Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124256 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nico Reza
"Diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia terdapat 1.1 juta orang usia muda berada dalam risiko gangguan pendengaran terkait pajanan bising dari kegiatan hiburan, termasuk bermain drum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah bergumam dapat melindungi telinga pada penabuh drum sehingga tidak didapatkan atau lebih sedikit perubahan nilai signal-to-noise ratio SNR , dibandingkan dengan penabuh drum yang tidak bergumam pada saat bermain drum. Penelitian dengan disain pre-post eksperimental dilakukan di komunitas penabuh drum di Depok, Jawa Barat dari bulan November 2017 sampai bulan Mei 2018.Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Dilakukan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, pemberian APD berupa earplug, dan memberikan intervensi bermain drum dengan cara bergumam pada satu kelompok. Analisis data dengan program statistik SPSS Statistics 20.0. Sebanyak sepuluh subyek penabuh drum, terdiri dari empat orang pada kelompok kontrol dan enam orang pada kelompok intervensi, dilakukan analisis untuk mengukur SNR signal to noise ratio sebelum dan sesudah pajanan bising dengan bermain drum pada kedua kelompok tersebut. Didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna perubahan SNR sebelum dan sesudah pajanan di kedua telinga pada kedua kelompok tersebut. Intervensi bergumam untuk membangkitkan refleks Stapedius belum terbukti dapat memberikan perlindungan pendengaran pada subyek penelitian. Pemakaian APD berupa earplug tanpa / disertai dengan bergumam, diperkirakan dapat melindungi pendengaran dari penurunan SNR.
World Health Organization estimated about 1.1 million young adults are in risk of hearing impairment due to music entertainment. Drummer as well as others percussion musician have risk of hearing impairment.This study is to identificate if humming can prevent or make smaller signal to noise ratio SNR degradation on drummer compare to the drummer who does not hum while drumming. Pre Post Experimental was conducted to a Drummer Community in Depok, West Java from November 2017 until May 2018 using consecutive sampling. All subjects underwent interview, physical examination, using earplug to the both group and humming intervention for one of the groups. Analysis was done using SPSS Statistics 20.0. Ten subjects are included in this research consist of four peoples in control group and six peoples in intervention group, signal to noise ratio SNR was measured before and after noise exposure with drumming on both groups. The result was there is no significant association of SNR on both groups in before and after exposure. There is no significant association of SNR on both groups in before and after exposure. There is no significant difference of SNR after exposure in both groups."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kurnia Putri
"Latar belakang dan tujuan: Tuli sensorineural adalah penyebab tuli terbanyak pada anak-anak, akibat gangguan antaran impuls saraf pada koklea. Teknik implann koklea berkembang untuk mengatasi kelainan ini. Tomografi komputer resolusi tinggi memberikan peranan penting untuk mengevaluasi struktur koklea dan mengukur panjang duktus koklea untuk kepentingan pemasangan implan. Pengukuran dengan cara manual memiliki kekurangan waktu pengerjaan yang lama. Terdapat cara pengukuran dengan menggunakan rumus panjang duktus koklea yang dikembangkan oleh salah satu merk implan. Apabila terdapat korelasi antara kedua cara pengukuran tersebut, maka cara pengukuran dengan rumus panjang koklea dapat digunakan secara umum untuk semua merk implan koklea.
Metode: Penelitian deskriptif dengan menggunakan uji korelasi pada rerata panjang duktus koklea pasien dengan tuli sensorineural menggunakan pengukuran secara manual dan rumus panjang koklea yang dilakukan pemeriksaan tomografi komputer resolusi tinggi tulang temporal di Departemen Radiologi RSCM terhadap 86 sampel penelitian.
Hasil: Dengan uji korelasi Pearson, didapatkan nilai p

Background and Objective: Sensorineural hearing loss is the most common cause of deafness in children, due to impaired nerve impulses in the cochlea. Cochlear implant technique develops to overcome this disorder. High resolution computed tomography provides an important role in evaluating the cochlear structure and measuring the length of the cochlear ducts for the benefit of implantation. Manual measurements have a short time lapse. There is a method of measurement using the cochlear duct length equation developed by one of the implant brands. If there is a correlation between the two methods of measurement, then the method of measurement by cochlear length equation can be used generally for all brands of cochlear implants
Methods: A Descriptive correlation study of the mean length of the patient 39 s cochlear duct with sensorineural hearing loss using manual measurement and cochlear length equation performed by high resolution computed tomography examination of the temporal bone at Radiology Department of Cipto Mangunkusumo hospital for 86 research samples.
Results: With Pearson correlation test, obtained p value
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lihawa, Wahyudin
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan antara intensitas bising dengan gangguan pendengaran terhadap pekerja.Penelitian dilakukan terhadap 349 responden di bagian Steel Melting dan Rolling Mills PT X pada bulan Maret - Juni 2014 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa hasil pengukuran intensitas bising dan audiogram, data sekunder berupa gambaran umum perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 responden (14,9%) mengalami gangguan pendengaran, responden yang mengalami gangguan pendengaran terbanyak yaitu sebesar 59,6% (31 responden) adalah responden yang bekerja di Area Steel Melting yang memiliki intensitas kebisingan >85 dB. Penelitian menunjukkan gangguan pendengaran tidak berhubungan dengan pajanan debu, riwayat penyakit Diabetes melitus dan riwayat penyakit Hipertensi (p-value>α(0,05). Untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran kepada pekerja lainnya, perlu dilakukan upaya pengendalian risiko dengan melakukan pengendalian teknis, pengendalian administratif dan perlindungan kepada pekerja yang bekerja di area tersebut.

This study aims to provide an overview of the relationship between the intensity of noise with a hearing loss of workers. Study was conducted on 349 respondents at the Steel Melting and Rolling Mills PT X in March - June 2014 using cross-sectional design, the primary data in the form of noise intensity measurement results and results of audiometric measurement, secondary data from a general overview of the company. The results showed that 52 respondents (14.9%) had hearing loss, respondents who have a hearing loss that is equal to 59.6% (31 respondents) of respondents who work in Steel Melting areas that have noise intensity > 85 dB. Research showed hearing loss is not related to dust exposure, history of diabetes mellitus and a history of hypertension (p-value> α (0.05). To prevent hearing loss to other workers, risk control efforts should be made to perform technical control, control administrative and protection to employees who work in the area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati
"Penelitian ini membahas hubungan tingkat kebisingan di lingkungan kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja PT X. Desain penelitian yang digunakan adalah coss sectional. Sampel penelitian berjumlah 110 pekerja pada area kerja AC dan mesin cuci. Terdapat 33 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan garpu tala. Intensitas kebisingan di dua area kerja antara 86,4 dB-90,1 dB setelah diukur menggunakan Sound Level Meter. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan bermakna, tetapi tingkat kebisingan di dua area kerja telah melebihi nilai ambang batas.

This study aims to determine the relationship between noise levels in working environment with hearing loss occurrence in workers in PT X. The study design used was cross sectional study. Sample of this study is 110 workers in AC and laundry system areas. There are 33 workers that suffer of hearing loss after measured by tuning fork. The noise intensity in two area is between 86,4 dB - 90,1 dB after measured by Sound Level Meter. The study result showed there is no significant relation, but noise level in two areas exceed the limit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Khoirotin Novaisa
"Kebisingan merupakan salah satu bahaya fisik di tempat kerja yang memiliki risiko terhadap terjadinya gangguan pendengaran kepada pekerja. Diantara beberapa sektor industri, konstruksi merupakan industri yang memiliki kebisingan dalam pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebisingan serta hubungan karakteristik dan perilaku pekerja terhadap gangguan pendengaran pada pekerja. Pada penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 106 pekerja dan pengukuran titik kebisingan pada 30 titik yang tersebar pada area konstruksi. Berdasarkan pengukuran kebisingan yang dilakukan, rentang kebisingan pada lokasi konstruksi BUMN Center ialah 67.9 – 100.8 dBA dan kejadian ganggguan pendengaran pada pekerja sebesar 44.3%. Uji Mann- Whitney U Test dilakukan pada variabel tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran dan menunjukkan hasil tidak adanya perbedaan signifikan tingkat kebisingan terhadap gangguan pendengaran pada pekerja (p=0.904). Adapun pada variabel karakteristik dan perilaku pekerja, hanya usia yang memiliki hubungan signifikan dengan gangguan pendengaran (p=0.000) dengan OR 7.8. Penelitian ini menemukan adanya tingkat kebisingan yang melebihi NAB dan pekerja yang mengalami gangguan pendengaran, sehingga disarankan untuk adanya tindakan pencegahan dan meminimlaisir risiko dengan prinsip kontrol hirarki.

Noise exposure is one of the physical hazards in the workplace that can cause of hearing loss to workers. Among some industrial sectors, construction sector has a lot of noise in its workplace. The study aimed to analysis the differences in noise intensity and the association between characteristics and behavior to hearing loss among construction workers Gedung BUMN Center. The study used cross-sectional study design with 106 respondents and measurements of noise points at 30 points spread across the construction area. Based on noise measurements, the noise range at the construction site of the BUMN Center is 67.9 - 100.8 dBA and the incidence of hearing disorders in workers is 44.3%. The Mann-Whitney U Test was conducted on variable noise levels and hearing loss and showed results no significant differences in noise levels and hearing loss among workers (p=0.904). As for the characteristic variables and behavior of workers, only age has a significant association with hearing loss (p=0.000) and OR 7.8. This study found that there was a noise intensity that exceeded NAB and workers with hearing loss, so minimze the risk with hierarchy control is recommended as preventive action."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Brilliant Sunarno
"Hubungan Karakteristik Bising dan Faktor-Faktor Determinan yangBerkontribusi dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja TerpajanBising di Area Produksi Perusahaan Daerah Air Minum PT XTingkat kebisingan di Instalasi Pengolahan Air IPA cukup tinggi. Meningkatnyakebutuhan air bersih seiring dengan bertambahnya populasi penduduk, membuatPerusahaan Daerah Air Minum PDAM dituntut untuk meningkatkan kapasitasproduksi. Terdapat alat-alat dan proses produksi yang memiliki karakteristikberbeda dibanding jenis industri lain. Terdapat 306 PDAM di seluruh Indonesia,potensi jumlah pekerja yang terpajan bising sangat besar, maka perlu diteliti lebihlanjut mengenai hubungan karakteristik bising serta faktor-faktor determinannyaterhadap gangguan pendengaran pada pekerja di PDAM untuk memperoleh bentukpengendalian yang paling tepat.
Penelitian ini menggunakan desain studi potonglintang. Tahapan penelitian ini yaitu mengukur tingkat kebisingan sertamemberikan kuesioner sebagai data primer, menganalisis hasil audiometri pekerjasebagai data sekunder dan menggunakan uji statistika Chi Square dan analisis multideterminan untuk mengetahui hubungan di antara variabel independen dandependen.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sumber bising di instalasi pengolahanair adalah pompa, exhaust fan, kompresor, blower, vacuum dan terjunan air.Sebanyak 84.4 pekerja di area produksi terpajan bising > 85 dBA. Sebanyak15.6 pekerja mengalami gangguan pendengaran.
Diperoleh kesimpulan bahwapekerja yang terpajan bising di atas 85 dBA yang memiliki frekuensi bisingdominan > 2000 Hz dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi pendengarandan diperparah apabila pekerja berusia > 40 tahun dan memiliki masa kerja > 14tahun.

Relation of Noise Characteristic and Determinant Factors that Contribute toHearing Loss on Workers Exposed by Noise at Production Area in Water SupplyCompany PT XNoise level in Water Treatment Plant WTP is high enough. Increasing the needfor clean water in line with the increasing population, making the Water SupplyCompany PDAM is required to increase production capacity. There are machinesand production processes that have different characteristics than other types ofindustries. There are 306 PDAMs throughout Indonesia, the potential number ofworkers exposed to noise is very large, it is necessary to further investigate therelationship between noise characteristics and its determinants to hearing loss toPDAM workers to obtain the most appropriate form of control.
This study used across sectional study design. The stages of this study are to measure the noise leveland provide questionnaires as primary data, analyzing the worker audiometricresults as secondary data and using Chi Square statistical test and multi determinantanalysis to find out the relationship between independent and dependent variables.
The results obtained that the source of noise in water treatment plants are pumps,exhaust fan, compressor, blower, vacuum and waterfall. About 84.4 of workersin the production area exposed to noise 85 dBA. About 15.6 of workers havehearing loss.
It is concluded that exposure workers over 85 dBA with dominantnoise frequency 2000 Hz can cause hearing impairment and aggravate if workersare 40 years old and have a working life 14 years.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Alrasyid
"Noise Induced Hearing Loss (NIHL) atau gangguan pendengaran akibat bising merupakan penyakit akibat kerja yang paling umum diderita di dunia. Diperkirakan 1,3 miliar orang menderita gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan. PT. XYZ merupakan perusahan manufaktur industri pulp and paper yang memiliki pajanan kebisingan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian pajanan kebisingan dengan menggunakan pendekatan Bayesian Decision Analysis (BDA) dengan menentukan distribusi prior, distribusi likelihood dan distribusi posterior pada kedua SEG. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif yang dilaksanakan pada bulan April - Mei 2023. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, pengukuran dosis kebisingan personal, dan expert judgment. Data dianalisis dengan menggunakan software IHData Analyst-AIHA dan EXPOSTATS. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat variasi yang moderate pada kedua SEG. Distribusi probabilitas prior pajanan kebisingan pada SEG recovery boiler memiliki certainty level 1 pada kategori 4 (poor control) sedangkan pada SEG power boiler memiliki certainty level 0,995 pada kategori 4 (poor control) dan certainty level 0,005 pada kategori 3 (controlled). Distribusi probabilitas likelihood pada kedua SEG recovery boiler dan power boiler memiliki certainty level 1 pada kategori 4. Sehingga distribusi probabilitas posterior kedua SEG recovery boiler dan power boiler adalah masing-masing pada kategori 4 (poor control) dengan certainty level 1. Hal ini menunjukan bahwa pajanan kebisingan pada kedua SEG tidak dapat diterima (unacceptable). Peneliti menyarankan untuk melakukan pengendalian segera dengan menerapkan Hearing Consevation Program, melakukan refining SEG dengan uji variasi individual compliance test dan menggunakan metode BDA dalam melakukan penilaian pajanan kerja.

Noise Induced Hearing Loss (NIHL) caused by noise is the most common occupational disease worldwide. It is estimated that 1.3 billion people suffer from hearing disorders due to noise exposure. PT. XYZ is a pulp and paper manufacturing company with high noise exposure. This study aims to assess the noise exposure using Bayesian Decision Analysis (BDA) approach by determining the prior distribution, likelihood distribution, and posterior distribution in both SEGs. This is descriptive analytic research with a quantitative approach conducted in April - May 2023. Data collection was done through observation, personal noise dosimetry measurement, and expert judgment. The data were analyzed using IHData Analyst-AIHA and EXPOSTATS software. The results of the study showed a moderate variation in both SEGs. The prior probability distribution of noise exposure in the recovery boiler SEG had a certainty level of 1 in category 4 (poor control), while in the power boiler SEG, it had a certainty level of 0.995 in category 4 (poor control) and a certainty level of 0.005 in category 3 (controlled). The likelihood probability distribution in both the recovery boiler and power boiler SEGs had a certainty level of 1 in category 4. Thus, the posterior probability distribution in both the recovery boiler and power boiler SEGs was categorized as 4 (poor control) with a certainty level of 1. This indicates that the noise exposure in both SEGs is unacceptable. The researchers suggest immediate control measures by implementing a Hearing Conservation Program, refining the SEGs through individual compliance test variations, and using the BDA method for occupational exposure assessment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nassor Rashid Hamad
"Hearing loss is the most common disorder in neonates; it can be best managed if diagnosed at an early stage of life. The global prevalence of permanent neonatal hearing loss mainly occurs in developing countries, accounting for 0.5 to 5.0 per 1000 live births. This study's objective was to evaluate effects of aminoglycoside therapy, and associated factors that can induce hearing loss in neonates admitted to NICU at Dr.Cipto-Mangunkusumo Hospital. This was a case-control study conducted among 112 neonates at Dr. Cipto-Mangunkusumo Hospital (CMH). Data of neonatal hearing screening were retrospectively collected from hospital electronic medical records and medical files. Only patients admitted and treated at the Neonatal Intensive Care Unit from November 2018 to October 2019 were recruited. Out of 112 neonates studied, the Low Gestational Age at birth (L.G.A.) and Craniofacial anomalies were considered as risk factors for hearing loss since they were statistically significant (p< 0.05). The study showed no statistically significant association in gender, birth weight, mechanical ventilation, NICU stay period (>5 days), hyperbilirubinemia (>10mg/dl), asphyxia, and aminoglycoside therapy (p>0.05). The prevalence of hearing loss in neonates with a lower gestational age of leser than 37 weeks and craniofacial anomalies are significantly higher compare to full-term neonates born. They are more associated with 8 to 14 times increased risk of hearing loss in neonates. In contrast, aminoglycoside therapy was found insignificant different in this study since its p-value were 0.124 which is greter than p-value <0.05 for 95% signicant interval. Other finds that were not significantly different are gender, birth weight, extended stay at ICU for >5 days, ventilatory support > 5days, baby borns with asphyxia and hyperbilirubinemia > 10mmol/l.

Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang paling umum ditemukan pada neonatus. Gangguan dapat diatasi dengan mudah bila didiagnosis pada awal kelahiran. Prevalensi global gangguan pendengaran permanen pada neonatus kebanyakan berasal dari negara berkembang sekitar 0,5-5 per 1000 kelahiran. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efek terapi aminoglikosida dan faktor yang dapat menginduksi gangguan pendengaran pada neonatus yang dirawat di NICU Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian bersifat case-control dengan sampel 112 neonatus di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Data skrining pendengaran neonatus secara retrospektif dikumpulkan melalui data rekam medis elektronik dan data medis pasien. Hanya pasien yang dirawat dan diobati di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dari November 2018 hingga Oktober 2019 yang diambil sebagai sampel penelitian. Usia gestasional saat kelahiran (LGA) dan anomali kraniofasial dianggap sebagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap gangguan pendengaran karena secara statistik signifikan (p < 0,05). Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dari jenis kelamin, berat badan saat kelahiran, ventilasi mekanik, lama rawat di NICU (>5 hari), hiperbilirubinemia (> 10 mg/dl), asfiksia, dan terapi aminoglikosida (p > 0,05). Prevalensi gangguan pendengaran pada neonatus dengan usia gestasional saat lahir dibawah dari 37 minggu dan adanya anomali kraniofasial memiliki signifikansi yang tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan normal. Kedua faktor tersebut memiliki risiko gangguan pendengaran pada neonatus 8 hingga 14 kali lebih tinggi. Sebaliknya, terapi aminoglikosida ditemukan tidak berbeda signifikan pada penelitian ini dikarenakan nilai p sebesar 0,124 yang lebih besar dari 0,05 untuk interval kepercayaan 95%. Temuan lainnya yang tidak berbeda secara signifikan adalah jenis kelamin, berat badan saat lahir, lama rawat di NICU selama > 5 hari, dukungan ventilator > 5 hari, bayi lahir dengan asfiksia dan hiperbilirubinemia > 10 mmol/l"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdawati
"Tuli mendadak merupakan kedaruratan dibidang audiologi yang perlu penatalaksanaan segera. Konsensus terapi tuli mendadak tahun 2010 di Madrid-Spanyol dan systematic review yang dilakukan Cochrane tahun 2009 menetapkan steroid sebagai terapi utama. Pasien yang mengalami kesembuhan memperlihatkan peningkatan nilai emisi otoakustik selama terapi. Perbaikan emisi terjadi lebih awal dibandingkan perbaikan ambang dengar.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi hasil terapi metil prednisolon dosis terbaru pada tuli mendadak dengan pemeriksaan DPOAE dan audiometri nada murni dengan desain pre-eksperimental bersifat analitik pre-post terapi. Pemeriksaan audiometri nada murni dan DPOAE dilakukan sebelum dan sesudah terapi hari ke-15 pada 22 subjek penelitian.
Pada penelitian ini didapatkan perubahan bermakna nilai audiometri di semua frekuensi yang diteliti, perubahan bermakna nilai DPOAE di frekuensi 1500 Hz, 2000 Hz, 8000 Hz dan hubungan bermakna perubahan SNR pada DPOAE dengan tingkat perubahan ambang dengar pada frekuensi 8000 Hz dan 10000 Hz. Penelitian ini mendapatkan perubahan yang bermakna nilai audiometri nada murni sebelum dan sesudah terapi pada semua frekuensi yang diteliti dengan menggunakan dosis terbaru metil prednisolon. Oleh karena itu dosis ini dapat diaplikasikan untuk terapi tuli mendadak.

Sudden deafness is an emergency case in audiology that need immediate treatment. Consensus 2010 in Madrid-Spain and Cochrane systematic review in 2009, stated steroid as drugs of choice in sudden deafness therapy. Patient that has been recovered from sudden deafness has increasing otoacoustic emission during treatment. The emission improvement begins earlier than the improvement of the hearing level.
The aim of research is to evaluate new dose of methylprednisolon therapy in sudden deafness by using DPOAE and pure tone audiometry with pre-experimental analytical design pre-post treatment. Pure tone audiometry and DPOAE evaluation before therapy and day 15th after therapy on 22 subjects.
This reseach found that there are changes in pure tone audiometry for all hearing frequencies, there is also changes in DPOAE for 1500 Hz, 2000 Hz, 8000 Hz frequencies and a significant difference between changes in DPOAE with changes in hearing threshold level for 8000 Hz and 10000 Hz. This research found changes in pure tone audiometry for all hearing frequencies by using new dose of methylprednisolone. There fore, this new dose could be applied for sudden deafness therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Surianti
"Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja (work related desease). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan keluhan pendengaran pada pekerja bagian produksi PT Sanggar Sarana Baja.
Penelitian ini merupakan Studi deskripftif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan Studi yang digunakan cross sectional, yaitu melakukan pengamatan pada subyek penelitian sebanyak 195 sampel terpilih dari populasi pekerja pada bagian produksi dan diikuti dengan pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan menggunakan sound level meter. Pengukuran kebisingan menunjukan intensitas bising pada 6 area kerja berkisar antara 81-89 decibel A (dBA).
Berdasarkan analisis menggunakan chi-square terdapat 116 pekerja dengan persentase (59,5%) mengalaini keluhan pendengaran akibat bising. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pajanan kebisingan dengan keluhan pendengaran pada pekerja PT Sanggar Sarana Baja. Beberapa variabel lainnya yang diteliti adalah karakteristik pekerja sepelti umur, masa kerja, pendidikan, riwayat penyakit telinga, riwayat minum obat, lama pajanan, pelatihan dan perilaku pekerja seperti kebiasaan merokok, penggunaan alat pelindung telinga (APT). Bedasarkan hasil penelitian perlunya peranan pihak perusahaan agar lebih mengefektikan penggunaan APT pada pekerja, serta memberikan penghargaan terhadap pekerja yang selalu menggunakan APT dan memberikan sanksi pada pekerja yang tidak menggunakan APT.
Noise is a health risk for Workers in the likelihood of occupational diseases (Work related Disease). The purpose of this study was to determine the noise exposure level relationships With the Workers' grievance hearing on the production of PT Sanggar Sarana Baja.
This research is a study that is analytic deskripftif design approach used cross sectional study, which observed a total of 195 subjects selected from a population sample of Workers in the production and was followed by measuring the intensity of noise in the Workplace by using a sound level meter. Noise measurements indicate the intensity noise in the Work area ranged from 6 81-89 decibel A (dBA).
Based on chi-square analysis using the 116 Workers there by the percentage (59.5%) experienced a loss due to noise complaints. The results showed a significant relationship between the level of noise exposure in Workers with hearing complaints PT Sanggar Sarana Baja. Some of the other variables studied were the characteristics of Workers such as age, tenure, education, history of ear disease, history of medicine, long exposure, training and employee behaviors such as smoking, use of ear protectors (PPE). Based on the results of the study the need for the role of the company to be more effective use ear protectors to Workers, as Well as pay tribute to Workers who are constantly using and impose sanctions on employees who are not using ear protectors.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>