Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cynthia Halim
"ABSTRAK
Perundungan dengan bentuk senioritas masih terjadi di SMA XYZ Jakarta. Hal ini menimbulkan ketegangan siswa junior ketika berinteraksi dengan senior. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pelatihan keterampilan empati kepada siswa untuk meningkatkan perilaku prososial dalam upaya menurunkan perundungan di sekolah. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen. Intervensi dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan dengan pendekatan whole school approach. Hasil Wilcoxon signed-ranks test menunjukkan keterampilan empati meningkat secara signifikan setelah pemberian intervensi. Pemberian pelatihan keterampilan empati secara signifikan mendorong peningkatan perilaku prososial siswa. Diharapkan dengan meningkatnya perilaku prososial di sekolah, tingkat perundungan akan menurun

ABSTRACT
Bullying in a form of intimidation that junior peers receive from their seniors are still happening in XYZ High School. This raises the pressure for junior students when interacting with seniors. This study aims to provide empathetic skills training in students to improve prosocial behavior in an effort to reduce bullying in schools. This research is a quantitative research with experimental design. Interventions are presented with a training method applying an approach based on a whole school approach. Analysis used a Wilcoxon signed ranks that showed students 39 empathetical skills increased significantly after intervention of program was delivered. Empathy skills training significantly encourages student rsquo s prosocial behavior. The increased prosocial behaviour are expected to decrease bullying behaviour within XYZ High School in Jakarta."
2018
T51336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Miftahul Jannah
"ABSTRAK
Perundungan merupakan isu utama yang menjadi masalah di SMA XYZ. Perundungan ini sudah menjadi tradisi yang menahun sehingga menyebabkan siswa merasa tertekan secara psikologis dan merasa tidak nyaman di sekolah. Dari studi literatur diketahui bahwa semakin positif hubungan antar siswa, yang ditandai dengan tingginya tingkat perilaku prososial, tingkat kejadian perundungan akan semakin rendah. Sebelum intervensi dilakukan, peneliti melakukan studi baseline di SMA XYZ. Berdasarkan studi baseline tersebut, diketahui bahwa beberapa siswa memiliki kemauan untuk mengubah tradisi perundungan dan menginginkan hubungan yang lebih positif di sekolah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan perilaku prososial siswa pada kelompok intervensi, agar terbentuk hubungan yang positif di sekolah. Partisipan pada kelompok intervensi adalah pengurus OSIS, yang terdiri dari 10 siswa kelas X dan 10 siswa kelas XI. Pertimbangan pemilihan pengurus OSIS adalah karena mereka dapat menjadi agent of change di SMA XYZ. Intervensi dirancang dengan memodifikasi program CEPIDEA Counteract Externalizing Problems in Adolescence , salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan komunikasi pada siswa. Materi yang disampaikan berupa komunikasi verbal, komunikasi noverbal dan komunikasi asertif. Indikator keberhasilan intervensi ini adalah meningkatnya keterampilan komunikasi siswa dan perilaku prososial secara signifikan. Hasil pengukuran wilcoxon signed rank test menunjukkan terdapat peningkatan secara signifikan pada skor keterampilan komunikasi dan perilaku prososial siswa.

ABSTRACT
Bullying is an issue that has becomes a major problem in SMA XYZ. It has become a tradition for years and caused students to feel uncomfortable and psychologically depressed in school. Previous studies found that the positive relationship among students, which marked by the high level of prosocial behavior, is inversely proportional to the number of bullying incidences in school. Before the intervention was carried out, the researcher conducted a baseline study in SMA XYZ. The baseline study finds that most students have willingness to change the bullying tradition and want a more positive relationship among students in school. The research aims to improve the prosocial behavior in the intervention group, in order to establish a positive relationship among students in school. Participants in the intervention group were the student council member OSIS , consisting of 10 students from class X and 10 students from class XI. The OSIS members were chosen because of their potential as an agent of change in SMA XYZ. The intervention was designed by modifying the CEPIDEA program Counteract Externalizing Problems in Adolescence , and one of the program were by providing communication skills training to the students. The materials presented in training are verbal nonverbal and assertive communication. The indicators of success of this intervention are the significant improvement in students rsquo communication skills and prosocial behavior. The Wilcoxon signed rank test shows that there is a significant increase in students rsquo communication skill and prosocial behavior score."
2018
T51366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina Menik Astuti
"Salah satu bentuk perilaku yang dapat menurunkan school well being dan membuat iklim sekolah menjadi tidak menyenangkan adalah perundungan. Pada fenomena perundungan, selain sebagai pelaku dan korban, siswa juga dapat berperan sebagai saksi yang berpotensi sebagai pembela korban. Sebagian besar penelitian dan program anti perundungan selama ini berfokus pada penurunan aspek negatif siswa, seperti agresi, padahal menurut studi literatur, para saksi dapat menjadi kunci untuk menanggulangi perundungan dengan mengembangkan aspek positifnya. Maka dari itu, penulis bersama tim menyusun rangkaian intervensi dengan menggunakan kerangka program CEPIDEA yang diadaptasi dalam pelatihan yang diharapkan akan meningkatkan perilaku prososial siswa SMA XYZ. Rangkaian intervensi terdiri dari studi baseline, pelatihan, penguatan melalui media sosial dan evaluasi. Penelitian ini akan berfokus pada tahapan penguatan melalui media sosial kepada 20 siswa sekolah menengah atas dengan menggunakan media Instagram. Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan efikasi diri siswa dalam menampilkan perilaku prososial di sekolah, namun perlu adanya peranan dari seluruh pihak sekolah untuk dapat meningkatkan efikasi komunitas. Secara keseluruhan, rangkaian intervensi ini terbukti dapat meningkatkan perilaku prososial siswa, sehingga kedepannya program ini dapat dikembangkan sebagai program penanggulangan perundungan di sekolah.
One form of behavior that can reduce school well being and make school climate unpleasant is bullying. In bullying, students can be involved as bully, victim and also a bystander who are potentially become the defender. Most anti bullying studies and programs are more focused on reducing the negative aspects of students, such as aggression. Whereas according to the literature, witness or bystander could be the key to reduce bullying. Therefore, the author and the team, develop a series of intervention using the CEPIDEA program framework that adapted in training module. The series of interventions consisted of baseline study, training, strengthening through social media and evaluation. This study will focus on strengthening through social media to 20 high school students using Instagram as a platform. The result of this intervention indicate an increase on student rsquo s self efficacy in displaying prosocial behavior in school, but it is necessary to involve the whole school to improve the collective efficacy. This series of interventions proved to improve student rsquo s behavior, so it could be used as interventions in other schools. "
2018
T50838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Salim
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara empati dengan perilaku bullying serta perilaku defending yang dilakukan oleh siswa reguler terhadap siswa dengan ASD di SMPN inklusif yang berlokasi di Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap 158 siswa reguler kelas 7 dan 8 yang memiliki teman sekelas dengan ASD. Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dua instrumen.
Empati diukur dengan Interpersonal Reactivity Index (IRI) sementara perilaku bullying dan defending diukur dengan Self Report of Behaviors in Bullying. Wawancara dengan guru dan siswa juga dilakukan untuk menambah gambaran seputar sekolah inklusi, karakteristik siswa dengan ASD di kelas, serta hubungannya dengan para siswa reguler.
Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang negatif antara empati dengan perilaku bullying (r= -0,301, p < 0,01), dan hubungan yang positif antara empati dengan perilaku defending (r= 0,554, p < 0,01). Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat empati para siswa reguler terhadap siswa dengan ASD, maka semakin rendah tingkat perilaku bullying dan semakin tinggi tingkat perilaku defending yang mereka tampilkan.

This research aims to find the correlation between empathy and bullying and defending behavior performed by regular students towards student with ASD in public inclusive middle schools located in Jakarta. The participants are 158 regular students in 7th and 8th grade who have a classmate diagnosed with ASD. Quantitative data collection was conducted using two instruments.
Empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index (IRI), while bullying and defending behavior was measured using Self Report of Behaviors in Bullying. Interviews with teachers and students were also done in order to obtain more informations about the inclusive school, characteristics of student with ASD, and their relationship with other students.
The main results of this research show that empathy is negatively correlated with bullying behavior (r= -0,301, p < 0,01), and at the same time empathy is positively correlated with defending behavior (r= 0,554, p < 0,01). That is, the higher empathy of regular students towards student with ASD, then the lower bullying behavior and the higher defending behavior is displayed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parapat, Veronica Novelina
"Kasus perundungan ialah salah satu masalah interaksi sosial yang sering terjadi di lingkungan sekolah, terutama pada tingkat sekolah dasar (Novianto, 2018). Hal ini disebabkan oleh individu yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok pertemanan dan berada dalam periode pencarian identitas sosial (Craig, 2016). Kasus perundungan juga menjadi perhatian bagi Sekolah Dasar X di Jakarta. Adanya sikap saksi yang enggan melindungi korban dan memberikan penguatan pada pelaku membuat perundungan terus terjadi (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). Salah satu metode menurunkan perundungan melalui intervensi pada saksi membawa dampak yang lebih signifikan (Lee, 2004). Oleh karena itu, program pelatihan mengubah siswa yang merupakan saksi/bystander menjadi pembela sangat penting untuk dilakukan. Program STAC Plus merupakan serangkaian sesi pelatihan yang diadaptasi dari penelitian Midgett dan Doumas (2016). Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental dengan desain penelitian pre-test/post-test. Jumlah partisipan penelitian adalah 22 siswa kelas VI SD. Teknik analisis data Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk melihat perbandingan skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok yang sama. Hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus dapat secara efektif meningkatkan pengetahuan peran pembela (Z = -3.923b, p = 0.000). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus tidak efektif meningkatkan empati (Z = -1.909b, p = 0.056).

Bullying is one of the problems of social interaction that often accurs in school environment, especially in elementary school (Novianto, 2018). This is caused by individuals are spend more time with peers and in a period of searching for social identity (Craig, 2016). Bullying is also a concern for X Elementary School in Jakarta. Their reluctance to protect the victims and reinforcement are main factors that encourage the occurrence of bullying (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). One method to reduce bullying by intervention through bystander has more significant impact (Lee, 2004). Therefore, training program to transform bystander students to be defender is very important. The STAC Plus program is a series of training sessions adapted by previous research from Midgett and Doumas (2016). This study used a quasi-experimental method with a pre-test / post-test research design. The number of participants in the study were 22 students in 6th grade. Wilcoxon Signed Rank Test data analysis technique was used to see the comparison of scores before and after intervention in the same group. The results shows that the STAC Plus intervention program could effectively increase defender knowledge (Z = -3.923b, p = 0.000). However, the study shows that the STAC Plus intervention program does not effectively increase empathy (Z = -1.909b, p = 0.056)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Hanifa
"Perundungan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia, bahkan di dalam lingkungan pendidikan. Perundungan terbukti memiliki dampak negatif, baik pada korban maupun pelakunya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri untuk menurunkan perilaku perundungan, serta meningkatkan empati dan kontrol diri. Peserta pelatihan adalah empat siswa sekolah dasar yang merupakan pelaku perundungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimental dengan desain one group pre-test post-test. Teknik analisis data menggunakan wilcoxon signed-rank test untuk melihat perbedaan kondisi peserta pelatihan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri dapat menurunkan perilaku perundungan secara signifikan berdasarkan penilaian oleh teman-teman partisipan (Z=-2.103, p=0.035). Meski demikian, hasil self-report dan penilaian guru menunjukkan penurunan perilaku perundungan yang tidak signifikan (Z=-1.826, p=.068; Z=-1.826, p=.068). Selain itu, program pelatihan ini tidak dapat meningkatkan kemampuan berempati secara signifikan, baik empati secara umum (Z=-1.826, p=0.068), afektif (Z=-1.604, p=0.109), maupun kognitif (Z=-1.826, p=0.068), serta hanya dapat meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta secara memadai.

Bullying is a phenomenon that often occurs in Indonesia, even within the educational environment. Bullying proved to have a negative impact on both the victims and the perpetrators. This study aims to evaluate the effectiveness of the Empathy and Self Control Training Program to reduce bullying behavior and increase empathy and self control. The participants were four elementary school bullies. The research method used was quasi-experimental with the design of one group pre-test post-test. Data analysis techniques used Wilcoxon signed-rank test to see differences in the conditions of participants before and after the intervention. The results indicate that the Empathy and Self Control Training Program can reduce bullying behavior significantly based on peer evaluations (Z = -2.103, p = 0.035). However, the results of the self-report and teacher assessment showed a non-significant decrease in bullying behavior (Z = -1.826, p = .068; Z = -1.826, p = .068). In addition, this training program cannot significantly improve empathy skills, both empathy in general (Z = -1.826, p = 0.068), affective (Z = -1.604, p = 0.109), and cognitive (Z = -1.826, p = 0.068), and can only improve the ability of participants to control themselves adequately."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimny Hilda Fauzia
"Studi ini meneliti hubungan antara family functioning dan respons bystander bullying pada siswa SMA. Respons bystander bullying dikategorikan menjadi tiga, yaitu defender (menolong korban), outsider (tidak melibatkan diri), dan reinforcer (mendukung pelaku). Alat ukur yang digunakan adalah Family Assessment Device (Miller, Ryan, Keitner, Bishop, & Epstein, 2000) dan Alat Ukur Respons Bystander Bullying yang merupakan modifikasi dari penelitian Gini, Pozzoli, Borghi, dan Franzoni (2008). Sampel penelitian ini adalah 101 siswa SMA di Jakarta dan Depok.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara family functioning dan respons sebagai defender. Berikutnya, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dengan respons outsider dan reinforcer. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya sekolah melibatkan keluarga dalam upaya minimalisasi respons outsider dan reinforcer, serta mencegah bullying di sekolah.

This research aims to study the relationship between family functioning and bullying bystander response among high school students. Bullying bystander responses are categorized into three, namely defender (to help victims), outsider (not involved), and reinforcer (supporting actors). The instruments used in this research are Family Assessment Device (Miller, Ryan, Keitner, Bishop, & Epstein, 2000) and the Bullying Bystander Response Measurement Tools which is a modification of the study conducted by Gini, Pozzoli, Borghi, and Franzoni (2008). The samples are 101 high school students in Jakarta and Depok.
The result indicates that there is no significant relationship between family functioning and response as a defender. The result also shows that there is a negative and significant relationship between family functioning with outsider response and reinforcer. The implication of this study suggest to involve families in effort to minimize bystander response as outsider and reinforcer, and also to prevent bullying at school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindya Ayu Murti
"Skripsi ini membahas hubungan antara family functioning dan keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengambilan data terhadap 302 siswa SMA yang berada di daerah Jakarta dan Depok dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner. Pertama, Family Assesment Device yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin dan Bishop (1983), kedua, Bullying Questionnaire yang dikembangkan oleh Duffy (2004) dan telah dilakukan modifikasi oleh peneliti dan rekan.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dan keterlibatan siswa SMA dalam perilaku bullying, dengan r(302) = -0,282, p < 0,05. Hal itu berarti semakin tinggi family functioning, semakin rendah keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA, dan sebaliknya.

This study explored the relationship between family functioning and bullying involvement of senior high school student. This is a quantitative research with correlational design. Two questionnaires, Family Assesment Device (Epstein, Baldwin & Bishop, 1983) and modification of Bullying Questionnaire (Duffy, 2004), were used to obtained data from 302 senior high school student in Jakarta and Depok.
Pearson correlation test indicated negative significant correlation between family functioning and bullying involvement of senior high school student, with r(302) = -.282, p < .05. That means the higher family functioning, the lower bullying involvement of senior high school student, and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Mega Paranti
"ABSTRAK

Studi tentang bullying selama ini lebih banyak membahas hubungan dyadic pelaku dan korban, padahal studi pada saksi mata bullying (bystander) juga penting dilakukan. Studi di ranah kontekstual terutama level sekolah juga dapat mengembangkan pemahaman mengenai bullying. Bullying adalah perilaku agresif atau menyakiti orang lain secara sengaja, berulang-ulang, yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan fisik, verbal dan sosial. Penelitian ini membahas

hubungan antara school safety dan respons bystander siswa SMA pada kejadian bullying. School safety dihubungkan dengan 3 jenis respons bystander bullying, yaitu defender, outsider, dan reinforcer. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian dilakukan pada 130 siswa SMA dan SMK di Jakarta dan Depok. Hasil pengujian menunjukkan terdapat hubungan positif antara school safety dan respons defender bystander, r(128) = 0,233, p < 0,01. Lalu, terdapat hubungan negatif antara school safety dan respons outsider bystander, dengan r(128) = -0,302, p < 0,01. Sementara itu, terdapat korelasi yang tidak signifikan antara school safety dan respons reinforcer bystander. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui hubungan school safety dan respons bystander bullying pada tiap peran bullying yang dialami partisipan.


ABSTRACT

The study of bullying have mainly discussed the dyadic relationship of perpetrator and victim, whereas studies on bullying witnesses (bystanders) are also important. Studies in contextual domain especially school level can also develop the understanding of bullying. Bullying is aggressive behavior or intentional harm to another person, repeatedly, that involves an imbalance of physical, verbal and social strength. This study examines the relationship between school safety and bystander responses of high school students on bullying incidents. School safety associated with 3 types of bullying bystander response, the defender, outsider, and reinforcer. This research is a quantitative study with a correlational design. The study was conducted on 130 high school students in Jakarta and Depok. The study results showed a positive relationship between school safety and defender bystander response, r (128) = 0.233, p <0.01. Then, there is a negative relationship between school safety and outsider bystander response, with r(128) = -0.302, p <0.01. Meanwhile, there is no significant relationship between school safety and reinforcer bystander response. In this research can also be known the relationship between school safety and bullying bystander response in each role bullying experienced by participants.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Fitrianto
"Penelitian ini ingin mengetahui hubungan trait kepribadian terhadap perilaku bullying. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tipe non experimental dan field study. Seluruh partisipan sebanyak 152 orang dengan rentang usia remaja madya. Ada dua alat ukur yang digunakan, yaitu alat ukur trait kepribadian NEO PI dari Costa dan McCrae (1992) dan alat ukur bullying yang merupakan modifikasi alat ukur bullying dari Astari (2008). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, sedangkan analisis hasil dilakukan dengan menggunakan metode statistik.
Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hasil adalah regresi berganda. Perhitungan regresi berganda yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) Trait kepribadian memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku bullying; (2) Domain trait agreeableness dan openness memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perilaku bullying.

This study would like to re veal the correlation of trait pe rsonality and bullying behavior.This is quantitative non experimental type and field study re search. All 152 participants are middle adolescent. There are two scales use d, trait personality scales NEO PI from Costa a nd McCrae and bullying scales modified from Astari (2008). Data from this research collected by questionnaires and analyzed using statistic method.
Statistic technique to analyze data using multiple regression. Computation of multiple regression show that: (1) Trait persona lity has a significant correlation with bullying behavior; (2). Doma in trait agreeableness a nd openness has the most significant contribution with bullying behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.2 FAJ h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>