Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imelda Catherine Malonda
"ABSTRAK
Meningkatnya tingkat persamgan dalam industri jasa seperti rumah sakit
mendorong rumah sakit untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik yang berperan dalam penentuan klasifikasi akreditasi rumah sakit. Salah satu
fasilitas pelayanan medik adalah instalasi radiologi yang mengacu pada perkembangan
teknologi industri electro medical equipment, yang mengandalkan high technology
diagnostic services. Bagaimana memilih peralatan radiologi yang applicable merupakan
alasan mengapa topik ini ditelaah. Tujuan penulisan adalah memberi masukan kepada
rumah sakit mengenai metode analisa dalam pemilihan dan pembiayaan investasi
terhadap electro medical equipment khususnya computed tomography yang beresiko
tinggi, dalam arti membutuhkan dana besar. Penelaahan dan studi literatur dilakukan
dengan studi kasus pada ru'mah sakit "X" khususnya divisi CT scan pada instalasi
radiologi.
Dari hasil penelaahan mennjukkan bahwa rumah sakit telah memiliki CT scan
merek General Electric yang selama ini ditempatkan pada instalasi radiologi yang
merupakan divisi profit center. Dan berdasarkan kebijakan pihak manajemen rumah sakit
divisi ini harus menghasilkan expected return sebesar 25%. Dengan melihat kondisi ini,
maka langkah terbaik guna mempertahankan profitabilitas divisi perlu adanya efisiensi
biaya, mengingat tarif yang dibebankan kepada pasien tidak dapat dinaikkan sedemikian
rupa karena tingkat persaingan yang cukup tinggi antar rumah sakit khususnya rumah
sakit swasta.
Untuk mempertahankan profitabilitas divisi, pihak manajemen rumah sakit perlu
mengadakan analisa strategi pemilihan dan pembiayaan CT scan. Analisa ini ditinjau dari tiga perspektif yaitu manajemen strategik, akuntansi manajemen dan manajemen
keuangan. Dari sisi manajemen strategik digunakan analisa bussiness unit strategy
terhadap hospital's life cycle guna menentukan strategi bersaing yang ditunjang dengan analisa five forces, serta analisa penilaian berdasarkan sistem bobot terhadap berbagai altematif merek CT scan yang terbaik di dunia yang akaN membantu dalam pemilihan merek CT scan yang paling applicable. Tahap selanjutnya membalias divisi CT scan rumah sakit "X" sebagai p_ro 1t center dengan pendekatan efisiensi iaya melalui
indikator contribution margin. Dalam hal efisiensi biaya, Qengurangan non value added
cost berdasarkan pemilihan merek CT scan yang tepat akan meningkatkan profitabilitas.
Pada tahap akhir P.enulisan dibahas pendekatan dari sisi manajemen keuangan yaitu
pemilihan altematif pembiay: an yang tepat untuk electro medical equipment yang
bersifat high technology.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa temyata ICasus non emergency lebih
besar dari kasus emergency. Kedua, reaserch and developmet sangat mempengaruhi
kemampuan CT scan dalam efisiensi biaya.
Oleh sebab itu berdasarkan analisa dari ketiga perspektif di atas, CT scan Siemens
lebih applicable daripada General Electric untuk kondisi kasus non emergency. Dan
untuk melakukan pembiayaan, sewa guna usaha dengan hak opsi adalah metode yang
tepat untuk electro medical equipment yang bersifat high technology, karena metode
pembiayaan tersebut memberi kesempatan kepada lessee untuk menukar alat yang dilease
dengan alat baru yang sejenis dan berteknologi lebih tinggi. Di samping itu tidak tertutup kemungkinan adanya fluktuasi return pada profit center. Untuk mengantisipasi
keadaan ini, WACC dapat digunakan jika pada suatu periode return tidak mencukupi
untuk pembayaran angsuran sewa guna usaha dengan cara meminjam dana dari rumah
sakit."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Ramadhanto
"Tidak adanya sistem informasi yang memadai di RSUD akan berakibat pada terjadinya duplikasi data selama proses pencatatan, rekapitulasi, serta pelaporan data. RSUD Cengkareng yang sedang dalam tahap pembangunan sangat membutuhkan sistem informasi yang mampu mendukung pelayanan administrasi umum dan keuangan, termasuk di dalamnya proses penerimaan kas di instalasi rawat jalan dan rawat inap. Kedua instalasi ini menjadi fokus utama perancangan, karena besarnya jumlah transaksi keuangan yang terjadi di kedua instalasi tersebut.
Perancangan dilakukan melalui penelitian di RSUD Pasar Rebo karena RSUD tersebut memiliki kemiripan dengan RSUD Cengkareng, diantaranya adalah besarnya jumlah pasien serta pelayanan yang ditujukan untuk ekonomi menengah ke bawah. Perancangan proses penerimaan kas pelayanan rawat inap dan rawat jalan sebagai masukan pengembangan sistem informasi akuntasi di RSUD Cengkareng yang berbasis komputer ini dilakukan dengan cara pembuatan model proses (process modeling) dengan menggunakan alat diagram alir (flow chart), serta pembuatan model data (data modeling) dengan menggunakan alat diagram hubungan entitas (entity relationship diagram).
Melalui perancangan ini maka duplikasi data selama proses transaksi, rekapitulasi data, dan laporan berlangsung dapat diminimalisasi, serta penyediaan laporan yang berhubungan dengan penerimaan kas rawat jalan dan rawat inap untuk intern (RSUD Cengkareng) dan ekstern (Pemerintah DKI Jakarta) dapat dipercepat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paruntu, Svetlana
"Inovasi dibidang radiologi diagnostik yang pesat, meningkatkan inflasi dibidang kesehatan dan merupakan pengeluaran kesehatan yang tercepat, meningkat dua kali dibandingkan pengeluaran untuk obat-obatan maupun biaya kesehatan secara keseluruhan, sehingga perlu pengendalian biaya. Hal tersebut telah membuka pikiran pihak managemen rumah sakit, bahwa pelayanan radiologi merupakan profit centers yang sering terlupakan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan kualitatif Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pelaksanaan cost awareness dan cost monitoring di sub departemen radiologi Rumkital Dr. Mintohardjo, sehingga terciptanya suatu efisiensi biaya pelayanan thoraks AP/PA foto., dengan membandingkan unit cost normatif dan unit cost aktualnya.
Hasil penelitian cost awareness di sub departemen radiologi, pada umumnya para radiografer memiliki pengetahuan yang cukup akan biaya-biaya di sub departemen radiologi. Tetapi kesadaran akan biaya dari para petugas radiographer saat ini belum direfleksikan dalam tingkah laku sehari-hari untuk penghematan. Pelaksanaan pemantauan biaya (cost monitoring) di sub departemen radiologi Rumkital Dr. Mintohardjo masih jauh dari yang diharapkan. Efisiensi di sub departemen radiologi Rumkital Dr. Mintohardjo belum terlaksana.
Dari penelitian ini, managemen rumah sakit perlu mengadakan program edukasi kepada seluruh stafnya tentang cost/biaya material-material di rumah sakit. dimulai dengan memperbaiki system administrasi dan pelaporan di sub departemen radiologi yang sesuai dengan SOP. Kemudian, perhitungan biaya satuan untuk layanan radiologi lainnya untuk mengurangi kerugian rumah sakit.

Innovations in diagnostic radiology have led to advances in the field of medicine, while at the same time contributing to a high rate of medical inflation and increasing at twice the rate of prescription drugs and overall health care spending, so cost containment is needed. These has opened the eyes of the hospital management, that radiology services are a profit centers that are often forgotten, even when the use of medical material (x-ray film) in the sub-department radiology of rumkital Dr. Mintohardjo is more than the number of patients.
This is an observational study with a qualitative approach, using primary data from in-depth interviews with stakeholders and secondary data, and then analyzed to see the cost of efficiency. The purpose of this study was to analyze the implementation of cost awareness and cost monitoring in the sub department of radiology Dr. Mintohardjo Navy Hospital, thus creating cost efficiency on thoracic AP / PA photos service, by comparing the normative unit cost and actual unit cost.
In general, knowledge of costs among the radiographer in the sub department radiology, is sufficient. They are aware of the importance of knowledge of cost, but the cost awareness of radiographer are not reflected in everyday behavior for saving. While the cost monitoring in the sub department radiology of Rumkital Dr. Mintohardjo still far from expected.
The conclusion of the research, that efficiency in the sub department radiology of rumkital Dr. Mintohardjo has not achieved. Based on the the result of this study, researcher suggest the management of hospital to conduct an educational programs for all staff about the cost / charge of materials in hospital. By starting with improving the administration and reporting system in the sub department radiology in accordance with the SOP. Then, make a cost analisys to determine the unit costs for other radiology services, to reduce hospitals losses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31296
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Tri Setyanto
"ABSTRAK
Suatu Proyek yang berhasil ditentukan oleh berbagai hal yang perlu, untuk ditelaah dan dipelajari, sesuai dengan karakteristik proyek terse but. Tahap-tahap penyusunan proyek selalu dimulai dengan perencanaan, survey, kaji ulang, serta pelaksanaannya.
PT X bergerak di bidang jasa angkutan semen. Dalam masa krisis ekonomi periode tahun 1997-2000, kondisi keuangan PT X menurun sebagai akibat dari perrnintaan semen domestik yang menurun, dan karena adanya kewajiban bayar hutang yang berjalan. Karenanya, pemegang saham selalu menyuntikkan dana, agar PT X dapat memenuhi kewajiban bayar hutangnya tersebut. PT X menerima penunjukan dari PT ITP untuk mengangkut semen ke suatu daerah tujuan, tetapi mempunyai masalah dalam memenuhi kebutuhan alat angkutannya (truk), untuk memenuhi perrnintaan tersebut, karena sedang mengalarni kekurangan armada, sehingga merencanakan untuk menambah armada angkutannya. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas semen yang diproduksi PT ITP dapat terpenuhi kebutuhan pengangkutannya oleh PT X, tanpa melakukan sewa guna dengan perusahaan jasa angkutan lain.
Selama tahun 2002 PT X menambah armadanya sejumlah 95 unit. Dengan penambahan armada dan peremajaan truk angkutan ini, PT X dapat men-generate cash inflow lebih baik dan nilai penjualan juga meningkat. Hal ini karena margin industri jasa angkutan sangat tipis, sekitar 14%, sehingga economic of scale penambahan armada ini dapat dicapai.
Maka dalam tahun 2003 PT X juga akan melakukan penambahan armada baru untuk memenuhi kebutuhan yang belum dapat dipenuhinya, untuk PT ITP. Dengan penambahan ini, maka. perlu dilakukan pengkajian dan analisa/uji kelayakan terhadap proyek penambahan armada ini untuk dapat tidaknya direalisasikan.
Dalam analisa saat ini, dilihat dari laporan keuangannya, PT X sangat optirnis dapat meningkatkan laba perusahaannya dalam beberapa tahun ke depan. Proyeksi laporan cash in jlow-nya cukup bagus,dengan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan analisa Capital Budgeting, proyek penambahan ini cukup menarik untuk dilakukan, mengingat nilai payback period yang pendek, dan nilai NPV yang positif juga pada pengujian APV, FTE dan WACC, kondisi NPVnya positif, dan proyek tersebut layak untuk direalisasikan.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Puspa Hapsari
"[ ABSTRAK
Sistem antrian yang di terapkan untuk pelayanan MRI Instalasi Radiologi RSUP Fatmawati menghasilkan antrian yang panjang. Berdasarkan hasil telaah dokumen dan observasi terhadap pelayanan perjanjian, didapatkan panjang antrian mencapai 20 hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja antrian berdasarkan model antrian M/M/1dari Teori Antrian. Melalui teori ini didapatkan komponen antrian yang mempengaruhi sebuah sistem antrian mencakup distribusi waktu antar kedatangan pasien, distribusi waktu pelayanan, pemberi pelayanan atau server, kapasitas sistem, populasi sumber, dan disiplin antrian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dengan kuantifikasi. Sehingga pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjelaskan komponen sistem antrian dimana distribusi waktu antar kedatangan pasien bersifat independen, distribusi waktu pelayanan bervariasi 24 hingga 400 menit, jumlah server 1 kesatuan, populasi sumber yang tidak terbatas, serta pasien yang dilayani berdasarkan kombinasi disiplin Pertama Datang Pertama Dilayani dan disiplin prioritas. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung kinerja sistem antrian sehingga di dapatkan mean jumlah pasien di dalam sistem sebesar 0,889 per jam, Mean jumlah pasien dalam antrian sebesar 0,009 per jam, Utilisasi pelayanan sebesar 88,9%, Distribusi response time sebesar 10,31 jam, dan Mean waktu tunggu sebesar 1.14 jam.

ABSTRACT The Queueing system which has been implemented for MRI Service in Radiology Instalation in RSUP Fatmawati results in a long queue. Based on the report and observation to the scheduling service, the queue for MRI examinationm reachs 20 days long. This research aims to measure the queue performance by using M/M/1 queueing model taken from queueing theory. Using this theory, queue components affecting a queueing system includes the interarrival time distribution, service time distribution, number of server, System Capasity, Population source, and Queueing Diciplin. This research is a quantification case study using both qualitative and quantitative method. The qualitative method is used to explain each of the queue components while quantitative method is used to calculate the queue performance. the qualitative method results in an independent interarrival, various service time distribution range from 24 up to 400 minutes, 1 server serves 1 examination at a time, and an infinite source of patients which comes to the queue, and a combination of First Come First served with Priority Queueing Dicipline. Quantitative method results in 0,889 per hour mean number of customer, 0,009 per hour mean number waiting customers, 88,9% of server utilization, 10,31 hour of distribution of response time of a customer, and 1,14 hour distribution of waiting time.
;The Queueing system which has been implemented for MRI Service in Radiology Instalation in RSUP Fatmawati results in a long queue. Based on the report and observation to the scheduling service, the queue for MRI examinationm reachs 20 days long. This research aims to measure the queue performance by using M/M/1 queueing model taken from queueing theory. Using this theory, queue components affecting a queueing system includes the interarrival time distribution, service time distribution, number of server, System Capasity, Population source, and Queueing Diciplin. This research is a quantification case study using both qualitative and quantitative method. The qualitative method is used to explain each of the queue components while quantitative method is used to calculate the queue performance. the qualitative method results in an independent interarrival, various service time distribution range from 24 up to 400 minutes, 1 server serves 1 examination at a time, and an infinite source of patients which comes to the queue, and a combination of First Come First served with Priority Queueing Dicipline. Quantitative method results in 0,889 per hour mean number of customer, 0,009 per hour mean number waiting customers, 88,9% of server utilization, 10,31 hour of distribution of response time of a customer, and 1,14 hour distribution of waiting time.
;The Queueing system which has been implemented for MRI Service in Radiology Instalation in RSUP Fatmawati results in a long queue. Based on the report and observation to the scheduling service, the queue for MRI examinationm reachs 20 days long. This research aims to measure the queue performance by using M/M/1 queueing model taken from queueing theory. Using this theory, queue components affecting a queueing system includes the interarrival time distribution, service time distribution, number of server, System Capasity, Population source, and Queueing Diciplin. This research is a quantification case study using both qualitative and quantitative method. The qualitative method is used to explain each of the queue components while quantitative method is used to calculate the queue performance. the qualitative method results in an independent interarrival, various service time distribution range from 24 up to 400 minutes, 1 server serves 1 examination at a time, and an infinite source of patients which comes to the queue, and a combination of First Come First served with Priority Queueing Dicipline. Quantitative method results in 0,889 per hour mean number of customer, 0,009 per hour mean number waiting customers, 88,9% of server utilization, 10,31 hour of distribution of response time of a customer, and 1,14 hour distribution of waiting time.
;The Queueing system which has been implemented for MRI Service in Radiology Instalation in RSUP Fatmawati results in a long queue. Based on the report and observation to the scheduling service, the queue for MRI examinationm reachs 20 days long. This research aims to measure the queue performance by using M/M/1 queueing model taken from queueing theory. Using this theory, queue components affecting a queueing system includes the interarrival time distribution, service time distribution, number of server, System Capasity, Population source, and Queueing Diciplin. This research is a quantification case study using both qualitative and quantitative method. The qualitative method is used to explain each of the queue components while quantitative method is used to calculate the queue performance. the qualitative method results in an independent interarrival, various service time distribution range from 24 up to 400 minutes, 1 server serves 1 examination at a time, and an infinite source of patients which comes to the queue, and a combination of First Come First served with Priority Queueing Dicipline. Quantitative method results in 0,889 per hour mean number of customer, 0,009 per hour mean number waiting customers, 88,9% of server utilization, 10,31 hour of distribution of response time of a customer, and 1,14 hour distribution of waiting time.
;The Queueing system which has been implemented for MRI Service in Radiology Instalation in RSUP Fatmawati results in a long queue. Based on the report and observation to the scheduling service, the queue for MRI examinationm reachs 20 days long. This research aims to measure the queue performance by using M/M/1 queueing model taken from queueing theory. Using this theory, queue components affecting a queueing system includes the interarrival time distribution, service time distribution, number of server, System Capasity, Population source, and Queueing Diciplin. This research is a quantification case study using both qualitative and quantitative method. The qualitative method is used to explain each of the queue components while quantitative method is used to calculate the queue performance. the qualitative method results in an independent interarrival, various service time distribution range from 24 up to 400 minutes, 1 server serves 1 examination at a time, and an infinite source of patients which comes to the queue, and a combination of First Come First served with Priority Queueing Dicipline. Quantitative method results in 0,889 per hour mean number of customer, 0,009 per hour mean number waiting customers, 88,9% of server utilization, 10,31 hour of distribution of response time of a customer, and 1,14 hour distribution of waiting time.
, The Queueing system which has been implemented for MRI Service in Radiology Instalation in RSUP Fatmawati results in a long queue. Based on the report and observation to the scheduling service, the queue for MRI examinationm reachs 20 days long. This research aims to measure the queue performance by using M/M/1 queueing model taken from queueing theory. Using this theory, queue components affecting a queueing system includes the interarrival time distribution, service time distribution, number of server, System Capasity, Population source, and Queueing Diciplin. This research is a quantification case study using both qualitative and quantitative method. The qualitative method is used to explain each of the queue components while quantitative method is used to calculate the queue performance. the qualitative method results in an independent interarrival, various service time distribution range from 24 up to 400 minutes, 1 server serves 1 examination at a time, and an infinite source of patients which comes to the queue, and a combination of First Come First served with Priority Queueing Dicipline. Quantitative method results in 0,889 per hour mean number of customer, 0,009 per hour mean number waiting customers, 88,9% of server utilization, 10,31 hour of distribution of response time of a customer, and 1,14 hour distribution of waiting time.
]"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Dian Widiari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap terhadap total pengungkapan, pengungkapan non financial measures dan
pengungkapan financial measures dan untuk mengetahui pengaruh tingkat
pengungkapan informasi non financial measures dan financial measures terhadap
cost of equity perusahaan publik. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang
dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2014. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
umur perusahaan, persentase kepemilikan publik, tingkat pertumbuhan
perusahaan, tingkat utang yang dimiliki perusahaan, dan tingkat profitabilitas
perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan secara keseluruhan/total disclosure,
non financial measures dan financial measures dan pengungkapan total
disclosure, non financial measures dan financial measures memiliki kolerasi
negatif terhadap cost of equity

ABSTRACT
The aims of this study are to determine whether there are significant differences
between company characteristic on company total disclosure and whether there
are significant differences between non financial measures disclosure and
financial measures disclosure on cost of equity. This research is an empirical
study and conducted on manufacture companies listed on Indonesia Stock
Exchange during the years of 2013-2014. Independent variable of this study are
company size, company age, percentage of public ownership, company growth,
company leverage, and company profitability. This study concludes that the
company characteristic show a significant effect on company total disclosure and
company disclosure show a negative coleration on company cost of equity"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Estira Tiyassih
"Pada dasarnya, skripsi ini ingin melihat bagaimana keterkaitan dan sinkronisasi manajemen strategi dan manajemen biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan posisinya relatif terhadap para pesaingnya. Manajemen strategi dilakukan untuk membantu perusahaan mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dengan melihat kondisi internal yang dimilikinya. Apapun strategi perusahaan, tujuan perusahaan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu maksimisasi nilai bagi pelanggan dan maksimisasi nilai bagi pemilik. Bagi pelanggan, nilai adalah fungsi dari tiga faktor yang terdiri dari biaya, kualitas, dan waktu. Jadi suatu produk, baik barang maupun jasa, akan bernilai apabila produk tersebut berkualitas tinggi, dan disampaikan ke pelanggan tepat pada saat dibutuhkan. Dan ketiga faktor tersebut di atas, biaya memegang peranan paling penting karena biaya rendah dapat memperbesar margin laba perusahaan, meningkatkan penerimaan perusahaan, dan pada gilirannya akan meningkatkan nilai bagi pemilik perusahaan melalui peningkatan tingkat pengembalian. Berdasarkan hal tersebut, manajemen biaya berdasarkan aktivitas muncul untuk membantu perusahaan mencapai tujuan-tujuannya. Inti manajemen biaya berdasarkan aktivitas adalah pengelolaan aktivitas perusahaan yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan analisa aktivitas. Analisa aktivitas secara otomatis akan meliputi pula analisa proses, karena proses adalah kumpulan dari aktivitas-aktivitas. Oleh karena itu perangkat yang tepat adalah dengan menggunakan rantai nilai, yang memandang perusahaan sebagai kumpulan dari berbagai proses dalam menjalankan strateginya. Pengetahuan akan proses yang terjadi di sepanjang rantai nilai akan membawa perusahaan pada pengetahuan akan biaya dari setiap proses tersebut. Jadi, analisa biaya dengan menggunakan rantai nilai akan menuju pada manajemen biaya berdasarkan aktivitas tanpa harus menyimpang dari strategi yang semula telah ditetapkan melalui proses manajemen strategi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunice Shertaria Bangun
"Thesis ini menganalisa kelayakan dari Online Peer-to-peer Lending sebagai alternatif pembiayaan bagi UKM din Indonesia. Pembiayaan masih menjadi salah satu masalah terbesar bagi UKM di Indonesia. Online P2P Lending sebagai salah satu fenomena dari maraknya tren Fintech, menawarkan cara yang cepat dan mudah untuk menghubungkan peminjam dan pemberi pinjaman untuk melakukan transaksi kredit. Namun, UKM di Indonesia masih perlu memahami kelebihan dan keuntungan dari Online P2P Lending dan bagaimana mereka dapat menggunakan tipe pembiayaan ini untuk membiayai bisnis mereka.
Dengan menggunakan studi kasus terhadap sebuah perusahaan air minum dalam kemasan, thesis ini menganalisa kondisi terkini perushaan dan menawarkan strategi baru untuk menghadapi peluang dan tantangan dalam ekonomi dan industry, dan pada akhirnya membuat proyeksi keangan menggunakan Online P2P Lending dan KUR, sebagai salah satu sumber pembiayaan UKM yang paling dikenal di Indonesia.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa, strategi yang ditawarkan akan menghasilkan arus kas positive bagi perusahaan. Namun, jika menggunakan Online P2P Lending, pemilik perusahaan harus membayar cost of capital yang lebih tinggi dari KUR. Namun bagaimanapun juga, perusahaan harus mempertimbangkan aspek-aspek baik keuangan maupun non-keuangan sebelum memilih sumber pembiayaan yang paling tepat.

This thesis analyzes the feasibility of Online Peer-to-peer Lending as one of the alternative funding sources for Indonesian SMEs. Funding is still one of the biggest issues for SMEs in Indonesia in order to operate and sustain. Online P2P Lending as a new phenomenon among the rise of Fintech trends, offers quick and easy way to connect lenders and borrowers to engage in a loan transaction. However, SMEs still need to understand the advantage and disadvantages of Online P2P Lending and how they can make use of this type of funding to fund their business.
Using a small water bottled manufacturer firm as a case study, this thesis analyzes the current condition and proposes new strategy to face the challenge and opportunity in the economy and industry and in the end, creates a financial projection using Online P2P Lending and KUR, as one of the familiar SME funding source in Indonesia.
The result shows, regardless the funding sources used, the proposed strategy generates positive cash flow to the company. However, using Online P2P Lending, owner should deal with higher cost of capital than if KUR is used. Nevertheless, SMEs should consider both financial and non-financial aspects before selecting the most appropriate funding source.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiarsih Pujilaksani
"Peningkatan biaya pelayanan kesehatan merupakan permasalaban yang dihadapi oleh banyak negrua di belaban dunia. Di Indonesia, pada kurun waktu antara tahun 1995 1arnpai dengan tahun 2002, teloh teljadi kenaikan biaya pelayanan kesehatan yang !rastis. Biaya pelayanan kesehatan indonesia tahun 1995 tercatat 5.8 trilyun dan neningkat menjadi 41 ,8 tri1yun pada tahun 2002. Pengeluaran biaya pelayanan kesehatan li Amerika Serikat pada tahun 2011 nanti diperkirakan meneapai 2.8 trilyun usd, yang berarti naik dari 1.3 trilyun di tahun 2000.
Sehagai respons terhadap biaya pelayanan kesebatan yang terus meningkat, baik pemerintah ataupun perusahaan asuransi besar di berhagai negara mengembangkan berbagai upaya pengendalian biaya. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan nengembangkan sistem pembayaran prospektif sebagni altematif sistem pembayaran jasa per pelayanan (JPP).
Di Indonesia sistem pembayaran prospektif telah direrapkan oleh beberapa pihak penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan seperti PT. Jamsostek (persero) yang nenerapkan sistem pembayaran paket per hari (PPH) untuk kasus rawat inap, dan Dinas Cesehatan DKI Jakarta yang menerapkan sistem pemhayaran paket per diagnosis yang lisebut sebagai paket pelayanan kesebatan esensial (PPE).
Hasil yang diharapkan dari penerapan sistem pembayaran di atas adaloh biaya kasebatan menjadi lehih efisien ibandingkan dengan sistem JPP. Apakah sistem pembayaran tersebut efektif dalam 1engendalikan biaya rawat inap dibandingkan dengan sistem JPP l belum diketahui.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan di atas. Rancangan penelitian ini ada.iah penelitian survey yang analisisnya dilakukan ecara kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer berupa basil penelusuran okurnen rumah sakil. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya illltuk kasus demam tphoid (tilus) dan demam berdarah denue (DBD) di kelas Ill RS X tahun 2005. Sampel enelitian adalah semua kasus tifus dan DBD yang dirawat di ke!as Ill yang tidak 1empunyai penyulit atau penyakit penyerta.
Penelitian ini melibatkan 437 kasus, yang terdiri dari 379 kasus DBD dan 54 asus tifus. Dari 437 kasus, ada sejumlah 298 merupakan jaminan Dinkes DKI, 92 kasus uninan PT. Jamsostek dan sisanya merupakan jaminan asuransi kesehatan atau erusahaan lain yang menerapkan sistem pembayaran JPP. Berdasarkan basil analisis cara univariat dan bivariat, didapatkan bahwa secara statistik ditemukan perbedaan ang signifikan antara lain hari rawat kasus DBD, pada kelompuk kasus yang dijumlah dengan sistem paket per hari dengan JPP. Berdasarkan hasil uji t independen antara kelompok sistem paket per diagnosis (PPE) dengan JPP, diperoleh basil adanya erbedaan yang signi:fikan antara rata-rata biaya rawat inap kelompok sistem PPE dengan PP. Hal ini berarti bahwa secara statistik terbukti sistem PPE yang diterapkan oleh tinkes DKI efektif untuk mengendalikan biaya rawat inap pada kasus tifus
Disarankan bagi universitas untuk beketjasama dengan organisasi profesi asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian serupa dengan ruang lingkup penelitian yang iperluas~ sebagai dasar pengembangan sistem pembayaran prospektif di Indonesia. Kepada Dinkes DKI Jakarta, disarankan agar seluruh tagihan rumah sakit dapat didokumentasikan secara lengkap dalam sistem data base sehingga dapat dimanfaatkan ntuk evaluas dan merubuat standar obat seperti yang dilaknkan oleh PT. Jamsostek sebagai tambahan usaha pengendalian biaya selain penerapan sistem pembayaran paket or diagnosis. Kepeda PT Iamsostek disarankan dapat meruperluas cakupan pelayanan kehatan dalam paket per hari, sehingga dapat lebih efektif. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Liana Lestari
"Kinerja biaya suatu proyek dapat diukur dengan beberapa metode.Salah satunya, yaitu dengan menghitung varian biaya (cost variance), yaitu selisih antara biaya estimasi dan biaya aktual. Apabila varian biaya = 0, maka kinerja biaya proyek dianggap sesuai budget. Akan tetapi, apabila varian biaya bernilai negatif, maka proyek dianggap mengalami pembengkakan biaya (cost overrun). Cost overrun adalah permasalahan kronik yang hampir terjadi di setiap proyek. Pada proyek di industri otomotif, cost overrun ini sering terjaditerutama ketika perusahaan menangani proyek produk baru (new product project).
Penelitian ini mengambil contoh kasus cost overrun di PT. X pada 2 (dua) proyek perakitan mobil tipe SUV dan sedan, di mana pada kedua proyek tersebut terjadi pembengkakan biaya sebesar 184% (untuk proyek mobil sedan) dan 55.9% (untuk proyek mobil SUV). Pelaksanaan kedua proyek ini dilakukan secara partnering dengan sebuah perusahaan otomotif dari Jerman, yaitu Auto AG. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko penyebab cost overrun di PT. X pada saat perusahaan ini menjalankan proyek produk baru-nya secara partnering dengan Auto AG dan melihat bagaimana pengaruhnya terha-dap kinerja biaya proyek secara keseluruhan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi literatur terlebih dahulu, di mana hasil literatur tersebut laludivalidasi oleh pakar dan beberapa responden melalui kuesioner. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini, meliputi uji validitas dan reli-abilitas, uji kecukupan data dengan metode KMO, dan analisis risiko.
Hasil akhir-nya adalah faktor adanya perencanaan anggaran yang tidak tepat dan adanya peru-bahan yang terjadi di saat start-up tapi tidak terdokumentasi dengan baik menjadi dua faktor risiko tertinggi yang menyebabkan cost overrun pada new product project di PT. X.

Project cost performance can be measured within several methodes. One of them is by calculating the difference between the estimated cost and the actual cost or known as cost variance. If the cost variance = 0, the project cost performance is perfectly on-budget. But if the cost variance has negative value, the project is indicated of incurring cost overrun. Cost overrun is a chronic problem that happens in almost every project. In automotive industry, cost overrun happens several times when the company is having new product project.
This research takes sample from two cost overrun cases in PT. X when the company started assembling two kinds of new vehicle : SUV and passanger car. During their operation, the company had faced up cost overruns of more than 184% (for passenger car project) dan 55.9% (for SUV project). PT. X is running all of their new product projects in partnering with Auto AG, an automotive company from Germany. In this study, the risk factors causing cost overruns in new product project in PT. X, which was completed in partnering with Auto AG in Germany, will be further analyzed to find outwhichfactors that affect the overall project cost performance. This research uses qualitative method based on literature study.
The result from literature study is validatedby experts and some respondents by using questionnaire. The data collected from questionnaire is analyzed usingvalidity and reliability test, data adequacy testwith KMO method, and risk analysis. As the result, there are twodominant factors causing cost overrun in new product project in PT. X. Those two factors are the inappropriate usage of budget and changes during start up which are not well-documented.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>