Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153725 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vanny Meitasari
"ABSTRAK
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki pasar tenaga kerja yang tidak sempurna yang menyebabkan adanya ketidakmeraatan dalam penyebaran tenaga kerja antar provinsi sehingga mendorong kegiatan migrasi. Faktor pendorong dari migrasi adalah keinginan meningkatkan utilitas hidup dengan upah yang meningkat atau memperoleh pekerjaan. Akan tetapi, terdapat kemungkinan adanya faktor lain dalam penetapan Individu untuk memutuskan bermigrasi. Dengan menggunakan metode Probit dan data dari IFLS gelombang 5, penelitian ini memperlihatkan adanya faktor amenitas dalam memengaruhi keputusan individu dalam bermigrasi di Indonesia.

ABSTRACT
As a developing country, Indonesia has an imperfect labor market which led to inconsistencies in the spread of labor between provinces so will encourage migration activities. The push factor for migration is the desire to increase the utility of living with increased wages or getting a job. However, there are possibilities for other factors in the determination of individuals to decide to migrate. Using the Probit method and data from wave IFLS 5, this study shows the amenity factor in influencing individual decisions to migrate in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman Hakim
"Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat, dan pola migrasi terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Literatur menginformasikan tidak hanya faktor ekonomi mempengaruhi migrasi tapi juga amenities, karena amenities kota dapat menarik individu untuk memilih tinggal di lokasi tertentu daripada yang lain. Terdapat tiga kelompok amenities utama yaitu alam, sosial, dan fasilitas publik. Namun studi yang membahas mengenai amenities dan migrasi kurang memperhatikan tiga kelompok amenities utama. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung indeks amenities (amenities implicit price index) yang mengakomodasi tiga kelompok utama yaitu fasilitas publik (public facility implicit price), lingkungan alam (natural environment implicit price), dan sosial (social implicit price), serta melihat pengaruhnya pada migrasi kota di Indonesia. Studi juga menguji bagaimana pengaruh amenities dan faktor ekonomi pada migrasi kota di Indonesia.
Hasil penelitian menemukan bahwa kota-kota di pulau Jawa memiliki nilai indeks yang tinggi, dan kota-kota di luar Jawa yang menjadi ibu kota provinsi dapat bersaing dengan banyak kota lain di Jawa berdasarkan kondisi amenities-nya saat ini. Amenities fasilitas publik meningkatkan migrasi ke kota karena seringkali lebih lengkap, lebih baik, dan berkualitas. Amenities alam dapat menjadi perhatian orang untuk pindah ke kota, karena bisa menjadi ajang tempat berkumpul dan berinteraksi warga sekaligus arena rekreasi. Amenities sosial yang diukur dengan kejahatan, apabila semakin meningkat dapat mengurangi keinginan orang untuk datang ke kota, karena kejahatan yang tinggi merepresentasikan ketidakamanan. Hasil empiris juga menemukan bahwa amenities, upah minimum, produk domestik regional bruto, sektor tersier, dan pertumbuhan berkontribusi terhadap migrasi kota. Studi kami mengkonfirmasi jika amenities dan faktor ekonomi berperan penting terhadap migrasi kota di Indonesia.
Studi menyarankan pemerintah kota perlu memprioritaskan penyediaan amenities berkualitas dan penciptaan ekonomi kota yang lebih baik. Selain itu, amenities berperan penting dalam migrasi kota di Indonesia, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi pemerintah untuk mempertimbangkan amenities dalam merumuskan kebijakan pembangunan kota."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiline Thea Pranasari
"Penelitian ini membahas tentang proses keberangkatan dan kepulangan pekerja migran Indonesia (PMI) yang mengikuti program pemagangan di Jepang. Terdapat berbagai skema pengiriman PMI ke Jepang, namun jumlah pemegang visa Technical Intern Training Program (TITP) mencakup lebih dari 50 persen dari total populasi Warga Negara Indonesia di Jepang. Arus migrasi yang melibatkan para PMI tidak mendapat pengawasan memadahi, sehingga keahlian para PMI yang telah kembali tidak dapat ditangkap dengan baik oleh bursa lapangan kerja di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif untuk memahami pengalaman para PMI secara lebih komprehensif. Proses pengambilan data utama dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap lima orang narasumber alumni program TITP yang berada di Jepang dalam kurun tahun 2010 hingga 2020. Konsep dan teori yang digunakan untuk menganalisis temuan penelitian di antaranya (1) teori New Institutional Economic Sociology yang menjelaskan bahwa keputusan ekonomi individu mencerminkan kebutuhan ekonomi rumah tangga, (2) teori jaringan sosial yang menjelaskan koneksi antar individu dalam migrasi, dan (3) teori modal sosial yang menjelaskan bahwa relasi, keahlian, pengetahuan, dan nilai- nilai yang didapatkan selama proses migrasi adalah sebuah keuntungan. Hasil dari penelitian ini adalah (1) kondisi ekonomi rumah tangga dan informasi yang diberikan oleh jaringan sosial memengaruhi proses pengambilan kebijakan PMI untuk bermigrasi ke luar negeri, dan (2) modal sosial yang didapat dari keterlibatan dalam proses migrasi menjembatani PMI dengan masyarakat negara penerima dalam keputusan remigrasi, dan berfungsi sebagai pengikat PMI dengan masyarakat negara asal proses reintegrasi.

This study discusses the departure and return processes of Indonesian migrant workers who took part in the technical training program in Japan. There are various schemes for sending Indonesian migrant workers to Japan, but the number of Technical Intern Training Program (TITP) visa holders covers more than 50 percent of the total population of Indonesian citizens in Japan. Migration flows of Indonesian migrant workers have not been properly monitored, affecting to the waste of skills of returning Indonesian migrant workers which supposed to be useful for Indonesia's job market. This research was conducted using a qualitative method to dig deeper into the experiences Indonesian migrant workers. Data collection was carried out by in-depth interviews towards five interviewee who were the TITP alumni between 2010 to 2020. Concepts and theories used to analyze the research findings are: (1) the New Institutional Economic Sociology theory which explains that economic decisions individuals reflect household economic needs, (2) social network theory which explains the connections between individuals involved in migration, and (3) social capital theory which explains that relationships, skills, knowledge, and values acquired during the migration process are an advantage. The results of this study are: (1) household economic conditions and information provided by social networks affect PMI's policy-making process of their participation in international migration, and (2) the social capital obtained from their involvement in the migration process functions as a bridging between Indonesian migrant workers and the recipient country's community during the remigration process, and serves as a binding between Indonesian migrant workers and the country of origin's community during the reintegration process. "
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gidion Putra Adirinekso
"Studi ini bertujuan melihat peran amenitis (fasilitas) terhadap perbedaan upah dan sewa antar kabupaten/kota di Indonesia. Indeks fasilitas adalah karakteristik spesifik daerah yang mencakup fasilitas umum. Penelitian ini menggunakan data Badan Pusat Statistik dari 231 kabupaten perkotaan di Indonesia, yaitu dari Podes, Sakernas dan Susenas tahun 2008, 2011, 2014. Teknik analisis ekonometrik simultan-panel-spasial digunakan dalam studi. Studi ini menemukan bahwa indeks fasilitas seperti pendidikan umum, aksesibilitas, fasilitas komersial dan bisnis dapat menjelaskan perbedaan upah regional. Aksesibilitas, fasilitas komersial, area bisnis dan fasilitas hiburan menjelaskan perbedaan sewa regional. Indeks fasilitas di suatu daerah berperan menjelaskan upah atau sewa antar daerah.

This study examines the role of amenities on differences in wages and rents between districts in Indonesia, controlling spatial effects. Amenities are specific facilities that include public facilities in an index. Secondary data from 231 urban districts are combined from Podes, Sakernas, and Susenas in 2008, 2011, and 2014 from BPS. A SAR model is used in this study. This study finds that general education, accessibility, and commercial and business facilities indices can explain regional wage differences. Accessibility, and commercial, business, and entertainment facilities explain regional rental differences. Amenities play a role in explaining wages or rents between regions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Faustine
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam mendorong pembangunan ekonomi regional serta faktor-faktor yang dapat meningkatkan peran BPD tersebut. BPD merupakan bank umum yang didirikan dengan tujuan khusus untuk mendorong pembangunan ekonomi daerah di Indonesia. Hampir setiap provinsi memiliki BPD-nya sendiri dan hingga saat ini terdapat 27 BPD di Indonesia. Namun, total aset 27 BPD hanya sekitar 8% dari total aset bank umum nasional untuk periode 2008-2018, begitu juga dengan total kreditnya. Penelitian ini menggunakan panel data regression dengan membandingkan kredit antar bank umum pada 25 provinsi di Indonesia (2011-2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit BPD positif dan signifikan meningkatkan PDRB per kapita. Hasil penelitian terkait determinan kredit BPD menunjukkan bahwa pertumbuhan simpanan, rasio non-performing loan (NPL) dan tingkat suku bunga dasar kredit signifikan terhadap pertumbuhan kredit BPD.

This study aims to identify the role of Regional Development Banks (RDB) in promoting regional economic development as well as factors that can enhance the role of the RDB. RDB is a commercial bank that was established with the specific purpose of promoting regional economic development in Indonesia. Almost every province has its own RDB and up to 2018, there are 27 RDBs in Indonesia. However, the total assets of 27 RDBs are only around 8% of the total assets of national commercial banks for the period 2008-2018, as well as the total credit. This study uses panel data regression by comparing credit between commercial banks in 25 provinces in Indonesia (2011-2017). The result shows that credit of RDB is positive and significant toward GRDP per capita. The result regarding the determinant of RDB shows that deposit growth, the ratio of non-performing loan (NPL) and base interest rates of credit are significant to credit growth of RDB."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insaf Santoso
"Penelitian ini bertujuan mempeiajari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bermigrasi penduduk Indonesia antara tahun 2000 - 2007 dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Sur}-ey (lFLS) atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga (Sakerti) tahun 2000 dan 2007. Penelitian ini juga mempelajari perbedaan kecenderungan bermigrasi antara migran dan non migran dengan memperhitungkan pengaruh variabel pendapatan. pendidikan, umur, jenis kelamin, kepemtHkan rumah, kepemilikan laban pertanian, daerah ternpat tinggal dan persepsi standar hidup. Metode analisis yang djgunakan terdiri dari analisis deskriptif dan regresi iogistik non-hierarki multi faktorial. Obyek penelitian adalah penduduk usia 15 tahun keatas, baik laki-laki maupun perempuan.
Ditemukan bahwa kecenderungan bermigrasi lebih tinggi pada migran maupun non migran yang tidak mempunyai pendapatan, pendidikan tinggi, umur muda, tidak kawin, tinggal dirumah yang bukan milik sendiri dan tinggal di perkotaan. Sementarn itu penduduk yang berstatus migran pada tahun 2000 mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk bermigrasi antara tahun 2000-2007 dibanding non migran.

The objective of this research is to study the determinants of migration decision among Indonesian popuiation in 2000-2007 by using secondary data of 2000 and 2007 Indonesian Family Life Survey (IFLSs}. This study also examines the differences in propensity to migrate between migrants and non migrants according to several factors such as incomeeducation, age, sexhome ownership, agricultural hmd ownership, residential areas and the perception of standard of living. The method used consists of descriptive analysis and non-hierarchical mu!ti-fuctorial logistic regression. The study object are people aged 15 years or older, male and female.
The regression results show that the tendency to migrate was higher in migrants and non migrants who have no incomewith higher education, younger age, not married, living in a house that is not self-owned and live in urban areas.It is. also found that the migrant population in 2000 had a greater tendency to migrate between the years 2000 to 2007 than non mlgrants.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33557
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Hasnani
"Keputusan untuk bermigrasi dipandang sebagai sebuah jalan dalam memberdayakan sumber daya dan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bermigrasi tenaga kerja di Indonesia dengan memberikan perhatian lebih pada kesenjangan penghasilan antara sebelum dan sesudah bermigrasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data longitudinal IFLS 1993 dan 2000 dengan mengamati individu panel di tahun 1993 dan diikut perkembangannya di tahun 2000. Diharapkan diperoleh informasi dan estimasi yang lebih akurat dengan menggunakan data yang bersifat longitudinal.
Kesenjangan penghasilan diperoleh dengan mengestimasi fungsi penghasilan untuk tahun 1993 dan tahun 2000. Fungsi penghasilan tahun 1993 dan 2000 dikoreksi dari bias pemilihan sampel karena data upah yang tersedia hanya bagi mereka yang bekerja. Penentuan status migrasi pekerja dilakukan pada tahun 2000. Karena migran selektif maka untuk tahun 2000 kembali dilakukan estimasi fungsi penghasilan yang terkoreksi untuk pekerja migran. Kesenjangan penghasilan diperoleh dari perbedaan upah pekerja migran di tahun 2000 dengan estimasi upah di tahun 1993. Partisipasi bermigrasi tenaga kerja diestimasi dengan rnenggunakan model regresi probit.
Hasil estimasi memperlihatkan bahwa kesenjangan penghasilan merupakan faktor penentu yang paling besar dalam pcngambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam bermigrasi. Positifnya variabei ini mernbuktikan bahwa dengan bermigrasi kesejahteraan individu membaik. Setiap kenaikan kesenjangan penghasilan rnaka akan meningkatkan peluang untuk berpartisipasi dalam bermigrasi. Ketika kenaikan kesenjangan penghasilan mencapai titik tertentu, justru akan mengurangi hasrat tenaga kerja untuk bermigrasi. Jika dikaitkan dengan kondisi sekarang yang bereferensi pada data, maka dapat dikatakan bahwa peluang bermigrasi sebagaj respon dan kesenjangan penghasilan masih tinggi.
Dibutuhkan waktu sekitar 60 tahun lagi dari sekarang, atau tepatnya pada tahun 2060 dimana peluang bermigrasi akan perlahan mengalami penurunan, ceteris paribus. Studi ini juga menemukan bahwa status perkawinan, status pasangan yang bekelja, keberadaan anak sekolah, jumlah anggota rumahtangga, bentuk keluarga dan nilai aset mempengaruhi keputusan dalam partisipasi bermigrasi tenaga kerja. Keberadaan balita dan transfer di pihak lain tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam bermigrasi. Tanpa rnengaitkan dengan kebijakan pemerataan antarwilayah, maka dilihat dari sisi kepentingan individu, diperlukan kebijakan yang dapat mempermudah akses untuk bermigrasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T21083
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Alfath Satriya
"Sebagai kamar kedua, DPD seharusnya memiliki peran yang fundamental dalam proses demokrasi yang ada di Indonesia. Lahir dari semangat reformasi, DPD seharusnya mampu menyuarakan aspirasi daerah di tingakt pusat. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan desain kelembagaan DPD di dalam UUD 1945 yang tidak mencerminkan hal tersebut. Hal ini terlihat dari kewenangan yang dimiliki DPD hanya bersifat subordinatif terhadap DPR. Permasalahan ketimpangan kewenangan tersebut tidak hanya terjadi dalam legislasi dan pengawasan, namun juga terhadap keterlibatan DPD dalam proses pemberhentian Presiden. Di dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan bagaimana keterlibatan DPD dalam proses pemberhentian Presiden di dalam UUD 1945

As a second chamber, DPD should have a fundamental role in the democratic process in Indonesia. Born from the spirit of reform, the DPD should be able to voice the aspirations, as a regional representation, at the center level. However, it is contrary due to the institutional design of DPD in the 1945 Constitution that does not reflect it. Based on the authority of DPD in 1945 Constitution, DPD is merely subordinate to DPR as a first chamber. The problem is not only in legislation and supervision authority, but also in the involvement of DPD in the process of presidential impeachment. In this study, the author will explain how the involvement of DPD in the process of presidential impeachment in 1945 Constitution.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S65486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Hadi
"Statistik pendidikan di Indonesia menunjukan kesenjangan pendidikan masih tinggi apabila dibandingkan antarwilayah. Ketimpangan tersebut dilihat melalui perbandingan indeks pendidikan antara wilayah serta disparitas Angka Partisipasi Kotor (APK) tingkat SD dan tingkat SMP level kab./kota per provinsi pada tahun 2021. Penelitian ini mempelajari bagaimana pembangunan sektor pendidikan di daerah tertinggal setelah adanya kebijakan pemberian DAK Fisik afirmasi bidang pendidikan. Menggunakan data panel 3 tahun, hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan afirmasi kepada daerah tertinggal melalui DAK fisik afirmasi pendidikan, berdampak positif dan signifikan pada pembangunan sektor pendidikan dasar (SD dan SMP), hal tersebut dibuktikan dengan dampaknya terhadap APK yang signifikan. Kinerja pengelolaan keuangan daerah melalui proksi jumlah SiLPA/SiKPA turut serta memberikan dampak terhadap capaian pembangunan sektor pendidikan di daerah tertinggal, semakin besar jumlah SiLPA/SiKPA maka dapat memberikan dampak negatif.
Indonesia's education statistics show the education gap is still high when compared between regions. This inequality is seen through a comparison of the education index between regions and the disparity in Gross Participation Rate (GER) at the elementary and junior high school at the district/city per province in 2020. This study examines how the development of the education sector in underdeveloped areas after the policy of providing affirmative Physical Special Allocation Fund (SAF) field of education. Using 3-year panel data, the results of the study show that the affirmative Physical Special Allocation Fund (SAF) field of education has a positive and significant impact on the development of the basic education sector (SD and SMP), this is evidenced by its significant impact on APK. The performance of regional financial management through the number of SiLPA/SiKPA proxies has an impact on the achievement of education sector development in underdeveloped areas, the greater the number of SiLPA/SiKPA it can have a negative impact."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Exaudia Ekasyahputri
"Perkembangan penelitian saat ini melihat komitmen perkawinan sebagai konstruk multidimensional yang terdiri dari komitmen personal, komitmen moral, dan komitmen struktural sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga dan meningkatkan setiap dimensi komitmen perkawinan. Penerapan Relational Maintenance Behavior (RMB) adalah salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan komitmen perkawinan. Penelitian ini diikuti oleh 225 partisipan yang didapatkan melalui metode convenience sampling. Karakteristik partisipan adalah sedang menjalani pernikahan pertama dan tinggal satu atap dengan pasangannya. Sejumlah 56% partisipan adalah perempuan dan 44% adalah laki-laki dengan mayoritas memiliki anak dan bekerja. Komitmen Perkawinan diukur menggunakan Marital Commitment Inventory (MCI) dan RMB diukur menggunakan Relational Maintenance Behavior Measure (RMBM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa RMB berkontribusi sebesar 55% terhadap tingkat komitmen personal. Kemudian, RMB juga berkontribusi sebesar 8,1% terhadap tingkatan komitmen moral. Hasil berbeda ditunjukkan pada komitmen struktural yang menunjukkan RMB tidak dapat memprediksi tingkatan komitmen struktural. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dilihat bahwa RMB berkontribusi pada peningkatan komitmen personal dan komitmen moral serta tidak berkontribusi pada komitmen struktural. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pasangan untuk menerapkan RMB dalam menjaga kestabilan rumah tangga.

Current research developments see marital commitment as a multidimensional construct consisting of personal commitment, moral commitment, and structural commitment, so appropriate strategies are needed to maintain and improve each dimension of marital commitment. The application of Relational Maintenance Behavior (RMB) is one strategy that can be applied to increase marital commitment. This study was followed by 225 participants obtained through convenience sampling method. the characteristics of participants are currently undergoing their first marriage and living under the same roof with their partners. A total of 56% of participants were women and 44% were men, with the majority having children and working. Marital Commitment was measured using the Marital Commitment Inventory (MCI) and RMB was measured using the Relational Maintenance Behavior Measure (RMBM). The results showed that RMB contributed 55% to the level of personal commitment. Then, RMB also contributed 8.1% to the level of moral commitment. Different results are shown in the structural commitment, which shows that RMB cannot predict the level of structural commitment. Based on the analysis, it can be seen that RMB contributes to increasing personal commitment and moral commitment and does not contribute to structural commitment. The results of this study can be considered by couples to apply RMB in maintaining household stability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>