Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karisa Saraswati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang analisis korelasi antara lembaga keuangan mikro dengan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan yang terus melanda Indonesia diduga karena kurangnya akses penduduk terhadap jasa institusi keuangan. Penelitian ini akan menggunakan data panel tahunan 2011-2015 tiap-tiap provinsi di Indonesia untuk menelusuri hubungan antara kemiskinan di Indonesia dengan keberadaan lembaga keuangan mikro sebagai institusi keuangan yang dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Lembaga keuangan mikro dinilai dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, variabel Usaha Kecil Menengah UKM disertakan dalam analisis korelasi. Regresi yang dilakukan menggunakan metode random effect pada dua model ekonomi yang berbeda. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa terbukti adanya hubungan yang signifikan antara keberadaan lembaga keuangan mikro dengan jumlah UKM. Serta, terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah UKM dengan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Maka, melalui penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa Lembaga Keuangan Mikro memengaruhi pengentasan kemiskinan di Indonesia secara signifikan melalui keberadaan UKM.

ABSTRACT
This thesis will analyze the correlation between microfinance institution and poverty alleviation in Indonesia. Indonesian poverty. Poverty continues to hit Indonesia allegedly due to lack of access to services of resident financial institutions. This study will use the yearly panel data 2011 2015 of each provinces in Indonesia to discover the relationship between poverty in Indonesia with the presence of microfinance institutions as financial institutions that able to reach all areas in Indonesia. Microfinance Institutions MFI are believed to give indirect impact on poverty in Indonesia. Therefore, the variable of Small and Medium Enterprises SMEs are included in the correlation analysis as the link from MFI to poverty. The regressions are done using random effect on two different economic models. The results stated that there is a significant correlation between the existence of microfinance institutions and the number of SMEs. As well as, there is a significant correlation between the number of SMEs and the alleviation of poverty in Indonesia. In conclusion, it is proven that the Microfinance Institutions affect poverty reduction in Indonesia significantly through the presence of SMEs."
2016
S66607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Andrea Monica Dewi
"Feminisasi kemiskinan memperlihatkan lebih besarnya jumlah perempuan penyandang kemiskinan dibandingkan dengan laki-laki. Sayangnya, fenomena ini masih terjadi di Indonesia dilihat dari ketidaksetaraan gender dan ketimpangan kemiskinan antara perempuan dan laki-laki. Berbeda dengan negara tetangganya, Filipina telah berada di peringkat 10 besar dunia dalam hal kesetaraan gender tahun 2018. Indonesia dan Filipina sama-sama telah mengadopsi model kuangan dan usaha mikro untuk memberdayakan perempuan dan meminimalisir feminisasi kemiskinan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan faktor sosial dan budaya yang memunculkan feminisasi kemiskinan di Indonesia dan Filipina, serta membandingkan program keuangan dan usaha mikro di Indonesia dan Filipina dalam pengaruhnya menanggulangi feminisasi kemiskinan. Urgensi dari penelitian ini adalah terungkapnya persamaan dan perbedaan feminisasi kemiskinan serta keuangan mikro di Indonesia dan Filipina agar dapat menjadi pembelajaran bagi lembaga keuangan mikro Indonesia untuk kesejahteraan perempuan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan pustaka, dimana penulis meninjau berbagai literatur seperti jurnal, buku, laporan terkait dengan rentang waktu publikasi tidak terbatas. Penelitian membandingkan faktor sosial budaya berdasarkan penyebab feminisasi kemiskinan yaitu kemiskinan kultural dan struktural. Secara kultural Indonesia dan Filipina memiliki budaya tradisional yang merugikan perempuan. Namun, kedua negara ini telah menuju pada pembangunan yang setara gender, terlebih Filipina dalam kebijakannya yang bersifat Gender Mainstreaming. Hasil komparasi selanjutnya adalah perbandingan program keuangan mikro, yaitu PNM Mekaar dari Indonesia berusia 6 tahun dan Proyek Dungganon dari Filipina yang berusia lebih dari 30 tahun menggunakan aspek-aspek dari buku Microfinance handbook: An institutional and financial perspective oleh Joanna Ledgerwood, yaitu tujuan program, penargetan program, intermediasi sosial, serta analisis dampak. Hasil menunjukkan bahwa kedua program sama-sama memiliki tujuan pembangunan khas serta sama-sama bersifat penargetan tidak langsung. Intermediasi sosial PNM Mekaar berupa sistem tanggung renteng sementara Proyek Dungganon berupa sistem kelompok dengan metode 2-2-1. Demikian pula dengan dampak yang berbeda dari masing-masing program namun telah sejalan dengan tujuan pembangunan yang mereka punya. Jadi kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui bahwa baik PNM Mekaar dan Proyek Dungganon memberi dampak positif terhadap perekonomian nasabahnya meskipun dengan proses peminjaman dan intermediasi sosial yang berbeda dan memiliki ciri khas unik. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada lembaga keuangan dan usaha mikro untuk pemberdayaan perempuan di Indonesia. Selain itu, menjadi sumbangsih bagi mata kuliah Dimensi Sosial dan Ekonomi bagi Kesejahteraan Sosial serta mata kuliah Masalah Kemiskinan.

Feminization of poverty is an observation that the number of women living in poverty is greater than that of men. Unfortunately, this phenomenon still occurs in Indonesia, which can be seen from the prevalent gender inequality and poverty inequality between women and men. However, unlike its neighbors, the Philippines has been ranked in the top 10 in the world in terms of gender equality. Indonesia and the Philippines have both adopted financial and micro-enterprise models to empower women and minimize the feminization of poverty. This study aims to describe the social and cultural factors that influence the feminization of poverty in Indonesia and the Philippines. Furthermore, the author aims to analyze and compare the financial and micro-enterprise programs in Indonesia and the Philippines and their influence in overcoming the feminization of poverty in these two countries. The urgency of this research is to reveal the similarities and differences in the feminization of poverty and microfinance in Indonesia and the Philippines so that it can be a lesson for Indonesian microfinance institutions for the welfare of women in Indonesia. The research method used is a literature review, where the author reviews various literatures such as journals, books, reports on related issues, with an unlimited publication time span.. This is done so that the authors can reach various data on a wider scale from abroad, specifically from the Philippines. Research reveals that socio-cultural factors that lead to the feminization of poverty are based on cultural and structural poverty. Culturally, Indonesia and the Philippines have traditional cultures that marginalize women's potential. However, these two countries have been heading towards gender-equal development, especially the Philippines in its Gender Mainstreaming policy. The result of the next comparison is a comparison of microfinance programs, namely PNM Mekaar from Indonesia who is 6 years old and Project Dungganon from the Philippines which is more than 30 years old. The comparison was carried out using aspects from the Microfinance handbook: An institutional and financial perspective by Joanna Ledgerwood, which are: program objectives, program targeting, social intermediation, and impact analysis. Both programs share specific development goals and are both implementing indirect targeting. PNM Mekaar's social intermediation is in the form of a joint responsibility system, while the Dungganon Project is a group system using the 2-2-1 method. Likewise, the different impacts of each program but have been in line with their development goals. So the conclusion of this study can be seen that both PNM Mekaar and the Dungganon Project have a positive impact on the economy of their customers, even though the lending and social intermediation processes are different and have unique characteristics. This research is expected to provide input to financial institutions and micro-enterprises for women's empowerment in Indonesia. In addition, it is a contribution to the Social and Economic Dimensions for Social Welfare courses and the Poverty Problems course."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syukur Ahmad
"Skripsi ini membahas pelaksanaan pendayagunaan zakat melalui pembiayaan usaha mikro pada Baznas Microfinance Desa (BMD) dan bagaimana tanggung jawab pelaku usaha mikro yang menerima pembiayaan Baznas Microfinance Desa (BMD) apabila terjadi risiko pembiayaan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif dengan alat pengumpulan data berupa studi kepustakan terhadap bahan hukum primer dan sekunder serta dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa salah satu tugas Baznas selaku pengelola zakat nasional adalah mendayagunakan potensi dana yang telah terkumpul agar terciptanya keadilan sosial dan kemaslahatan umum. Salah satu upaya yang dilakukan Baznas adalah dengan membentuk Baznas Microfinance Desa (BMD). Baznas Microfinance Desa (BMD) melaksanakan pendayagunaan zakat yang produktif pada bidang ekonomi dengan memberikan pembiayaan kepada usaha mikro. Pembiayaan pada Baznas Microfinance Desa (BMD) dilakukan berdasarkan jenis dana yang disalurkan, yaitu dana zakat dan dana non-zakat. Dana zakat disalurkan dengan tanpa akad, sementara dana non-zakat disalurkan dengan akad qardh al hasan. Pelaku usaha mikro yang menerima pembiayaan dana zakat tidak wajib untuk mengembalikan dana pembiayaan, sementara pelaku usaha mikro yang menerima pembiayaan dana non-zakat wajib untuk mengembalikan dana pembiayaan.

This thesis discusses the implementation of zakat utilization through micro-enterprise financing in Baznas Microfinance Desa (BMD) and how the responsibility of micro-entreprises who receive financing from Baznas Microfinance Desa (BMD) if risks happen. This research is a juridical-normative research with library research methode by seeking primary and secondary data material also with qualitative analyzation. The results of the research concluded that one of the tasks of Baznas as the national zakat manager was to utilize the potential of the accumulated funds in order to create social justice and general welfare. One of the Baznas efforts was established Baznas Microfinance Desa (BMD). Baznas Microfinance Desa (BMD) implements productive utilization of zakat in the economic sector by providing financing to micro-enterprises. Funding for Baznas Microfinance Desa (BMD) is carried out based on the type of funds channeled, namely zakat funds and non-zakat funds. Zakat funds are channeled without a contract, while non-zakat funds are channeled by qardh al hasan contract. Micro business actors who receive funding for zakat funds are not obliged to repay funding, while micro-entrepreneurs who receive non-zakat funding are obliged to return funding."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Aljihad
"Adanya ketimpanga antara indeks pembangunan manusia perempuan dan laki-laki dan juga amanat RPJMN mengenai kesetaraan gender perlu diperhatikan. Pemberdayaan perempuan melalui keuangan mikro sudah lama dijalankan dan memang merupakan sasaran utama bagi lembaga keuangan mikro yang menjalankannya. Dengan Banyaknya penelitian mengenai pemberdayaan perempuan, perlu adanya suatu analisis mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro. Penulisan ini menggunakan metode literatur review yang membahas mengenai lima lembaga keuangan mikro dari penelitian yang sudah ada, kemudian dianalisis mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan tersebut dan bagaimana dampaknya bagi perempuan yang menerimanya. Tulisan ini menghasilkan sebuah temuan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh keuangan mikro adalah intermediasi keuangan, intermediasi sosial, serta pelatihan pengembangan kapasitas. Model lembaga keuangan mikro yang menyediakan lengkap disebut sebagai pendekatan integratif, dampak dari adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro ini antara lain terbukanya akses perempuan terhadap layanan keuangan, meningkatnya pendapatan dan usaha yang dijalankan, serta meningkatnya kapasitas diri dan sosial. Dengan layanan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro ini, perempuan menjadi lebih berdaya setidaknya dalam level ekonomi seperti peningkatan pendapatan yang selaras dengan kemampuan untuk membeli, namun demikian pemberdayaan belum sampai pada level sosial politik yang lebih tinggi. Lembaga keuangan mikro ini merupakan batu loncatan bagi perempuan untuk dapat berdaya di level level yang lebih tinggi.

The existence of disparities between the human development index of women and men and the mandate of the RPJMN regarding gender equality needs to be considered. Empowerment of women through microfinance has long been implemented and is indeed the main target for microfinance institutions that run it. With so many studies on women's empowerment, there needs to be an analysis of how the forms of empowerment are carried out by microfinance institutions. This writing uses a literature review method which discusses five microfinance institutions from existing research, then analyzes how the forms of women's empowerment are carried out by these financial institutions and how the impact on women who receive them. This paper produces a finding that the empowerment carried out by microfinance is financial intermediation, social intermediation, and capacity building training. The model of microfinance institutions that provides a complete set is referred to as an integrative approach, the impact of the empowerment carried out by these microfinance institutions include opening up women's access to financial services, increasing income and running businesses, as well as increasing self and social capacity. With the services provided by these microfinance institutions, women become more empowered at least at the economic level, such as an increase in income that is in line with the ability to buy, however empowerment has not yet reached a higher socio-political level. This microfinance institution is a steppingstone for women to be empowered at a higher level"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Murti Ningsih
"ABSTRAK
Wanita pengusaha mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia banyak dikelola oleh wanita pengusaha. Pengembangan wanita pengusaha diperlukan untuk negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat wanita pengusaha berdasarkan 12 (dua belas) ciri sikap yang berperan penting dalam keberhasilan wanita pengusaha dan 11 (sebelas) unsur yang membentuk pola pikir prestatif pada wanita pengusaha. Faktor pendukung diketahui dari tingginya ciri sikap yang ada dalam diri wanita pengusaha dan tampilnya unsur pola pikir prestatif pada wanita pengusaha, sedangkan faktor penghambat diketahui dari belum tingginya ciri sikap pada wanita pengusaha dan tidak tampilnya pola pikir prestatif pada wanita pengusaha sehingga dibutuhkan intervensi untuk meningkatkan keberhasilan wanita pengusaha dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Selain itu faktor pendukung dan penghambat juga dapat diketahui dari datangnya dukungan dan hambatan baik dari diri pribadi wanita pengusaha sendiri maupun dari lingkungan wanita pengusaha. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua kelompok faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri wanita pengusaha dan faktor ekstenal yang berasal dari lingkungan wanita pengusaha. Sehingga untuk mencapai keberhasilan perlu dilakukan intervensi dari pemerintah, masyarakat dan organisasi kewirausahaan.

ABSTRACT
Women entrepreneurs have a very important role in economic growth in Indonesia. Activities of micro, small and medium enterprises in Indonesia, many run by women entrepreneurs. The development of women entrepreneurs is needed for a developing country such as Indonesia. The study was conducted to determine the factors supporting and inhibiting women entrepreneurs by 12 (twelve) characteristic attitude was instrumental in the success of women entrepreneurs and 11 (eleven) elements that mindset prestatif in women entrepreneurs. Factors known supporter of the high characteristic attitude that exists within women entrepreneurs and the appearance of elements prestatif mindset on women entrepreneurs, while inhibiting factors known to characterize the attitude of not higher in women entrepreneurs and not appearing prestatif mindset in women entrepreneurs so that interventions are needed to improve the success women entrepreneurs in starting and developing a business. Besides supporting and inhibiting factors can also be known from the support and resistance coming from both the self and the woman entrepreneur of the women entrepreneurs. These factors are divided into two groups of factors: internal factors and external factors. Internal factors originating from within the women entrepreneurs and ekstenal factors derived from the women entrepreneurs. So as to achieve the success necessary intervention of the government, community and entrepreneurial organizations."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Angeline Budhiyanto
"Saat ini, masyarakat semakin sadar akan pentingnya akses terhadap layanan kesehatan. Sayangnya, biaya kesehatan semakin mahal akibat inflasi medis, yang umumnya lebih tinggi dibandingkan inflasi ekonomi. Pengeluaran kesehatan yang terlalu besar menyebabkan sebagian orang berada dalam kemiskinan. Namun, beberapa temuan menemukan bahwa peningkatan cakupan asuransi kesehatan mungkin berkontribusi terhadap pengurangan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pengeluaran kesehatan out-of-pocket (OOP) dan kepemilikan asuransi kesehatan terhadap kemiskinan di Indonesia, dengan fokus pada korelasinya. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan asuransi kesehatan dalam mencapai cakupan 100% dan berkontribusi terhadap UHC (Universal Health Coverage). Untuk analisisnya, penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan data Susenas 2019-2021 dan metodologi Regresi logistik. Analisis kualitatif menggunakan penelitian primer dengan menggunakan wawancara mendalam dan survei konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OOP belanja kesehatan dan kemiskinan mempunyai korelasi negatif yang berarti penurunan OOP belanja kesehatan tidak signifikan dalam menurunkan kemiskinan karena yang memiliki OOP belanja kesehatan lebih tinggi adalah kelompok non-miskin. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan asuransi kesehatan dan kemiskinan mempunyai korelasi negatif yang berarti kepemilikan asuransi kesehatan terbukti signifikan dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi Indonesia untuk mencapai cakupan asuransi kesehatan 100% untuk memastikan semua masyarakat mendapatkan akses kesehatan dasar yang diperlukan.

Kata kunci: Out-of-pocket health expenditure, asuransi kesehatan, kemiskinan, Universal Health Coverage (UHC)


Nowadays, people are becoming more aware of the importance of having access to healthcare. Unfortunately, healthcare costs are getting more expensive due to medical inflation, which is generally higher than economic inflation. Having out-of-pocket health expenditures is driving some people to be in poverty. However, some findings find that increasing coverage of health insurance might contribute to poverty reduction. This study aims to study the effect of out-of-pocket (OOP) health expenditures and health insurance ownership on poverty in Indonesia, focusing on its correlation. Moreover, this study aims to analyze the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of health insurance companies in achieving 100% coverage and contributing to UHC (Universal Health Coverage). For the analysis, this study adopts quantitative and qualitative study. Quantitative analysis uses data from Susenas 2019-2021 and methodology Logistic regression. Qualitative analysis uses primary research using in-depth interviews and consumer surveys. The study found that OOP health expenditure and poverty have a negative correlation, which means a decrease in OOP health expenditure is not significant in reducing poverty because those who have higher OOP health expenditure are the non-poor. This study also found that health insurance ownership and poverty have a negative correlation, which means it is proven that owning health insurance is significant in reducing poverty. This shows that it is important for Indonesia to reach 100% health insurance coverage to ensure all people are covered with basic necessary healthcare access.

Keywords: Out-of-pocket health expenditure, health insurance, poverty, Universal Health Coverage (UHC)"

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Maulana Herwindo
"Studi tentang kemiskinan multidimensi telah banyak dilakukan akhir-akhir ini, namun belum terdapat studi kemiskinan multidimensi yang fokus terhadap kelompok pekerja pertanian di Indonesia. Penelitian ini berusaha melihat pengaruh determinan kemiskinan yang terdiri dari lima aspek, yaitu pertanian, pendidikan, demografi, geografis dan sosioekonomi terhadap kemiskinan multidimensi di rumah tangga pertanian Indonesia. Menggunakan data panel dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014 dengan teknik regresi cross sectional dan ordinary least square, penelitian ini menunjukkan bahwa determinan luas lahan pertanian dan sistem pengairan lahan dari aspek pertanian, akses terhadap kredit di aspek sosioekonomi, dan tempat tinggal rumah tangga sebagai aspek geografis, memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap status kemiskinan multidimensi rumah tangga pertanian. Selain berpengaruh ke status kemiskinan, determinan tersebut juga berpengaruh untuk mengurangi nilai kemiskinan multidimensi yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian.

Research about multidimensional poverty have been carried out lately, but there are no multidimensional poverty studies that focus on agricultural labor groups in Indonesia. This research tries to see the influence of poverty determinants consisting of five aspects, namely agriculture, demography, geographical, education and socioeconomics on multidimensional poverty in Indonesian agricultural households. By using panel data from the 2014 Indonesia Family Life Survey (IFLS) with cross sectional and ordinary least square regression techniques, this study shows that determinants such as agricultural land area and land irrigation systems from the agricultural aspect, access to credit in socioeconomic aspects, and residence household as a geographical aspect, has a significant and negative influence on the multidimensional poverty status of agricultural households. In addition to influencing poverty status, the determinant also has an effect on reducing the multidimensional poverty value that is owned by agricultural households"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Tesis ini disusun guna menganalisis dampak dari keberadaan koneksi politik pada perusahaan terhadap aktivitas pengungkapan anti-korupsi melalui penyampaian laporan aktivitas anti-korupsi di Indonesia, dengan pemanfaatan variabel pemoderasi gender wanita di jajaran direksi selama periode tahun 2015-2017 pada perusahaan-perusahaan non-finansial yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penyusunan teori mengenai dampak dari keberadaan koneksi politik yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan pengungkapan anti-korupsi, serta pengaruh dari gender wanita pada komposisi jajaran direksi di Perusahaan terhadap tingkat pengungkapan anti-korupsi. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa terhadap data-data laporan keuangan beserta disclosure-nya dari setiap perusahaan non-finansial yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, pengumpulan data-data profil pemangku kepentingan di Perusahaan yang terdiri dari status jabatan dan profil koneksi politik yang dimiliki oleh para pemangku kepentingan. Pada penelitian ini juga dilakukan identifikasi data-data terkait dengan jajaran direksi perusahaan yang terdiri dari data status jabatan dan status gender dari para anggota direksi perusahaan. Atas data-data laporan perusahaan dan disclosure-nya tersebut dilakukan penyusunan indeks anti-korupsi perusahaan yang terdiri dari 7 kategori indeks dengan total 43 sub-kategori indeks pengungkapan anti-korupsi, untuk digunakan dalam analisis regresi dan estimasi korelasi hubungan dengan tujuan untuk mengetahui dampak dari keberadaan koneksi politik yang dimiliki perusahaan terhadap pengungkapan anti-korupsi, serta pengaruh dari keberadaan gender wanita di jajaran direksi terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan koneksi politik yang dimiliki oleh CEO berdampak negatif terhadap pengungkapan anti-korupsi pada perusahaan non-finansial di Indonesia selama periode tahun 2015-2017. Pada hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa meskipun keberadaan gender wanita pada jajaran direksi perusahaan tidak secara langsung berdampak pada pengungkapan anti-korupsi, namun apabila keberadaan gender wanita ditempatkan dalam posisi sebagai pemberi pengaruh bagi keberadaan koneksi politik di perusahaan, maka CFO dengan gender wanita di perusahaan mampu yang memperlemah dampak dari keberadaan koneksi politik terhadap penyampaian laporan aktivitas anti-korupsi di perusahaan.

This thesis analyzed the impact from political connections existence to anti-corruption disclosure activities through the submission of anti-corruption reports from non-financial companies which were listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2015-207 period, by considering also female gender in board as moderating variable in the study. The research was expected to give contribution to the theory developments related to the impact from political connections existence to anti-corruption disclosure activities, as well as the influence of female gender on board on the level of anti-corruption disclosure. Study methodology used were data analysis of financial statement (include its discosure statements) from all the non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange, data collection of shareholders, independent commissioners, and CEO regarding to their positions status and their political connection profiles. Another study methodology used were identification of board of director data which consisted of boards position status and boards gender status. With regards to data analysis of financial statements (include its discosure statements), a company anti-corruption index was developed, which consists of 7 categories and a total of 43 anti-corruption sub-categories index. The index were used in regression analysis and correlation estimation to find the impact from political connections existence to anti-corruption disclosure activities, as well as the influence of female gender on board on the impact from political connections existence to anti-corruption index. The results of this study indicate that the existence of political connections owned by the CEO has a negative impact on the disclosure of anti-corruption in non-financial companies in Indonesia during the period 2015-2017. This study also found that the presence of female gender in the board did not directly affect the disclosure of anti-corruption. However, should the presence of female gender was placed as an influencer for the political connections existence in the company, the study could found that the CFO with female gender were able to diminished the impact from the existence of political connections to anti-corruption disclosure in the company."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Indah Cinderakasih
"ABSTRAK
Kredit mikro merupakan salah satu strategi yang muncul akibat adanya
kesenjangan antara pemberi modal dan calon penerima modal. Program kredit
mikro diharapkan dapat menjadi sebuah tangan panjang dari para pemilik modal
kepada penerima modal. Program kredit mikro diharapkan dapat menjadi sebuah
alternatif dalam usaha pemberdayaan masyarakat. Di negara-negara berkembang,
kredit mikro merupakan salah satu strategi yang komprehensif dalam usahanya
memberdayakan perempuan dan penanggulangan kemiskinan. Salah satu
mekanisme kredit mikro adalah Grameen Bank , yang diadopsi serta diadaptasi
oleh lembaga keuangan di Indonesia Meskipun telah ada mekanisme serupa di
Indonesia, adopsi dan adaptasi sistem Grameen Bank dilakukan pemberdaya
dalam upaya menerapkan program?program kredit mikro yang telah berhasil
dilakukan sebelumnya di negara lain. Pengadopsian program kredit mikro di
negara lain tentu memiliki perbedaan terutama dalam pemaknaan terhadap visimisi
pemberdayaan itu sendiri terkait dengan budaya profit oriented yang lebih
dulu ada. Tulisan ini merupakan sebuah analisa deskriptif menggunakan metode
kualitatif dengan kerangka sosiologi ekonomi dan jender . Tulisan ini
menekankan pada beberapa hal yang perlu dilihat dari program pemberdayaan
perempuan melalui kredit mikro yang diadopsi dari negara lain yakni : perbedaan
karakter lembaga keuangan, aplikasi dari sistem kredit yang diadopsi dan
diadaptasi oleh lembaga keuangan dan pengetahuan makna pemberdayaan
melalui kredit mikro yang dimiliki pemberdaya dalam upaya mendukung
keberlangsungan program pemberdayaan perempuan melalui kredit mikro.

Abstract
Microcredit is one of the strategies arising from the gap between financiers
and prospective recipients of capital. Microcredit program is expected to be a
long hand of the owners of capital to the recipient of capital. Microcredit program
is expected to be an alternative in the community empowerment efforts. In
developing countries, microcredit is one of a comprehensive strategy in its efforts
to empower women and reduce poverty. One mechanism is the Grameen Bank
micro-credit, which was adopted and adapted by financial institutions in Indonesia
Although there has been a similar mechanism in Indonesia, adoption and
adaptation of the Grameen Bank system performed empowerment in an effort to
implement microcredit programs that have successfully done before in other
countries . Adoption of microcredit programs in other countries certainly differ
mainly in the interpretation of the vision-mission of empowerment itself is related
to profit-oriented culture is much older then. This paper is a descriptive analysis
using qualitative methods with a framework of economic sociology and gender.
This paper emphasizes on some things that need to be viewed from women's
empowerment through micro credit are adopted from other countries namely:
differences in the character of financial institutions, the application of the credit
system was adopted and adapted by financial institutions and knowledge of the
meaning of empowerment through microcredit owned empowerment in efforts to
support the sustainability empowerment of women through microcredit."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Amiroh
"Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengkaji dampak dari perkembangan perdagangan internasional di Indonesia terhadap pencapaian Sustainable Development Goals dengan menggunakan data panel 33 provinsi selama periode 2009-2019. Analisis didasarkan bukti empiris pada empat indikator pembangunan ekonomi berkelanjutan yaitu PDRB perkapita, ketimpangan, kemiskinan dan ketenagakerjaaan yang berfokus di sektor manufaktur. Dikarenakan indikator tersebut memiliki hubungan yang simultan, maka model diestimasi dengan teknik ekonometrika Two Stage Least Square and Instrumental Variable. Hasil regresi dalam penelitian mengindikasikan bahwa dengan adanya keterbukaan perdagangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui PDRB perkapita. Begitu pun hasil yang baik pada indikator ketenagakerjaan, dengan adanya keterbukaan perdagangan mendorong penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur. Namun, hasil yang sebaliknya ditemukan untuk indikator kemiskinan dan ketimpangan, hasil regresi menujukkan keterbukaan perdagangan belum berdampak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa manfaat dari perdagangan belum terdistribusi sampai ke masyarakat miskin sehingga tidak memberikan dampak secara langsung untuk kedua indikator tersebut. Akan tetapi ditemukan bahwa secara tidak langsung efek keterbukaan perdagangan melalui interaksi dengan share of labor manufacturing membuat ketimpangan menurun meskipun interaksi ini juga memberikan efek yang negatif pada pertumbuhan ekonomi.

This study is to examine the impact of the development of international trade in Indonesia on the achievement of the Sustainable Development Goals (SDGs) using panel data from 33 provinces during the 2009-2019 period. The analysis is based on empirical evidence on four indicators of sustainable economic development: GDP per capita by province, inequality, poverty and employment focus on the manufacturing sector. Because these indicators have a simultaneous relationship, the model is estimated using the Two Stage Least Square and Instrumental Variable. The results of the regression in the study indicate that the existence of trade openness has a significant effect on increasing economic growth through per capita GDP. For employment, the existence of trade openness also encourages employment in the manufacturing sector. However, the opposite results were found for indicators of poverty and inequality, the regression results show that trade openness has not had a significant impact. This indicates that the benefits of trade have not been distributed to the poor, so it does not have a direct impact on both indicators. But this study, it was found that indirectly the effect of trade openness through interaction with the share of labor manufacturing makes inequality decrease even though this interaction also has a negative effect on economic growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>