Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faradina Astari Munandar
"Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu 34,1% kasus. Sebagai faktor risiko penyakit lain, pasien hipertensi biasanya mengalami komplikasi dan membutuhkan terapi tambahan yang dapat menyebabkan polifarmasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis masalah terkait obat pada pasien rawat inap dengan hipertensi di Rumah Sakit Distrik Koja dari Februari-April 2019 berdasarkan PCNE V6.2. Penelitian ini adalah studi cross-sectional berdasarkan resep lengkap, rekam medis, dan kartu indeks yang dapat dibaca dari pasien yang menggunakan obat antihipertensi dan dirawat di rumah sakit di Rumah Sakit Distrik Koja dari Februari - April 2019. Analisis ini dilakukan untuk 90 pasien yang memenuhi kriteria. Dari penelitian ini, ada 148 masalah terkait obat yang diidentifikasi, terdiri dari masalah dengan efektivitas pengobatan (66,21%) dan reaksi obat yang merugikan (33,78%) dengan reaksi obat yang tidak alergi sebagai subdomain dengan prevalensi tertinggi (31), 75%) dan penyebab masalah terkait narkoba yang sebagian besar terjadi adalah kombinasi obat yang tidak tepat, atau obat-obatan dan makanan (48,51%). Dari penelitian ini, diketahui bahwa masalah dengan efektivitas pengobatan adalah masalah terkait obat yang paling banyak terjadi.

Hypertension is one of the non-communicable diseases with the highest prevalence in Indonesia, which is 34.1% of cases. As a risk factor for other diseases, hypertensive patients usually experience complications and require additional therapy that can cause polypharmacy. The purpose of this study was to analyze drug-related problems in hospitalized patients with hypertension at the Koja District Hospital from February to April 2019 based on PCNE V6.2. This study is a cross-sectional study based on complete prescriptions, medical records, and index cards that can be read from patients who use antihypertensive drugs and are hospitalized in the Koja District Hospital from February to April 2019. This analysis was carried out for 90 patients who met criteria. From this study, there were 148 drug-related problems identified, consisting of problems with treatment effectiveness (66.21%) and adverse drug reactions (33.78%) with non-allergic drug reactions as subdomains with the highest prevalence (31), 75%) and the most common cause of drug related problems is an improper combination of drugs, or drugs and food (48.51%). From this research, it is known that the problem with the effectiveness of treatment is the most drug-related problems."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dya Iqtha Poetri
"Apoteker memiliki berbagai peran penting dalam pengaturan praktik farmasi. Penyelenggaraan praktik atau pekerjaan kefarmasian meliputi pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi. Seorang profesi apoteker perlu menguasai standar kompetensi apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian sesuai dengan kompetensi profesi. Standar tersebut memastikan bahwa seorang apoteker memiliki seluruh kompetensi yang relevan untuk mejalankan perannya dan mampu memberikan pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan tentang praktik kefarmasian, peraturan, etika, kode etik, dan pedoman praktik apoteker. Terdapat sepuluh (10) elemen standar kompetensi apoteker yang perlu dikuasai sebagai persyaratan untuk memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi. Standar kompetensi telah dilengkapi oleh elemen yang perlu dikuasai oleh apoteker pada saat lulus dan masuk ke tempat praktik/kerja. Sebagai calon apoteker, pentingnya membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan tentang peran, fungsi dan tanggung jawab apoteker melalui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dengan dilaksanakannya PKPA, seorang calon apoteker diharapkan memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sehingga menjadi siap untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang professional.

Pharmacists work in diverse roles and practice settings. The implementation of pharmacy practice includes pharmaceutical work in the procurement, production, distribution of pharmaceutical preparations and and pharmaceutical care. A pharmacist is expected to master pharmacy standard competency to maintain and practice within the limits of professional competence. The standard competency is a commitment to practice with an an obligation to do in accordance with expected behaviours as set down in professional codes, standards and guidelines which results in facilitating professional practice and growth. There are 10 elements of pharmacy competency standards which need to be attained by an individual to practise effectively as a pharmacist. It is important to equip students with knowledge and abilities about the roles and responsibilities of pharmacists in the real field through an internship program. A future pharmacist is expected to have the insight, knowledge, skills and experience through the internship program in order to be become a professional in the pharmacy practice."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nusaibah
"ABSTRAK
Pemberian obat untuk pasien hipertensi memerlukan perhatian khusus karena memiliki penyakit penyerta sehingga cenderung mengalami polifarmasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah terkait obat dengan domain efektivitas terapi dan reaksi obat yang tidak diinginkan berdasarkan Pharmaceutical Care Network Europe. Metode penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan rekam medis, resep, dan catatan perawat. Sampel penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis primer hipertensi primer dan pasien yang berusia lebih dari 23 tahun. Analisis dilakukan terhadap 114 sampel penelitian. Masalah terkait obat yang paling umum adalah efektivitas terapi dengan persentase 60,00% dan masalah terkait obat lainnya, yaitu reaksi obat yang tidak diinginkan, memiliki persentase 40%. Penyebab masalah tertinggi yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah kombinasi obat-obat atau obat-makanan yang tidak tepat termasuk kejadian interaksi obat yaitu 40,00%.

ABSTRACT
Giving drugs to hypertensive patients requires special attention because they have comorbidities so they tend to experience polypharmacy. This study aims to analyze drug-related problems with the domain of therapeutic effectiveness and unwanted drug reactions based on Pharmaceutical Care Network Europe. This research method is cross sectional using medical records, prescriptions, and nurse notes. The samples of this study were patients with a primary diagnosis of primary hypertension and patients who were more than 23 years old. The analysis was carried out on 114 research samples. The most common drug-related problems were therapeutic effectiveness with a percentage of 60.00% and other drug-related problems, namely unwanted drug reactions, had a percentage of 40%. The cause of the highest problem identified in this study was an inappropriate drug-drug or drug-food combination including the incidence of drug interactions, which was 40.00%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Nurul Afifah
"Pasien yang dirawat inap dengan stroke iskemik perlu mendapat perhatian khusus karena komorbiditas dan polifarmasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah terkait obat dengan domain efektivitas terapi dan reaksi obat yang tidak diinginkan di bawah Jaringan Perawatan Farmasi Eropa. Metode penelitian ini adalah cross sectional berdasarkan data rekam medis, resep, dan catatan perawat. Sampel dari penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis primer stroke iskemik dan pasien berusia lebih dari sama dengan 23 tahun. Analisis dilakukan pada 115 sampel penelitian. Masalah terkait obat yang paling umum adalah masalah efektivitas pengobatan (65,00%) dengan efek sub domain dari pengobatan obat tidak optimal (29,58%) sebagai sub domain yang paling parah. Masalah terkait narkoba lainnya adalah masalah reaksi merugikan memiliki prosentase (35,00%) dengan subtitusi kejadian obat merugikan (tidak alergi) sebesar (34,58%) sebagai sub domain tertinggi. Penyebab tertinggi dari masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bahwa kombinasi obat, atau obat, dan makanan yang tidak tepat yaitu (56,04%).

Patients who are hospitalized with ischemic stroke need special attention due to comorbidity and polypharmacy. This study aims to analyze drug-related problems with the domain of therapeutic effectiveness and unwanted drug reactions under the European Pharmaceutical Care Network. This research method is cross sectional based on medical records, prescriptions, and nurses' records. Samples from this study were patients with a primary diagnosis of ischemic stroke and patients aged more than equal to 23 years. Analysis was conducted on 115 study samples. The most common drug-related problem is the problem of treatment effectiveness (65.00%) with the sub-domain effect of suboptimal drug treatment (29.58%) being the most severe sub-domain. Another drug related problem is the problem of adverse reactions having a percentage (35.00%) with the substitution of adverse drug events (not allergic) of (34.58%) as the highest sub domain. The highest cause of the problems identified in this study was that the combination of drugs, or drugs, and food were not appropriate (56.04%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Anindita
"Evaluasi penggunaan PPI perlu dilakukan melihat tingginya penggunaan PPI dan dampak yang mungkin terjadi dari penggunaan PPI yang tidak tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan PPI di instalasi rawat inap RSPAD Gatot Soebroto periode Februari - April 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik observasional dengan metode pengambilan data secara prospektif berdasarkan resep dan rekam medis. Sampel adalah data seluruh pasien BPJS yang menggunakan PPI di instalasi rawat inap departemen penyakit dalam RSPAD periode Februari - April 2016. Evaluasi penggunaan PPI dilakukan berdasarkan rasionalitas dan efektivitas terapi. Analisis dilakukan terhadap 153 terapi dari 91 pasien. Terdapat 77,78% penggunaan PPI yang tepat indikasi, 77,78% yang tepat pemilihan obat, 98,69% yang tepat penilaian kondisi pasien sebesar, 4,58% yang tepat dosis, 66,01% yang tepat lama pemberian, dan 86,27% efektif.

Evaluation of the use of PPI needs to be done perceiving the high use of PPI and likely impacts from inappropriate use of PPI. The aim of this study was to evaluate the use of PPI on inpatients at Gatot Soebroto Army Center Hospital in Period of February-April 2016. The study design was observational analytic descriptive with prospective data collection method based on prescription and medical record. The sample was data of entire adult inpatients with BPJS health insurance who used PPI at internal disease department of RSPAD. PPI use was evaluated based on rationality and therapy effectiveness. Analysis carried out on 153 therapies of 91 patients. This study obtained appropriate indication percentage by 77,78%, appropriate drug selection by 77,78%, appropriate patient condition assessment by 98,69%, appropriate dose by 4,58%, appropriate therapy duration by 66,01%, and therapy effectiveness by 86,27%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dwi Sukmawati
"Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dengan statin sebagai lini pertama pengobatannya. Keadaan dislipidemia biasanya diikuti oleh penyakit lain sehingga untuk terapinya diperlukan kombinasi obat. Penggunaan kombinasi obat akan meningkatkan risiko dari interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis interaksi obat golongan statin pada resep pasien rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto periode Februari-April 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pengambilan data secara prospektif. Penapisan interaksi menggunakan Micromedex dan Medscape Drug Interaction Checker. Hasil analisis didapatkan 558 kasus interaksi dari 490 jumlah resep yang memenuhi kriteria inklusi. Interaksi obat terbanyak memiliki tingkat keparahan moderat 88 diikuti dengan tingkat keparahan mayor 11 , dan minor 1 . Kombinasi statin dan klopidogrel merupakan kombinasi obat yang paling banyak mengalami interaksi. Mekanisme interaksi yang paling banyak terjadi pada penelitian ini adalah interaksi farmakokinetik. Hasil analisis bivariat menggunakan SPSS dengan uji Chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah obat tiap resep dan interaksi p= 0,000.

Dyslipidemia is a risk factor for cardiovascular disease with statins as the first line treatment. Dyslipidemia is usually followed by other diseases that lead to the need of drugs combination therapy. Drugs combination will increase the risk of drug interactions. The purpose of this study was to analyze statin drug interactions in prescription of hospitalized patients at Gatot Soebroto Army Center Hospital in period of February April 2017. This study was analytical descriptive with prospective data collection. Drug interaction screening used Micromedex and Medscape Drug Interaction Checker. The analysis results obtained 558 cases of interactions of 490 prescriptions that complied the inclusion criteria. The most common drug interaction contained moderate severity of 88 followed by major severity of 11 , and minor 1 . Statin and clopidogrel were the most frequent combination that lead to interactions. The most frequent interaction mechanism in this study was pharmacokinetic interactions. The result of bivariate analysis which used SPSS with Chi square test showed that there was a significant correlation between the number of drug each prescription and the interaction p 0,000."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Fani Yolanda
"Tata kelola klinis adalah kerangka kerja organisasi terstruktur untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pasien di rumah sakit. Penelitian ini membahas tata kelola keselamatan pasien menggunakan kerangka tata kelola klinis. Tingginya kejadian KTD dan KNC di rumah sakit, membuat tata kelola keselamatan di Rumah Sakit Koja menjadi tidak optimal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa impresiasi kepemimpinan klinis telah berjalan dengan baik, tetapi dalam hal arahan dan pengawasan tidak optimal, pelaksanaan audit medis telah dilakukan dengan baik dan optimal, kepatuhan dengan penggunaan Clinical Pathway masih belum maksimal. dan kurangnya sosialisasi, evaluasi pelaksanaan pelatihan dan pendidikan di Rumah Sakit Koja. Hasil penelitian menyarankan manajemen untuk meningkatkan kegiatan pengawasan dan pemantauan, meningkatkan sosialisasi CP, mengevaluasi pelaksanaan pelatihan dan pendidikan di Rumah Sakit Koja

Clinical governance is a structured organizational framework for improving the quality and safety of patients in hospitals. This study discusses patient safety governance using a clinical governance framework. The high incidence of KTD and KNC in hospitals, makes safety management at the Koja Hospital become not optimal. This research is a qualitative research with a descriptive design. The results of the study found that the clinical leadership's appreciation had gone well, but in terms of direction and supervision not optimal, the implementation of the medical audit was carried out properly and optimally, compliance with the use of Clinical Pathway was still not optimal. and lack of socialization, evaluation of the implementation of training and education at Koja Hospital. The results of the study suggest management to improve monitoring and monitoring activities, increase CP socialization, evaluate the implementation of training and education at Koja Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Annisa Firdaus
"Indikator Standar Pelayanan Minimal waktu tunggu pelayanan obat pada di depo farmasi rawat jalan RSUD Koja belum mencapai standar. Selisih terbesar antara pencapaian dengan standar terjadi pada pelayanan obat jadi pasien BPJS. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan dengan pendekatan Lean Six Sigma. Jenis penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan rata-rata waktu tunggu adalah 1 jam 21 menit 48 detik dengan kegiatan value-added sebesar 7,40% dan non- value-added sebesar 92,60%. Kategori waste terbesar ada pada kategori waiting, dan disusul oleh kategori lainnya yaitu motion, defects, overprocessing, human potential, dan inventory. Proses yang menjadi bottleneck adalah proses persiapan obat. Akar penyebab utama pada bottleneck yang dianalisis dengan fishbone adalah kategori man.
Usulan perbaikan terdiri dari realisasi perhitungan beban kerja, 5S, standarisasi pekerjaan, visual management, kaizen, perbaikan sistem, counter nomor antrian obat, perluasan ruangan, serta poli cepat dan perubahan layout. Dari usulan perbaikan, didapatkan hasil future state map yang menunjukkan waktu tunggu mengalami penurunan menjadi 49 menit 8 detik dengan value-added sebesar 12,38% dan non-value-added sebesar 87,62%.

The waiting time for medicine services in outpatient pharmacy RSUD Koja has not reached the standard. The biggest difference between achievement and standard occurs in the service of noncompounding medicine for BPJS patients. This study was conducted to analyze the waiting time of outpatient medicine services using Lean Six Sigma approach. This research is operational research with qualitative and quantitative approaches.
The results of this research that the average of waiting time is 1 hour 21 minutes 48 seconds with 7.40% of value-added and 92.49% of non-value-added. The biggest waste category is waiting, followed by other categories, such as motion, defects, overprocessing, human potential, and inventory. The bottleneck of medicine service is the process of medicine preparation with the root cause of problem using fishbone diagram is man category.
The suggestion for process improvements consist of realization of workload calculations, 5S, standardization of work, visual management, kaizen, software repairs, machine for queue number, room expansion, poli cepat and layout changes. Based on that suggestions, future state map results show that waiting time decreased to 49 minutes 8 seconds with 12.38% of value-added and 87.62% of non-value- added.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivony Jeremia
"ABSTRAK
Pasien yang terdiagnosa diabetes dan hipertensi mengalami kombinasi obat dalam masa terapi sehingga meningkatkan resiko terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan maupun meningkatkan resiko terjadinya komplikasi akibat penggunaan kombinasi obat yang tidak tepat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis potensi interaksi obat antidiabetik oral dengan antihipertensi pada resep pasien di Apotek ldquo;X rdquo; periode Februari-April 2017. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yang dilengkapi dengan uji Chi-Square pada data resep pasien periode Februari-April 2017 yang mendapatkan minimal 1 obat antidiabetik oral dan minimal 1 obat antihipertensi dengan metode total sampling. Analisis dilakukan terhadap 263 lembar resep. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peresepan antidiabetik dengan antihipertensi memiliki potensi interaksi obat pada 106 lembar resep 40,34 dengan total kasus sebanyak 162 kasus yang terdiri dari 0 kasus interaksi mayor 0 , 138 kasus interaksi moderat 85,18 dengan interaksi paling banyak antara metformin-bisoprolol sebanyak 37 kejadian 22,84 dan 24 kasus interaksi minor 14,81 dengan interaksi paling banyak antara metformin-furosemid sebanyak 17 kejadian 10,49 . Uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jumlah obat per lembar resep dengan potensi interaksi obat p= 0,009 , tetapi tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan umur pasien dengan potensi interaksi obat p= 0,260; 0,814.

ABSTRACT
Patients with diabetes and hypertension acquired more than 1 drug within therapies so that increasing the risk of potential drug drug interaction. Drug interaction could generate undesirable effect or increase complication risk as a result of inappropriate drug combination. This study aimed to analyze the potential of drug drug interaction in oral antidiabetics with antihypertensives in patients rsquo prescriptions at Pharmacy ldquo X rdquo in period of February April 2017. This study uses analytical descriptive method with Chi Square test on prescriptions of patients who were prescribed of minimum 1 oral antidiabetic and minimum 1 antihypertensive in period of February April 2017 by total sampling. The analysis conducted on 263 prescriptions. This study concluded that prescriptions of antidiabetics and antihypertensives has potential drug drug interaction on 106 prescriptions 40,34 with total of 162 cases, which are consisted of 0 case of mayor interactions 0 , 138 cases of moderate interactions 85,18 with most interaction occur between metformin bisoprolol of 37 cases 22,84 and 24 cases of minor interactions 14,81 with most interaction occur between metformin furosemide of 17 cases 10,49 . The statistic test showed there is a significant relationship between total of drug prescribed in one prescription with potential drug drug interaction p 0,009 , but there is no significant relationship between gender and age of the patients with potential drug drug interaction p 0,260 0,814."
2017
S69214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Rahmawati
"Ketidaktepatan dalam pemberian obat pada pasien balita dapat menimbulkan adanya masalah terkait obat dikarenakan adanya perbedaan farmakokinetika dan farmakodinamika dengan pasien dewasa. Obat kortikosteroid merupakan salah satu obat yang prevalensi diresepkan kepada balita cukup tinggi karena dianggap memiliki banyak manfaat. Namun terdapat beberapa efek samping yang perlu diwaspadai yaitu imunosupresan dan retardasi pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat kortikosteroid oral terhadap pasien anak di Puskesmas Kecamatan Tebet yang meliputi ketepatan pemilihan obat, kesesuaian dosis, ketepatan durasi pengobatan, dan juga adanya potensi interaksi obat. Penelitian ini dilakukan secara restrospektif dari resep pasien dan teknik total sampling. Sampel pada penelitian ini menggunakan resep obat deksametason dan prednsison pada pasien balita Puskesmas Kecamatan Tebet periode September-Desember 2019 sebanyak 523 sampel. Dari 523 resep didapatkan jumlah pengobatan kortikosteroid oral yang paling banyak adalah 63% dengan indikasi terbanyak berupa Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebanyak 70,7%. Hasil analisis masalah terkait obat menunjukkan adanya ketidaktepatan pemilihan obat sebanyak 382 (73,1%) dan ketidaksesuaian dosis sebanyak 7 (1,3%). Dari hasil analisis statistik didapatkan adanya korelasi antara pemilihan obat dengan ketepatan indikasi pasien (p=0,006). Tingginya potensi masalah terkait obat yang ditemukan membutuhkan kewaspadaan bagi tenaga kesehatan dalam pelayanan resep kortikosteroid oral pada pasien balita.

Inaccuracy in drug administration in under-five patients can lead to drug-related problems due to differences in pharmacokinetics and pharmacodynamics with adult patients. Corticosteroid drugs are one of the drugs whose prevalence is quite high because they are considered to have many benefits. However, there are some side effects that need to be watched out for, namely immunosuppression and growth retardation. This study aims to analyze the existence of problems related to oral corticosteroid drugs in pediatric patients at the Tebet District Health Center which include the accuracy of drug selection, appropriate dosage, accuracy of treatment duration, and also the potential for drug interactions. This study was conducted retrospectively from patient prescriptions and total sampling technique. The sample in this study used prescription drugs for dexamethasone and prednison in toddler patients in Puskesmas Kecamatan Tebet for the period September-December 2019 with a total of 523 samples. Of the 523 prescriptions, the highest number of oral corticosteroid treatment was 63% with the most indication being Upper Respiratory Tract Infection (URTI) of 70.7%. The results of drug-related problem analysis showed that there were 382 (73.1%) drug selection inaccuracies and 7 (1.3%) dose inaccuracies. From the results of statistical analysis, it was found that there was a correlation between drug selection and the accuracy of patient indications (p=0.006). The high potential for drug-related problems that are found requires special attention for health workers in prescribing oral corticosteroid drugs in toddler health services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>