Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Olyva Cessari Laras Seruni
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) termasuk penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi pada anak, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah terkait obat (MTO) pada pasien ISPA anak berdasarkan parameter MTO dari Cipolle, Strand, Morley, meliputi ketepatan pemilihan obat yaitu terapi obat tambahan dan terapi obat kurang, ketepatan indikasi, kesesuaian dosis terdiri dari dosis berlebih dan dosis kurang, serta kemungkinan reaksi yang tidak diinginkan (ROTD) berupa interaksi obat. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional bersifat deskriptif dengan pengambilan data retrospektif. Sampel pada penelitian ini meliputi resep pasienpasien di Poli MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Puskesmas Kecamatan Tebet pada periode Juli – Desember 2018, dengan teknik pengambilan data total sampling. Sampel yang diperoleh sejumlah 179 lembar resep pasien dengan total 498 peresepan obat. Hasil penelitian MTO pada pasien ISPA anak untuk masing – masing parameter antara lain ketidaktepatan pemilihan obat (9,5%), ketidaktepatan indikasi (12,8%), ketidaksesuaian dosis (79,9%), dan potensi interaksi obat (0,6%). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingginya kejadian MTO pada pasien ISPA anak menyebabkan perlu dilakukan perbaikan peresepan obat dan pemantauan penggunaan obat untuk meminimalisasi kejadian MTO dan mengaplikasikan penggunaan obat yang rasional.

Acute Respiratory Tract Infection (ARTI) were common to cause the highest death rate in children, especially in growing countries such as Indonesia. The aim of the research is to identify DRPs in ARTI paediatric based on DRPs classification by Cipolle, Strand, Morley, that were being categorized as unnecessary drug therapy, need additional therapy, ineffective drug, dosage adjustments such as too low or too high,  and adverse drug reaction which is drug interaction. The design of the study was cross-sectional with a retrospective method and descriptive study. The sample of the study was the overall prescription to URTI (Upper Respiratory Tract Infection) patient in Puskesmas Kecamatan Tebet Period July – December 2018 that fulfilled all the inclusion criteria, using total sampling method. Total sample that was analysed from 179 sheets of prescription with total prescription of 498 prescription. The result of the research based on each parameter: inaccurate drug selection (9.5%), inaccurate indication (12.8%), mismatched dose (79.9%), and drug interaction (0.6%). To conclude, DRPs in ARTI paediatric were in a high risk condition so the health facilities needed to improve their prescription, monitor and manage each therapy, also to do a routine prescription assessment to minimize the condition and to achieve a rational drug usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Hanunah Ulfa
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Indentifikasi DRP sangat penting untuk meningkatkan efektivitas terapi obat pada pasien melalui pengkajian lebih lanjut oleh apoteker mengenai profil pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk Pemantauan Terapi Obat (PTO) pada pasien di RSPAD Gatot Soebroto, mengkaji permasalahan terkait obat menggunakan metode klasifikasi Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE), dan memberi rekomendasi dan rencana terkait PTO pada pasien. Pelaksanaan kegiatan PTO dilakukan secara prospektif melalui beberapa langkah yaitu pengumpulan data pasien melalui rekam medik, profil pengobatan dan catatam penggunaan obat, serta wawancara dengan tenaga kesehatan lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa pasien An.R dengan riwayat elektrolit imbalance (sudah stabil), demam thypoid membaik, infark hepar (perbaikan), ditemukan adanya masalah terkait obat yaitu interaksi antara phenobarbital dan omeprazole dengan efek samping peningkatan kejadian kejang. Rekomendasi dan intervensi yang diberikan ialah penghentian atau penundaan terhadap penggunaan phenobarbital, dan tetap meneruskan penggunaan omeprazole.

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) is an activity that aims to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ADR). Identification of DRP is very important to increase the effectiveness of drug therapy in patients through further assessment by pharmacists regarding treatment profiles. This study aims to Therapeutic Drug Monitoring (TDM) in patients at Gatot Soebroto Army Hospital, examine drug-related problems using the Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) classification method, and provide recommendations and plans regarding PTO in patients. The implementation of TDM activities is carried out prospectively through several steps, namely collecting patient data through medical records, treatment profiles and drug use records, as well as interviews with other health workers. The results of the analysis showed that patient An.R with a history of electrolyte imbalance (stable), typhoid fever improved, hepatic infarction (improved). A drug-related problem was found, namely the interaction between phenobarbital and omeprazole with the side effect of increasing the incidence of seizures. The recommendations and interventions given are stopping or delaying the use of phenobarbital, and continuing to use omeprazole."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Windiastuti
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu kegiatan pelayanan farmasi klinik untuk memastikan terapi obat yang digunakan aman, efektif dan rasional yang mencakup pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki dan rekomendasi perubahan terapi. Masalah yang sering timbul dalam pengobatan terkait dengan pemberian obat yang kontraindikasi dengan kondisi pasien, cara pemberian obat yang tidak tepat, adanya interaksi antara 1 obat dengan obat lainnya atau pemberian dosis yang kurang tepat. Analisis DRP (Drug Related Problem) menggunakan metode PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) dan kemudian merekomendasikan penyelesaian DRP kepada DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan). Pemantauan terapi obat (PTO) dilakukan pada pasien Tn.D.L., umur 78 tahun, berat badan 66 kg dan tinggi badan 165 cm. Pasien didiagonis CVD infark, sepsis ec pneumonia, HHD, Riwayat MRSA, DM tipe 2 dan hipoalbumin. Hasil SOAPI didapatkan pasien menerima obat klopidogrel dan lansoprazole yang digunakan secara bersamaan. Dari penelusuran melalui Micromedex, terdapat interaksi major obat antara klopidogrel dan lansoprazol yang jika digunakan bersamaan akan mengurangi aktivitas antiplatelet dari klopidogrel yang akan berpengaruh dalam pengobatan infark pasien. Serta ditemukannya penggunaan antibiotik meropenem dengan dosis 3x2 g melebihi dosis yang dianjurkan yaitu 1g/8jam. Rekomendasi penyelesaian yang disarankan yaitu penggunaan antiplatelet klopidogrel dan lansoprazol diberi jeda satu sama lain dan meropenem tetap diberikan pada pasien dengan dosis tinggi dengan pertimbangan MIC ≥ 16.

Drug Therapy Monitoring is a clinical pharmacy service activity to ensure that drug therapy is used safely, effectively and rationally including assessing drug selection, dosage, method of drug administration, therapeutic response, unwanted drug reactions and recommendations for therapy changes. Problems that often arise in treatment are related to the administration of drugs that are contraindicated with the patient's condition, inappropriate drug administration, interactions and inaccurate dosage. DRP (Drug Related Problem) analysis uses the PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) method and then recommends DRP to the Doctor. Drug therapy monitoring was carried out on the patient Tn.D.L., aged 78 years, body weight of 66 kg and a height of 165 cm. The patient was diagnosed with CVD infarction, sepsis ec pneumonia, HHD, history of MRSA, type 2 DM and hypoalbumin. SOAPI results showed that the patient received clopidogrel and lansoprazole that were used simultaneously. From Micromedex, there is a major drug interaction between clopidogrel and lansoprazole which would reduce the antiplatelet activity of clopidogrel which will affect the treatment of patient infarction. As well as the discovery of the use of the antibiotic meropenem at a dose of 3x2 g exceeding the recommended dose of 1g/8 hours. The recommendation solution is that the use of antiplatelet clopidogrel and lansoprazole is given a break from each other and meropenem is still given to patients with high doses with consideration of MIC ≥ 16.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haolin Rusnur Efanda
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan aspek krusial dalam memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi PTO di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) dalam konteks pendidikan praktik kerja profesi apoteker (PKPA). Fokus utama adalah pada analisis PTO pada pasien dengan CVD berulang, hipertensi, diabetes, dan dislipidemia. Selama lima hari PKPA di Paviliun Soehardo Kertohusodo (PSK), data pasien dikumpulkan melalui SIM RS, rekam medis, dan wawancara dengan pasien, keluarga, serta tenaga kesehatan lainnya. Hasil kajian menunjukkan beberapa temuan penting, termasuk identifikasi masalah terkait pengobatan seperti kebutuhan akan terapi gout dengan allopurinol pada pasien dengan nilai asam urat dan ureum tinggi yang belum diobati. Selain itu, ditemukan kebutuhan akan terapi anemia pada pasien dengan nilai hemoglobin, hematokrit, eritrosit, trombosit, dan MCV rendah namun belum mendapatkan perlakuan yang sesuai. Rekomendasi pengobatan hasil PTO diberikan setelah diskusi dengan apoteker penanggung jawab kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), dengan rencana pemantauan yang ditetapkan untuk memastikan keberhasilan terapi. Studi ini menyoroti pentingnya kolaborasi yang baik antara dokter dan apoteker dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan hasil terapi pasien dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan selama perawatan. Dengan demikian, upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan praktik PTO yang lebih efektif dan terfokus di lingkungan rumah sakit.

Therapy Drug Monitoring (TDM) is a crucial aspect in ensuring safe, effective, and rational drug therapy for patients. This research aims to understand the implementation of TDM at the Indonesian Army Central Hospital within the context of the Pharmacist Professional Internship. The main focus is on analyzing TDM in patients with recurrent CVD, hypertension, diabetes, and dyslipidemia. Over five days of PKPA at Pavilion Soehardo Kertohusodo (PSK), patient data was collected through hospital information system, medical records, and interviews with patients, families, and other healthcare professionals. The study findings revealed several important observations, including the identification of treatment-related issues such as the need for gout therapy with allopurinol in patients with high uric acid and urea levels that have not been treated. Additionally, there was a need for anemia therapy in patients with low hemoglobin, hematocrit, red blood cells, platelets, and MCV values but have not received appropriate treatment. Treatment recommendations from TDM were provided after discussions between the responsible pharmacist and the Attending Physician, with a monitoring plan established to ensure therapy success. This study highlights the importance of effective collaboration between doctors and pharmacists in healthcare delivery to improve patient therapy outcomes and prevent unwanted complications during treatment. Thus, these efforts are expected to positively contribute to the development of more effective and focused TDM practices within hospital settings.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifatha Amartya Naufal
"Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah munculnya masalah terkait obat. Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan memiliki peran penting dalam pemantauan terapi obat. Pengetahuan penunjang dalam melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit, farmakoterapi, serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan diagnostik. Selain itu, diperlukan keterampilan berkomunikasi, kemampuan memvina hubungan interpersonal, dan menganalisis masalah. Proses PTO merupakan proses yang komprehensif dan harus dilakukan secara berkesinambungan agar mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Pengamatan dilakukan di Ruang PICU RSUP Fatmawati dari pukul 08.00 – 16.00 dengan mengamati rekam medis, instruksi harian pasien, dan CPPT pada aplikasi SIMGORS RSUP Fatmawati. Terdapat drug related problem’s yang terjadi pada pasien dengan inisial AS dengan nomor RM 18418** yaitu Indikasi Tanpa Obat (Hiperglikemia), Dosis Subterapi (Kotrimoksazol, Ampisilin-Sulbaktam, Salbutamol, Amikasin), Overdosis (Zink), dan Interaksi Obat (Flukonazol dengan Kotrimoksazol). Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan konfirmasi ke Dokter Penanggung Jawab Pasien, kemudian melakukan penambahan terapi, peningkatan atau pengurangan dosis, dan monitoring tanda klinis pasien.

The existence of a pharmacist has an important role in preventing the emergence of drug-related problems. Pharmacists as part of the health care team have an important role in monitoring drug therapy. Supporting knowledge in performing PTO is disease pathophysiology, pharmacotherapy, and interpretation of physical, laboratory, and diagnostic examination results. In addition, it requires communication skills, the ability to develop interpersonal relationships and analyze problems. The PTO process is comprehensive and must be carried out continuously to achieve the desired therapeutic goals. Observations were made in the PICU Room at Fatmawati Hospital from 08.00 – 16.00 by observing medical records, patient daily instructions, and CPPT on the SIMGORS application at Fatmawati Hospital. There are drug-related problems that occur in patients with the initials AS with RM 18418**, namely Indications for No Drugs (Hyperglycemia), Subtherapy Doses (Co-trimoxazole, Ampicillin-Sulbactam, Salbutamol, Amikacin), Overdose (Zink), and Drug Interactions (Fluconazole with co-trimoxazole). This can be overcome by confirming with the doctor in charge of the patient, then adding therapy, increasing, or decreasing the dose, and monitoring the patient's clinical signs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Permata Sari
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah salah satu kegiatan Farmasi klinis yang merupakan peran apoteker di Rumah Sakit menurut PMK no.72 tahun 2016. Peran fundamental apoteker adalah mengidentifikasi ROTD yang potensial maupun aktual, memecahkan masalah ROTD aktual, dan mencegah ROTD yang potensial terjadi. Berdasarkan Global Status Report on NCD World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 penyakit yang menyebabkan kematian. Peningkatan insidensi penyakit DM diiringi dengan peningkatan komplikasi dan penyakit penyerta seperti komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%) (Purwanti, 2013). Pengamatan pada Pasien Rawat Inap dengan diagnosa Diabetes Melitus disertai dengan penyerta Ulcer DM perlu dilakukan untuk memantau terapi obat yang diterima oleh pasien tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mencegah terjadinya ROTD akibat komplikasi dari pemakaian obat yang banyak. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan metode PCNE untuk memastikan akar permasalahan (cause) yang menyebabkan masalah (problem). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan empat permasalahan yang selanjutnya diselesaikan dengan pemberian rekomendasi kepada dokter terkait pemilihan obat.

Medication Therapy Monitoring (MTM) is one of the clinical pharmacy activities that falls under the role of pharmacists in hospitals, as stated in Ministerial Regulation No. 72 of 2016. The fundamental role of pharmacists is to identify potential and actual Drug-Related Problems (DRPs), resolve actual DRPs, and prevent potential DRPs from occurring. According to the World Health Organization's (WHO) Global Status Report on Non-Communicable Diseases (NCD) in 2010, Diabetes Mellitus ranked 6th among the diseases causing death. The increasing incidence of diabetes is accompanied by an increase in complications and comorbidities such as neuropathy (63.5%), retinopathy (42%), nephropathy (7.3%), macrovascular (16%), microvascular (6%), and diabetic foot ulcers (15%) (Purwanti, 2013). Observations on hospitalized patients diagnosed with Diabetes Mellitus, accompanied by Diabetic Ulcers, need to be conducted to monitor the medication therapy received by patients in accordance with applicable regulations and to prevent DRPs resulting from the use of multiple medications. Medication therapy monitoring is performed using the PCNE method to ensure the identification of the root cause that leads to a problem. Based on the observations conducted, four problems were identified and subsequently addressed by providing recommendations to the relevant doctor regarding medication selection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
"Upaya untuk memaksimalkan penggunaan antibiotik yang rasional merupakan salah satu tanggung jawab penting dari pelayanan farmasi. Penggunaan obat dikatakan rasional jika obat yang digunakan sesuai indikasi, kondisi pasien dan pemilihan obat yang tepat terkait jenis, sediaan, dosis, rute, waktu dan lama pemberian, mempertimbangkan manfaat dan resiko dari obat yang digunakan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan pengobatan lebih mahal, efek samping lebih toksik, meluasnya resistensi dan timbulnya kejadian superinfeksi yang sulit diobati. Setelah melakukan pemantauan terapi obat pada pasien di ruang ICU RSUP Fatmawati, kesimpulan yang didapat: Pengobatan yang diterima oleh Nn. TRA sudah sesuai dengan indikasi penyakit, yaitu abses submandibularis, dengan frekuensi pengobatan dan dosis antibiotik juga dinilai sudah tepat. Pada Ny. AAH, didapatkan adanya obat yang tidak sesuai indikasi, yaitu tigecycline dan penggunaan meropenem serta levofloxacin juga tidak tepat dosis dan tidak tepat frekuensi pemakaian. Sepanjang penggunaan tigecycline, kondisi pasien justru memburuk hingga kemudian dinyatakan meninggal pada tanggal 11 April 2022 akibat gagal ventilasi dan sepsis pneumonia. Penggunaan tigecycline kemungkinan tidak efektif. Perhitungan DDD/100 patient-days, meropenem memiliki nilai DDD tertinggi,  kemudian disusul oleh amikasin, levofloxacin, metronidazole, dan tigecycline secara berurutan. Pada perhitungan DU 90 %, meropenem, amikacin, dan levofloxacin termasuk dalam segmen tersebut. Antibiotik yang memiliki nilai DDD/100 patient-days yang tinggi dan termasuk dalam segmen 90 % perlu diawasi penggunaannya dengan baik karena penggunaan yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya resisten antibiotik.

Efforts to maximize the rational use of antibiotics is one of the important responsibilities of pharmaceutical services. The use of drugs is said to be rational if the drugs used are according to the indications, the patient's condition and the selection of the right drug regarding type, preparation, dose, route, time and duration of administration, considering the benefits and risks of the drug used. Inappropriate use of antibiotics can cause more expensive treatment, more toxic side effects, widespread resistance and the emergence of superinfections that are difficult to treat. After monitoring drug therapy on patients in the ICU at Fatmawati Hospital, the conclusion was obtained: The treatment received by Ms. TRA is in accordance with the indications of the disease, namely submandibular abscess, with the frequency of treatment and dosage of antibiotics also considered to be appropriate. To Mrs. AAH, it was found that there were drugs that were not according to indications, namely tigecycline and the use of meropenem and levofloxacin, which also included incorrect doses and incorrect frequency of use. Throughout the use of tigecycline, the patient's condition worsened until he was declared dead on April 11 2022 due to ventilation failure and pneumonia sepsis. The use of tigecycline may not be effective. Calculating DDD/100 patient-days, meropenem has the highest DDD value, followed by amikacin, levofloxacin, metronidazole, and tigecycline in sequence. In the 90% DU calculation, meropenem, amikacin, and levofloxacin are included in this segment. Antibiotics that have a high DDD/100 patient-days value and are included in the 90% segment need to be monitored carefully because high use can increase the risk of antibiotic resistance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Dita Aprilia
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian klinis di rumah sakit yang diatur dalam Permenkes No.72 tahun 2016. PTO merupakan suatu kegiatan dalam memastikan terapi obat yang diberikan kepada pasien aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kegiatan PTO Mencakup pengkajian pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian obat, respon terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji profil pengobatan pada pasien Intensive Care Unit (ICU) di RSPAD Gatot Soebroto guna mengidentifikasi dan mengevaluasi PTO pada pasien. Metode yang digunakan yaitu dengan mengamati identitas pasien, pemeriksaan tanda vital pasien, pemeriksaan laboratorium pasien, profil pengobatan pasien, serta analisa Assesment and Plan pada pasien berdasarkan data rekam medis. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pasien dengan diagnosa pansitopenia, efusi pleura, limfadenopati, DVT (Deep Vain Thrombosis), dan beberapa penyakit penyerta lainnya seperti hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 mengalami beberapa Drug Related Problem (DRP), seperti adanya interaksi obat baik moderat maupun mayor, dosis yang terlalu tinggi, terapi tanpa indikasi, indikasi yang tidak diberikan terapi, risiko efek samping obat, dan efek terapi yang tidak optimal. Maka dari itu, diberikan rekomendasi dan intervensi pengobatan guna membuat kondisi pasien menjadi lebih baik.

Drug Therapy Monitoring (PTO) is one of the clinical pharmacy service regulated in Permenkes 72 of 2016. Drug Therapy Monitoring (PTO) is an activity to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patient. Activities in PTO include assessment of drug choice, dosage of drug, method of drug administration, response to therapy, unwanted drug reactions (ROTD), and recommendation therapies. The study was conducted to examine the treatment profile of ICU patient at a RSPAD Gatot Soebroto to identify and evaluate PTO in patient. The method used is by observing patient’s identity, examination of the patient's vital signs, laboratory examination of the patient’s, patient's treatment profile, and analysis of the Assessment and Plan based on the patient's medical record data. Based on the results of observations, it can be concluded that patient diagnosed with pancytopenia, pleural effusion, lymphadenopathy, DVT (Deep Vain Thrombosis), and several other comorbidities such as hypertension and type 2 diabetes mellitus have several Drug Related Problems (DRP), such as moderate or major drug interactions, doses that are too high, therapy without indications, indications for which therapy is not given, risk of drug side effects, and suboptimal therapeutic effects. Therefore, recommendations and treatment interventions are given to make the patient's condition better.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mediati Firdausya
"Stroke non hemoragik (SNH) atau stroke iskemik disebabkan oleh adanya sumbatan pada aliran darah menuju otak dan merupakan jenis patologi yang paling umum. Penanganan stroke dengan faktor risikonya dapat menyebabkan DRP dikarenakan kompleksitas regimen dan termasuk jenis obat dengan risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis DRP dan terapi obat berdasarkan SOAP, serta melakukan rencana tindak lanjut berdasarkan analisis risiko yang terjadi dan/atau potensial terjadi. Metode yang digunakan dalam pemantauan terapi obat pasien SNH yaitu studi kasus menggunakan rekam medis pasien. Kriteria inklusi yang digunakan adalah pasien stroke, tidak memperoleh monoterapi, dan waktu MRS lebih dari 24 jam. Kriteria eksklusi yaitu pasien stroke dengan status akan pulang atau discharge kurang dari 24 jam. Analisis data menggunakan metode SOAP dan PCNE untuk DRP. Data dianalisis dan ditinjau kesesuaian penggunaan obat berdasarkan AHA Guidelines dan JNC 8. Hasil pemantauan menunjukkan terdapat enam masalah terkait obat yang potensial terjadi, yaitu: satu masalah terkait gejala atau indikasi yang tidak diobati, dua masalah terkait kejadian efek samping obat yang mungkin terjadi, dan 3 masalah terkait efek terapi obat tidak optimal. Tindak lanjut mengenai masalah terkait gejala atau indikasi yang tidak diobati dengan meresepkan obat, masalah terkait kejadian efek samping obat dengan perubahan waktu penggunaan obat atau penundaan penggunaan obat, masalah terkait efek terapi obat tidak optimal dengan meningkatkan dosis; mengubah waktu penggunaan obat; menurunkan dosis obat.

Stroke non hemorrhagic (SNH) or ischemic stroke is caused by a blockage in the blood flow to the brain and is the most common type of pathology. Treatment of stroke with its risk factors can cause DRP due to the regimen complexity and it is a high risk type of drugs. This study aims to analyze DRP and drug therapy based on SOAP, as well as carry out a follow up plan based on an analysis of the risks that have occurred and/or have the potential to occur. The method used in monitoring drug therapy for SNH patients is a case studi using patient’s medical record. The inclusion criteria were stroke patients, not receiving monotherapy, and hospitalized time of more than 24 hours. Exclusion criteria were stroke patients with discharge status less than 24 hours. Data were analyzed using SOAP and PCNE methods for DRP. Data were reviewed for suitability for drug use based on the AHA Guidelines and JNC 8. The monitoring showed that there were six potential drug related problems, which one problem related to untreated symptoms or indication, two problems related to possible drug side effect, and three problems related to suboptimal drug therapy effects. Follow up regarding problems related to untreated symptoms or indications by prescribing drugs, problems related to occurrence of drug side effects with changes in the time of drug use, problems related to suboptimal drug therapy effects by increasing the dose; change the time of drug use; lowering the drug dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Dystra Maharani
"Geriatri rentan terhadap masalah terkait obat dikarenakan perubahan fisiologis yang berkaitan dengan usia yang dapat mengubah sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat, komorbiditas dan penggunaan beberapa obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah terkait obat pada pasien rawat inap geriatri dengan diabetes mellitus di RSPAD Gatot Soebroto tahun 2015 yang dianalisis berdasarkan PCNE V6.2. Pengambilan data dilakukan secara prospektif menggunakan resep, rekam medis, kardeks/catatan perawat. Sampel penelitian adalah data 26 pasien geriatri dengan DM yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yaitu resep, rekam medis, kardeks/catatan perawat yang dapat terbaca dan lengkap, data pasien dengan usia > 60 tahun dan data pasien yang menjalani rawat inap maksimal satu bulan perawatan periode Februari - April tahun 2015. Analisis dilakukan terhadap 299 terapi obat dari 26 pasien. Terdapat 166 jumlah masalah yang berhasil diidentifikasi. Persentase masalah efektivitas terapi (50,6%) dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (49,4%) dengan penyebab yang paling besar dikarenakan kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk kejadian interaksi obat (20,4%).

Geriatric is vulnerable to drug-related problems due to physiological changes associated with age which can alter the pharmacokinetic and pharmacodynamic properties of drugs, comorbidities and use of some medications. This study aimed to analyze drug-related problems in hospitalized geriatric patients with diabetes mellitus at Gatot Soebroto Army Center Hospital 2015, drug related problems were analyzed based on PCNE V6.2. Data were collected prospectively using prescriptions, medical records, index card/nurses records. Sample was data of 26 hospitalized geriatric patients which were readable and complete prescriptions, medical records, index card/nurses records, data of patients with age > 60 years and patient data who got inpatient treatment maximum one month from February to April 2015. The analysis was conducted to 299 drug treatment of 26 patients. One hundred and sixty six number of problems were identified. The percentage of treatment effectiveness (50.6%) and adverse drug reactions (49.4%) with the greatest causes due to a combination of drug-drug or drug-food inappropriately including the incidence of drug interactions (20.4%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>