Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dona Dewi Putri
"Peran perempuan sebagai seorang istri dan ibu yang mengurus suami, anak, dan rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, meningkatkan pendidikan dengan melanjutkan sekolah, mengikuti kegiatan kemasyarakatan, atau melakukan kegiatan lain dengan tujuan aktualisasi diri, muncul konflik antara peran maternal dan non-maternal. Keberadaan anak dianggap sebagai faktor penghambat, sehingga istri bekerja diduga berkeinginan membatasi kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan data SUSENAS 2017 dengan unit analisis perempuan kawin yang berusia 15 sampai 49 tahun yang berstatus sebagai istri kepala rumah tangga. Dalam menganalisis data, studi ini menggunakan metode regresi multinomial. Hasil inferensial memperlihatkan bahwa ketika seorang perempuan memiliki peran ganda (menjalankan peran maternal dan non-maternal), dia merasa opportunity cost untuk menambah jumlah anak akan semakin besar, sehingga perempuan tersebut memilih untuk membatasi jumlah kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi baik metode kontrasepsi jangka panjang maupun kontrasepsi jangka pendek.

The role of women as wives and mothers taking care of husbands, children, and households is not easy. When women decide to work, improve education by continuing school, follow community activities, or do other activities with the goal of self-actualization, it ultimately leads to the emergence of role conflict between her maternal and non-maternal roles. The presence of children is considered as an inhibiting factor. Consequently, the working wives are thought to wish to limit birth by using contraceptives. This study uses National Social Economic Survey (SUSENAS) 2017 data with an analysis unit of married women aged 15 to 49 years whose status are the wives of the households. This study used multinomial regression method and found that women play a dual role (performing a maternal and non-maternal role), they feel that adding more children to the family means an increase in the opportunity cost; therefore, they choose to limit the number of childbirths using both long-term and short-term contraception methods. In women with fewer live births, the presence of toddlers in the household is the most influencing factor for women to use long-term contraceptive methods. Among the married women who had more than two children, older women are significantly more likely to use a long-term method than younger women."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Saifudin
"Prevalensi kontrasepsi modern di Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2018 stagnan berada di angka 57 persen, bahkan pada tahun 2019 turun menjadi 54,9 persen. Seperti halnya yang terjadi di negara-negara low-middle income, rendahnya penggunaan kontrasepsi diduga sebagian didorong oleh ketersediaan alat kontrasepsi yang buruk di fasilitas kesehatan sebagai akibat tidak efektifnya manajemen rantai pasok dalam penyediaan alat kontrasepsi. Ketersediaan alat kontrasepsi yang buruk dapat dilihat melalui kejadian stock-out, yaitu kondisi dimana sisa persediaan dalam akhir bulan adalah kosong untuk metode kontrasepsi yang dilayani oleh fasilitas kesehatan. Studi ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh kejadian stock-out alat kontrasepsi terhadap jumlah pengguna kontrasepsi modern di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel dari kabupaten/kota di Indonesia selama tahun 2015 – 2019, yaitu persentase kejadian stok-out pil, suntikan dan kondom pada fasilitas kesehatan dari data Laporan F/II KB, sedangkan jumlah pengguna kontrasepsi diperoleh dari data SUSENAS. Untuk memperkaya hasil penelitian akan ditambahkan varibel kontrol lain yaitu rata-rata lama sekolah, kemiskinan, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan serta pekerjaan. Hasil analisis dengan metode Fixed Effect Regression menunjukkan adanya asosiasi negatif antara kejadian stock-out alat kontrasepsi dengan jumlah pengguna kontrasepsi untuk Suntik dan Pil. Untuk kondom, hasil analisis menunjukkan kebalikannya, yaitu stock-out Kondom berasosiasi positif dengan jumlah penggunanya.

Modern contraceptives prevalence rate in Indonesia from 2007 to 2018 has been stagnant at 57 percent, even in 2019 it decreased to 54.9 percent. As is the case in low-middle income countries, the low of contraceptives use is thought to be partly driven by poor availability of contraceptives in health facilities as a result of ineffective supply chain management in the provision of contraceptives. Poor availability of contraceptives can be seen through stock-out incidence, which is a condition where the remaining stock at the end of the month is empty for contraceptive methods served by health facilities. This study aims to examine how stock-out affects the number of modern contraceptives users in Indonesia. This study used panel data from districts / cities in Indonesia during 2015 - 2019, the percentage stock-outs of pill, injections and condoms at health facilities from the F/II KB report data, while the number of contraceptive users was obtained from SUSENAS data. To enrich the research results, other control variables will be added, namely mean years schooling, poverty, health facilities, health insurance and employment. The results of the analysis using the Fixed Effect Regression method showed a negative association between stock-out of contraceptives and the number of contraceptive users for injections and pills. For condoms, the results show the opposite, condom stock-out is positively associated with the number of users."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Suharlim
"Setiap harinya 1500 wanita meninggal akibat masalah yang berkaitan dengan kehamilan ataupun kelahiran Pada tahun 2005 terdapat 536 000 kematian ibu di seluruh dunia yang sebagian besar terjadi di negara negara berkembang Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan angka kematian ini adalah dengan menggunakan kontrasepsi sehingga kehamilan dapat dicegah Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keberadaan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan keluarga penghasilan keluarga serta paritas terhadap penggunaan serta preferensi kontrasepsi Pengumpulan data berlangsung dari 1 Maret 2011 sampai 1 Juli 2011 di Jakarta Timur Penelitian ini menunjukkan adanya 460 responden berbalita dari 2401 responden Dari 460 responden tersebut terdapat 363 78 9 responden yang menggunakan kontrasepsi dengan preferensi tertinggi berupa suntikan yaitu 165 35 9 dari seluruh data yang dikumpulkan Dengan uji chi squared didapatkan kalau tingkat pendidikan keluarga memiliki hubungan dengan penggunaan kontrasepsi p 0 001 hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu tersebut semakin mudah menerima perkembangan yang ada Sebaliknya tingkat penghasilan keluarga tidak memiliki hubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi p 0 647 hal ini disebabkan oleh banyaknya pelayanan pemasangan kontrasepsi gratis yang dilakukan pemerintah sehingga masyarakat hanya perlu membayar alatnya saja Sedangkan tingkat paritas memiliki hubungan bermakna pada penggunaan kontrasepsi p 0 000 Ini sesuai dengan penduduk semakin memahami kalau resiko kematian ibu meningkat seiring dengan banyaknya melahirkan

Each day there are 15000 women deaths for pregnancy or birth related problems In 2005 there were 536000 deaths for women in the whole world and most of them occurred in developing countries As to reduce this number one of the solutions would be to use contraceptives which could prevent pregnancies The purpose of this research is to ascertain the relation between family education family income and parity towards the usage of contraceptives The data collection started from 1 March 2011 to 1 July 2011 in East Jakarta This Research shows 460 respondents with infants from 2401 respondent which was chosen randomly From the 460 respondents there are 363 78 9 respondents which use contraceptives with injectable contraceptives as the highest preference from our collected data With Chi squared test we know that the level of family education has a significant realtion with contraceptive usage p 0 001 This result is caused by the increasing level of individual acceptance to new things as education level increases Parity also has a significant relation with contraceptive usage p 0 001 which is caused by increasing level of knowledge that maternal mortality risk increases as the number of giving birth increases Familal income do not have a significant relation with contraceptive usage p 0 647 because of the high number of free service for installation of contraception so that people only need to pay for the device itself
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafly Caesario
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan work life balance dalam penerapan sistem hybrid working yang berdampak pada peran ganda pekerja perempuan. Studi-studi terdahulu belum membahas kasus pekerja perempuan berperan ganda, sebagai pekerja formal dan ibu rumah tangga,  aspek fleksibilitas waktu kerja dalam hybrid working, serta peran ganda pekerja perempuan sebagai dampak dari work life balance dalam hybrid working. Pada penelitian ini menemukan fleksibilitas ruang kerja dan waktu kerja dalam sistem hybrid working yang mendorong pekerja perempuan mencapai work life balance. Selain itu, penelitian ini menemukan dampak work life balance terhadap peran ganda, yaitu di satu sisi pekerja perempuan dapat dimungkinkan untuk mengatur peran gandanya tetapi di sisi lain terjadi kecenderungan memperkuat atau memperkokoh peran-peran domestik (konservatif) perempuan pekerja dalam rumah tangga sehingga membuat beban pekerja perempuan semakin besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik penelitian berupa wawancara mendalam. Subjek pada penelitian ini adalah para pekerja perempuan yang telah berkeluarga dan memiliki support system di dalam keluarga, seperti suami, anak, ART, serta orang tua.

This study aims to explain work life balance in the implementation of a hybrid working system which has an impact on the dual roles of female workers. Previous studies have not discussed the case of women workers having dual roles, as formal workers and housewives, aspects of work time flexibility in hybrid working, and the dual role of women workers as a result of work life balance in hybrid working. In this study found the flexibility of work space and working time in a hybrid working system that encourages female workers to achieve work life balance. In addition, this study found the impact of work life balance on multiple roles, namely on the one hand female workers can be enabled to manage their dual roles but on the other hand there is a tendency to strengthen or strengthen women's domestic (conservative) roles in the household so as to make the burden on female workers even greater. This study uses a qualitative approach with research techniques in the form of in-depth interviews. The subjects in this study were female workers who are married and have a support system within the family, such as husbands, children, household members, and parents."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Arreta
"Pendekatan “Gender dan Pembangunan” telah lama diupayakan guna inklusi partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan. Namun, TPAK Indonesia 2021 menunjukkan hanya 39,19% perempuan menempati pekerjaan sektor formal. Motivasi dan faktor determinan partisipasi kerja akan dikaji lebih lanjut oleh studi ini khususnya pada pekerjaan domestik yang diemban perempuan. Menggunakan dataset SUSENAS tahun 2019 hingga 2021, hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan domestik yang diproksikan oleh jumlah balita bersifat negatif dan signifikan memengaruhi keputusan bekerja perempuan pada kedua sektor pekerjaan. Sementara, kehadiran disabilitas dan jumlah orang tua berusia lanjut tidak signifikan menjelaskan keputusan bekerja perempuan di sektor formal, namun menurunkan keputusan bekerja di sektor informal.

The Gender and Development approach has long been encouraged for women’s participation in employment. However, TPAK Indonesia 2021 shows that only 39.19% of women occupy formal employment. This study aims to assess the determinants of domestic work on the likelihood of women working decisions. Using the SUSENAS dataset from 2019 to 2021, the result shows that domestic work proxied by the number of children under five weakens the decision to work in both job sectors. However, disability and the number of elderly parents do not significantly explain women’s participation in formal employment but eliminate the decision to work in informal employment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Trimuryani
"Keluarga berencana sebagai program pengendalian penduduk dan strategi percepatan penurunan AKI mengalami tren penurunan penggunaan KB Modern (mCPR) sebanyak 57,10% di tahun 2017. Pengguna KB sebagian besar adalah pasangan usia subur termasuk generasi milenial usia 17-37 tahun. Peran pengambil keputusan menjadi salah satu faktor penentu dalam penggunaan kontrasepsi karena berkaitan dengan hak kesehatan reproduksi dan seksual, keberlangsungan penggunaan KB dan peran gender dalam pengambilan keputusan. Karakteristik gen milenial di perdesaan dan perkotaan memiliki perbedaan karena faktor sosiodemografi, lingkungan dan keterpaparan media informasi KB. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan determinan pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi modern pada wanita kawin generasi milenial di perdesaan dan perkotaan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel wanita generasi milenial (usia 17-37 tahun), berstatus menikah dan menggunakan kontrasepsi modern yang terpilih menjadi responden dalam SDKI tahun 2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 10.752 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan penggunaaan kontrasepsi modern pada wanita kawin generasi milenial baik di perdesaan (56,7%) dan di perkotaan (55,8%) telah didominasi oleh pengambilan keputusan bersama. Perbedaan penggunaan KB modern terlihat pada penggunaan metode MKJP, bahwa KB Implant (10,5%) lebih populer digunakan wanita kawin generasi milenial di perdesaan. Sedangkan di perkotaan, KB IUD (11,4%) lebih populer digunakan wanita kawin generasi milenial. Analisis multivariat dengan uji regresi logistik menyatakan bahwa ada perbedaan karakteristik wanita kawin generasi milenial dalam pengambilan keputusan di perdesaan dan perkotaan. Di perdesaan, diskusi KB dengan suami menjadi faktor dominan yang berpotensi 1,847 kali (AOR:1,847 95%CI: 1,468 – 2,324), sedangkan di perkotaan, faktor dominan yang mempengaruhi yaitu dukungan suami berpotensi 2,358 kali (AOR:2,358 95%CI:1,485–3,744) untuk mengambil keputusan bersama dalam penggunaan kontrasepsi modern. 

Family Planning (FP) as a population control program and a strategy to accelerate the reduction of MMR has experienced a downward trend in the use of Modern Contraception (mCPR) by 57,10% in 2017. The majority of family planning users are couples of childbearing age, including the millennial generation aged 17 to 37 years old. The role of decision makers is one of the determining factors in the use of contraception because it related to sexual and reproductive health rights, the sustainability of family planning use, and the role of gender in decision making. The characteristics of millennials in rural and urban areas are different due to socio-demographics, environmental factors, and exposure to family planning information on media. The purpose of this study was to determine the differences in the determinants of decision making on the use of modern contraceptives among millennial married women in rural and urban areas in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a sample of millennial women (age 17-37 years old), married and using modern contraception who were selected as respondents to the 2017 IDHS and met the inclusion and exclusion criteria of 10,752 respondents. The results of the study shows that the millennial generation of married women in rural areas (56.7%) and urban areas (55.8%) dominate decision making on the use of modern contraception. The difference in the use of modern family planning can be seen in the use of the LARC method, that implant contraceptives (10.5%) are more popularly used by married women in the millennial generation in rural areas. Whereas in urban areas, IUD contraception (11.4%) is more popularly used by married women of the millennial generation. Multivariate analysis using logistic regression test states that there are differences in the characteristics of millennial married women in decision making in rural and urban areas. In rural areas, family planning discussions with husbands are the dominant factor, potentially 1.847 times (AOR: 1.847 95% CI: 1.468-2.324). In urban areas, the dominant influencing factor is prospective husbands' support 2,358 times (AOR: 2,358 95% CI: 1,485 – 3,744) to make family planning joint decisions on the use of modern contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Sabatini
"Kehamilan tidak diinginkan memiliki akibat risiko tinggi bagi ibu dan berkontribusi 11% terhadap angka kematian ibu. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, kehamilan tidak diinginkan meningkat menjadi 19,7% dari 16,8% di tahun 2002-2003. Diperlukan pengetahuan alat kontrasepsi modern yang lengkap untuk meningkatkan pemakaian kontrasepsi sehingga dapat menurunkan kehamilan tidak diinginkan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan alat kontrasepsi modern dengan kehamilan tidak diinginkan. Penelitian dilakukan pada 1920 wanita hamil dan 484 pasangan usia subur (PUS) sebagai sampel. Sampel PUS merupakan bagian dari sampel wanita, yang pada saat survei, suaminya turut diwawancari. Odds Ratio (OR) diperoleh dengan analisis regresi logistik setelah dilakukan kontrol terhadap umur, umur pertama menikah, pendidikan, tempat tinggal, jumlah anak, paparan informasi alat kontrasepsi dari media massa, petugas KB atau tenaga kesehatan, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, dan riwayat aborsi.
Diperoleh hasil bahwa pengetahuan alat kontrasepsi modern pada wanita saja tidak berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan. Sedangkan pengetahuan alat kontrasepsi modern berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan pada istri dengan OR 0,37 (95%CI 0,266-0,523), suami dengan OR 0,7 (95%CI 0,430-1,184) dan pasangan dengan OR 0,29 (95%CI 0,151-0,572). Artinya alat kontrasepsi yang diketahui bersama oleh kedua pasangan, istri bersama suami, akan semakin menurunkan risiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan.

Unwanted pregnancy has high-risk consequences for mother and contributed 11% to maternal mortality. Based on Indonesia Demographic and Health Survey data in 2007, unwanted pregnancy has increased to 19,7% from 16,8% in 2002-2003. Required knowledge of various modern contraceptives method to increase usage, so unwanted pregnancy can be prevented.
This study aims to determine the relationship between contraceptives knowledge with unwanted pregnancy in Indonesia. Samples of this study are 1920 pregnant women and 484 reproductive age couples. Reproductive age couples is a part of pregnant women sample, who at the time of survey, her husband also interviewed. Odds Ratio (OR) obtained by multivariate logistic regression analysis after the adjustment in age, age at first marriage, education, region, number of children, exposed of contraceptives information through mass media, family planning fieldworkers or health workers, ever use contraception, and abortion history.
The result indicates that contraceptives knowledge did not significantly associated with unwanted pregnancy in women. While contraceptives knowledge associated with unwanted pregnancy in wives with OR 0,37 (95%CI 0,266-0,523), husband with OR 0,7 (95%CI 0,430-1,184), and couples with OR 0,29 (95%CI 0,151-0,572). The result means contraceptives which known by couples will further reduce the risk of unwanted pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31058
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Risti Yulianti
"Penggunaan kontrasepsi modern pria jauh lebih rendah dibandingkan wanita di Indonesia dan terdapat perbedaan cukup jauh jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia, karena penggunaan kontrasepsi modern pria tahun 2002-2012 di Indonesia selalu rendah (kurang dari 5%) akibat kurangnya pengetahuan KB dan adanya persepsi KB negatif pada pria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pengetahuan dan persepsi KB terhadap penggunaan kontrasepsi modern pria di Indonesia tahun 2017. Metode penelitian ini menggunakan desain potong lintang secara sekunder berdasarkan dataset SDKI 2017 mengenai pria kawin, serta subjek penelitian ini adalah pria kawin 15-54 tahun pada data SDKI 2017 di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dan persepsi KB terhadap penggunaan kontrasepsi modern pria di Indonesia. Kesimpulan penelitian ini adalah pria kawin yang menggunakan kontrasepsi modern (kondom dan vasektomi) adalah pria kawin yang memiliki pengetahuan KB baik dan persepsi KB positif yang ditemukan pada pria yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tinggal di perkotaan, dan sudah tidak ingin memiliki anak lagi. Penelitian ini merekomendasikan adanya program KB khusus pria yang berbasis keadilan gender dengan mengutamakan pemberian substansi pengetahuan dan persepsi KB yang khusus.

The use of men's modern contraception is much lower than among women in Indonesia and there are quite large differences when compared to several countries in Asia because the use of men's modern contraception from 2002-2012 in Indonesia was always low due to a lack of knowledge and perception about Family Planning. This study aimed to determine the role of knowledge and perceptions of family planning for use of men's modern contraception in Indonesia. This research method used a cross-sectional design on a secondary basis based on the 2017 IDHS. The result of this study is that there is a relationship between knowledge and perception of family planning in the use of men's modern contraception after being controlled by education level, area of residence, and fertility preferences. This study concludes that married men who use modern contraception (condoms and vasectomy) are those who have good knowledge and positive perceptions about family planning, which are found in married men who have a high level of education, live in urban areas, and do not want to have children anymore. This study recommends a special male family planning program based on gender justice by prioritizing special substances regarding family planning knowledge and perceptions."
Depok: fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dewi Bunga
"Keberadaan son preference dipengaruhi oleh dua hal yakni kondisi sosial ekonomi orang tua dan sistem kekerabatan yang berlaku. Bagi perempuan yang memiliki tingkat son preference yang kuat, keputusan reproduksi yang meliputi penggunaan kontrasepsi dan kemungkinan peningkatan paritas akan bergantung pada jumlah dan komposisi gender anak yang diinginkan. Dengan menggunakan data SDKI 2017, studi ini membahas bagaimana perilaku perempuan yang memiliki preferensi terhadap kelahiran anak laki-laki dalam memutuskan penggunaan kontrasepsi dan kemungkinan peningkatan paritas berdasarkan proporsi anak laki-laki pada paritas terakhir sebagai proxy dari son preference. Hasil pada studi ini menemukan bahwa efek proporsi anak laki-laki terhadap penggunaan kontrasepsi adalah positif dan signifikan, namun diikuti dengan efek (proporsi anak laki-laki)2 yang negatif dan signifikan. Sedangkan efek proporsi anak laki-laki terhadap probabilitas peningkatan paritas adalah negatif dan signifikan, namun diikuti dengan efek (proporsi anak laki-laki)2 yang positif dan signifikan. Hal ini tidak lepas dari kondisi preferensi gender di Indonesia yang cenderung mengarah kepada kondisi seimbang bukan preferensi terhadap anak laki-laki.

The existence of son preference is influenced by two things such as the socio-economic status of the parents and the prevailing kinship system. For women who have a strong son preference level, reproductive decisions involving the use of contraception and the possibility of increasing parity will depend on the desired number and gender composition of children. Using the 2017 IDHS data, this study discusses the behavior of women who have a preference for the birth of a son based on the proportion of sons in the last parity as a proxy for son preference. The results of this study found that the effect of the proportion of sons on contraceptive use was positive and significant, but was followed by the effect (proportion of sons)2 which was negative and significant. While the effect of the proportion of sons on the probability of increasing parity is negative and significant, but it is followed by the effect (proportion of sons)2 which is positive and significant. This is inseparable from the condition of gender preference in Indonesia which tends to lead to a balanced preference condition.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Nurhadi Sucipto
"Persepsi tentang perempuan yang bekerja dan aktivitas domestik yang melekat, kini mulai bergeser ke ranah publik. Kedua persepsi atas peran tersebut seringkali berbenturan sehingga menyebabkan perempuan mengalami kondisi lelah secara fisik dan emosional yang memicu terjadinya konflik. Konflik kerja-keluarga dapat dipandang sebagai salah satu penyebab isu kesehatan mental seperti burnout dan stres. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan menggunakan metodologi exploratory research. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2021 pada 1.063 subjek, yaitu perempuan yang bekerja dan memiliki setidaknya satu tanggung jawab domestik, yaitu anak, suami, orang tua, ataupun saudara. Penelitian menggunakan metode purposive sampling dan penggunaan kuesioner berbasis online untuk menjangkau subjek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 15 model yang dibandingkan setiap variabel domestiknya. Adapun dari 15 model tersebut, hanya 13 model yang lulus uji validitas dan reliabilitas. Hasil menunjukkan perempuan tidak mengalami konflik kerja-keluarga saat menjalankan aktivitas domestik. Sebaliknya, saat menjalankan aktivitas pekerjaannya, mereka mengalami konflik kerja-keluarga. Konflik terbukti berpengaruh terhadap masalah kesehatan mental perempuan. Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan pandangan bagi perusahaan terkait isu masalah kesehatan mental bagi perempuan dan penyusunan kebijakan aturan kerja yang ramah keluarga.

Perceptions about working women and the domestic activities attached to them, are now starting to shift to the public domain. Both perceptions of these roles often clash, causing women to experience physically and emotionally exhausted condition that triggers conflict. “Work-family” conflict can be seen as one of the causes of mental health issues such as burnout and stress. This research is quantitative and conducted using exploratory research as methodology. Data collection was conducted from April to May 2021 in 1,063 subjects, with women who work and have at least one domestic responsibility, ie. children, husbands, parents, or siblings. The research used a purposive sampling method and used online-based questionnaires to reach the subjects. In this research, there were 15 models which were compared to each of their domestic variables. From the 15 models, only 13 models passed the validity and reliability tests. The result show that is women do not experience work-family conflict when carrying out domestic activities. On the other hand, when carrying out their work activities, they experience work-family conflict. The conflict has been shown to have an effect on women’s mental health problems. With this research, it can provide insight for companies regarding to mental health issues for women and the formulation of policies for family-friendly working rules."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>