Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Retno Wulan
"Bayi Prematur lahir disertai berbagai masalah kesehatan. Masalah yang sering terjadi adalah distress pernapasan dan lemahnya refleks hisap dan menelan yang mengakibatkan masalah pemberian nutrisi. Stimulasi NNS dan latihan oral motorik dapat membantu bayi prematur untuk meningkatkan kemampuan menghisap dan menelan. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinik acak terkontrol dengan menggunakan pendekatan pre dan post test control group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 bayi prematur yang dirawat di tiga RSUD di sekitar Kota Sukabumi. Sampel terbagi menjadi dua kelompok intervensi, masing-masing 13 responden untuk setiap kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata skor kesiapan minum sebelum dan setelah intervensi stimulasi NNS dan latihan oral motorik pada bayi prematur dengan pemasangan alat bantu napas NCPAP p0,05. Stimulai NNS dan latihan oral motorik dapat meningkatkan kesiapan minum pada bayi prematur dengan pemasangan alat bantu napas NCPAP yang ditandai dengan peningkatan skor kesiapan minum melalui oral, sehingga perlu diimplementasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi prematur. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan stimulasi NNS, latihan oral motorik, dan gabungan dari kedua intervensi tersebut.

Premature baby is born with various health problems. The most common problems are respiratory distress and poor suction and swallowing reflexes that lead to nutritional problems. NNS stimulation and oral motor stimulation can help premature babies to improve their ability to suck and swallow. This study used a randomized controlled clinical trial design using pre and post test control group approaches. The sample in this study amounted to 26 premature infants treated in three hospitals around the city of Sukabumi, 13 respondents for each intervention group.
The results of this study indicate that there is a significant difference mean of oral feeding readiness score before and after NNS stimulation and oral motor stimulation intervention in premature infant with NCPAP p 0.05 . Stimulation of NNS and oral motor may improve oral feeding readiness in premature infants with NCPAP characterized by increasing oral feeding readiness scores, so it needs to be implemented in nursing care in premature infants. The recommendation for further research is to compare NNS stimulation and oral motor exercise with a combination of both interventions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmelya Dini Nurjannah
"Kelahiran prematur atau bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu merupakan masalah kesehatan global yang memiliki risiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas bayi. Bayi prematur yang lahir kurang dari usia kehamilan 34 minggu memiliki pola menghisap-menelan-bernafas yang tidak terkoordinasi dengan sempurna. Koordinasi dan keterampilan menghisap merupakan faktor penting dalam mencapai pemberian oral yang aman dan sukses pada bayi prematur. Intervensi stimulasi oral dapat diterapkan untuk mendukung perkembangan refleks menghisap dan menelan serta mengurangi lama waktu transisi dari pemberian minum melalui enteral ke oral. Karya ilmiah ini memberikan gambaran mengenai proses asuhan keperawatan pada bayi prematur dan efektifitas penerapan Oromotor Stimulation (OMS) selama 8 hari perawatan. Pemberian stimulasi dilakukan 15-30 menit sebelum pemberian minum dengan durasi selama 15 menit. Hasil evaluasi menunjukkan Oromotor Stimulation (OMS) efektif dalam meningkatkan berat badan dan kesiapan minum secara oral. Setelah diberikan intervensi, berat badan bayi meningkat dengan rata-rata kenaikan 24,2 gram/hari. Hasil evaluasi objektif menggunakan instrumen Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) menunjukkan peningkatan skor dari 23 menjadi 34 yang berarti bayi memiliki kesiapan minum per- oral yang baik.

Premature birth or infants born before 37 weeks of gestation is a global health problem that has a high risk of infant morbidity and mortality. Premature infants born less than 34 weeks of gestation have a pattern of sucking-swallowing-breathing that is not perfectly coordinated. Coordination and sucking skills are important factors in achieving safe and successful oral administration of preterm infants. Oral stimulation interventions can be used to support the development of sucking and swallowing reflexes and to reduce the transition time from enteral to oral feeding. This scientific work provides an overview of the process of nursing care for premature infants and the effectiveness of Oromotor Stimulation (OMS) for 8 days. Stimulation is given 15-30 minutes before feeding with a duration of 15 minutes. Evaluation results show that Oromotor Stimulation (OMS) is effective in increasing body weight and readiness to oral feeding. After being given the intervention, the baby's weight increased with an average increase of 24.2 grams/day. The results of an objective evaluation using the Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) instrument showed an increase in score from 23 to 34 which means that the infant has good oral feeding readiness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Karunia Wahyuni
"Minum merupakan tantangan bagi bayi prematur karena imaturitas dan penyakit yang menyertainya. Bayi prematur yang dinyatakan siap minum seringkali tidak mampu minum. Saat ini belum terdapat tata laksana yang konsisten dan mempertimbangkan kompleksitas proses minum secara komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah menentukan berbagai faktor yang memengaruhi ketidakmampuan minum dan membuktikan efektivitas tata laksana metode baru terhadap kemampuan minum bayi prematur.
Penelitian dilakukan di lima rumah sakit di Jakarta pada bulan Agustus–November 2021. Studi potong lintang meneliti faktor yang memengaruhi ketidakmampuan minum 120 bayi prematur siap minum usia kehamilan 28–34 minggu, yaitu tonus postural fleksi fisiologis, stabilitas fisiologis, refleks rooting, kemampuan regulasi diri, morbiditas, dan behavioral state. Selanjutnya dilakukan randomized controlled trial (RCT) membandingkan tata laksana metode baru dan konvensional 70 bayi prematur belum mampu minum dari studi potong lintang. Metode baru mencakup therapeutic positioning fleksi fisiologis melalui pembedongan dan intervensi oromotor berupa stimulasi oral, gerakan sinergis three finger jaw control, dan isapan non-nutritif menggunakan empeng khusus. Metode konvensional mencakup pembedongan tradisional, stimulasi oral, dan isapan non-nutritif menggunakan empeng yang biasa digunakan di ruang perawatan. Analisis data studi potong lintang dilakukan dengan uji bivariat menghitung prevalence ratio (PR) dan nilai p; uji multivariat, penentuan titik potong skor faktor risiko ketidakmampuan minum melalui kurva Receiving Operating Characteristic (ROC), serta penentuan sensitivitas dan spesifisitasnya. Uji klinis membandingkan rentang waktu tercapainya kemampuan minum bayi yang diberikan kedua jenis metode. Data dianalisis dengan program STATA versi 14.2 (tingkat kemaknaan p < 0,05).
Hasil studi potong lintang menunjukkan regulasi diri sebagai faktor utama yang memengaruhi ketidakmampuan minum bayi prematur dengan PR 1,96 (1,61–3,34; IK 95%) dan p = 0,012, diikuti tonus postural, behavioral state, dan morbiditas (PR 1,91; 1,59; 1,56). Skor faktor risiko ketidakmampuan minum memiliki area under the curve (AUC) sebesar 0,698, titik potong optimal pada skor ≥ 7 dengan sensitivitas 71,4% dan spesifisitas 54%. Hasil uji klinis membuktikan metode baru lebih efektif dibandingkan metode konvensional (4 vs. 7 hari; p = 0,02).
Berbagai faktor yang memengaruhi ketidakmampuan minum bayi prematur siap minum adalah regulasi diri, tonus postural, behavioral state, dan morbiditas. Metode baru lebih efektif dibandingkan metode konvensional.

Feeding for premature infants is a challenge because of their immaturity and comorbidities. Premature infants who are ready to feed are often not able to feed. Current managements have not been consistent and consider the complexity of the feeding process comprehensively. The purpose of this study was to determine various factors influencing feeding inability of premature infants and to verify the effectiveness of a new method management on the premature infants’ feeding ability.
The study was conducted in five hospitals in Jakarta in August–November 2021. A cross-sectional study examined factors influencing the oral feeding inability on 120 ready to feed premature infants born at 28–34 weeks of gestation. Evaluation of feeding inability risk factors included physiological flexion postural tone, physiological stability, rooting reflex, self-regulation ability, morbidity, and behavioral state. Subsequently, a randomized controlled trial (RCT) comparing the new and conventional method was conducted in 70 premature infants who were not able to feed from the cross-sectional study participants. The new method encompasses physiological flexion therapeutic positioning swaddling, and oromotor intervention consisting of oral stimulation, synergic three finger jaw control, and non-nutritive sucking by using a specific pacifier. The conventional method consists of traditional swaddling, oral stimulation, and non-nutritive sucking using the usual pacifier in the nursery room. In the cross-sectional study, bivariate analysis was done to determine the prevalence ratio (PR) and p value; multivariate analysis, Receiving Operating Characteristic (ROC) curve to determine the scoring system cut-off point, as well as its sensitivity and specificity. Clinical trial data analysis compared the new and conventional method effectivity in terms of duration needed to achieve feeding ability in premature infants. STATA version 14.2 was used for data analysis (level of significance p < 0,05).
The results from the cross-sectional study showed that self-regulation had the highest influence of feeding inability with PR 1,96 (1,61–3,34; IK 95%) and p = 0,012, followed by postural tone, behavioral state, and morbidity (PR 1,91; 1,59; 1,56). The feeding inability risk score had an area under the curve (AUC) of 0.698, an optimal cut–off point of ≥ 7, as well as sensitivity of 71,4%, and specificity of 54%. In clinical trials, it was proven that the new method was more effective than the conventional method (4 vs. 7 days; p = 0,02).
Factors influencing feeding inability in premature infants were self-regulation, postural tone, behavioral state, and morbidity. The new method management was more effective than the conventional method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Kemampuan menghisap bayi prematur dapat ditingkatkan dengan pemberian stimulasi non nutritive sucking (NNS) dengan menggunakan empeng. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh stimulasi NNS menggunakan empeng terhadap lama penggunaan sonde dalam pemberian minum bayi prematur.
Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan post test only with control group design denan sampel 20 responden untuk 2 kelompok yang dipilih secara purposive sampling di salah satu rumah sakit daerah di Tangerang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen lembar observasi indikator pelepasan sonde dan dianalisis dengan independent t test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh stimulasi NNS dengan menggunakan empeng terhadap lama penggunaan sonde dalam pemberian minum bayi prematur (p=0,379, α=0,05), namun, masa penggunaan sonde lebih pendek. Peneliti merekomendasikan agar stimulasi NNS dengan menggunakan empeng tetap dijadikan prosedur alternatif untuk meningkatkan refleks menghisap pada bayi prematur.

An adequate sucking can be improved a premature infant's sucking reflex with non nutritive sucking stimulation (NNS) with pacifier. The purpose of this research was to identify the influence of NNS stimulation with pacifier towards the duration of gastric tube usage during premature infant feeding.
The design of this research was quasi experimental with post test only control group design with 20 respondents for two groups, then were chosen by purposive sampling in one of Tangerang District Hospital. The data were collected using a questionnaire and an observation form. Data were analized using independent t test.
The result of this research showed that there was no influence of NNS with pacifier towards the duration of gastric tube usage (p=0,379; α=0,05), however the duration of gastric tube usage was shortened. This research recommends that non nutritive sucking stimulation with pacifier is an alternative procedures to improve a premature infant's sucking reflex.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Dwi Astuti
"Latar belakang: Keterampilan minum oral merupakan proses yang kompleks dalam perawatan bayi prematur di ruang perawatan intensif neonatus. Peningkatan keterampilan minum oral melibatkan peran serta ibu melalui pembentukan dyadic interaction untuk mengoptimalkan nutrisi bayi prematur Tujuan: Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh Model Intervensi Keperawatan Berfokus Nutrisi terhadap keterampilan minum oral, grafik pertumbuhan bayi prematur, dyadic interaction, dan pengetahuan ibu. Metode: Penelitian mixed methods dengan pendekatan sekuensial eksploratori. Tahap I merupakan studi deskriptif kualitatif eksploratif pada 12 perawat neonatus. Tahap II adalah penyusunan model melalui analisis dan sintesis hasil penelitian tahap I dengan melibatkan tiga pakar. Tahap III adalah validasi model melalui penelitian kuasi eksperimen. Hasil: Teridentifikasi tujuh tema pada penelitian tahap I, yang selanjutnya dijadikan dasar menyusun tiga konsep model pada penelitian tahap II. Tiga konsep model tersebut meliputi: (1) Menciptakan lingkungan terapeutik untuk stimulasi keterampilan minum oral; (2) Membentuk interaksi ibu dengan bayi prematur untuk mengoptimalkan pemberian nutrisi; dan (3) Melibatkan peran serta ibu dan keluarga dalam persiapan perawatan bayi prematur dengan ketidakmampuan minum oral di rumah. Perangkat model yang dihasilkan adalah modul, buku kerja, dan selebaran. Analisis GLM Repeated Measure menunjukkan perbedaan keterampilan minum oral (p value < 0,001), berat badan (p value 0,64), panjang badan (p value 0,72), lingkar kepala (p value 0,28), dyadic interaction (p value < 0,001), pengetahuan ibu (p value < 0,001). Simpulan: Model Intervensi Keperawatan Berfokus Nutrisi efektif meningkatkan keterampilan minum oral, dyadic interaction, pengetahuan ibu, namun belum bermakna terhadap grafik pertumbuhan. Saran: Model Intervensi Keperawatan Berfokus Nutrisi dapat diimplementasikan di ruang perawatan intensif neonatus.

Background: Oral feeding skills are a complex process in the care of premature infants in the neonatal intensive care unit. Improving oral feeding skills involves maternal participation through the formation of dyadic interaction to optimize optimize premature infant nutrition. Objective: The study aimed to analyse the impact of the Nutrition-Focused Nursing Intervention Model on oral feeding skills, growth charts of premature infants, dyadic interaction, and maternal knowledge. Method: This mixed-methods study used a sequential exploratory approach. Stage I was an exploratory descriptive qualitative study involving 12 neonatal nurses. Stage II involved developing a model through analysis and synthesis of the results from Stage I, with input from three experts. Stage III was a model validation through quasi-experimental research. Result: Seven themes were identified in Stage I, which became the basis for developing three model concepts in Stage II. The three model concepts included: (1) Creating a therapeutic environment for stimulating oral feeding skills; (2) Forming interactions between mothers and premature infants to optimize the nutrition; and (3) Involving mothers and families in preparing for the care of premature infants with oral feeding disabilities at home. The resulting model tools included a module, workbook, and leaflet. GLM Repeated Measures analysis showed differences in oral feeding skills (p-value < 0.001), body weight (p-value 0.64), body length (p-value 0.72), head circumference (p-value 0.28), dyadic interaction (p-value < 0.001), and maternal knowledge (p-value < 0.001). Conclusion: The Nutrition-Focused Nursing Intervention Model effectively improved oral feeding skills, dyadic interaction, and maternal knowledge, but did not significantly affect growth charts. Suggestion: The Nutrition-Focused Nursing Intervention Model can be implemented in neonatal intensive care units."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa
"Bayi prematur dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lahir dengan berbagai masalah kesehatan. Masalah yang sering terjadi adalah terkait dengan lemahnya refleks hisap dan menelan sehingga mengakibatkan masalah pada pemberian nutrisi. Masalah pemberian nutrisi pada kelahiran bayi prematur akan menyebabkan nutrisi tidak adekuat sehingga terjadi malnutrisi, gagal tumbuh, dan kegagalan perkembangan otak. Karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis intervensi Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) untuk meningkatkan kemampuan menghisap dan menelan pada bayi Ny. A I. PIOMI merupakan salah satu metode baru dengan metode pijitan untuk meningkatkan kemampuan motorik pada bayi prematur. PIOMI bertujuan untuk meniru pengalaman oral in-utero yang memperkuat dan mengembangkan mekanisme makan. Delapan langkah memberikan gerakan yang dibantu untuk mengaktifkan kontraksi otot dan memberikan gerakan melawan resistensi untuk membangun kekuatan pada area yang dibutuhkan untuk minum secara oral. Hasil dari intervensi ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menghisap dan menelan setelah 2 kali diberikan intervensi. Oleh karena itu, karya tulis ini merekomendasikan intervensi PIOMI pada bayi prematur dengan BBLR yang memiliki masalah menghisap.

Premature babies with Low Birth Weight (LBW) are born with various health problems. Problems that often occur are related to weak sucking and swallowing reflexes, resulting in problems with feeding. Problems with nutrition in premature babies will cause inadequate nutrition, resulting in malnutrition, failure to thrive, and failure of brain development. This paper aims to analyze the Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) intervention to improve the sucking and swallowing ability of Ny. A I. PIOMI is a new method with massage method to improve motor skills in premature babies. PIOMI aims to mimic the in-utero oral experience that reinforces and develops feeding mechanisms. Eight steps provide assisted movement to activate muscle contractions and provide movement against resistance to build strength in the areas required for oral drinking. The results of this intervention showed an increase in the ability to suck and swallow after 2 times the intervention was given. Therefore, this paper recommends PIOMI intervention in premature infants with low birth weight who have sucking problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iin
"Bayi prematur sulit untuk mencapai kemampuan minum akibat imaturitas sistem pencernaannya. Kondisi ini menyebabkan perawatan yang lebih lama di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas gabungan stimulasi oromotor dan pemberian nonnutritive sucking terhadap kecepatan minum bayi mencapai fullfeed, peningkatan volume minum, peningkatan berat badan, dan kesiapan minum bayi prematur. Rancangan penelitian ini adalah randomized control trial dengan desain paralel yang melibatkan jumlah sampel sebanyak 52 bayi prematur. Responden yang mendapatkan stimulasi oromotor dan pemberian nonnutritive sucking sebanyak 26 bayi prematur (kelompok intevensi) dan yang mendapatkan perawatan rutin RS sebanyak 26 bayi prematur (kelompok kontrol). Hasil penelitian mengidentifikasi rerata kecepatan minum bayi mencapai fullfeed pada kelompok intervensi dan kontrol (10,04, 9,73, p<0,001), Peningkatan berat badan yang signifikan pada kelompok intervensi dan kontrol (2,392,2,204,p< 0,001), dan terdapat rerata peningkatan volume minum pada kelompok intervensi dan kontrol (33,65, 29,9, p<0,001). Intervensi stimulasi oromotor dan pemberian nonnutritive sucking dapat menjadi alterrnatif tindakan perawat untuk mengatasi masalah kesulitan minum pada bayi prematur.

Premature babies find it difficult to achieve the ability to drink due to the immaturity of their digestive system. This condition leads to a longer stay in the hospital. This study aims to determine the combined effectiveness of oromotor stimulation and non-nutritive sucking on the speed of feeding babies to reach full feed, increasing drinking volume, increasing body weight and readiness to drink premature babies. The design of this study was a randomized control trial with a parallel design involving a sample of 52 premature infants. Respondents who received oromotor stimulation and nonnutritive sucking were 26 premature babies (intervention group) and 26 premature babies who received routine hospital care (control group). The results of the study identified that there was an increase in the speed of infant feeding reaching full feed in the intervention and control groups (10.04, 9.73, p<0.001), weight gain in the intervention and control groups (2,392.2,204, p<0.001), there was an increase in volume drinking in the intervention and control groups (33.65, 29.9, p<0.001). and an increase in drinking readiness after the intervention in the intervention and control groups showed an increase (10.04% ,9.73%). Oromotor stimulation and the provision of nonnutritive sucking can be an alternative action for nurses to overcome the problem of drinking difficulties in premature infants."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"Nyeri merupakan salat satu ketidaknyamanan yang sering dialami bayi yang dirawat di rumah sakit. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pemenuhan rasa nyaman neoantus dengan Non-nutritive Sucking (NNS) dan pijat ekstremitas berdasarkan penerapan Model Konservasi Levine. Model ini mempertimbangkan konservasi bayi saat prosedur ketidaknyamanan, peningkatan adaptasi bayi untuk mencapai keutuhan. Lima bayi dengan berbagai kondisi yang mengalami masalah nyeri akut diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan model konservasi Levine. Masalah keperawatan lain yang ditemukan adalah ketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan termoregulasi, ikterik neonatus, risiko cidera, risiko pertumbuhan tidak proporsional, ketidakcukupan ASI, dan risiko keterlambatan perkembangan. Masalah-masalah tersebut berisiko meningkatkan ketidaknyamanan dan menghambat proses adaptasi neonatus dalam mencapai keutuhan.

Pain is a discomfort sensational that felt by hospitalized neonates. The purpose of this case study is to get description about the fulfill comfort of neoantus with Non Nutritive Sucking (NNS) and extremities massage based Levine Conservation Model application. This model considers the conservation of the baby during discomfort procedures, increased infant adaptation to achieve the wholeness. Five infants with various conditions experienced acute pain problems given nursing care with levine conservation model approach. Another nursing problems found were ineffective breathing patterns, neonatal jaundice, ineffective thermoregulation, risk of injury, risk of disproportionate growth, insufficient breastfeeding and risk of developmental delay. Such problems are at increased risk of discomfort and inhibit the neonatal adaptation process in achieving neonatal wholeness."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raoul Taufiq Abdullah
"Secara global, sebanyak 15 juta bayi lahir secara prematur setiap tahunnya. Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan angka kelahiran prematuritas tertinggi di dunia. Salah satu komplikasi utama pada bayi prematur adalah sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum adalah respon inflamasi sistemik yang dapat terjadi pada neonatus diakibatkan oleh transmisi infeksi secara vertikal maupun melalui lingkungan. Dikarenakan oleh temuan klinis sepsis yang variatif, menyebabkan upaya mendiagnosis sepsis menjadi sullit dilakukan. Oleh karena itu, perlu diberlakukan profilaksis sepsis neonatorum pada bayi prematur, sehingga muncul prosedur oral care. Pemahaman mengenai kebermanfaatan dan keamanan prosedur oral care masih diperlukan untuk dapat menggunakan prosedur ini secara optimal.
Tujuan. (1) Mengetahui karakteristik subjek penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, usia ibu, dan jenis persalinan. (2) Mengetahui angka kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur yang mendapat dan tidak mendapat oral care. (3) Mengetahui hubungan antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur.
Metode penelitian. Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada populasi bayi prematur yang lahir di RSCM pada tahun 2015-2017. Sebanyak 42 sampel yang dipilih secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2018 dengan melihat rekam medis subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis bivariat.
Hasil penelitian. Jumlah total subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah 42 bayi prematur. Karakteristik penelitian ini adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 52,4%, rerata usia gestasi 33 (24-36) minggu, rerata berat lahir 1569,24±493,3 gram, rerata usia ibu 30,5238±6,67 tahun, dan jenis persalinan sectio caesaria sebesar 85,7%. Didapatkan hubungan bermakna antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum (P=0,030 ; RR=0,533 ; IK 95%=0,290-0,980). Didapatkan hubungan bermakna antara usia gestasi dengan kejadian sepsis neonatorum pada subjek yang mendapat oral care (UG: 32-37 minggu = 91,7% subjek tidak sepsis ; P=0,003), serta hubungan bermakna antara berat lahir dengan kejadian sepsis neonatorum pada subjek yang mendapat oral care (BL: 1500-2499 gram = 100% subjek tidak sepsis ; P=0,002).
Kesimpulan. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur di RSCM, terdapat penurunan kemungkinan terkena sepsis neonatorum sebesar 0,533 kali lipat.

Introduction. Globally, it is estimated that there are 15 million premature infants born every year. Indonesia ranks fifth in the incidence of prematurity worldwide. One of the major complications of premature infants is neonatal sepsis. Neonatal sepsis is a systemic inflammatory response on infants caused by infections acquired vertically and enviromentally. Sepsis has a wide range of clinical findings, therefore it is hard to diagnose precisely. Therefore, profilactic measures to prevent neonatal sepsis is needed, and oral care rises as one of the solution. The understanding in regards of efficacy and safety of oral care is needed in order to be able to optimally utilize this procedure.
Objectives. (1) To determine the subject characteristic based on gender, gestational age, birth weight, maternal age, and mode of delivery. (2) To determine the incidence of neonatal sepsis in premature infants with or without the administration of oral care. (3) To determine the association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis in premature infants.
Methods. A cross-sectional study is done to premature infants born in RSCM in 2015-2017. 42 samples are chosen by simple random sampling. Data is collected from January to August 2018 by observing the medical records of the subject, and then continued to be analyzed using bivariate analysis.
Results. There are 42 subjects that met the inclusion and exclusion criteria. The characteristics of this study are, 52,4% subject is male, mean gestational age is 33 (24-36) weeks, mean birth weight is 1569,24±493,3 gram, mean maternal age is 30,5238±6,67 years, and 85,7% subject delivered by sectio caesaria mode. There is a significant association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis (P=0,030 ; RR=0,533 ; CI 95%=0,290-0,980). There is a significant association between gestational age and the incidence of neonatal sepsis in subjects receiving oral care (GA: 32-37 weeks = 91,7% subjects without neonatal sepsis ; P = 0,003), and a significant association between birth weight and the incidence of neonatal sepsis in subjects receiving oral care (BW: 1500-2499 gram = 100% subjects without neonatal sepsis ; P = 0,002).
Conclusion. There is a significant association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis in premature infants in RSCM, with the reduction of probability of the incidence of neonatal sepsis as much as 0,533 times higher.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyanah Azhrika Putri
"Neonatus dengan kelahiran prematur cenderung mengalami beberapa masalah kesehatan, salah satunya adalah gangguan menelan. Gangguan menelan pada bayi prematur terjadi karena perkembangan refleks mengisap dan menelan bayi belum matang sehingga terjadi ketidaksempurnaan koordinasi antara mengisap-menelanbernapas pada bayi. Bayi prematur dengan gangguan menelan tidak dapat diberikan nutrisi melalui oral secara penuh sehingga bergantung kepada pemberian nutrisi melalui selang makan selama masa awal perawatan. Intervensi stimulasi oral dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan refleks mengisap dan menelan serta mengurangi lama waktu transisi dari pemberian makan melalui selang makan ke pemberian makan langsung melalui oral pada bayi prematur. Studi kasus ini akan menggambarkan penerapan stimulasi oral pada bayi prematur dan pengaruhnya dalam meningkatkan refleks mengisap dan menelan bayi selama 5 hari perawatan. Intervensi dilakukan pada salah satu bayi prematur di ruang perinatologi dengan kelahiran usia gestasi 34 minggu. Intervensi ini dilakukan setiap hari dengan durasi 15-20 menit sebelum makan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada kemampuan mengisap dan menelan bayi serta koordinasi antara mengisap-menelan-bernapas bayi. Kesimpulan: Stimulasi oral dapat meningkatkan kemampuan mengisap dan menelan pada bayi prematur dengan gangguan menelan.

Neonates with premature birth tend to experience some health problems, including swallowing difficulty. Swallowing difficulty in preterm infants occur because the immature development of sucking and swallowing reflexes, resulting in imperfect coordination between sucking-swallowing-breathing in infants. Premature infants with swallowing difficulty cannot be given full oral nutrition and thus they have to rely on feeding tube to meet their nutritional needs during the initial treatment. Oral stimulation intervention can be carried out to improve the development of sucking and swallowing reflexes and reduce the transition time from using tube feeding to direct oral feeding in preterm infants. This case report will describe the application of oral stimulation on preterm infants and its effect on improving sucking and swallowing reflexes of infants during 5 days of treatment. The intervention was carried out to one of the preterm infants with 34 weeks gestational age in the perinatology room. The intervention was carried out every day with a duration of 15-20 minutes before eating. The results of the evaluation showed that there was an improvement in the infant’s sucking and swallowing abilities and the infant sucking-swallowing-breathing coordination. Conclusion: Oral stimulation can improve sucking and swallowing abilities in preterm infants with swallowing difficulties."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>