Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ashari Rahmadi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai Performativitas Gender yang terdapat pada manga JoJo no Kimyou na Bouken : Steel Ball Run. Teori Performativitas Gender digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk performa yang terjadi pada gender karakterkarakter yang ada pada manga ini. Hasil dari artikel ini akan menjelaskan bentuk Performativitas Gender yang terjadi pada beberapa karakter Manga JoJo no Kimyou na Bouken : Steel Ball Run.

ABSTRACT
This study discusses the Gender Performativity found in the JoJo no Kimyou na Bouken manga : Steel Ball Run. The Gender Performativity Theory is used to explain the forms of performance that occur in the characters of the gender in this manga. The results of this article will explain the form of Gender Performativity that occurs in some of JoJo no Kimyou na Bouken s Manga characters: Steel Ball Run."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuditha Savka
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas keselarasan gender yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh
dalam manga Otomen. Dengan menggunakan konsep gender secara umum dan
teori pencairan gender Judith Butler, penulis mengkaji manga ini dengan metode
analisis isi dan analisis naratif yang kemudian dikaitkan dengan teori analisis
manga. Hasil analisis menunjukkan terjadinya pergeseran pada gambaran
stereotip maskulin dan feminin dan masing-masing tokoh memiliki identitas
kedua gender tersebut. Manga ini menunjukkan bahwa baik seks dan gender
bukanlah hal yang bisa dikotak-kotakkan, melainkan sebuah hal yang cair. Lebih
lanjut, manga ini juga menawarkan suatu alternatif maskulinitas dan feminitas di
samping maskulinitas dan feminitas tradisional.

ABSTRACT
This thesis explains about harmony of gender which is represented by characters
in Otomen manga. By using a general view of gender and Judith Butler?s gender
fluidity, writer analyzes this manga with content analysis and narrative analysis
method which will be connected with manga analyzing theory. The result of the
analysis shows that there is a shift in masculine and feminine stereotypes and each
character has identity of both genders. This manga shows that both sex and gender
are more like a fluid. Furthermore, this manga offer an alternative masculinity and
femininity beside the traditional view of masculinity and femininity."
2015
S61161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Wahyurini
"Proses penanaman identitas sebagai laki-laki maupun perempuan merupakan sebuah proses sejarah yang panjang yang merupakan bagian dari sosialisasi masa kanak-kanak dan berlanjut dibalik konstruksi ekonomi, sosial, politik, budaya yang membentuk wacana dan yang mempengaruhi bagaimana manusia memahami eksisitensi perempuan dan laki-laki dalam komunitasnya.
Peranan media dalam turut mempelopori keadilan gender memang sudah selayaknya. Hal ini mengingat peranan media massa sebagai alat pembentukan opini sangat efektif. Fenomena ketimpangan gender di media massa tidak hanya pada pemberitaan semata, namun mencakup pula pada proses pengambilan kebijakan perusahaan atau manajemen media. Selain itu bias gender dalam pemberitaan para telah menyebabkan tersosialisasikannya ideologi gender dalam masyarakat pembaca atau penontonnya yang tentu saja semakin memperlemah posisi perempuan ketika berhadapan dengan ego budaya patriarki yang telah dibentuk selama berabad-abad lamanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : Mendeskripsikan berbagai peran gender yang dikonstruksikan dalam tokoh perempuan atau laki-laki dalam majalah remaja Kawanku selama periode tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Dan menjelaskan landasan ideologi gender apa yang digunakan sebagai konsep dasar majalah Remaja di Indonesia yang diwakili majalah Kawanku.
Kerangka Pemikiran yang melandasi adalah paradigma kritis. Asumsi yang mendasari digunakannya paradigma kritis ini disebabkan persoalan gender (feminisme) menekankan kajiannya pada adanya penindasan dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang di masyarakat terhadap kaum perempuan oleh kaum laki-laki. Sedangkan teori feminis yang digunakan adalah perspektif feminisme sosialis . Hal ini disebabkan perspektif ini memberikan kerangka yang komprehensif pada adanya penindasan terhadap kaum perempuan di media massa. Perspektif feminis sosialis memandang media sebagai instrumen utama dalam menyampaikan stereotip patriarkhal dan nilai-nilai hegemoni mengenai perempuan dan feminitas. Media berfungsi sebagai mekanisme kontrol social Menurut perspektif ini , media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki . Kontrol social secara langsung menjadi tidak perlu karena ideologi dominan telah diterjemahkan menjadi `sesuatu yang wajar atau dapat diterima secara umum (common sense).' Media memenuhi kebutuhan- kebutuhan struktural dalam masyarakat kapitalis, patriarkis, dan demokratis dengan menstranmisikan nilai-nilai dominan mengenai perempuan yang telah didistorsinya.
Paradigma Penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analysis yang melakukan text analysis dan multi level analysis secara intertekstual.
Adapun analytical framework yang digunakan mengacu pada critical discourse analisisnya Norman Fairclough yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu Analisis Text, Analisis Discourse Practice dan Analisis Sociocultural .
Kesimpulannya Peran perempuan yang ditampilkan Kawanku adalah perempuan yang aktif di luar rumah (wilayah publik) tapi tetap `harus' bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga (wilayah domestik) atau peran ganda yang sebenarnya beban ganda. Sedangkan peran laki-laki yang ditampilkan Kawanku adalah laki-laki sebagai pemimpin , pencari nafkah dan lebih bertanggung jawab atau lebih mempertahankan fungsi-fungsi produktif. Tokoh laki-laki ditempatkan sebagai pencari nafkah yang harus bekerja di luar rumah, melindungi dan `mengatur' perempuan.
Kawanku ternyata terjebak pada ideologi patriarki dan kapitalisme. Dibangunnya gagasan peran gender yang masih stereotip dan sub-ordinasi perempuanke dalam benak pembaca Kawanku tidak terlepas dari konteks sosial budaya tempat majalah ini dan para pembacanya tumbuh. Konteks ini adalah lingkungan budaya patriarki yang melingkupi sistem nilai di Indonesia dan sistem kapitalis yang menjadikan perempuan sebagai komoditas. Stereotip dan subordinasi perempuan justru dipelihara dan terus dikembangkan karena diperlukan untuk menghidupkan roda ekonomi yang bersifat bisnis tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Cherry Rondang Cattleya Ndoen
"Konstruksi perempuan ideal Indonesia mdash;yang dilekatkan dengan sosok ibu, kerap menyulitkan posisi para perempuan tanpa suami, terutama bagi para janda. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa konstruksi tersebut menyebabkan para janda mdash;terutama yang berada di akar rumput mdash;harus berhadapan dengan masalah kemiskinan. Merespons hal tersebut, dibentuk lembaga pemberdayaan bernama Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Pekka. Capaian hasil pemberdayaan menunjukkan hasil yang berbeda-beda, ada daerah yang mampu berkembang dengan baik, namun ada pula daerah yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan yang kurang signifikan, seperti di Kabupaten Cianjur.
Berangkat dari hal tersebut, maka penelitian ini mengkaji bagaimana lembaga Pekka berperan dalam memberdayakan perempuan kepala keluarga di akar rumput dan hambatan-hambatan seperti apa yang harus dihadapi. Karena secara khusus membahas studi kasus di Kabupaten Cianjur, maka penting untuk memahami bagaimana perempuan kepala keluarga memaknai konstruksi perempuan ideal dalam kondisi sosial budaya di Kabupaten Cianjur, bagaimana Pekka merespos pemaknaan tersebut, dan apa pengaruhnya terhadap proses kerja lembaga Pekka. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memahami kompleksitas dan penyebab aktual kemiskinan yang dialami para perempuan kepala keluarga di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan cultural studies.
Temuan data lapangan menunjukkan bahwa lembaga Pekka memosisikan diri sebagai wali bagi para perempuan yang diberdayakan. Hal tersebut membuat lembaga Pekka berada dalam posisi problematis, karena menimbulkan hambatan bagi proses pemberdayaan yang mereka jalankan. Lebih lanjut, hasil temuan data lapangan juga menunjukkan ada hambatan yang datang dari luar lembaga Pekka, yaitu dari budaya dan pemerintah. Pemerintah yang menjalankan asas negara kesejahteraan dan penerapan budaya sunda yang berbasis ajaran Islam telah mereduksi agensi para perempuan tersebut dan membuat para perempuan kepala keluarga di Kabupaten Cianjur menjadi individu yang pasif. Kesimpulannya, kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Cianjur merupakan akibat dari perampasan kapabilitas dan pengabaian keberfungsian para perempuan dalam masyarakat.

The construction of ideal women in Indonesia mdash symbolized through the figure mother , often puts husbandless women in difficult positions, especially for janda. Previous research has shown that this construction caused janda to live in poverty, especially those who live at the grassroots. A Women Headed Household Empowerment Institution Lembaga Pekka or Pekka was formed to respond to this problem. The outcome of empowerment programs show different results, there are well developed regions, but some regions still show insignificant welfare improvement, such as in Cianjur Regency.
From those facts, the researcher will analyze Pekka lsquo s role in empowering female household heads on grassroots level and what obstacles they have to face. Because it specifically analyzes case studies in Cianjur Regency, it is important to understand how the women define the construction of ideal women in the socio cultural condition in Cianjur Regency, how Pekka responds to that, and how it impacts Women Headed Household Empowerment Institution. The purpose of this research is to understand the complexity and actual causes of poverty experienced by the female household heads in Cianjur Regency. This research applies qualitative methods with Cultural Studies approach.
The results show that Pekka has placed itself as a trustee for those empowered women. It puts Pekka in a problematic position, because the trustee position may hinder the empowerment process. Furthermore, the results also show that some obstacles come from external culture and the government. The government, with the principle of welfare state and Sundanese culture that based itself on Islamic teachings, has reduced the women 39 s agency and made female household heads in Cianjur Regency become passive individuals. In conclusion, poverty in Cianjur Regency is caused by capability deprivation and neglect functioning of women in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Winduwati
"Penelitian ini membahas mengenai nilai-nilai kesetaraan jender dan karakter perempuan yang dikonstruksikan dalam anime. Anime biasanya memuat nilai-nilai yang ada dalam realitas sosial dan budaya Jepang saat anime tersebut ditayangkan, namun anime Sailor Moon justru memuat konstruksi perempuan yang tidak sesuai dengan realitas sosial dan budaya Jepang yang berbudaya patriarki. Maka dari itu, tujuan penelitian dengan menggunakan tiga level analisis CDA Fairclough ini adalah untuk melihat bagaimana nilai-nilai kesetaraan jender dikonstruksikan dalam anime ini serta bagaimana infiorman menanggapi hal tersebut. Dari keseluruhan hasil analisis atas tiga level CDA Fairclough bahwa hasil analisis teks ketika bersinergi dengan hasil analisis sosiocultural practise justru menunjukkan walaupun dalam anime Sailor Moon perempuan digambarkan tangguh dan kuat sebagaimana laki-laki, namun dalam budaya Jepang perempuan tetap berada di bawah dominasi laki-laki terutama di wilayah domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa realitas yang dikonstruksikan dalam media tidak selalu sesuai dengan realitas sosial yang ada sesungguhnya.

This study discusses about the values of gender equality and female character that is constructed in the anime. The anime usually contains values that exist in Japanese social culture. However, The Sailor Moon anime contains the construction of women which is different from women portrayal in the cultural and social reality of the Japanese patriarchy culture. The purpose of this study is to examine critically how these gender equality values are constructed in the anime. Therefore, the three levels of Fairclugh?s CDA analysis was used to see how the audiences interpret those values. The synergy of the text analysis and the sociocultural practise analysis result on the three levels of Fairclough's CDA analysis shows the women in the Sailor Moon anime was portrayed as tough and strong women just like the men. It is contrary to the reality in Japanese culture where the women still lives under the male domination especially in the domestic field. The result found the reality constructed by the media is not always the same with the actual social reality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Adhikara Putra
"ABSTRAK
Bahasa tidak hanya satu tetapi bahasa beragam-ragam. Salah satunya adalah ragam bahasa berdasarkan gender. Penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu bagaimana bentuk bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan ketika melihat gambar laki-laki dan perempuan sebagai acuan. Penelitian ini menggunakan foto dan komentar pada Instagram sebagai sumber data. Dari foto-foto tersebut dilihat ragam bahasa laki-laki dan perempuan pada kolom komentar yang ada. Temuan dalam penelitian ini ada yang sesuai dengan teori, yakni laki-laki memakai kata-kata bernada seks dan kasar serta perempuan memakai bahasa yang lebih halus, sedangkan temuan yang tidak sesuai, yakni perempuan memakai kata-kata kasar untuk menghina serta laki-laki memakai pengulangan kata sehingga tidak langsung pada intinya.

ABSTRACT
Language has many varieties. One of the language variety is gender. This research aims to find out how the form of language used by men and women when looking at pictures of men and women as a reference. This research used photos and comment in instagram as data source. From the photos, we can see how men and women giving comment. The result of the study that matches with the theory is, men use words that refer to sex and rude and women use more polite forms. However there is another result, namely women also use harsh words to insult and men use repetitive word so they are not straight to the point."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Nabeela Anindhita Ariny Roboth
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kompleksitas identitas gender melalui lensa karakter Yuu Arima dalam manga Boy Meets Maria. Peneliti menerapkan teori performativitas gender yang dikemukakan oleh Judith Butler untuk memahami isu identitas gender pada karakter Yuu Arima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas gender pada karakter Yuu Arima bersifat cair, tergantung konteks, tidak tetap. Yuu Arima dapat dibaca sebagai gambaran dari keberagaman dan kompleksitas identitas gender. Perjalanan Arima dalam menemukan identitasnya tidak hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial, tetapi juga merupakan eksplorasi pribadi yang membebaskannya dari konsepsi-konsepsi baku tentang gender.

This research aims to describe the complexity of gender identity through the lens of the character Yuu Arima in the manga Boy Meets Maria. The researcher applies the theory of gender performativity proposed by Judith Butler to understand the issue of gender identity in the character Yuu Arima. The research results indicate that the gender identity of the character Yuu Arima is fluid, dependent on the context, not fixed. Yuu Arima can be read as an illustration of the diversity and complexity of gender identity. Arima's journey in finding his identity is not only to fulfill social expectations, but is also a personal exploration that frees him from standard conceptions of gender."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Dyah Savira
"Fandom sebagai ruang yang didominasi perempuan seringkali dianggap lebih ramah gender. Melalui berbagai aktivitas, seperti menulis fanfiksi, menggambar fan art, dan mengonsumsi juga membagikan karya pengemar lain, serta membangun jejaring sesama penggemar, para penggemar perempuan dapat berkegiatan dengan relatif lebih bebas, tanpa batas-batas yang ditetapkan lelaki. Penelitian ini bertujuan untuk mencaritahu cara-cara penggemar perempuan dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya di fandom, dan bagaimana kegiatan mereka dalam ruang penggemar dapat berkelindan dengan hal tersebut. Melalui pendekatan etnografi, dengan metode observasi partisipan dan wawancara mendalam secara daring, studi ini juga menggunakan studi pustaka untuk memperkaya analisa. Hasilnya menunjukkan bahwa informan dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan gender mereka melalui berbagai kegiatan penggemar, termasuk terlibat dalam, atau sekadar memperhatikan, diskursus yang sering muncul dalam fandom. Sekalipun ruang fandom masih heteronormatif, informan dapat menentukan sendiri pendekatan mereka pada fandom, termasuk dalam menghadirkan diri mereka.

Fandom as a female-dominated space is often considered more gender-friendly. Through various activities, such as writing fan fiction, drawing fan art, consuming and sharing the fan works of other fans, as well as building networks with fellow fans, female fans can carry out their activities relatively freely, without scornful limitations imposed by men. This research aims to find out the ways female fans can explore and express themselves in fandom, and how their activities in the fan space can be related to this. Through an ethnographic approach, with participant observation methods and online in-depth interviews, this study also uses literature research to enrich the analysis. The results show that informants can explore and express their gender through various fan activities, including engaging in, or simply paying attention to, discourses that often arise in fandom. Even though the fandom space is still heteronormative, informants can determine their own approach to fandom, including in presenting themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aurelia Putri Dehars
"Skripsi ini membahas tentang berbagai bentuk ketidaksetaraan gender di Jepang dengan fokus utama adalah matahara atau maternity harassment yang terjadi di lingkungan kerja Jepang. Penulis menggunakan teori feminisme radikal untuk menganalisa bagaimana budaya masyarakat Jepang terkait dengan matahara. Analisis menunjukkan bahwa sistem patriarki dalam masyarakat Jepang bukan menjadi pemicu utama terjadinya matahara, tetapi faktor ekonomi lah yang menjadi faktor utama terjadinya matahara di perusahaan Jepang. Matahara dan ekonomi saling berhubungan karena matahara menyebabkan penurunan populasi dan menurunnya populasi menyebabkan ekonomi Jepang dalam kondisi stagnan.

This undergraduate thesis examines about forms of gender inequality in Japan and focusing on matahara or maternity harassment that happens on Japanese work environment. The writer uses radical feminism theories to analyze how Japanese culture relates with maternity harassment. The analysis shows that patriarchy in Japanese society is not the main cause of maternity harassment. It is economic factor which becomes the main factor of maternity harassment in Japanese companies. Maternity harassment and economy corresponds to each other because maternity harassment causes the declining of youth population and this declining population causes Japan economy stuck in a stagnant condition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqhrammullah
"Despite many ratifications of international agreement on gender equality by Indonesia, the women still face many kinds of gender-based discrimination. In Aceh’s communities there found a resistance to gender equality due to the contradicting value with religion and culture. Education, in the other hand, could play an important role to reduce gender inequality, but should be incorporated with the changing in religion and culture. Aceh in history, was never out of stock producing women leaders (heroine), most prominently Ratu Safiatudin, Laksamana Malahayati, and Cut Nyak Dien. Aceh heroine narrative was found to be a potential tool to tackle inequality among men and women. This study suggests three major findings regarding the exposure: 1) There was a lacking of integrated gender equality education in the narratives, 2) The cognitive dissonance occurrence and 3) The exposure motivated boys to be more competitive against girls. Overall, the exposure of Aceh heroine narratives gave positive effect for boys to increase their competitiveness and acknowledge women’s capabilities, meanwhile for girls they became inspired in pursuing their dreams and even to lead."
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>