukur perubahan
tingkat kepedulian lingkungan peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran
pertanian organik, menganalisis hubungan antara varibael, dan membuat konsep
pembangunan karakter peduli lingkungan pada materi pembelajaran pertanian
organik. Pendekatan risetnya adalah kuantitatif. Metode, teknik, dan pengambilan
data menggunakan metode campuran. Hasil menunjukkan bahwa terjadi perubahan
tingkat kepedulian lingkungan pada indikator hemat dalam penggunaan air, yaitu
sebesar 49,16%. Korelasi yang cukup antara pertanian organik dan pembangunan
karakter peduli lingkungan sebesar 0,412 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000
pada α=0,01. Korelasi yang cukup antara proses pembiasaan dan pertanian organik
terhadap pembangunan karakter peduli lingkungan sebesar 0,430 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,000 pada α=0,01. Konsep membangun karakter peduli
lingkungan terdiri dari tiga komponen, yaitu proses pembiasaan, integrasi
pembelajaran, dan penanaman nilai-nilai peduli lingkungan. Kesimpulannya adalah
membangun karakter peduli lingkungan dapat dilakukan melalui pertanian organik,
proses pembiasaan, perubahan tingkat kepedulian lingkungan, integrasi
pembelajaran, dan penanaman nilai-nilai peduli lingkungan. Karakter peduli
lingkungan dibangun adalah menyayangi tanaman, hemat penggunaan air, memilah
dan membuang sampah pada tempatnya, menggunakan kembali sampah yang
dihasilkan, dan memanfaatkan bahan organik.

Some of the behaviours that damage the environment are damaging plants, cutting
trees, wasteful use of water, and littering. The research problem is that a few
students do not have the character to care about the environment even though nature
has given as a learning medium. The goal is to measure changes in the level of
environmental awareness of students before and after learning organic agriculture,
analyze the relationship between variables, and create a concept of character
building that cares about the environment in organic farming learning materials.
The research approach is quantitative. Methods, techniques, and data collection
using mixed methods. The results show that there is a change in the level of
environmental awareness on the indicator of saving water use, amounting to
49.16%. A sufficient correlation between organic farming and environmental care
character development is 0.412, with a significant level of 0.000 at α = 0.01. A
sufficient correlation between the habituation process and organic farming on the
character building of environmental care is 0.430, with a significant level of 0.000
at α = 0.01. The concept of building a caring character for the environment consists
of three components, namely the habituation process, the integration of learning,
and the inculcation of environmental care values. The conclusion is that building a
caring character for the environment can do through organic farming, the process
of habituation, changes in the level of environmental awareness, integration of
learning, and planting values of environmental care. The character of caring for the
environment is built by loving plants, saving water use, sorting and disposing of
waste in its place, reusing the generated waste, and utilizing organic materials
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Indonesian Center for Environmental Law, 2000
344.046 MEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mortaza A Syafinuddin Hammada
"Kajian Penerapan Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan pada Sekolah Adiwiyata Mandiri di DKI Jakarta Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Education for Sustainable Development sejak Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi, Rio De Jeneiro, 1992 belum menunjukkan kemajuan sesuai harapan. Materi pendidikan lingkungan dan program sekolah berwawasan lingkungan juga sudah diluncurkan pemerintah karena pendidikan dipandang sebagai pengungkit kesadaran lingkungan yang lebih maju. Konsep yang terakhir dilaksanakan adalah Adiwiyata, sebuah penghargaan yang diberikan pemerintah kepada sekolah berbudaya lingkungan dengan harapan budaya lingkungan akan terbentuk di sekolah dan dapat berpengaruh kemasyarakat luas. Sejak pertama kali dilaksanakan tahun 2006, kini telah tercatat 290 sekolah yang memperoleh penghargaan nasional Adiwiyata, namun kenyataannya kesadaran dan budaya lingkungan di sekitar sekolah belum terwujud sesuai harapan, bahkan ada sekolah Adiwiyata yang mengalami penurunan kualitas.
Penelitian ini bertujuan membangun model pendidikan berbudaya lingkungan dengan memanfaatkan modal sosial, sebuah modal yang merupakan bagian dari konsep Daya Dukung Lingkungan Carrying Capacity. Berdasarkan analisis kualitatif, ditemukan bahwa program Adiwiyata mengandung modal sosial yang dapat digunakan untuk menerapkan pendidikan berbudaya lingkungan. Berdasarkan analisis deskriptif, ditemukan bahwa sekolah Adiwiyata Mandiri telah memanfaatkan modal sosialnya dalam penerapan konsep ESD Education for Sustainable Development . Berdasarkan kedua analisis tersebut maka konsep Adiwiyata dikembangkan menjadi sebuah model pendidikan berbudaya lingkungan yang optimal melalui pemanfaatan modal sosial.

A Study on Implementation of the Education for Sustainable Development Concept at AdiwiyataMandiri School in DKI Jakarta The Education for Sustainable Development is a concept which declared by Rio De Jeneiro Earth Summit in 1992. Since it declaration the expectation of the concept is not rich optimally yet. The enviromental education curriculum and all enviromental program of view also was launched as a leverage of environmental awareness. Adiwiyata is the government program to make an environmental culture of daily activity both in the school and community anrround it. Since the first of the launching until now there are 290 school are awarded national level of Adiwiyata, but in fact the expectation is not realized yet, even many school were quality degraded.
The objective of the research is to develop a model for environmental consciousness education with implementation of Social Capital. Social capital is one of the part of the concept of carrying capacity. According to the descriptive qualitative analysis the research found that the Adiwiyata program has been adopted criteria of the Education for SustanableDevelupment ESD to implement the environmental conscious eduacation. The research also found that the social capital of AdiwiyataMandiri school have been used to develop the environmental conscious and culture eduacation. According to all analysis the result of the research can develop The Adiwiyata Concept to be a model to optimalized an environmental education culture through application of social capital.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmuddin Yasin
"Summary:
On corporate culture of government business enterprises in Indonesia"
Jakarta : Expose, Ujungberung, Bandung : Mizan Media Utama, 2013
338.74 MAH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dewi Iswari
"Perilaku manusia adalah faktor utama yang menyebabkan kerusakan lingkungan secara global. Hal ini disebabkan oleh perilaku peduli lingkungan masih sangat minim, termasuk di kalangan siswa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk membentuk perilaku peduli lingkungan yaitu dengan jalur pendidikan. Sistem pendidikan memuat faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor eksternal berupa kebijakan sekolah dan faktor internal berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan individu. Rumusan masalah penelitian ini adalah masih rendahnya perilaku peduli lingkungan di kalangan siswa padahal adanya kebijakan sekolah sudah seharusnya mampu membentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa sehingga menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab pada lingkungan. Atas dasar deksripsi tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran mengenai kebijakan sekolah di SMP Insan Rabbany dan SMP Insan Harapan serta tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa yang kemudian dihubungkan dengan perilaku peduli lingkungan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan kebijakan sekolah di SMP Insan Rabbany dan SMP Insan Harapan sudah memiliki kriteria baik yang artinya sudah mampu untuk mendukung perilaku peduli lingkungan di kalangan siswa. Kebijakan yang paling berpengaruh terhadap pembentukan perilaku peduli lingkungan yaitu adanya peran serta guru dalam upaya pengawasan pelaksanaan aturan-aturan yang mendukung perilaku peduli lingkungan. Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa mengenai lingkungan di SMP Insan Rabany dan Insan Harapan sudah baik dengan masing-masing persentase untuk pengetahuan 97 dan 98, sikap 98 dan 100 serta tindakan 72 dan 76. Perilaku peduli lingkungan yang diukur dari perilaku membuang sampah, menjaga kebersihan kelas, dan hemat energi di kalangan siswa SMP Insan Harapan lebih baik jika dibandingkan dengan SMP Insan Rabbany. Faktor yang lebih berpengaruh terhadap pembentukan perilaku peduli lingkungan ini adalah faktor eksternal kebijakan sekolah yaitu adanya faktor norma dan pengawasan dalam implementasi norma tersebut."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Turan
Jakarta: Karya Jaya, 2000
333.715 ACH k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Mutiara
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>