Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tara Aseana
"Latar belakang:  Seorang Prajurit Siswa yang menjalankan pendidikan pertama militer telah lulus dari proses rekrutmen diantaranya tes kesehatan jiwa. Namun pada saat menjalankan pendidikan pertama militer, beberapa kejadian pelanggaran dilakukan oleh Prajurit Siswa. Kejadian pelanggaran tersebut berpotensi menjadi pelanggaran berat. Penelitian ini menilai hubungan resiliensi pada Prajurit Siswa saat menjalankan pendidikan dihubungkan dengan kejadian pelanggaran. Metode: Subyek penelitian sebanyak 221 Prajurit Siswa Tamtama yang menjalankan pendidikan di Skadron Pendidikan 404 Pangkalan Udara Adi Sumarmo Solo. Penelitian dilakukan pada Februari 2019. Instrumen yang digunakan untuk mengukur resiliensi adalah CD-RISC dan kejadian pelanggaran didapatkan dari data yang dimiliki oleh Skaron Pendidikan 404. Seluruh data dianalisa dengan menggunakan SPSS. Hasil: Rata-rata resiliensi subyek penelitian adalah 77 (41-100). Adanya hubungan antara pendidikan subyek penelitian dan kejadian pelanggaran (p=0.007). Terdapat hubungan antara skala kontrol diri dan pendidikan pada subyek penelitian (p=0.02) dengan hasil kontrol diri subyek penelitian dengan pendidikan SMA lebih baik daripada STM. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara resiliensi dan kejadian pelanggaran pada Prajurit Siswa Tamtama.
Background: Military students who underwent early military education had passed recruitment process which included psychiatric assessment. However, some rule violations were still observed and these violations could potentially lead to severe rule violation. This study aims to determine the association between resilliency and the occurence of rule violation among basic stage military students in Indonesia Air Force. Methods: This study consisted of 221 basic stage military students that underwent education process in Skadron Pendidikan 404 Adi Sumarmo Airforce Base. It was performed in February 2019. The instruments used to measure resiliency were CD-RISC and the number of rule violations was obtained from the Skadron Pendidikan 404s database. All data was analyzed using SPSS. Results: The mean score of resiliency was 77 (41-100). There is a relationship between education level and the number of rule violations (p=0.007). There is a relationship between the scale of self control and education level (p=0.02). Self control in the studys subjects were better for those who finished senior high school than those who finished vocational high school. Conclusion: There is no association found between resilliency and the occurence of rule violation among basic stage military students."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Yunita
"Latar Belakang: Pilot TNI AU terdiri dari korp tempur, helikopter dan transport merupakan salah satu profesi dengan tingkat stres yang tinggi. Pilot tempur mengalami g-force yang tinggi. Hal ini disebabkan perubahan lingkungan penerbangan meliputi perubahan tekanan udara, suplai oksigen, suhu dan percepatan yang dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula atau Temporomandibular Disorder (TMD) pada pilot. Penelitian mengenai hubungan stres dengan TMD, serta bruxism sebagai respon terhadap stres dan keausan gigi sebagai akibat bruxism terhadap TMD di pilot TNI AU belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara stres, bruxism dan keausan gigi terhadap TMD pada pilot transport dan tempur TNI AU.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 50 pilot tempur dan 50 pilot transport TNI AU. Setiap subjek dilakukan pemeriksaan klinis menggunakan formulir Axis I DC/TMD untuk menentukan diagnosa TMD dan menggunakan kriteria identik untuk mengukur keausan gigi. Setelah itu setiap subjek mengisi kuesioner bruxism dari American Academy of Sleep Medicine dan kuesioner stres emosional dari indeks etiologi TMD.
Hasil Penelitian: Uji mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara stres dengan TMD pada pilot transport (p = 0.018) dan pilot tempur (p = 0.010). Uji mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara bruxism dengan TMD pada pilot transport (p = 0.000) dan pilot tempur (p = 0.000). Uji mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara keausan gigi dengan TMD pada pilot transport (p = 0.000) dan pilot tempur (p = 0.000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara stres dengan TMD pada pilot TNI AU baik pilot transpor maupun pilot tempur.

Background: Indonesian Air Force pilots consists of fighter and transport corp are one of the professions with high levels of stress. Fighter pilots experience high g-force. This is due to changes in the aviation environment including changes in barometric pressure, oxygen supply, temperature and acceleration which can cause Temporomandibular Disorder (TMD) on pilot. The study analyzing the association between stress and TMD, as well as bruxism in response to stress and tooth wear as a result of bruxism against TMD in Indonesian Air Force pilots has never been conducted in Indonesia.
Objective: Analyzing the relationship between stress, bruxism and tooth wear with TMD in transport pilots and fighter pilots of Indonesian Air Force.
Method: This cross sectional study assessed the data of 50 transport pilots and 50 fighter pilots of Indonesian Air Force. Subject performed a clinical examination using the Axis I DC/TMD form to determine the diagnosis of TMD and used identical criteria to measure tooth wear. After that each subject fills the bruxism questionnaire from American Academy of Sleep Medicine and emotional stress questionnaire from the TMD etiology index.
Result: Mann-whitney test showed significant differences between stress and TMD in transport pilot (p = 0.018) and fighter pilot (p = 0.010). Mann-whitney test showed significant differences between bruxism with TMD in transport pilot (p = 0.000) and fighter pilot (p = 0.000). Mann-whitney test showed significant differences between tooth wear and TMD in transport pilot (p = 0.000) and fighter pilot (p = 0.000).
Conclusion: Stress was associated with TMD in Indonesian Air Force Pilot both transport pilot and fighter pilot."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dito Aryo Prabowo
"Mahasiswa merupakan populasi dengan karakteristik perkembangan yang rentan terhadap distres psikologis karena tuntutan sosial dan diri yang berada di sekitarnya. Bentuk tekanan yang dapat menjadi keadaan yang menyulitkan, dapat menghasilkan faktor protektif yang diistilahkan sebagai resiliensi untuk membantu individu menghadapi kesulitan. Penelitian ini merupakan bagian dari payung penelitian psychological distress, dengan menggunakan tipe penelitian kuantiatif dengan desain korelasional, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara distres psikologis dan resiliensi. Dua buah kuesioner digunakan untuk pengambilan data, yakni HSCL-25 untuk mengukur distres psikologis dan CD-RISC 10 untuk mengukur resiliensi. Menggunakan teknik convenience sampling dengan metode pengambilan data online dan offline dan uji statistik, dari 1024 respon didapatkan hasil bahwa r = -0,244, n = 1024, p < 0,01, two tailed. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat resiliensi, maka semakin rendah tingkat distres psikologis mahasiswa.

Students may viewed as population characterized as vulnerable to psychological distress due pressures from self and society. However, the distressful nature of life events can enhance protective factors, named as resilience, to help them overcome the situations. As a part of psychological distress research, this research aims to seeks relationship between psychological distress and resilience among college students, with quantiative method and correlational study design. 1024 responses of two scales measure psychological distress with HSCL 25 and resilience with CD RISC 10, collected in online and offline responses with convenience sampling techniques. From statistical result, obtained r 0,244, n 1024, p 0,01, two tailed, means that as resilience level increased, psychological distress level may decreased.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathanah
"Skripsi ini membahas hubungan antara resiliensi dan bersyukur pada mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengambilan data terhadap 66 mahasiswa Bidikmisi Universitas Indonesia dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner yang disebar melalui media internet. Kuesioner pertama adalah kuesioner resiliensi CD-RISC-10 yang dikembangkan oleh Campbell-Sills dan Stein (2007) yang telah dimodifikasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Kuesioner kedua adalah modifikasi Alat Ukur Bersyukur yang dikembangkan Arbiyah (2008). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara resiliensi dan bersyukur pada mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia, dengan r = +0,673, n = 66, p < 0,01, one tailed. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi resiliensi, maka semakin tinggi pula bersyukur pada mahasiswa Bidikmisi Universitas Indonesia.

This study explore the relationship between resilience and gratitude among students of University of Indonesia who receive Bidikmisi Scholarship. This is quantitative research with correlational design. Two questionnaires, modification of CD-RISC-10, a resilience scale developed by Campbell-Sill and Stein, and modification of Alat Ukur Bersyukur (Arbiyah, 2008), were used to obtained data from 66 students of University of Indonesia who receive Bidikmisi Scholarship. Pearson Correlation Test indicate positive significant correlation between resilince and gratitude of students of University of Indonesia who receive Bidikmisi Scholarship, with r = +0,673, n = 66, p < 0,01, one tailed. That means the higher resilience, the higher gratitude of students of University of Indonesia who receive Bidikmisi Scholarship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selita Restuningtyas
"Pengetahuan tentang HIV / AIDS perlu diberikan kepada remaja untuk mengurangi terjadinya perilaku berisiko oleh remaja. Penelitian deskriptif analitik korelatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan HIV / AIDS dan perilaku berisiko dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 418 siswa dari 10 SMA Negeri di Kota Bogor dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner YRBS (Youth Risk Behavior Survey) tentang perilaku berisiko pada remaja. Hasil analisis bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa pengetahuan HIV / AIDS berhubungan bermakna dengan perilaku berisiko (p = 0,009 α = 0,05; r = 0,128). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV / AIDS sehingga dapat mengurangi perilaku berisiko HIV / AIDS sejak usia dini.

Knowledge about HIV / AIDS needs to be given to adolescents to reduce the occurrence of risky behavior by adolescents. This descriptive correlative analytic study aims to determine the relationship between HIV / AIDS knowledge and risky behavior using a cross-sectional approach involving 418 students from 10 public high schools in Bogor City using proportional stratified random sampling technique. The research instrument used the IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) questionnaire to measure the level of knowledge and the YRBS (Youth Risk Behavior Survey) questionnaire about risk behavior in adolescents. The results of the bivariate analysis using the Spearman test showed that knowledge of HIV / AIDS was significantly associated with risky behavior (p = 0.009 α = 0.05; r = 0.128). Health education needs to be included in the education curriculum in schools to develop youth knowledge about health information, especially HIV / AIDS so that it can reduce HIV / AIDS risk behavior from an early age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Maharani Indira
"Latar Belakang: Depresi masih menjadi salah satu gangguan mental dengan prevalensi cukup tinggi pada remaja di Indonesia. Kehidupan remaja juga tidak lepas dari hubungan pertemanan. Beberapa penelitian telah meneliti adanya hubungan antara hubungan pertemanan dengan kondisi depresi. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui faktor risiko terjadinya depresi dalam aspek pertemanan pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk masalah pada teman sebaya dan CESD-R (Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised) untuk depresi. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SMA Dian Didaktika. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioiner, dengan menggunakan metode random sampling, terpilih 96 data siswa yang digunakan untuk penelitian ini. Data yang telah didapatkan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil: Secara statistik didapatkan perbedaan bermakna dengan p=0,004 antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Selain itu, dapatkan odds ratio sebesar 4,143 dengan interval kepercayaan 95% (1,539 – 11,154) pada siswa yang memiliki masalah pada teman sebaya. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok.

Background: Depression remains a mental disorder with a high prevalence in adolescents in Indonesia. Teenage life is also closely related with of friendship. Several studies have examined the relationship between friendship and depression. This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok. Objective: This research was done to determine the association between peer problems and depression among high school students in Depok. Methods: This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok by using the SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) questionnaire for peer problems and CESD-R (Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised ) for depression. The research sample used was high school students Dian Didaktika. Of the 176 students who filled out the questionnaire, using the random sampling method, 146 student data were selected for this study. The data obtained were analyzed by Chi-square test. Results: Statistically found a significantly different (with p=0,004) between peer problems and depression among high school students in Depok. In addition, obtained odds ratio of students who have peer problems is 4.143 with 95% confidence intervals (1,539 – 11,154). Conclusion: There is an association between peer problems and depression among high school students in Depok.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Novi Sulistiawati
"Perkembangan teknologi dalam konteks Revolusi Industri 4.0 semakin mengalami peningkatan dan berdampak pada kinerja organisasi yang semakin kompleks. Hal ini mendorong mahasiswa sebagai calon karyawan untuk mempersiapkan kemampuan yang dapat memberikannya keterampilan untuk mengaplikasikan gagasan baru dalam penyelesaian masalah dan bertahan di dalam lingkungan kerja yang penuh dengan tantangan, yaitu perilaku kerja inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara resiliensi dengan perilaku kerja inovatif. Data diperoleh dari populasi mahasiswa dengan sampel mahasiswa Universitas Indonesia program sarjana (S1). Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling berdasarkan kedekatan dan kemudahan peneliti dengan populasi. Setiap variabel yang ada dalam penelitian ini diukur dengan skala Innovative Work Behavior (IWB) dari Janssen (2000) dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) dari Connor & Davidson (2003) yang telah diadaptasi terhadap konteks perkuliahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku kerja inovatif. Berdasarkan hasil tersebut, resiliensi terbukti berhubungan dengan perilaku kerja inovatif, saat mahasiswa memiliki tingkat resiliensi yang tinggi maka akan cenderung memperlihatkan perilaku kerja inovatif yang juga tinggi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk merancang program pelatihan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa lebih awal, mempersiapkan mereka untuk sebelum masuk ke lingkungan kerja dalam organisasi.

The rapidly increasing technology in the context of Industrial Revolution 4.0 affects all the aspects of organizational performance as it gets more complex. This condition challenges college students as future employees to prepare the skill that can give them the ability to apply new strategies for problem solving and be resilient in the dynamic working environment of an organization, that is innovative work behavior. The intention of this research paper is to analyze the correlation between resilience and innovative work behavior in college students. The data is collected from the population of college students with the sample college students of Universitas Indonesia. Sampling technique that is applied is convenience sampling based on the proximity and convenience of the researcher. Both variables in this study are measured using Innovative Work Behavior (IWB) Scale from Janssen (2000) and Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) from Connor & Davidson (2003) that has been reviewed and adapted with college contexts. The result of this study shows that resilience has a significant correlation with innovative work behavior. Based on that result, resilience is proven to be correlated with innovative work behavior, when a college student has a high score on resilience that means they tend to show innovative work behavior that is also high. This result can be used as a reference for training programs to build the competence of college students early before they get into an organization working environment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Saiful Rahim
"ABSTRAK
Kepangkatan dalam bidang militer merupakan salah satu bentuk penerapan
prinsip hirarki. Ketertiban dan kepatuhan pada atasan menjadi ciri khas tiap
anggota militer yang lahir dari sistem kepangkatan tersebut. Prinsip hirarki yang
kental di dalam militer pastinya sedikit banyak mempengaruhi pola tata ruang
kawasan perumahannya. Namun belum diketahui bagaimana bentuk-bentuk
pengaruhnya didalam kawasan perumahan. Oleh karena itu dilakukanlah
pengamatan terhadap perumahan militer TNI AU Halim Perdana Kusuma untuk
bisa menjelaskan bentuk organisasi ruangnya, penerjemahan hirarkinya dilihat
dari sisi arsitektur dan hubungan antar ruangnya. Penulisan ini menggunakan
metode pengamatan langsung dan wawancara juga metode penulisan berupa
penjelasan yang kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa teradapa
beberapa kawasan yang memiliki bentuk perumahan dan penerapan hirarki yang
sama yaitu bentuk grid dan hirarki dengan ukuran keprivasian. Pada satu kawasan
yang dikenal dengan Perumahan Dwikora memiliki paling dominan berupa
bentuk garis (linear) yang menggunakan prinsip axial. Perumahan ini terbagi
menjadi tiga daerah, yaitu: daerah umum, semi pribadi dan pribadi dan
keterhubungan kawasan yang menggunakan bentuk pendekatan megaform juga
pengaruh prinsip hirarki militer pada fungsi fasilitas khusus terhadap
peletakannya.

ABSTRACT
Ranking in military is one of hierarchy principle application. Discipline
and loyalty to the higher rank member be special characteristic every military
member that made by hierarchy system. Principle of Hierarchy that buried in the
military?s body must be affect spatial organization?s pattern of military housing
district, although the affects haven?t discovered yet. Therefore the observation
about Halim Perdana Kusuma military housing of Indonesia Air Force Army have
done to explain the form of spatial organization, interpretation of hierarchy from
architecture?s aspect and the spatial relationship. This script uses direct
observation and interview method, also qualitative explanation writing method.
The analysis results show that there are some area have grid form and hierarchy
with private scale. In a dristrict called Dwikora housing has a dominant area that
apply linear form and axial principle. This housing is divided into three area, that
is public, semi-private, and private area and having megaform as linkage element
also there is hierarchy?s affects on housing, public facilities, and special facilities
regarding the placing of them."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Luthfiyah Nurjamil
"Pandemi COVID-19 telah mengurangi 2,3 juta peluang lapangan pekerjaan di Indonesia. Karir siswa SMK dinilai terancam karena lulusannya menyumbang tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia, sehingga perlu ada usaha penyesuaian diri dalam merencanakan karir di masa depan. Penelitian ini menegakkan asumsi agar memiliki adaptabilitas karir yang kuat, siswa SMK perlu memiliki kepribadian proaktif yang mendorongnya untuk berinisiatif melakukan perubahan. Selanjutnya proses tersebut perlu dimediasi oleh kemampuan untuk bertahan menghadapi kesulitan (resiliensi). Penelitian ini dilakukan terhadap 686 orang siswa SMK di Indonesia menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale International Form (CAAS-IF) untuk adaptabilitas karir, Proactive Personality Scale Short Form (PPS-SF) untuk kepribadian proaktif dan The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk resiliensi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepribadian proaktif memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan adaptabilitas karir (c’ = 0,384, SE = 0,087, p < 0,001). Diketahui pula adanya efek mediasi secara parsial oleh resiliensi (c’ = 0,384 < c = 1,283). Penelitian ini dapat menjadi acuan pentingnya memperkuat layanan Bimbingan Karir yang memberikan informasi karir diluar bidang yang tersedia di SMK

The COVID-19 pandemic has reduced 2.3 million jobs in Indonesia. Vocational school students' careers are considered threatened because their graduates contribute to the highest unemployment rate in Indonesia, so there needs to be an adjustment effort in planning future careers. This study strengthens the assumption that in order to have a strong career adaptability, vocational students need to have a proactive personality that encourages them to take the initiative to make changes. Furthermore, this process needs to be mediated by the ability to withstand adversity (resilience). This research was conducted on 686 vocational students in Indonesia using the Career Adapt-Abilities Scale International Form (CAAS-IF) for career adaptability, the Proactive Personality Scale Short Form (PPS-SF) for proactive personality and The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) for resilience. The test results showed that proactive personality was positively and significantly related to career adaptation (c '= 0.384, SE = 0.087, p <0.001). It is also known that there is a partial mediation effect by resilience (c '= 0.384 "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Prima Isnainiyah
"Work Engagement atau keterikatan kerja merupakan kondisi psikologis positif berhubungan dengan pekerjaan yang dialami seseorang dan memiliki tiga karakteristik yaitu tingkahlaku (vigor), dedikasi (dedication), dan absorpsi (absorption). Pada dekade ini, work engagement menjadi pembahasan yang cukup penting bagi bertahannya pekerja atau karyawan dalam organisasi, baik dalam organisasi profit maupun non-profit. Organisasi TNI-AU sebagai sebuah organisasi kemiliteran di Indonesia juga menganggap work engagement penting terutama dengan adanya isu menurunnya partisipasi dan dedikasi para perwira TNI-AU di organisasi pada korps-korps tertentu serta adanya perwira TNI-AU yang tetap berdedikasi dan partisipasi dalam organisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan keterikatan kerja (work engagement) pada korps-korps perwira TNI-AU. Partisipan penelitian ini berjumlah 150 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan One-Way Anova Planned Comparison. Penelitian ini menggunakan alat ukur work engagement yaitu Utrecht Work Engageent Scale (UWES) yang sudah di modifikasi dari penelitian Schaufeli dan Bakker (2006).
Hasil dari penelitian menunjukkan, F (7, 142) = 0,841, p>0.05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keterikatan kerja yang signifikan di antara berbagai korps pada perwira TNI-AU Saran yang diajukan dalam penelitian selanjutnya adalah dengan mencoba melihat perbedaan skor keterikatan kerja pada perwira TNI-AU berdasarkan variabel lain selain korps yaitu pangkat.

Work Engagement is positively related to the psychological state of a person's work experience, and has three characteristics, namely the behavior (vigor), dedication (dedication), and absorption (absorption). In this decade of work engagement under discussion is quite important for the survival of workers or employees in the organization, both in the for-profit and non-profit organizations. Organization of the Air Force as a military organization in Indonesia is also considered an important engagement work primarily with the issue of declining participation and dedication of the Air Force officers in the organization of the corps-specific and the air force officers who remain dedicated and participation in the organization.
This research was conducted to see the difference in work engagement at the corps of Air Force officers. Participants of this study totaled 149 people. This study uses a quantitative approach. Data is then processed by using One-Way ANOVA Comparison Planned. This study uses the measure work engagement Engageent Utrecht Work Scale (UWES) that have been modified from the research Schaufeli and Bakker (2006).
Results from the study showed that F (7, 142) = 0,841, p>0.05, there were no significant differences in work engagement among the officer corps of the Air Force. Suggestions put forward in future studies is to try to see the difference in work engagement on the Air Force officers based on variables other than the corps for example by rank.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S45466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>