Ditemukan 28122 dokumen yang sesuai dengan query
Pohan, Vivi Yosafianti
"Perawat kepala ruang melakukan pendelegasian keperawatan sebagai salah satu kegiatan dalam melaksanakan fungsi manajemen keperawatan. Tujuan penelitian adalah menggali pengalaman perawat kepala ruang tentang pelaksanaan Model Delegasi Keperawatan Relactor (MDKR), serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan MDKR di Rumah Sakit (RS) Roemani Semarang. Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen penelitian dan peneliti sendiri. Partisipan dalam penelitian adalah 3 orang perawat kepala ruang. Penelitian dilakukan di RS Roemani Semarang, di ruang rawat anak, ruang rawat penyakit dalam, dan Intensive Care Unit. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa dalam pelaksanaan MDKR terdapat pengisian formulir yang belum optimal, penundaan pengisian formulir, dan ketidakpahaman cara pengisian formulir akibat belum adanya standardisasi dan kurangnya kontrol dari atasan. Kendala dalam pelaksanaan MDKR pada penelitian ini akibat banyaknya pekerjaan perawat kepala ruang, kurangnya kedisiplinan, kesadaran diri rendah, dan kurangnya manajemen waktu dan prioritas pekerjaan.
The head of the nursing room delegates nursing as one of the activities in carrying out the nursing management function. The purpose of this study was to explore the experiences of the head nurses about the implementation of Relactor Nursing Delegation Model (RNDM) and the constraints faced in implementing RNDM at Roemani Hospital Semarang. In this study, the qualitative research design was conducted with a descriptive phenomenological approach. Data collection was done by interviewing and using interview guidelines as an instrument of research and the researcher itself. Participants in this study were three head nurses. The study was conducted in Roemani Hospital Semarang in the children ward, internal medicine ward, and ICU. The results of this study showed that in the implementation of RNDM there is not optimal and delay in filling out forms, lack of understanding about filling out forms because there is no standardization and lack of control from superiors. The constraints in the implementation of RNDM in this study were affected by many worloads of the head nurses, lack of discipline, low self-awareness, and lack of time management and work priorities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:3 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Amalia
"Tuntutan pelayanan keperawatan membuat sebagian rumah sakit menerapkan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan menggunakan komputerisasi. Pasien di rumah sakit sering merasa tidak puas dengan pelayanan karena perawat terlalu lama mencari data-data riwayat penyakit pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kepuasan perawat dengan kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis komputer. Desain penelitian menggunakan rancangan deskriftif analitik. Sampel penelitian menggunakan total sampling yaitu seluruh perawat rawat inap berjumlah 81 responden. Hasil penelitian didapatkan 58% responden menyatakan tidak puas, dan sebanyak 96,3% responden melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis komputerisasi dengan kualitas baik. Persepsi perawat tentang kepuasan bahwa perawat merasa tidak puas terutama pada aspek dokumentasi yang dapat melindungi perawat dari hukum tetapi persepsi perawat tentang kualitas pendokumentasian yang mereka lakukan dalam penggunaan komputerisasi cenderung menilai baik kualitas pendokumentasian. Pihak manajemen rumah sakit perlu membuat kebijakan baku tentang perlindungan perawat dari pendokumentasian asuhan keperawatan karena menyangkut tentang kepuasan perawat sebagai pengguna."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:3 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Enie Novieastari
"Seorang perawat dituntut untuk memiliki kompetensi kultural sehingga memiliki kepekaan terhadap kebutuhan budaya pasien. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran peningkatan kompetensi kultural perawat yang masih rendah melalui program Pelatihan Asuhan Keperawatan Peka Budaya pada Pasien dengan Gangguan Respirasi. Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre dan post test tanpa kelompok kontrol. Program pelatihan ini berlangsung selama 4 minggu melibatkan 93 orang perawat pelaksana dan manajer asuhan keperawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta Timur yang dipilih secara purposif. Instrumen kompetensi kultural yang digunakan adalah instrumen yang dikembangkan oleh peneliti pada penelitian sebelumnya. Hasil pengukuran kompetensi kultural perawat sebelum dan setelah pelatihan menunjukkan perbedaan yang bermakna. Kompetensi kultural ditinjau dari aspek pengetahuan budaya memiliki nilai p< 0,001 (α= 0,05), dari sikap budaya nilai p< 0,01 (α= 0,05), dan dari aspek keterampilan budaya nilai p< 0,001 (α= 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa kegiatan Pelatihan Asuhan Keperawatan Peka Budaya efektif meningkatkan kompetensi kultural perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Rekomendasi untuk kegiatan selanjutnya adalah perlunya mensosialisasikan model Asuhan Keperawatan Peka Budaya yang digunakan dalam pelatihan ini kepada seluruh perawat agar dapat diterapkan kepada seluruh pasien dengan berbagai gangguan kesehatan.
Nurses are required to have cultural competency in order to provide culturally sensitive nursing care for their patients. The purpose of this study was to improve nurse cultural competences through A Training Program of Culturally Sensitive Nursing Care for Patients with Respiratory Health Problems. The study utilized quasi-experiments design without control. The four-week training program was organized involving 93 nurses at Persahabatan Hospital Jakarta who were selected using purposive sampling. The nurse cultural competency instruments modified by the author from her previous work was used. The results of this study showed that after the training program, the nurse cultural competency increased significantly (p< 0.001 for cultural knowledge, p= 0.003 for cultural attitude, and p< 0.001 for cultural skills). It was found that the training program was effective to increase every aspect of nurse cultural competency. In conclusion, the nursing care training program was effective to increase nurse cultural competency. Further programs are needed to improve the program outreach for all nurses and to be applied to the patients with a variety of health problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:1 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Panjaitan, Ria Utami
"Mutu pelayanan di rumah sakit tak lepas dari kinerja sumber daya manusia keperawatan. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang budaya organisasi dengan kinerjanya di ruang rawat inap sebuah RS di Bogor ini, merupakan penelitian cross sectional yang melibatkan 113 perawat. Instrumen yang digunakan adalah instrumen budaya organisasi dan kinerja yang telah dimodifikasi. Sebanyak 79.6% perawat pelaksana mempersepsikan kinerjanya baik dan 85% mempersepsikan budaya organisasinya baik. Perawat pelaksana yang berpersepsi baik terhadap organisasinya, mereka juga berkinerja lebih baik. Karakteristik perawat pelaksana dan persepsi perawat pelaksana terhadap budaya organisasi tidak berhubungan dengan kinerja. Budaya organisasi yang sudah baik dankinerja yang optimalperlu dipertahankan dengan selalu mengevaluasi tiap komponennya,baik oleh manajemen maupun individu keperawatan.
The quality of hospital services is supported by several aspects, including the work performance of human resources in nursing. Every organization has a culture which is an important factor that determines the success of the organization in achieving its goals. The research aimed to identify the relationship between the perceptions of nurses about the organizational culture with their work performance in inpatient ward at a hospital in Bogor, a cross-sectional study involving 113 nurses. The instrument used was the modified instrument of organizational culture and work performance. A total of 79.6% of nurses perceiving good performance and 85% perceive the organizational culture good. Nurses who have good perception for the organizational cultura, they also perform better. Characteristics of nurses and nurses perceptions of the organizational culture is not related to the work performance.Good organizational and optimum work performance need to maintain with evaluating each its component."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
600 UI-JKI 17:1 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Dewi Sartika
"Self efficacy perawat penting dalam penggunaan sistem informasi keperawatan karena dapat menentukan keberhasilan penggunaan, meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan dan kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengeksplorasi self efficacy perawat dalam penggunaan sistem informasi keperawatan (SIMPRO) di RSIA Bunda Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada sepuluh perawat dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Hasil penelitian ditemukan beberapa tema yaitu respon menggunakan SIMPRO, keuntungan menggunakan SIMPRO, kepercayaan diri menggunakan SIMPRO, upaya-upaya untuk mampu menggunakan SIMPRO, kendala dalam menggunakan SIMPRO, faktor-faktor yang meningkatkan kepercayaan diri menggunakan SIMPRO, dan harapan dalam menggunakan SIMPRO. Hal baru yang ditemukan pada penelitian ini yaitu waktu munculnya kepercayaan diri menggunakan SIMPRO, bentuk kendala dari rekan kerja, hal-hal yang dilakukan dalam menghadapi kendala serta harapan tentang reward dapat meningkatkan self efficacy perawat dalam menggunakan SIMPRO. Direkomendasikan kepada perawat untuk meningkatkan self efficacy melalui mempelajari SIMPRO, dan mengikuti pelatihan tentang SIMPRO serta melanjutkan pendidikan agar dapat mengoptimalkan peran dan fungsi-fungsi manajemen untuk meningkatkan self efficacy perawat dalam menggunakan SIMPRO.
Nurse’s self efficacy was an important aspect for nursing information system as it can determine the success of its use, improve the quality of nursing documentation and the quality of nursing services. A phenomenology study was carried out to explore the nurse’s self efficacy in utilizing nursing information system (SIMPRO) in Bunda Mother and Child Hospital Jakarta. The method of data collection was indepth interview in ten nurses and data was analyzed by Colaizii’s method. The study found several themes that use SIMPRO responses, the advantages of using SIMPRO, self efficacy in using SIMPRO, efforts to use SIMPRO, barriers in using SIMPRO, factors that increase self efficacy and expectations in using SIMPRO. The newly found in this study were the emergence of self efficacy in using SIMPRO, the shape constraints of co workers, things were done in the face of barriers and expectations about the rewards can increase self efficacy in using SIMPRO. Recommended for nurses to enhance self efficacy by learning SIMPRO, often using SIMPRO, training and continues the education, and the managers in order to optimize the role and management functions to enhance self efficacy in using SIMPRO nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
610 JKI 17:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Elida Riris
"Angka kejadian flebitis di Rumah Sakit masih cukup tinggi dan meningkat setiap tahunnya, padahal angka ini merupakan salah satu indikator mutu pelayanan RS. Pengetahuan dan perilaku perawat dalam pencegahan flebitis penting untuk menurunkan angka kejadian flebitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang terapi intravena dengan perilaku pencegahan flebitis (mekanik, kimia, dan bakterial). Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional ini melibatkan 101 perawat ruang rawat inap yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang pengetahuan terapi intravena dan perilaku pencegahan flebitis (r Alpha=0.657). Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang terapi intravena dan perilaku pencegahan flebitis bakterial (p<0.001; OR=5.23, CI 95% 1.9-13.8). Peningkatan pengetahuan perawat tentang terapi intravena melalui pelatihan dan ronde keperawatan perlu diprogramkan secara teratur.
The Knowledge the incidence of phlebitis is one indicator of good hospital care. Nurses knowledge and behavioral prevention are important to reduce incidence of phlebitis. This study aimed to determine the relationship among level of knowledge about intravenous therapy and nurses characteristics (age, education, employment, training, and unit where they work) and behavioral prevention of phlebitis. This descriptive analytic study used cross sectional approach and involved 101 ward nurses that were selected by stratified random sampling technique. The instrument used was validated questionnaires on knowledge of intravenous therapy and behavioral prevention of phlebitis (r Alpha = 0.657). Data were analyzed using chi square tests. The results showed relationship between the level of nurses' knowledge of intravenous therapy and behavioral prevention of bacterial phlebitis (p<0.001; OR=5.23 CI 95% 1.9-13.8). It is recommended to increase nurses' knowledge of intravenous therapy through training and nursing rounds more regularly programmed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
600 UI-JKI 17:3 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Siti Badriah
"Merawat lansia DM menimbulkan dampak terhadap fisik, emosi, sosial dan ekonomi. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang arti dan makna pengalaman keluarga dalam merawat lansia DM di kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian fenomenologi deskriptif ini melibatkan delapan partisipan yaitu caregiver utama lansia DM yang didapatkan dengan teknik criterion sampling. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan catatan lapangan yang dianalisis dengan menerapkan metoda Collaizi. Hasil penelitian ini menemukan tema kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, respon psikologis, respon fisik, respon terhadap ekonomi dan respon terhadap peran keluarga. Respon keluarga selama merawat kesehatan lansia dengan DM diantaranya ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga, adanya masalah psikologis, masalah fisik dan masalah ekonomi. Penelitian lebih lanjut tentang faktor yang memengaruhi respon keluarga dalam merawat lansia dengan DM perlu dilakukan.
Experience in caring for elderly with DM adversely affect our physical, emotional, social and economic. The aim of this study was to explore the experience of family in caring elderly with DM in Tasikmalaya City, West Java. This qualitative descriptive phenomenology study involved eight family caregivers who care for elderly with DM as participants which selected by criterion sampling. Data was collected by in-depth interview and field notes which was analyzed by applying Collaizi method. The result of study identified themes, the ability to carry out the health task of family, psychological response, physical response, economic response and  response of role in family. This study recommended the need Further research on the factors that affect the response of the family in caring for the elderly with diabetes."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
610 JKI 17:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Siti Khodijah
"Autis merupakan salah satu jenis gangguan perkembangan dimana anak mengalami gangguan dalam interaksi sosial, berkomunikasi, serta masalah perilaku dan kognitif. Hal ini membuat pengasuhan anak autis menjadi penuh tantangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu dalam merawat anak usia sekolah yang mengalami autis. Data didapatkan dari wawancara semi terstruktur pada 8 orang anak usia 8 sampai 15 tahun yang dipilih dengan menggunakan metode snow ball sampling. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan Collaizi. Stres yang dialami orang tua selama perawatan anak yaitu meliputi: mengalami stres emosional, perlu mengontrol emosi anak, mengkhawatirkan hubungan dengan sibling, mengkhawatirkan masa depan anak, menghadapi masalah keuangan, dan mengupayakan pendidikan inklusi. Penelitian ini merekomendasikan perlunya upaya mensosialisasikan autis pada komunitas agar kualitas hidup ibu dan anak penderita autis menjadi lebih baik.
Autism is a type of developmental disorder characterized by social interaction impairment, communication difficulties, and kognitif and behavior problems. This condition causes rearing child with autism present with profound challenges.This research aimed to explore the experience of mothers of school age children with autism. The data was obtained from 8 school aged children, chosen with snow balling sampling technique and was analized with Collaizis method. Themes found mothers stress which included: experiencing emotional stress, the need to control childs behaviour, worried about childs problem with siblings, childs future issues, financial strain, and struggle for child inclusion education. It is recommended to increase community autism awareness to facilitate communitys acceptance to children with autism and to improve the quality of life among mothers and children with autism."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:2 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Nia Tania
"Pasien stroke merupakan kelompok risiko tinggi terhadap kejadian aspirasi, baik akibat penurunan kesadaran maupun gangguan menelan. Perawat berperan penting dalam mencegah terjadinya aspirasi pada pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku perawat dalam mencegah aspirasi pada pasien stroke di salah satu Rumah Sakit tipe A di Jakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan pendekatan cross sectional, terhadap 78 perawat yang pernah merawat pasien stroke yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat memiliki tingkat pengetahuan cukup (43,6%), bersikap positif (96,2%), dan melakukan tindakan dengan baik (60,3%). Perilaku perawat berperan penting dalam mencegah terjadinya aspirasi pada pasien stroke. Upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan perawat perlu dilakukan lebih baik lagi, untuk menghindari terjadinya aspirasi pada pasien stroke.
Judul artikel dalam bahasa inggris. Patients with stroke were high-risk groups on incidence of aspiration, either due to loss of consciousness or swallowing disorder. Nurses behavior plays an important role to prevent aspiration in stroke patients. The purpose of this study was to describe the behavior of nurses in preventing aspiration in stroke patients in a type A hospital in Jakarta. This study used a descriptive cross sectional method approach, with purposive sampling technique, to 78 nurses who had care stroke patients. The result of study showed most of nurses had sufficient level of knowledge (43,6%), positive attitude (96,2%), and good action (60,3%) to prevent aspiration in stroke patients. The programs to increase knowledge, attitudes, and action of nurses needed to avoid the occurance of aspiration in stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
600 UI-JKI 17:3 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Efa Apriyanti
"Studi literatur menyebutkan bahwa kebutuhan keluarga saat mendampingi anak dirawat di PICU sangatlah kompleks dan bersifat subjektif sehingga pengkajian kuesioner dirasa belum mampu mewakili gambaran kebutuhan keluarga yang sebenarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan persepsi perawat PICU dengan keluarga pasien PICU mengenai prioritas kebutuhan keluarga dari anak yang dirawat di ruang rawat intensif. Penelitian ini meng-gunakan mixed method approach dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain cross sectional di tahap pertama pengumpulan data, dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan cara wawancara mendalam di tahap ke dua. Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan Critical Care Family Need Inventory yang telah di-modifikasi. Hasil analisis data menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi perawat dan keluarga dalam menilai kebutuhan keluarga pasien PICU. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum perawat PICU di dua rumah sakit yang menjadi sampel dalam penelitian ini lebih mampu memahami kebutuhan keluarga pasien dibandingkan dengan perawat dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
The literature review indicated that factors affecting parents needs in a PICU are interrelated and not easily, or appropriately, assessed by using an inventory. Therefore, the objective of this study was to explore the needs of parents whose child has been an in-patient in a PICU, not only from the parents, but also from the perspective of nurses. A mixed method approach has been employed in this study. Quantitative data has been collected by using modified version of Critical Care Family Need Inventory, while the qualitative data was gained through in-depth interview. Â The result of data analysis showed that there were no significant differences between the perception of the nurses and parents regarding the needs. The finding suggests that in general, PICU nurses in these two hospitals have better understanding about the parents' needs in comparation with most of nurses in the previous studies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:3 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library