Ditemukan 96076 dokumen yang sesuai dengan query
Marasabessy, Syeikha Annisa
"Pada abad ke-21 ini, representasi orang kulit hitam di banyak film Amerika problematis karena film-film tersebut tidak menghilangkan representasi stereotip orang kulit hitam yang mana sering digambarkan tidak sopan dan kurang cerdas dibandingkan dengan ras lain. Banyak film sudah mencoba mengubah stereotip tersebut ke perspektif lain, namun film-film tersebut masih belum dapat sepenuhnya menghapuskan stereotip yang ada. Dengan melihat aspek sinematik, dialog, simbol, suara, dan musik yang digunakan, artikel ini menganalisis stereotip karakter orang kulit hitam dalam film Get Out (2017) oleh Jordan Peele menggunakan analisis wacana. Artikel ini menemukan bahwa keseluruhan representasi dalam film tersebut masih memisahkan kulit hitam dari kulit putih dengan lebih mengutamakan aspek tubuh daripada pikiran dalam maskulinitas kulit hitam, sikap yang tidak sopan, dan perbedaan jenis pekerjaan. Sebagai hasilnya, karakter kulit hitam terlihat inferior dibandingkan karakter kulit putih meskipun film ini berusaha untuk memberdayakan orang kulit hitam. Penggunaan musik juga menekankan adanya perbedaan kekuasaan antara kedua ras. Keseluruhan hasil analisis dari artikel menemukan bahwa penggambaran stereotip orang kulit hitam masih terlihat dalam film yang memberdayakan orang kulit hitam. Hal ini menunjukkan bahwa representasi ras menuntut pengamatan secara mendalam
In the 21st century, the representation of Black people in many U.S. movies is still problematic, for the movies do not omit the stereotypical representations of Black people, which are often depicted being disrespectful and unintelligent compared to other races. Many movies have been trying to change them into another perspective, yet they are still unable to completely get rid of those stereotypes. By looking through the cinematic aspects, the dialogues, and the symbols along with the sounds and music used, this paper examines the stereotypes of Black characters in the movie Get Out (2017) by Jordan Peele using discourse analysis. The paper observes that the representation of the movie still distinguishes Black from White in the aspects of body over mind in Black masculinity, incivility, and distinctive racial labor. As a result, Black characters are seen inferior compared to White characters despite the movie’s effort to empower them. The use of music also emphasizes the power relation difference between the two races. The overall finding of the paper reveals that the existence of Black stereotypical depiction is still found in a movie empowering Black people, and it shows that race representation should be monitored thoroughly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Diandra Maharani
"Penelitian ini membahas mengenai analisis konsep omotenashi dalam film serial Izakaya Bottakuri menggunakan konsep omotenashi dari Ichijou. Izakaya Bottakuri bercerita tentang ketangguhan seorang perempuan yang bernama Mine yang harus hidup mandiri bersama sang adik yang bernama Kaoru dalam menjalankan bisnis di kedai kecilnya. Di dalam film serial ini, terdapat unsur-unsur omotenashi dari tindakan yang dilakukan oleh tokoh. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk penampilan, perilaku, dan tutur kata dalam film serial Izakaya Bottakuri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan kata-kata dan perilaku tokoh. Hasil analisis dari penelitian ini ditemukan tiga bentuk omotenashi yaitu bentuk penampilan, bentuk perilaku,dan bentuk tutur kata. Dalam bentuk penampilan, tokoh selalu menjaga penampilan kedai dengan selalu dibersihkan, memakai pakaian rapih dalam menjaga penampilan, dan memerhatikan penampilan makanan yang akan dihidangkan. Dalam bentuk perilaku, tokoh melakukan ojigi di hadapan tamu, senyum, dan tindakan profesional. Dalam bentuk tutur kata, tokoh menggunakan bahasa sopan dan tidak lupa mengucapkan aisatsu.
This study discusses the analysis of the omotenashi concept in the Izakaya Bottakuri film series using the omotenashi concept from Ichijou. Izakaya Bottakuri tells the story of the resilience of a woman named Mine who has to live independently with her sister named Kaoru in running a business in her small restaurant. In this film series, there are elements of omotenashi from the actions taken by the characters. The purpose of this study is to describe the form of appearance, behavior, and speech in the Izakaya Bottakuri film series. This study uses a qualitative research method that produces the words and behavior of the characters. The results of the analysis of this study found three forms of omotenashi, namely the form of appearance, form of behavior, and form of speech. In the form of appearance, the character always maintains the appearance of the shop by always being cleaned, wearing neat clothes in maintaining the appearance of the character, and paying attention to the appearance of the food to be served. In the form of behavior, the character performs ojigi in front of guests, smiles, and acts professionally. In the form of speech, the characters use polite language and aisatsu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
DeNitto, Dennis
New York: Harper Row, 1985
791.43 Den f
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Yud Izdihar Alhananiputri
"Darbareye Elly merupakan sebuah film thriller psikologis dari Iran yang disutradarai oleh Asghar Farhadi dan diproduksi pada tahun 2009. Bercerita tentang sekelompok teman yang sedang pergi ke pinggir kota, Pantai Kaspia, untuk berlibur. Seiring berjalannya cerita, terungkap kebohongan-kebohongan dari para tokoh untuk mewujudkan keinginannya masing-masing. Motivasi dari para tokoh membuat perubahan karakter yang digambarkan berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori psikologi sastra mengacu pada Sigmund Freud. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan karakter tokoh utama sesuai dengan teori psikologi sastra oleh Sigmund Freud. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kepribadian tokoh utama, yaitu Elly, Sepideh, dan Ahmad memiliki karakter id yang paling mendominasi dibandingkan dengan ego dan superego, serta tokoh yang paling menunjukkan perubahan karakternya adalah Sepideh, lalu Elly, dan yang tidak terlalu menunjukkan perubahan karakternya adalah Ahmad.
Darbareye Elly is an Iranian psychological thriller film directed by Asghar Farhadi and produced in 2009. It tells the story of a group of friends who go to the edge of the city, the Caspian Coast, for a vacation. As the story progresses, lies are revealed from the characters to realize their respective desires. The motivations of the characters make changes to the characters portrayed differently. This research uses a qualitative descriptive method. The theory used is the theory of literary psychology referring to Sigmund Freud. The purpose of this research is to describe the main character in accordance with the theory of literary psychology by Sigmund Freud. The results of this study found that the personalities of the main characters, namely Elly, Sepideh, and Ahmad have id characters that dominate the most compared to ego and superego, and the character who shows the most character change is Sepideh, then Elly, and the one who doesn't show too much character change is Ahmad."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Firda Aisyah
"Wu Zetian adalah kaisar perempuan satu-satunya dalam sejarah kedinastian Tiongkok dan tercatat menggunakan 14 nama era selama pemerintahannya. Nama era memegang peranan penting dalam pemahaman sejarah dan historiografi Tiongkok. Nama era dapat merepresentasikan keadaan politik, sosial, budaya, dan pribadi kaisar sebagai penciptanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang perubahan nama era dan karakter Wu Zetian yang tercermin melalui analisis nama era. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Hasil analisis menunjukkan bahwa ditemukan empat faktor utama perubahan nama era pada masa pemerintahan Wu Zetian, yaitu peristiwa, pencapaian, suasana hati, dan harapan. Selain itu, nama era mencerminkan Wu Zetian sebagai perempuan yang memiliki karakter religius, ambisius, percaya diri, bijaksana, berjiwa pemimpin, dan penuh pertimbangan.
Wu Zetian, the only female emperor in Chinese dynastic history, used 14 reign-titles during her reign. Reign-titles hold a significant role in comprehending Chinese history and historiography. Reign-titles can reflect the political, social, cultural, and personal circumstances of its creator, the emperor. This research aims to determine the background to the change in reign-title and Wu Zetian's character as reflected through the analysis of reign-titles. This research uses historical research methods. The analysis reveals that during Wu Zetian's reign, reign-titles changed due to four main factors: events, achievements, moods, and expectations. Furthermore, the reign-titles of Wu Zetian indicate her as a highly ambitious woman with strong religious beliefs, exceptional self-confidence, wisdom, prudence, and leadership skills."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Erika Marcelina Kakiay
"Film Shadow (2018) merupakan film bergenre wuxia yang menceritakan tentang kehidupan tokoh Jingzhou yang menjadi pengganti bagi Panglima Ziyu. Jingzhou merupakan seorang anak yang terlantar dan terpisah dari ibunya akibat berpindah tangannya kota Jing, dipelihara oleh Panglima Ziyu. Akan tetapi dengan tugasnya sebagai seorang bayang membuat Jingzhou lelah menjadi seseorang yang bukan dirinya. Dalam film Shadow (2018), Zhang Yimou berusaha untuk menunjukkan konflik yang harus dilalui Jingzhou sebagai bayangan Ziyu. Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kebajikan dan pergulatan batin Jingzhou dalam penokohannya sebagai Ziyu pada film Shadow (Ying) direfleksikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kebajikan dan pergulatan batin Jingzhou dalam penokohannya sebagai Ziyu direfleksikan. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik yang berfokus pada penokohan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Jingzhou sebagai tokoh yang bergerak sebagai pengganti Panglima Ziyu mengalami konflik batin yang pada akhirnya membuat dia melakukan pemberontakan untuk menjadi dirinya sendiri.
Shadow (2018) is a wuxia film that tells the story of the life of the character Jingzhou who became a substitute for General Ziyu. Jingzhou is a child who was abandoned and separated from his mother due to the transfer of the city of Jing, nurtured by General Ziyu. However, his duties as a shadow made Jingzhou tired of being someone else. In the film Shadow (2018), Zhang Yimou attempts to show the conflict that Jingzhou has to go through as Ziyu's shadow. So the problem formulation of this research is how Jingzhou's virtue and inner struggle in his characterisation as Ziyu in the film Shadow (Ying) are reflected. The purpose of this research is to find out how Jingzhou's virtue and inner struggle in his characterisation as Ziyu are reflected. In addition, this study uses qualitative research methods with an intrinsic approach that focuses on characterisation. The conclusion of this research is that Jingzhou as a character who moves as a substitute for General Ziyu experiences inner conflict that ultimately makes him rebel to become himself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Zatira Marchya Raditia Putri
"Film Big Fish & Begonia《大鱼海棠》merupakan film animasi yang dirilis pada tahun 2016. Film ini mengisahkan perjalanan, pengorbanan, dan ikatan emosional antara insan dari dunia berbeda. Chun, seorang gadis remaja dari dunia mistik di mana “The Others” tinggal, menghadapi banyak kesulitan dan rintangan ketika merawat Kun yang berasal dari dunia manusia. Akan tetapi, Chun berhasil melaluinya dengan adanya keyakinan dalam dirinya serta bantuan dari temannya yaitu Qiu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis latar sebagai aspek yang mendukung penokohan dalam film Big Fish & Begonia. Penelitian ini menggunakan pendekatan intrinsik dengan fokus pada unsur latar dan penokohan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar merupakan aspek penting yang mempengaruhi penokohan dalam film. Hal ini karena interaksi antara para tokoh yaitu Chun, Kun, dan Qiu dapat terjadi karena adanya benturan antara latar dua dunia, yaitu dunia mistik dan dunia manusia. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap makna di balik judul film yang mewakilkan dua dunia, serta memiliki keterkaitan dengan tokoh dalam film, yaitu Kun dan Chun.
Big Fish & Begonia 《大鱼海棠》is an animated film released on 2016. This film tells the story of the journey, sacrifice, and emotional bond between people from different worlds. Chun, a teenage girl from the mystical world where “The Others” lives, faces many difficulties and obstacles while taking care of Kun who is from the human world. However, Chun managed to get through it with the belief in her and the help of her friend, Qiu. This research aims to analyze the settings as an aspect that supports the characterizations in the film Big Fish & Begonia. This research uses an intrinsic approach with a focus on the element of settings and characterization. The results of this research indicate that settings is an important aspect that influences the characterizations in the film. This is because the interaction between the characters, namely Chun, Kun, and Qiu, can occur due to a clash between the settings of the two worlds, that is the mystical world and the human world. In addition, this research also reveals the meaning behind the title of the film which represents two worlds, and related to the characters in the film, namely Kun and Chun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
DeNitto, Dennis
New York: Harper & Row Pub., 1985
791.43 DEN f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Anak Agung Savitri Prada Gayatri
"Fahrenheit 451 merupakan sebuah novel yang ditulis oleh Ray Bradbury dan dipublikasi pada tahun 1953. Buku tersebut telah di adaptasi kedalam beberapa bentuk media lain, termasuk film, dan baik buku ataupun novel telah mengangkat banyak isu seperti pembakaran buku, sensor dan perbatasan pengetahuan. Fokus dari penulisan ini adalah untuk mengamati dua karakter, yakni Clarisse dan Mildred agar dapat melihat peran mereka diperlihatkan di dalam film-film, karena kedua film diproduksi di waktu yang berbeda yakni pada tahun 1966 dan tahun 2018. Meskipun diproduksi di dua era yang berbeda, film-film yang dibuat oleh Truffaut dan Bahrani memperlihatkan peran yang sama bagi kedua karakter. Penulis berpendapat bahwa penggambaran karakter dan juga tahun yang berbeda dalam adaptasi dapat memperlihatkan perbedaan dan perkembangan kedua karakter.
Fahrenheit 451 was written in 1953 by Ray Bradbury and had been adapted to different forms of media, including films. The focus of this paper is to look at two characters from the film (Clarisse and Mildred) to see how their characters are portrayed differently since they are from different eras. The paper chose Fahrenheit 451 as the source text and will look at the 2 film adaptations by François Troufaut (1966) and Ramin Bahrani (2018). Despite making film adaptations from the same text, both films by Truffaut and Bahrani have different ways of adapting their film and portraying Clarisse and Mildred. The author argued that different characterizations in the film and the respective year of the adaptation can signify the difference and the development of Clarisse and Mildred’s characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Mathilda
"Karakter perempuan Manic Pixie Dream Girl (MPDG), seperti yang diartikan oleh kritikus film Nathan Rabin, adalah trope perempuan eksentrik dan aneh yang dibentuk untuk menyelamatkan laki-laki dari kehidupan membosankan, mencerminkan diskriminasi terhadap perempuan. Penulisan ini bertujuan memahami representasi MPDG dalam film Love for Sale sebagai bentuk seksisme. Melalui analisis wacana kritis feminis, penulisan ini mengungkap sistem patriarki dalam narasi dan visual film, berkorelasi dengan teori film feminis oleh Laura Mulvey, terutama konsep male gaze. Male gaze merujuk pada cara film dibuat dari sudut pandang laki-laki, di mana perempuan digambarkan sebagai objek fantasi memuaskan audiens laki-laki, memperkuat pandangan patriarkal. Temuan seksisme ini didukung oleh tiga pondasi utama. Pertama, konstruksi dan stereotip gender memperkuat norma patriarkal, khususnya maskulinitas dan femininitas tokoh. Kedua, stereotip gender mengobjektifikasi tubuh dan seksualitas perempuan, menjadikannya objek keinginan seksual daripada individu dengan ekspresi pribadi yang bebas. Ketiga, relasi kuasa yang timpang, dengan dominasi laki-laki yang besar, menegaskan hubungan hierarkis yang tidak seimbang. Ketiga pondasi ini menunjukkan bahwa film ini memperkuat narasi gender yang tidak setara. Akibatnya, perempuan mengalami kesadaran palsu akibat memproyeksikan karakter MPDG ke realita. Penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan perempuan tentang pentingnya representasi perempuan yang lebih adil dan inklusif.
The Manic Pixie Dream Girl (MPDG) character, as defined by film critic Nathan Rabin, is an eccentric and quirky female trope designed to save men from their boring lives, reflecting discrimination against women. This paper aims to understand the representation of the MPDG in the film Love for Sale as a form of sexism. Through a feminist critical discourse analysis, this paper reveals the patriarchal system in the film’s narrative and visuals, correlating with feminist film theory by Laura Mulvey, particularly the concept of the male gaze. The male gaze refers to the way films are made from a male perspective, where women are depicted as fantasy objects satisfying the male audience, reinforcing patriarchal views. These findings of sexism are supported by three main foundations. First, the construction and gender stereotypes reinforce patriarchal norms, especially the masculinity and femininity of the characters. Second, gender stereotypes objectify women's bodies and sexuality, making them objects of sexual desire rather than individuals with free personal expression. Third, the unequal power relations, with significant male dominance, affirm an imbalanced hierarchical relationship. These three foundations show that the film reinforces an unequal gender narrative. As a result, women experience false consciousness by projecting the MPDG character into reality. This paper hopes to raise awareness among society and women about the importance of more equitable and inclusive representation of women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library