Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Adityawati Ganggaiswari
"Latar belakang : Beberapa data dari luar negri menunjukkan kanker kolorektal predominan terjadi pada populasi usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun). Kanker kolorektal yang terjadi pada usia lebih muda (kurang dari 40 tahun) hanya berkisar antara 3-6%. Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa kanker kolorektal pada pasien usia muda cenderung memiliki gambaran perilaku tumor yang agresif dengan prognosis buruk. Pada beberapa penelitian, progresivitas dan prognosis yang buruk pada kanker kolorektal, dikaitkan dengan peristiwa angiogenesis. VEGF merupakan salah satu sitokin poten yang terlibat dalam proses angiogenesis seh.ingga tingginya kadar ekspresi VEGF berhubungan dengan progresivitas penyakit yang 1ebih tinggi dan prognosis yang burnk. Cancer-associated stroma mengalami perubahan-perubahan dinamis yang menyerupai reaksi penyembuhan luka, disebut sebagai reaksi desmoplastik. Reaksi ini didukung terutama oleh aktivasi "myofibroblas;'. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa myofibroblas mempuuyai peran untuk roemfasilitasi tumorigenesis dan progresi beberapa karsinoma, dan dikenal sebagai suatu petanda penting yang potensial untuk diagnosis, pengobatan dan prognosis kanker.
Hasil : Pada penelitian ini terlihat ekspreSi VEGFA tidak berbeda, namun terdapat perbedaan yang bennakna pada reaksi desmoplastik usia muda dibanndingkan pada usia tua. Nampak pula hubungan yang sejaJan antara ekspresi VEGF-A positif kuat dengan reaksi desmoplastik yang keras pada kanker kolorektal usia muda. Hal ini menyokong hepotesa kedua dan ketiga dari penelitian ini.
Kesimpulan : Progresivitas penyakit yang lebih tinggi dan prognosis yang buruk pada pasien kanker kolorektal usia muda kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain selain VEGF, yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vesvy Mandasari
"Penyakit kanker kolorektal merupakan kanker usus besar dan rektum yang saat ini masih menjadi masalah kesehatan didunia termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan dominan dari kanker kolorektal. Desain studi yang digunakan adalah matched case control dengan matching umur menggunakan data rekam medis dan wawancara, kasus adalah pasien kanker kolorektal dan kontrol adalah pasien trauma dan patah tulang. Sampel berjumlah 122 orang dengan 61 pasangan kasus dan kontrol. Hasil final analisis multivariat conditional regresi logistic menunjukkan dua faktor cenderung berhubungan yaitu aktivitas fisik dengan OR=1,39 95 CI 0,291-6,728 dan pola makan daging merah dengan OR=5,79 95 CI 0,608-55,13 dan faktor paling dominan adalah asupan serat rendah dengan OR=26,8 95 CI 3,44-209,5 . Adapun faktor risiko yang cenderung berhubungan adalah asupan lemak tinggi sedangkan yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat keluarga, pendapatan keluarga, obesitas, merokok dan alkohol. Diperlukan upaya pencegahan penyakit kanker kolorektal khususnya dengan riwayat risiko tinggi dengan colok dubur dan skrining serta mencegahnya dengan cara memperbanyak asupan serat, mengurangi pola konsumsi daging merah dan asupan lemak tinggi serta beraktifitas fisik yang cukup.

Colectal cancer disease is colon cancer and rectum until now is a health problem in the word, including in Indonesia yet. The purpose of this study is to investigate the risk factor and dominant factor of colorectal cancer. The design of study used was matched case control with age matching using the medical record data and interview with responden, the data of case were colorectal cancer patients and control were trauma and fracture patients. The calculate sample is 122 people were 61 pairs of cases and controls. The final result of multivariate analysis of conditional logistic regression showed two factors tended to correlate physical activity with OR 1,39 95 CI 0,291 6,728 and red meat diet with OR 5,79 95 CI 0,608 55,13 and the most dominant factor is low fiber intake with OR 26.8 95 CI 3.44 209.5 . The risk factors that tend to correlate are high fat intake while unrelated are gender, education level, family history, family income, obesity, smoking and alcohol. Colorectal cancer prevention is required especially with a high risk history with rectal colon and screening and prevent it by increasing fiber intake, reducing the pattern of red meat consumption and high fat intake as well as adequate physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinah
"Latar Belakang : Kanker kolorektal, yang meliputi kanker usus besar dan kanker rektal, menempati urutan ke dua sebagai kanker tersering yang diderita oleh wanita dan ke tiga pada pria di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan beban besar secara global baik pada morbiditas maupun mortalitas penderita kanker. The International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kerja shift yang melibatkan gangguan sirkadian mungkin bersifat karsinogenik pada manusia (2A). Sebagian besar studi epidemiologi hingga saat ini masih berfokus pada hubungan antara shift malam dan risiko kanker payudara, sementara studi tentang hubungan antara shift malam dan kanker kolorektal belum banyak diketahui, demikian halnya dengan hasil yang masih inkonsisten. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shift malam dan peningkatan risiko kanker kolorektal pada perawat yang terpapar kerja shift.
Metode : Kasus yang disajikan diikuti dengan tinjauan literatur berbasis bukti untuk menjawab pertanyaan klinis. Pencarian literatur menggunakan beberapa kata kunci terkait melalui database Pubmed® dan Google scholar® dengan mengikuti kriteria inklusi dan ekslusi. Artikel-artikel tersebut kemudian di telaah dengan menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Hasil : Pada pencarian awal, 112 artikel diambil dari dua database. Melalui proses seleksi, tersisa tiga artikel, yang terdiri dari satu studi meta-analisis dan dua studi observasional. Dengan membandingkan ketiga artikel terpilih, maka studi meta-analisis dianggap lebih relevan dan sesuai untuk menjawab pertanyaan klinis. Studi meta-analisis menerapkan kriteria inklusi dan ekslusi yang ketat dengan mengecualikan studi yang berpotensi menyebabkan efek bias serta kurangnya validitas atau metode statistik yang tidak memadai. Studi tersebut menyatakan bahwa shift malam berhubungan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal (OR = 1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Kesimpulan : Bukti terbaik yang ada saat ini menyatakan bahwa shift malam dapat meningkatkan kanker kolorektal, meskipun hasil penelitian tidak cukup kuat. Kanker kolorektal merupakan penyakit multifaktorial, dimana berbagai faktor risiko dapat berperan dalam terjadinya penyakit, terutama faktor genetik

Background : Colorectal cancer, which includes colon cancer and rectal cancer, is the third most common cancer in men and the second most common in women worldwide. It occupies a great proportion of the global burden of cancer morbidity and mortality. The International Agency for Research on Cancer (IARC) considered shift work that involves circadian disruption to be probably carcinogenic (Group 2A). Most epidemiological studies have focused on the link between night shift work and breast cancer risk while studies of the relation between shift work and colorectal cancer have not been widely known, and evidence is inconclusive. This evidence-based case report aimed to determine about the effect of night shift work and the increasing risk of colorectal cancer among nurses who exposed with shift work.
Method : a case is presented followed by a review of evidence to answer the clinical question. Literature searching used several related keywords in Pubmed® and Google scholar® by following inclusion and exclusion criteria. The article were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Result : At the initial search, 112 articles were retrieved from the two databases. Through the selection process, three article remained, which consisted of one meta-analysis and two observational studies. Comparing the selected articles, the meta-analysis is considered as more relevant and appropriate for answering the clinical question. The meta-analysis applied strict inclusion and exclusion criteria and excluded studies that potentially led to bias effects with lack of validity or inadequate statistical methods. The study stated that night shift work was correlated with an increased risk of colorectal cancer (OR=1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Conclusion : The current best available evidence stated that night shift work may increased of colorectal cancer, although the result of the study are not strong enough. Colorectal cancer is a multifactorial disease, where various risk factors may play a role in the occurrence of the disease, especially in the genetic one.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Ely Sakti Panangian
"Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nila diagnostic kadar CEA serum sebagai indikator terjadinya metastasis hepar dari kanker kolorektal (KKR) pada usia dewasa muda Metode. Studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa catatan pasien dalam rekam medis. Pasien berusia <50 tahun yang terdiagnosis kanker kolorektal primer secara histopatologis di Cipto Mangunkusumo Hospital direkrut dalam penelitian ini. Kami mengeksklusi pasien dengan riwayat keganasan lain, telah menjalani tatalaksana operatif untuk kanker kolorektal, dan memiliki komorbiditas penyakit hati. Luaran akhir dari penelitian ini adalah cut off nilai CEA yang didapat dengan kurva ROC, sensitivitas, dan spesifisitas nilai CEA dalam memprediksi metastasis hepar KKR. Hasil. Kami merekrut 181 pasien dengan proporsi 43.6% perempuan. 59 pasien (32.6%) diketahui memiliki metastasis hepar pada saat intraoperatif. Kadar CEA pasien metastasis ditemukan sebesar 208.1 (2.1–12503.2) ng/mL, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasien non-metastasis 6.27 (0.8–1099.4) ng/mL (p<0.001). Nilai AUC tercatat sebesar 0,904, dan cut off optimal didapat pada kadar CEA ≥38,765 ng/mL (Indeks Youden = 1,718). Peneliti mencatat sensitivitas dan spesifisitas niali CEA serum ≥38,765 ng/mL, secara berturut-turut, sebesar 91,53% (IK 95%, 81,32%–97,19%) dan 80,3% (72,16%–86,97%). Rasio odds pasien kanker kolorektal usia muda untuk mengalami metastasis hepar adalah sebesar 44,10 (IK 95%, 15,92–122,20) bila nilai CEA serum pasien sebesar ≥38,765 ng/mL. Simpulan. Kadar CEA ≥38,765 ng/mL memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik, sehingga cukup efektif untuk digunakan sebagai prediktor metastasis hepar pada penderita KKR.

Introduction. This study aims to determine the diagnostic value of serum CEA levels as the liver metastases predictor of colorectal cancer (CRC) in young adults.. Method. A cross-sectional study was conducted using secondary data (patient medical records) from 2015–2021. Patients aged <50 years who were diagnosed histopathologically with primary colorectal cancer at Cipto Mangunkusumo General Hospital were recruited in this study. We excluded patients with a history of other malignancies, who had undergone operative management for colorectal cancer, and preexisting liver disease. The outcome of this study is the cut-off of the CEA value obtained by the ROC curve, the sensitivity and specificity of the CEA value in predicting CR liver metastases. Results. We recruited 181 patients with a proportion of 43.6% women. Fifty-nine patients (32.6%) had liver metastases. The CEA level of metastatic patients was 208.1 (2.1–12503.2) ng/mL; this was much higher than the non-metastatic group, which was recorded at 6.27 (0.8–1099.4) ng/mL (p<0.001). The AUC value was recorded at 0.904, and the optimal cut-off was obtained at CEA levels 38.765 ng/mL (Youden's Index = 1.718). We noted the sensitivity and specificity of serum CEA values 38.765 ng/mL, respectively, of 91.53% (91.5 CI, 81.32%–97.19%) and 80.3% (72.16%– 86.97%). The odds ratio of young colorectal cancer patients to have liver metastases was 44.10 (95% CI, 15.92–122.20) if the patient's serum CEA value was 38.765 ng/mL. Conclusion. CEA level ≥38,765 ng/mL has good sensitivity and specificity in predicting liver metastases among young adults with CRC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesha Wisnu Wardhana
"Insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 10,5 per 100.000 penduduk dengan mortalitas 4,4% pada kanker kolon dan 3,3% pada kanker rektum. Penelitian oleh Sitorus dkk (2010) menunjukkan kesintasan kanker kolorektal di Indonesia adalah sebesar 31,34%. Identifikasi faktor-faktor prognostik yang berhubungan dengan kesintasan kanker kolorektal dapat digunakan sebagai acuan unutk meningkatkan pelayanan dalam tatalaksana kanker kolorektal. Studi ini menilai faktor-faktor yang memengaruhi kanker kolorektl di RSCM. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort retrospektif dengan analisis faktor yang memengaruhi kesintasan. Data pasien yang mengalami kanker kolorektal diperoleh dari registrasi kanker kolorektal Divisi Bedah Digestif RSCM selama periode Januari-Desember 2014. Didapatkan sebanyak 142 subyek kanker kolorektal dengan kelompok usia terbanyak adalah usia ≥45 tahun. Sebanyak 52,1% subyek menderita kanker kolorektal stadium IV dengan lokasi tersering adalah rektum (47,2%). Adapun faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan pasien kanker kolorektal antara lain ialah stadium (p=0,002; HR 2,09; 95%CI 1,32-3,29), terapi pembedahan definitif (p=0,000; HR 20,7; 95%CI 5,01-86,28), penyulit obstruksi atau perforasi (p=0,019; HR 9,99; 95%CI 2,42-41,08), invasi limfovaskular (p=0,000; HR 7,86; 95%CI 2,89-21,36), dan diabetes mellitus (p=0,048; HR 1,6; 95%CI 3,28-7,22). stadium, terapi pembedahan definitif, penyulit baik osbtruksi maupun perforasi, invasi limfovaskular, dan diabetes mellitus merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan pasien kanker kolorektal

The incidence of colorectal cancer in Indonesia was 10,5 per 100.000 with mortality of 4,4% for patients with colon cancer and mortality of 3,3% in patients with rectal cancer. Research by Sitorus et al (2010) showed that the survival rate of patients with colorectal cancer in Indonesia was 31,34%. Identification of factors related to survival of colorectal cancer can be used to improve the management of patients with colorectal cancer. This study was a retrospective cohort with survival analysis. The patients data with colorectal cancer were from medical record from Digestive Surgery Division in RSCM from January - December 2014. Data selection was done based on inclusion and exclusion criterias. There were 142 patients with colorectal cancer included. Most of the patientes were ≥45 years old. There were 52,1% patients suffered from IV grade of colorectal cancer, and the most common location was rectum (47,2%). Factors affecting five years survival rate was stadium (p=0,002; HR 2,09; 95%CI 1,323,29), definitive treatment/surgery (p=0,000; HR 20,7; 95%CI 5,01-86,28), obstruction/perforation (p=0,019; HR 9,99; 95%CI 2,42-41,08), lymphovascular invasion (p=0,000; HR 7,86; 95%CI 2,89-21,36), and diabetes mellitus (p=0,048; HR 1,6; 95%CI 3,28-7,22). kanker (HR 1,842; 95%CI 1,244-2,729) were the factors that increased recurrence Stadium, definitive treatment/surgery, obstruction/perforation, lyymphovascular invasion, and diabetes mellitus were factors affecting fiver years survival rate of patients with colorectal cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Iswari
"Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia dan di negara berkembang. Berdasarkan profil kesehatan DKI Jakarta 2009, dilaporkan jumlah kasus diare sebesar 164.743 dimana kasus diare 50% terjadi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian diare. Metode penelitian menggunakan rancangan case control, dengan jumlah sampel 54 untuk kelompok kasus dan 54 untuk kelompok kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi (p value= 0,037), dan kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anak (p value= 0,038). Rekomendasi perlunya penelitian lebih lanjut dengan.

Diarrhea disease is a major cause of morbidity and mortality worldwide and in developing countries. Based on the health profile of DKI Jakarta 2009, the reported number of cases of diarrhea of 164,743 where 50% of diarrhea cases occurred in infants. This study aims to identify and explain factors related to the incidence of diarrhea. This research method using case-control design, with sample size 54 for cases group and 54 for control group. Data analysis was performed univariate, bivariate with chi square test.
The results showed that risk factors affect has a significant relationship with nutritional status (p value= 0.037), and the habits of mothers wash their hands before providing eating in children (p value= 0.038). Recommendations that further research is another factor that affects anda is associated with diarrhea."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Qothrunnada
"Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terkait kemampuannya untuk melakukan sebuah tindakan. Untuk mengatasi rendahnya tingkat efikasi diri ostomates diperlukan pengetahuan terkait faktor yang berhubungan dengan efikasi diri. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan efikasi diri pada ostomates. Penelitian bersifat korelasional dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner sosiodemografik dan Stoma Self-Efficacy Scale. Data dianalisis menggunakan uji Krusikal wallis dan Chi Square. Hasil penelitian yaitu rata-rata usia responden 45.53 Tahun. Mayoritas responden laki-laki (67,6%), menikah (94,1%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (50,0%), bekerja (67,6%), menderita kanker selama 1-4 tahun (67,6%), dan memiliki tingkat efikasi diri sedang (76,5%). Berdasarkan analisis bivariat variabel, diperoleh hasil faktor yang berhubungan dengan efikasi diri adalah lama menderita kanker, sedangkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, Pendidikan tidak berhubungan dengan efikasi diri. Perawat berperan penting sebagai fasilitator dan educator agar efikasi diri dapat tercapai lebih optimal.

Self-efficacy is a person's belief regarding his ability to perform an action. To overcome the low self-efficacy level of ostomates, knowledge regarding factors related to self-efficacy is needed. The aim of this research is to analyze the factors related to self-efficacy in ostomates. This research is correlational with cross-sectional design. Sampling was done by total sampling technique. Data collection was carried out using a sociodemographic questionnaire and Stoma Self-Efficacy Scale. Data were analyzed using Crusical Wallis and Chi Square tests. The results of the study are the average age of the respondents 45.53 years. The majority of respondents were male (67.6%), married (94.1%), graduated from university (50.0%), worked (67.6%), had cancer for 1-4 years (67.6 %), and has a moderate level of self-efficacy (76.5%). Based on the bivariate analysis of variables, the results of factors related to self-efficacy are length of time with cancer, while age, gender, marital status, education are not related to self-efficacy. Nurses play an important role as facilitators and educators so that self-efficacy can be achieved more optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Permatasari R.P.
"Sejak kemunculannya di Indonesia pada tahun 2022, mpox menjadi perhatian kesehatan masyarakat. Hingga saat ini penelitian yang mengeksplorasi faktor risiko kejadian mpox di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko kejadian mpox di Indonesia pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan memakai data sekunder yang bersumber dari formulir penyelidikan epidemiologi dan klinis kasus mpox yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Sampel penelitian terdiri atas 57 kasus konfirmasi dan 139 kasus discarded. Analisis multivariat mengidentifikasi dua faktor yang memengaruhi kejadian mpox di Indonesia pada tahun 2023, yaitu jenis kelamin dan status HIV. Strategi penanggulangan mpox perlu menekankan pada edukasi yang efektif, peningkatan deteksi dini pada kelompok berisiko, dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui metode pengumpulan data yang lebih sensitif dan akurat.

Since its emergence in Indonesia in 2022, mpox has raised public health concerns. Up to this point, research examining the risk factors for mpox in Indonesia remains quite limited. This research objective is to identify the risk factors for mpox in Indonesia in 2023. This research is a cross-sectional study that utilizes secondary data obtained from the epidemiological and clinical investigation form for mpox cases provided by the Indonesian Ministry of Health. The sample for the study included 57 confirmed cases and 139 discarded cases. Multivariate analysis revealed two factors that influenced the incidence of mpox in Indonesia in 2023, specifically gender and HIV status. Mpox control strategies need to emphasize effective education, increasing early detection in at-risk groups, and improving the quality of health services through more delicate and accurate data collection methods."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Budi Lestari
"Insomnia merupakan gangguan tidur yang dapat dialami oleh klien kanker payudara. Angka kejadian insomnia pada klien kanker payudara bervariasi, dan dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan kanker lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian insomnia dan menjelaskan faktorfaktor menurut model Spielman yang berhubungan dengan insomnia pada klien kanker payudara. Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sejumlah 85 klien kanker payudara stadium I-III mengisi kuesioner mengenai keluhan insomnia, usia, adanya rangsangan sebelum tidur, cemas, depresi, nyeri, perilaku tidur, keyakinan dan sikap tentang tidur.
Hasil penelitian menunjukkan insomnia dialami oleh 16,47 % responden, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara nyeri, cognitive arousal, somatic arousal, dan perilaku/kebiasaan tidur dengan insomnia pada klien kanker payudara. Insomnia berhubungan secara bermakna dengan usia (p = 0,04), depresi (p = 0,037), kecemasan (p = 0,001) dan keyakinan serta sikap tentang tidur (p = 0,002). Faktor yang paling berhubungan dengan insomnia adalah keyakinan dan sikap tentang tidur. Perawat perlu melakukan pengkajian tentang keluhan insomnia pada klien kanker payudara secara terfokus sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat.

Insomnia is a sleep disorder that could be experienced by breast cancer clients. The incident of insomnia in breast cancer clients varied and it was reported higher compared to other cancer. The objective of the research is to know the incident of insomnia and to find out the relationship between factors according to Spielman model to insomnia in breast cancer clients. The research utilized a desciptive analytic method with cross sectional approach. Total sample of 85 clients with stage I-III breast cancer answered the questionaire about insomnia, age, pre-sleep arousal, anxiety, depression, pain, sleep behavior, belief and attitude about sleep.
The result of the research showed that insomnia was experienced by 16.47% of the participants, and there were no significant relationship between pain, cognitive arousal, somatic arousal and sleep behavior / sleep pattern with insomnia in breast cancer clients. While the insomnia is related significantly with age (p=0,045), depression (p=0,037), anxiety (p=0,001) and the belief and attitude to sleep (p=0,002) where the belief and attitude to sleep became the most factor related to insomnia. Nurse needs to do a focused assessment of insomnia in breast cancer clients to provide an appropriate intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>