Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeyep Firdaus
"ABSTRACT
Berbagai kasus kekerasan dalam institusi pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang sangat signifikan. Institusipendidikan yang seharusnya bisa memberikan pengayoman dan perhatian serta kenyamanan bagi peserta didik ternyata belum sepenuhnya bisa dirasakan oleh sebagian peserta didik. Maraknya kasusperundungan (bullying) menjadi perhatian semua pihak baik pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan dan orang tua.Program Kurikulum Pendidikan Kesadaran Bela Negara dalam tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya menanggulangi kasus perundungan yang terjadi di lembaga pendidikan di Indonesia. Program ini di inisiasi oleh Kemhan yang bekerjasama secara menyeluruh dan terpadu dengan berbagai pihak. Program ini dirancang dan didesain untuk menyampaikan pesan kepada semua seluruh elemen masyarakat bahwa maraknya kasus perundungan perlu penanganan yang sesegera mungkin, karena sudah sangat meresahkan semua pihak. Implementasi Pendidkan Kesadaran Bela Negara diharapkan mampu menjadi solusi dalam menanggulangi masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan, termasuk tindakan perundungan yang kerap terjadi."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI , 2017
355 JIPHAN 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Fianti
"ABSTRAK
Bullying (perundungan) masih terjadi didunia pendidikan Indonesia, khususnya di kalangan pelajar usia 12-17 tahun. Menyikapi hal ini, Kemeterian Pertahanan melakukan upaya pencegahan dan penanganan bullying dengan menitikberatkan pentingnya penerapan kurikulum bela negara. Dalam penelitian kualitatif ini, teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri atas wawancara dan observasi, dalam pengumpulan data ini, peneliti melakukan observasi dan penyebaran angket kepada para siswa SMK Negeri Yogyakarta dan SMK Piri 1 Yogyakarta. Bedarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa implementasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) dalam dunia pendidikan sebenarnya sudah dikomunikasikan denagan baik."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI, 2019
355 JIPHAN 5:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nugraeni Galuh Yuniar
"ABSTRAK
Satu dari tiga anak di dunia mengalami perundungan yang disebabkan oleh faktor individu, teman sebaya, lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perundungan pada anak usia sekolah di Kota Depok. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang melibatkan 425 anak usia sekolah di sebelas sekolah dasar negeri di Kota Depok dipilih secara acak sederhana. Instrumen penelitian yang digunakan merupakan modifikasi dari kuesioner penelitian sebelumnya. Analisis data menggunakan uji korelasi Eta, Spearman, dan Koefisien Kontingensi. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia Eta rsquo;s value=0,235 , kelas p=0,000 , jenis kelamin p=0,000 , kepemilikan geng p=0,000 , dan respon guru terhadap perundungan p=0,041 dengan kejadian perundungan. Penampilan fisik anak tidak berhubungan dengan kejadian perundungan p=0,544 . Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia, kelas, jenis kelamin, kepemilikan geng, dan respon guru terhadap perundungan dengan kejadian perundungan pada anak usia sekolah di Kota Depok. Penelitian ini merekomendasikan upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan kesadaran anak terhadap perundungan sehingga dapat mencegah terjadinya perundungan.

ABSTRACT
Factors Related to Bullying in School aged Children in Depok. One in three children in the world experience bullying caused by individual, peer group, school, family, and society factors. The purpose of this research was to determine the factors associated with incidence of bullying in school aged children in Depok. This research used cross sectional study design which involved 425 school aged children in eleven public primary schools in Depok selected using simple random sampling technique. Factors related to bullying was measured using modified questionnaire from the previous research. The analysis using Eta, Spearman, and Contingency Coefficient has shown that there was a correlation between age Eta rsquo s value 0,235 , class p 0,000 , gender p 0,000 , peer group p 0,000 , and teacher rsquo s response p 0,041 with bullying. The physical appearance had no correlation with bullying p 0,544 . The conclusion of this research is there is a correlation between age, class, gender, peer group, and teacher rsquo s response to bullying with the occurrence of bullying in school aged children in Depok. This research recommends to do promotive and preventive efforts conducted by school to increase children rsquo s awareness against bullying so as to prevent the occurrence. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Wicaksono
"ABSTRAK
Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu tingginya angka kasus perundungan yang terjadi pada kalangan pelajar. Studi-studi sebelumnya menyatakan bahwa tingkat status sosial ekonomi (SSE) dan modal sosial merupakan faktor-faktor penting yang menyebabkan terjadinya praktik perundungan di sekolah. Siswa yang berasal dari tingkat SSE rendah lebih sering menjadi korban perundungan dibandingkan dengan siswa yang berasal dari tingkat SSE tinggi. Begitupun dengan modal sosial, siswa yang memiliki tingkat popularitas rendah dan jaringan sosial yang lemah cenderung lebih rawan menjadi korban. Untuk mengisi ruang literatur, penulis menggunakan analisis multi-sebab terhadap variabel tingkat SSE dan modal sosial secara bersamaan, serta berupaya untuk melihat faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi praktik perundungan di sekolah. Secara khusus, studi ini menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan siswa menjadi korban perundungan di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan teknik olah data regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki modal sosial rendah 6 kali lebih berpotensi menjadi korban perundungan dibandingkan dengan siswa yang memiliki modal sosial tinggi. Sementara itu, variabel tingkat SSE dinyatakan tidak berkorelasi dengan kejadian viktimisasi perundungan di SMAN X. Oleh karena itu, variabel modal sosial diketahui merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penyebab terjadinya praktik perundungan dibandingkan dengan variabel tingkat SSE.

ABSTRACT
One of the problems of education in Indonesia is the high number of bullying practice that occur among students. Previous studies stated that the level of socioeconomic status (SSE) and social capital were important factors that led to the practice of bullying in schools. Students from low SSE levels are more often victims of bullying practice compared to students from high SSE levels. Likewise with social capital, students who have a low level of popularity and weak social networks tend to be more vulnerable to being victims. To fill the literature space, the author uses multi-cause analysis of SSE level variables and social capital simultaneously, and seeks to see more dominant factors in influencing bullying practice in school. In particular, this study analyzes the factors that caused students to become victims of bullying practice at school. This study uses a quantitative approach with survey methods and binary logistic regression data processing techniques. The results showed that students who had low social capital were 6 times more likely to be victims of bullying practice compared to students who had high social capital. Meanwhile, the SSE level variable is stated not to correlate with the incidence of bullying victimization at SMAN X. Therefore, the variable of social capital is known to be a more dominant factor as a cause of bullying victimization compared to the SSE level variable."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Prabowo Limawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Perundungan merupakan masalah di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Kondisi ini memberikan dampak negatif dan sudah banyak dijelaskan
dalam berbagai riset di dunia. Namun, riset tentang perundungan di Indonesia
masih belum banyak dilakukan terutama pada remaja. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Remaja yang merupakan
subjek penelitian adalah siswa/i dari lima sekolah menengah pertama yang
berpartisipasi dalam riset ini untuk menjawab kuesioner perundungan traditional
yang disusun oleh Nansel dan kolega pada 2001 serta kuesioner demografi yang
khusus dibuat untuk penelitian ini. Data dianalisa menggunakan program SPSS
versi 20 untuk Windows melalui uji korelasi Spearman?s dan uji Chi-Kuadrat.
Hasil: Korban perundungan paling banyak terjadi pada murid berusia 13 tahun
(50.0%) dan kelas delapan (41.1%). Sementara korban perundungan terbanyak
berusia 13 tahun (55.6%) dan kelas tujuh dan delapan (44.4% masing-masing).
Korban sekaligus pelaku terbanyak berusia 13 dan 14 tahun (38.5% masingmasing)
dan berasal dari kelas delapan dan sembilan (46.2% masing-masing).
Tidak dijumpai adanya perbedaan jenis kelamin dalam angka kejadian
perundungan (50.9% perempuan vs. 49.1% laki-laki). Mengejek nama adalah
jenis perundungan yang paling sering terjadi baik pada kelompok korban, pelaku
maupun pada kelompok korban sekaligus pelaku (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%).
Terdapat korelasi lemah antara usia dengan korban perundungan (r = 0.4).
Kemudian, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara jenis kelamin di antara
remaja dengan dan tanpa perundungan. Kesimpulan: Sekolah menengah pertama
adalah masa penting untuk terjadinya perundungan oleh karena itu perlu
dirancang suatu program untuk mengendalikan kejadian perundungan di SMP
terutama pada anak yang berusia 13 tahun.

ABSTRACT
Background: Bullying happens all over the world including Indonesia. This
condition cause negative effects that has been mentioned in several studies all
around the world. However, there are not sufficient researches on bullying in
Indonesia, especially among adolescents. Methods: This research was a cross
sectional study. The research subjects are students from five participating junior
high schools in Jakarta, which they were given to answer the traditional bullying
questionnaire by Nansel and colleagues in 2001 and demography questionnaire
made for this study. Data is being analyzed using SPSS version 20 for Windows
with Spearman?s correlation and Chi-Square. Result: Most victim of bullying
were 13 years old (50%) and grade eight (41.1%). Majority of perpetrator of
bullying were 13 years old (55.6%) and grade seven and eight (44.4%
respectively). Furthermore, for both victim and perpetrator of bullying, majority
came from age 13 and 14 years old (38.5% respectively) and grade eight and nine
(46.2% respectively). There were no dominant gender involved in bullying
(50.9% female and 49.1% male). Calling names was the major type of bullying
among all bullying group (victim, perpetrator, both) (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%).
There was weak correlation between age and victimization (r = 0.4). Moreover,
there was no significant gender difference among adolescents with or without
bullying. Conclusion: Junior high school is the critical age for bullying behavior
to occur, so it is important to design a program to control bullying in junior high
school, especially students aging 13 years old.;"
2016
S70406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanashaumy Avialda
"Perundungan merupakan sebuah masalah interpersonal antaranak yang terjadi di seluruh pesantren di Indonesia. Namun, reaksi guru sebagai satu-satunya pihak yang dapat menanganinya belum bisa memenuhi kebutuhan anak, sehingga perundungan masih terus ada dan tidak dapat diatasi. Kasus perundungan yang lebih banyak terungkap antara murid laki-laki pesantren (santri) membuat kasus perundungan antara murid perempuan pesantren (santriwati) kurang tersoroti. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana reaksi sosial non-formal oleh guru terhadap perundungan antarsantriwati di Pesantren X dengan analisis berdasarkan teori realitas sosial agar dapat mengahami alasan perundungan di sana terus terjadi. Perundungan antarsantriwati di Pesantren X terjadi dalam berbagai macam bentuk, tetapi reaksi terhadapnya hanya berjalan dengan kompleks pada perundungan fisik saja. Jika dibandingkan dengan reaksi guru terhadap kasus delinkuensi santriwati jenis lain, reaksi terhadap perundungan terhitung minimal. Hal ini disebabkan oleh landasan pemikiran para guru serta lembaga Pesantren X yang tidak menganggap perundungan sebagai delinkuensi yang menjadi prioritas untuk ditangani, apalagi perundungan antarsantriwati lebih banyak terjadi dalam bentuk verbal. Anggapan ini dipengaruhi oleh persepsi guru terhadap sensitivitas anak perempuan serta pelanggaran norma Islam mengenai hubungan sesama manusia (hablumminannas) yang tidak sepenting norma Islam hubungan dengan Tuhan (hablumminallah) dan norma yang harus dianut sebagai seorang murid pesantren.

Bullying is an interpersonal problem between children that occurs in all Islamic boarding schools in Indonesia. However, the teacher's reaction as the only party who can handle it has not been able to meet children's needs, so bullying continues to exist and cannot be overcome. The more cases of bullying revealed between boy boarders (santri) mean that cases of bullying between girl boarders (santriwati) are less highlighted. This thesis aims to explain how non-formal social reactions by teachers towards bullying among girl boarders at X Islamic Boarding School with analysis based on social reality theory in order to understand the reasons why bullying continues to occur there. When compared with teachers' reactions to other types of girl boarders’ delinquency cases, reactions to bullying are considered minimal. This is due to the basic thinking of the teachers and the people behind X Islamic Boarding School foundation, which do not consider bullying as a delinquency that is a priority to be handled, especially since bullying between female students occurs more often in verbal form. This assumption was influenced by teachers' perceptions of girls' sensitivity and violations of Islamic norms regarding human relationships (hablumminannas) which are not as important as Islamic norms of relationships with God (hablumminallah) and norms that must be adhered to as a girl boarder of X Islamic Boarding School."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Rahayu
"Kejadian bullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri sebesar 42.8 sesuai dengan data Dinas Pendidikan Kota Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara terapi Gestalt dan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying terhadap harga diri remaja korban bullying. Desain penelitian ini menggunakan Quasi-experimental pre post with kontrol group dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Analisis menggunakan Dependen T Test dan Independen T Test. Terapi gestalt diberikan pada kelompok pertama dan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying diberikan pada kelompok kedua. Harga diri remaja korban bullying yang mendapatkan terapi gestalt lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan harga diri remaja korban bullying yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying. Terapi gestalt direkomendasikan diberikan pada remaja korban bullying.

The incidence of bullying in junior high school students amounted to 42.8 according to data from the Department of Education Sukabumi. The purpose of this study was to determine the effect of the difference between Gestalt therapy and health education about the dangers of bullying against young victims of bullying dignity. This study design using Quasi experimental pre post with control group with the number of respondents as many as 40 people. Analysis using T Test Dependent and Independent T Test. Gestalt therapy is given to the first group and the health education about the dangers of bullying given to the second group. Esteem young victims of bullying are getting gestalt therapy is significantly higher than the price of adolescent victims of bullying who received health education about the dangers of bullying. Gestalt therapy is recommended given to young victims of bullying"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Marini Octavia
"ABSTRAK

Pada kasus bullying yang terjadi di sekolah, seringkali ditemukan adanya pihak yang menyaksikan kejadian tersebut, namun tidak melakukan tindakan apapun untuk menolong. Orang yang menyaksikan kejadian bullying disebut sebagai bystander. Salah satu hal yang mempengaruhi intensi menolong pada bystander adalah persepsi kedekatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persepsi kedekatan dengan korban dan pelaku terhadap intensi menolong bystander pedagang pada kejadian bullying siswa di sekolah. Hal ini disebabkan karena interaksi jual beli yang terjadi antara pedagang dan siswa di sekolah dapat menimbulkan adanya persepsi kedekatan. Partisipan dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar SMA yang sering terjadi kasus bullying (N = 56). Dalam penelitian ini, peneliti memanipulasi variabel persepsi kedekatan, yaitu memiliki persepsi kedekatan dengan korban, pelaku, serta korban dan pelaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari memiliki persepsi kedekatan terhadap korban (p = 0,012), memiliki persepsi kedekatan terhadap pelaku (p = 0,000), dan memiliki persepsi kedekatan terhadap korban dan pelaku (p = 0,000) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi menolong bystander pedagang pada kejadian bullying di sekolah. Pedagang yang memiliki persepsi kedekatan dengan korban dan pelaku bullying memiliki intensi menolong yang lebih tinggi dibandingkan pedagang yang tidak memiliki persepsi kedekatan dengan korban dan pelaku.


ABSTRACT

In the case of bullying occurring in schools are often to be found witnesses, yet immediate actions to help the victims are null. The person who witnesses bullying is called bystander. One of the factors that influences intention to help among bystander is perceived closeness. This research aims to understand the influence of perceived closeness to the victims and the bullies upon intention to help among street vendors bystanders in bullying cases occurring in schools. This may be because the interaction between street vendors and students during daily transactions can elicit perceived closeness. Participants in this research are street vendors whose kiosks are located near high schools in Jakarta that are previously known to have cases of bullying (N = 56). In this research, manipulation exists in the variable perceived closeness, varying from perceived closeness to the victims, the bullies, and both. The result shows that having perceived closeness to the victims (p = 0,012), the bullies (p = 0,000), and both (p = 0,000) have significant influence upon intention to help among street vendors bystanders in bullying cases in schools. Street vendors who possess perceived closeness to the victims and the bullies are shown to have higher intention to help compared to those who do not have perceived closeness to either of both.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Alit Triyani
"ABSTRAK
Fenomena bullying di sekolah adalah salah satu yang kerap dihadapi oleh anak.
Maka dari itu, program pelatihan guru TK untuk mencegah bullying penting
dilakukan karena guru merupakan orang dewasa yang paling dekat dengan anak di
sekolah dan perilaku bullying terjadi di sekolah maka guru lah yang perlu
diintervensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
program pelatihan guru TK untuk meningkatkan pengetahuan tentang bullying
sebagai upaya mencegah bullying pada anak usia 4-6 tahun di sekolah. Pelatihan
dilakukan selama 3 hari dengan durasi 180 menit setiap harinya. Penelitian ini
menggunakan desain before-and-after (one group before and after design) dengan
guru sebagai partisipan. Alat ukur yang digunakan berupa lembar checlist bullying
dan lembar kuesioner terbuka yang diberikan saat pre-test dan post-test. Pelatihan
ini menggunakan beberapa metode, yaitu diskusi, role plays, ceramah, permainan
(games), demonstrasi. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan wilcoxon test
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan guru TK sebagai upaya
untuk mencegah bullying (Z= -2,850, p=0,004<0,05)

ABSTRACT
The phenomenon of bullying in schools is one of things that is often faced by
children. Therefore, the kindergarten teacher training program to prevent bullying
is important because teachers are the adults closest to the child at school and
bullying happens at school, the teachers who need intervention. The purpose of
this study was to determine the effectiveness of kindergarten teacher training
program to improve their knowledge about bullying as an effort to prevent
bullying in children aged 4-6 years in school. The training was conducted for 3
days with a duration of 180 minutes each day. This study uses a design beforeand-
after (one group before and after design) with teachers as participants.
Measuring instruments used in the form of bullying checklist sheets and sheets of
an open questionnaire given at the pre-test and post-test. The training uses several
methods, namely discussions, role plays, lectures, games, demonstration. From
the statistical test by using the Wilcoxon test showed that there is an increased
knowledge of kindergarten teachers in an effort to prevent bullying (Z= -2,850,
p=0,004<0,05)."
2016
T45761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuarita Yudhistira. author
"Bullying terjadi di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Langdon & Prable, 2008). Hasil-hasil studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian bullying di SMA.Kejadian bullying paling banyak memberikan pengaruh kepada siswa yang berperan sebagai bystander (Hazler, 1996 dalam Comitee for Children, 2005).Salah satu tipe dari bystander adalah outsider. Sementara itu, menurut Frisen dkk (2007) salah satu faktor menyebabkan seseorang melakukan tindakan bullying terhadap orang lain adalah kurangnya respek.
Penelitian ini berusaha melihat hubungan respek dan peran outsider dalam perilaku bullying pada siswa SMA.Partisipan dari penelitian ini berjumlah 178 orang yang berasal dari dua sekolah yang berbeda (sekolah negeri dan swasta). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungna negatif yang signifikan antara respek dengan peran outsider. Selain itu, juga ditemukan perbedaan mean yang signifikan pada respek antara partisipan yang tergolong outsider dan bukan outsider. Hasil yang signifikan ini dapat dijelaskan melalui komponen karakter.

Bullying happens at every level of education, from primary school to university (Langdon & Prable, 2008). The results of previous studies also shows that there is an increase of bullying incidence in high school level. The impact of bullying mostly happens to students who act as bystander (Hazler, 1996 in Comitee for Children, 2005). One of the types of bystander is outsider.Meanwhile, according to Frisen et al (2007) one of the factors causing a person to bully others is the lack of respect.
This study is aimed to look at the correlation between respect and the role of outsider in bullying behavior among high school students. Participants of this research were 178 students who came from two different schools (public and private schools). Results of this study indicate that there is a significant negative correlation between the respect to the role of outsider. In addition, this study also found a significant difference of mean of respect between the participants who had role as outsider with participants who had role as non-outsider. This significant results can be explained by the character components.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>