Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhaifina Dini Ghassani Rizki
"ABSTRAK
Pendahuluan: Remaja merupakan fase pembentukan identitas diri. Identitas diri remaja dapat dipengaruhi oleh faktor risiko dan faktor protektif. Faktor tersebut dapat menimbulkan kondisi stres dan konflik yang berdampak pada penyalahgunaan NAPZA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko dan faktor protektif yang berhubungan dengan identitas diri dan penyalahgunaan NAPZA pada remaja.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-korelatif dan dua teknik sampling yaitu purposive sampling dan stratified-cluster sampling dengan jumlah sampel sebesar 288 remaja SMA di Jakarta Timur. Pengambilan data menggunakan lima kuesioner yaitu data demografi, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Typology of Parenting Style, Identity Function Scale, dan Drug Abuse Screening Test-20 (DAST-20).
Hasil: Remaja SMA di Jakarta Timur sebagian besar memiliki identitas penundaan dan tidak melakukan penyalahgunaan NAPZA. Masalah emosi dan perilaku dan pola asuh orang tua memiliki hubungan secara bermakna dengan identitas diri. Tidak ada faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA.
Rekomendasi: Promosi dan prevensi masalah identitas diri dan penyalahgunaan NAPZA pada remaja dengan cara melakukan stimulasi perkembangan, Terapi Kelompok Terapeutik, dan Cognitive Behavior Therapy.

ABSTRACT
Introduction: Adolescent is a phase of self-identity development. Self-identity on adolescent can be influenced by risk factors and protective factors. These factors have risk to cause stress and conflicts which lead to drug abuse. The purpose of this study was to determine the risk factors and protective factors that related to self-identity and drug abuse in adolescents.
Methods: The study use descriptive-correlational research design with two sampling techniques that are stratified-cluster sampling and purposive sampling which are 288 samples of high school students in East Jakarta. The data was collected by five questionnaires that are demographic data, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Typology of Parenting Style, Identity Function Scale, and Drug-Abuse Screening Test 20 (DAST-20).
Results: Most high school adolescents in Jakarta have identity moratorium and nonuse of drug abuse category. Emotional-behavior problems and parenting have a significant relationship with self-identity. There are no factors related to drug abuse.
Recommendation: Promotion and prevention of self-identity problems and drug abuse on adolescent by developmental stimulation, Therapeutic Group Therapy, and Cognitive Behavior Therapy."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfira Rusiana
"Pendahuluan: Remaja memiliki faktor-faktor yang membuatnya rentan melakukan perilaku berisiko seperti mencederai diri dan penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan faktor protektif yang berhubungan dengan perilaku mencederai diri dan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-korelatif dengan teknik sampling stratified cluster sampling dan purposive sampling dengan jumlah sampel 263 remaja SMA di Jakarta Barat. Penelitian menggunakan lima kuesioner yaitu data demografi, Strenght and Difficulties Questionnaire (SDQ), Typology of Parenting Styles, Deliberate Self Harm Inventory (DSHI), dan Drug Abuse Screening Test-20 (DAST-20). Hasil: Remaja SMA di Jakarta Barat sebagian besar tidak memiliki perilaku mencederai diri dan penyalahgunakan NAPZA. Masalah emosional dan perilaku, perilaku prososial, dan pola asuh memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku mencederai diri. Tidak ada faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Rekomendasi: Promosi dan prevensi perilaku mencederai diri dan penyalahgunaan NAPZA dengan Coping-Skills Training, Problem-Solving Therapy, Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan Dialectical Behavioral Therapy (DBT).

Introduction: Adolescent has factors that make them vulnerable to health risky behavior such as self-injury and drug abuse. The purpose of this study was to find risk factors and protective factors related to self-injury and drugs abuse in adolescents. Methods: The study used descriptive correlative design and sampling techniques named stratified-cluster sampling and purposive sampling with a total sample of 263 adolescents in high school in West Jakarta. The data was collected by five questionnaires, which are demographic data, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Typology of Parenting Style, Deliberate Self Harm Inventory (DSHI), and Drug-Abuse Screening Test 20 (DAST-20). Results: Most high school adolescents in Jakarta does not have self-injurious behavior and drug abuse. Emotional-behavior problems, prosocial behavior, and parenting style have a significant relationship with self-injury. There are no factors related to drug abuse. Recommendation: Promotion and prevention of self-injury problems and drug abuse by Coping-Skills Training, Problem-Solving Therapy, Cognitive Behavior Therapy (CBT), and Dialectical Behavioral Therapy (DBT)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabrila Hasti Endah Ramadani
"

Pendahuluan: Remaja mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dan remaja akan memberikan berbagai respons terhadap perkembangannya. Respon maladaptif yang rentan dialami remaja adalah penyalahgunaan NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA dapat disebabkan oleh harga diri rendah yang dialami remaja. Faktor-faktor yang menyebabkan harga diri rendah remaja diantanya masalah emosi dan perilaku, rendahnya perilaku prososial serta pola asuh orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri dan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Metode: Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling dan stratified-cluster sampling dengan jumlah responden sebanyak 268 remaja SMA di Jakarta Selatan. Data diambil menggunakan enam kuesioner yaitu data demografi, Strength and Difficulties Questionnaire, Typology of Parenting Style, Coopersmith Self Esteem Inventory, dan Drug Abuse Screening Test-20. Hasil: Remaja SMA di Jakarta Selatan memiliki tingkat harga diri sedang sebesar 54,9% dan 77,6% bersih dari penyalahgunaan NAPZA. Faktor risiko masalah emosi dan perilaku memiliki hubungan bermakna dengan harga diri remaja, sedangkan perilaku prososial dan pola asuh tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan harga diri. Masalah emosi dan perilaku, perilaku prososial, serta pola asuh orang tua tidak berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Rekomendasi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar mengembangkan promosi kesehatan jiwa pada pencegahan penyalahgunaan NAPZA dengan kontrol diri, pelatihan penyelesaian masalah dan pembentukan kader kesehatan remaja, school nurse, dan life skills serta program preventif penurunan harga diri dengan menyediakan ekstrakurikuler. Selain itu, penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam pemberian program kuratif dan rehabilitatif pada remaja yang menyalahgunakan NAPZA.


Introduction: Adolescents develop in various aspects and they will provide various responses to their development. Maladaptive responses that are vulnerable to adolescence are drug abuse. Drug abuse can be caused by low self-esteem experienced by adolescents. Factors that cause adolescent low self esteem include emotional and behavioral problems, low prosocial behavior and parenting style. This study aims to determine the factors associated with self-esteem and drug abuse in adolescents. Method: The research design uses descriptive correlative. The technique used was purposive sampling and stratified-cluster sampling with the number of respondents as many as 268 high school adolescents in South Jakarta. Data was taken using six questionnaires, namely demographic data, Strength and Difficulties Questionnaire, Typology of Parenting Style, Coopersmith Self Esteem Inventory, and Drug Abuse Screening Test-20. Results: High school adolescents in South Jakarta have a moderate self-esteem rates of 54,9% and 77,6% are clear of drug abuse. Risk factors for emotional and behavioral problems have a significant relationship with adolescent self-esteem, while prosocial behavior and parenting style do not have a meaningful relationship with self-esteem. Emotional and behavioral problems, prosocial behavior, and parenting style are not related to drug abuse in adolescents. Recommendation: The results of this study are expected to be the basis for developing mental health promotion on the prevention of drug abuse by self-control, problem solving training, and establishment of adolescent health cadres, school nurses, and preventive programs to reduce self-esteem by providing extracurricular activities. In addition, research is expected to be the basis for giving curative and rehabilitative programs to adolescents who abuse drugs.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Indah Sari
"Penelitian ini berangkat dari penyalahgunaaan Narkoba yang muncul dengan segala dampaknya yang memprihatinkan. Dari data yang diperoleh, ditemukan bahwa kebanyakan penyalahguna Narkoba adalah usia remaja. Penyalahgunaan itu mempunyai dampak yang bermacam-macam, mempengaruhi individunya sendiri, maupun sosialnya. Karena itu penelitian ini meninjau dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap kepribadian individu, dalam hal ini adalah harga dirinya. Penelitian ini memberikan gambaran harga diri temaja penyalahguna Narkoba. Sebagai bahan pembanding, penelitian ini juga memberikan gambaran remaja yang bukan penyalahguna Narkoba. Gambaran ini diberikan karena aspek tersebut merupakan salah satu sasaran bagi upaya pencegahan dalam dalam individu itu sendiri. Untuk memberikan gambaran harga diri itu digunakan instrumen Self-Esteem Inventory yang dikembangkan oleh Coopersmith. Instrumen ini mengukur harga diri dari 4 dimensi yaitu sosial, akademis, keluarga dan general.
Hasil studi kepustakaan menunjukkan bahwa pada beberapa jenis Narkoba memberikan efek menurunkan kepercayaan diri serta memburuknya kepribadian seseorang disamping efek samping lainnya. Selain itu juga ditemukan bahwa ada kaitan antara penyalahgunaan Narkoba dengan kepribadian individu.
Pada analisis didapati hasil bahwa harga diri tinggi lebih banyak dimiliki oleh remaja yang bukan penyalahguna Narkoba. Sedangkan harga diri rendah lebih banyak dimiliki oleh remaja penyalahguna Narkoba. Sebagai analisis tambahan didapati hasil adanya perbedaan yang signifkan antara rata-rata skor total harga diri remaja penyalahguna Narkoba dengan rata-rata skor total harga diri remaja bukan penyalahguna Narkoba.
Untuk melihat gambaran lebih jelas lagi, penelitian ini melihat rata-rata skor dari tiap domain. Terlihat bahwa pada tiap domain harga diri, rata-rata skor penyalahguna lebih rendah dari bukan penyalahguna. Namun yang perbedaannya signifikan adalah pada domain sosial, keluarga dan general. Perbedaan yang terlihat paling besar adalah pada domain keluarga, yang berarti bahwa remaja penyalahguna Narkoba cenderung merasa bahwa keberadaan mereka di lingkungan keluarga tidak berharga.
Dari semua hasil penelitian ini diharapkan selanjutnya dapat dijadikan bahan pendekatan untuk membantu remaja korban penyalahguna agar tidak lagi menggunakan Narkoba dan dapat kembali berkarya di tengah-tengah masyarakat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Hapsari
"Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, Pada tahap tertentu, penggunaan narkoba secara terus menerus dapat berkembang menjadi ketergantungan (addiction). Ketergantungan pada narkoba tentu membawa berbagai akibat yang merugikan bagi penderitanya. Menurut cognitive model of addiction Marlatt, ketergantungan dapat dijelaskan dengan empat proses kognitif, yang salah satunya adalah atribusi kausal. Atribusi kausal adalah penyimpulan mengenai sebab dari suatu peristiwa atau tingkah laku, yang dapat dibedakan menurut berbagai dimensi, antara lain locus, stability, controlability, dan globality. Atribusi kausal ini diketahui berhubungan dengan berbagai konsekuensi psikologis, di antaranya adalah harga diri. Harga diri merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya berharga, penting, mampu menghadapi tantangan dalam hidup, serta layak mendapatkan kebahagiaan.
Harga diri adalah variabel yang berperan penting dalam masalah ketergantungan, termasuk juga dalam menentukan kesembuhan. Didasari hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara atribusi kausal terhadap penggunaan narkoba dengan harga diri pada penderita ketergantungan narkoba yang sedang dalam masa penyembuhan. Selain itu, ingin diketahui juga gambaran atribusi kausal dan harga diri para penderita ketergantungan tersebut. Subyek penelitian adalah penderita ketergantungan narkoba yang sedang dalam masa penyembuhan dari ketergantungan, dengan jumlah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling, yaitu purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk mengukur atribusi kausal terhadap penggunaan narkoba, digunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti. Untuk mengukur harga diri digunakan, Sel/ Esteem Inventory dari Coopersmith (1967).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, subyek mengatribusikan penggunaan narkobanya pada sebab yang internal, dapat dikontrol, tidak stabil, dan global. Mengenai harga diri, sebagian besar subyek diketahui memiliki harga diri yang cenderung tinggi. Selanjutnya, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara atribusi kausal dalam keempat dimensi dengan harga diri. Berarti, atribusi kausal subyek terhadap penggunaan narkobanya tidak berhubungan dengan tinggi rendah harga dirinya. Tidak signifikannya hubungan kedua variabel di atas diduga disebabkan oleh pengaruh variabel yang tidak terkontrol, yaitu treatment yang diperoleh subyek dalam penyembuhannya. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh variabel treatment tersebut terhadap kedua variabel penelitian, dilakukan wawancara dengan satu orang subyek. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa tinggi rendahnya harga diri subyek lebih berkaitan dengan treatment yang diperolehnya, daripada dengan atribusi kausalnya.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan memasukkan treatment yang diperoleh subyek sebagai salah satu variabel penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan berharga bagi treatment rehabilitasi untuk penderita ketergantungan narkoba."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqih Aulia
"Self-esteem merupakan keseluruhan cara yang digunakan untuk menilai diri atau penilaian pribadi mengenai kelayakan yang diungkapkan dalam sikap individu terhadap diri sendiri. Ketika individu memiliki nilai self-esteem yang rendah, ini menunjukkan bahwa individu memiliki perasaan tidak berharga dan rendah diri yang biasa disebut dengan harga diri rendah kronik. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan expressive writing dalam meningkatkan self-esteem pada Ny. I (37 tahun) dengan masalah keperawatan harga diri rendah kronik dan diagnosis medis skizofrenia. Terapi yang diberikan adalah terapi generalis dengan memasukkan latihan expressive writing kedalam kegiatan yang dapat dilatih sehari-hari. Expressive writing merupakan salah satu teknik intervensi yang digunakan dalam dunia kesehatan jiwa. Dengan latihan expressive writing individu dapat mengeksplorasi pemikiran melalui tulisan, kemudian menerjemahkan peristiwa yang terjadi disekitar dalam kata-kata yang dirangkai sendiri sehingga individu tersebut dapat memahami pemikiran aslinya mengenai kejadian yang traumatis dan emosional dalam hidupnya. Hasil dari karya ilmiah ini menunjukkan bahwa klien mengalami penurunan tanda gejala harga diri rendah dan meningkatkan nilai self-esteem dirinya setelah mencapai semua kriteria evaluasi pada expressive writing. Terapi expressive writing diharapkan dapat menjadi intervensi pada asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan harga diri rendah kronik dan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

Self-esteem is the overall way used to assess oneself or personal judgments about the worthiness expressed in an individual's attitude towards oneself. When the individual has a low self-esteem value, this indicates that the individual has feelings of worthlessness and low self-esteem which is commonly referred to as chronic low self-esteem. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to determine the effectiveness of implementing expressive writing in increasing self-esteem in Ny. I (37 years old) with chronic low self-esteem nursing problems and a medical diagnosis of schizophrenia. The therapy given is generalist therapy by incorporating expressive writing exercises into activities that can be trained daily. Expressive writing is one of the intervention techniques used in mental health. With expressive writing exercises, individuals can explore thoughts through writing, then translate events that occur around them in their own words so that the individual can understand his original thoughts about traumatic and emotional events in his life. The results of this scientific work indicate that the client experiences a decrease in symptoms of low self-esteem and increases his self- esteem value after achieving all the evaluation criteria in expressive writing. Expressive writing therapy is expected to be an intervention in mental nursing care, especially in patients with chronic low self-esteem and can improve the quality of nursing care services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Indraswari
"ABSTRAK
Salah satu tugas penting dalam perkembangan masa remaja adalah mencari
identitas diri. Proses ini melibatkan evaluasi terhadap aspek-aspek dalam diri
remaja yang disebut juga dengan istilah self esteem. Self esteem yang rendah
terlihat dari pikiran yang tidak rasional, tidak berani mencari tantangan, kurang
memiliki aspirasi, merasa dirinya kurang berharga, serta menarik diri dari
lingkungan sosial. Kelima ciri tersebut tampil pada subjek penelitian ini, yaitu N
seorang remaja perempuan berusia 14 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat modifikasi kognitif perilaku dengan menggabungkan modifikasi kognitif
berupa teknik restrukturisasi kognitif, serta modifikasi perilaku berupa visualisasi
dan memperbaiki penampilan diri dalam membantu meningkatkan self esteem
pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian single case subject dengan desain
kuasi eksperimental, dimana hanya melibatkan satu subjek. Subjek mengikuti
lima sesi intervensi selama sembilan hari, dengan tiap pertemuan terdiri dari 1,5-2
jam. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan kuesioner Rosenberg Self
Esteem Scale, daftar cek perilaku, dan wawancara maka dapat disimpulkan bahwa
modifikasi kognitif perilaku dapat meningkatkan self esteem N (dengan teknik
restrukturisasi kognitif, visualisasi, dan memperbaiki penampilan diri). Hal ini
dapat dilihat dari keberhasilan N dalam mengidentifikasi pikiran negatifnya,
menata ulang pikiran menjadi realistis, memahami visualisasi, dan memperbaiki
penampilan dirinya.

Abstract
One of the most important aspects to be developed in adolescence period is the
search of self identity. This process involved an individual?s evaluation toward
themselves, also known as self esteem. The characteristic of adolescent with low
self esteem are having irrational mind, lack of courage to meet new challenges,
lack of aspiration, feelings of unworthy and withdrawn from social environment.
All following characteristics are shown in the subject of this research (N), a 14
years old girl. This study was conducted to understand the cognitive behavior
modification by combining cognitive modification with cognitive restructuring
technique and behavior modification with visualization and improving self
appearance, in helping adolescence to increase their self esteem. This study is a
single case subject research using quasi experimental design. One subject is
engage in five intervention session for nine days. The duration of each session is
1,5 to 2 hours. Based on the measurement that has been done using the Rosenberg
Self Esteem Scale, behavior checklist and interview, the conclusion of this study
is the cognitive behavior modification can increasing subject?s self esteem (with
cognitive restructuring techniques, visualization, and improving self appearance).
It is shown by subject?s accomplishment to identify her negative thoughts,
restructuring her way of thinking into a more realistic, understanding visualization
and her ability to improving self appearence."
2012
T31218
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Identitas diri merupakan gambaran diri seseorang yang bersifat konsisten dan tersusun berbagai aspek. Meningkatnya angka kenakalan remaja adalah salah satu manifestasi belum tercapainya tugas perkembangan identitas diri pada remaja. Proses pencapaian tugas perkembangan identitas diri pada remaja tidak terlepas dari pengaruh keluarga. Tujuan penelitian ini adalah menggali makna pengalaman keluarga mendampingi remaja dalam pencapaian identitas diri di lingkungan eks lokalisasi. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang melibatkan dua belas partisipan. Pengumpulan data dengan indepth interview dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi.
Hasil penelitian didapatkan lima tema yaitu Pencapaian identitas diri remaja di lingkungan eks lokalisasi sama seperti remaja pada umumnya, dominasi hambatan eksternal dalam pencapaian identitas diri remaja di lingkungan eks lokalisasi, lingkungan eks lokalisasi sebagai stresor, upaya keluarga mendampingi remaja dalam pencapaian identitas diri, dan harapan keluarga untuk masa depan. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya peningkatan pengetahuan keluarga oleh perawat kesehatan jiwa sebagai pendukung upaya pencapaian identitas diri remaja di lingkungan eks lokalisasi.

Self identity is an image of self consistency and be arranged from many aspects. The improvement of juvenile delinquency is one of manifestations which has not reach self identity development task yet in adolescents. The achievement process of the self identity task in adolescents is not apart of family influence. This research aims to examine mean of family experience in order to accompany adolescents in the achievement of self identity in a former red light district. This research uses qualitative design with phenomenological approach which involves twelve participants. The data collection uses in depth interview and be analyzed by using Colaizzi method.
The results are five themes, those are the adolescents self identity achievement in the former red light district which has similar to adolescents in general, the dominance of external barriers in the achievement of self identity in adolescents in the former of red light district, the former of red light district environment as a stressor, the family effort in accompanying adolescents in achieving self identity and the family expectation for the future. This research recommends the importance of improving family knowledge to mental health nurse as support for adolescents self identity achievement in the former of red light district."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Ariyani
"Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hope dan self-esteem pada remaja yang pemah menggtmakan narkoba (user) dan remaja yang tidak pernah menggunakan narkoba (nan-user). Sampel untuk kelompok user remaja dari Yayasan Perrnata hati Kita sedangkan untuk kelompok non-user remaja SMA dan rnahasiswa tingkat awal. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 30 remaja pada masing-masing kelompok. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan tes hope dari Snyder dan tes self-esteem dari Rosenberg. Alat tes hope diterjemahkan melalui proses back translation dan dilakukan uji coba pada kedua alat tes. Hasil perhitungan statistik memperlihatkan ada perbedaan yang signifikan dalarn hope dan seMesteem antara remaja yang pernah menggunakan narkoba (user) dan remaja yang tidak pernah menggunakan narkoba (non-user)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Krisna Murti
"Fraud merupakan fenomena yang sangat merugikan banyak pihak. Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara keterikatan orangtua-anak dan perselingkuhan. Akan tetapi, sebagai faktor eksternal, keterikatan orang tua-anak tidak cukup menjelaskan mengapa ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Identitas moral karena posisinya sebagai faktor internal diduga berperan dalam memediasi hubungan kedua variabel tersebut. Penelitian ini memiliki dua tujuan, (1) apakah keterikatan orang tua-anak mempengaruhi identitas moral dan (2) apakah identitas moral memediasi pengaruh keterikatan orang tua-anak terhadap kecurangan. Penelitian yang dilakukan pada 213 siswa di Jabodetabek ini menunjukkan pengaruh keterikatan orang tua-anak terhadap identitas moral. Namun, tidak ditemukan adanya peran mediasi yang signifikan dari identitas moral dalam pengaruh keterikatan orangtua-anak terhadap perselingkuhan. Diskusi dan saran akan dibahas.

Fraud is a phenomenon that is very detrimental to many parties. Previous research has found a link between parent-child attachment and infidelity. However, as an external factor, parent-child attachment does not adequately explain why there is a relationship between the two variables. Moral identity due to its position as an internal factor is thought to play a role in mediating the relationship between the two variables. This study has two objectives, (1) whether parent-child attachment affects moral identity and (2) whether moral identity mediates the effect of parent-child attachment on cheating. This study, which was conducted on 213 students in Jabodetabek, shows the effect of parent-child attachment on moral identity. However, it was not found that there was a significant mediating role of moral identity in the influence of parent-child attachment to infidelity. Discussions and suggestions will be discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>