Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174907 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Rolan Parulian
"ABSTRAK
Penolakan terhadap mahasiswa Papua yang mencari kos atau kontrakan di Yogyakarta, disebabkan oleh stereotip dan diskriminasi yang merupakan komponen dari stigma. Meski banyak penelitian terkait hal ini telah berhasil menunjukkan gambaran stigmatisasi terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta, namun masih sedikit penelitian yang menggambarkan bagaimana proses dari destigmatisasi terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta dapat terjadi. Berdasarkan kajian yang mendalam terkait teori kapital sosial, penelitian ini mencoba menemukan adanya peranan kapital sosial melalui komponen kedekatan dengan tetangga, jaringan sosial dan partisipasi masyarakat Li, Pickles, Savage, 2005 terhadap proses destigmatisasi mahasiswa Papua di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 13 informan yang didapatkan melalui penggunaan teknik snowball sampling. Setelah seluruh data temuan lapangan dianalisis dengan menggunakan software analisis data qualitative RQDA, ditemukan bahwa kapital sosial dapat berperan terhadap proses destigmatisasi. Cara-cara atau strategi yang dapat digunakan destigmatisasi terjadi adalah dengan mendorong partisipasi aktif mahasiswa Papua dalam kegiatan masyarakat sehingga dapat menyebabkan adanya hubungan yang akrab dengan masyarakat. Ditemukan juga aktor sosial dalam wujud beberapa orang kenalan yang menjembatani hubungan kedua belah pihak, yang kemudian dapat menghasilkan suatu keadaan dimana mahasiswa Papua mendapatkan kepercayaan dan penerimaan oleh masyarakat Yogyakarta.

ABSTRACT
The rejection of Papuan students whilst seeking a home stay in Yogyakarta is a result of stereotypes and discrimination which are component of stigma. Although many studies have been conducted relate to this phenomenon, unfortunately there is only less research which focus on how exactly the destigmatization process can occur to Papuan students in Yogyakarta. Based on the in depth study of social capital theory, this research aims to find the role of social capital for stigma reduction through the components of neighborhood attachment, social networks and civic participation Li, Pickles, Savage, 2005 . This research uses qualitative research methods and in depth interviews of 13 informants found by using snowball sampling technique. The data findings then were analyzed using a qualitative data analysis software, RQDA. The result shows social capital can contribute to the destigmatization process. Way or strategy that can be used is to encourage the active participation of Papuan students in community life which will result a strong and close relationship with the surrounding neighborhood. Social actors are also found in the form of several acquaintances who bridge the relationship of both parties, which then can produce a situation where Papuan students gain trust and acceptance fromthe community."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T49475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manondang
"Pembangunan seyogyanya melibatkan masyarakat. Salah satu bentuk keterlibatan masyarakat yang berkembang saat ini adalah melalui praktek filantropi. Filantropi yang dimaknai sebagai voluntary action for the public good saat ini dalam prakteknya, bukan sekedar praktek kedermawanan dalam arti sempit melainkan sebuah spirit untuk mendayagunakan dan menumbuhkan kemandirian civil society. Salah satu praktek filantropi yang telah memberikan insentif yang besar bagi pembangunan adalah local diasphora philantropy atau yang disebut filantropi perantau. Fokus penelitian ini adalah pemanfaatan kapital sosial pada praktek filantropi yang dilakukan oleh mahasiswa perantau Papua di Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk filantropi tradisional dan filantropi keadilan sosial untuk pembangunan kampung halaman, dan pemanfaatan kapital sosialnya oleh mahasiswa perantau Papua di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semangat gotong royong yang telah mengakar dalam kebudayaan Papua juga tercermin dalam praktek filantropi mahasiswa Papua. Praktek filantropi mahasiswa perantau Papua untuk pembangunan kampung halaman pada umumnya masih bersifat tradisional (karitas) dan belum sepenuhnya mengarah pada praktek filantropi keadilan sosial yang berfokus pada kebutuhan jangka panjang dan perubahan sosial, dikarenakan kurangnya pemanfaatan kapital sosial dalam jaringan bonding, bridging dan linking. Filantropi perantau adalah salah satu perwujudan susbstansi pembangunan yang diharapkan masyarakat Papua yakni “Membangun Papua”, dimana masyarakat Papua terlibat di dalamnya.

Development should involve the community. One form of community involvement that is currently developing is through philanthropic practices. Philanthropy, which is interpreted as voluntary action for the public good at this time in practice, is not just a practice of generosity in the narrow sense but a spirit to empower and foster the independence of civil society. One philanthropic practice that has provided great incentives for development is local diasphora philantropy or what is called diasporaic philanthropy. The focus of this research is the use of social capital in philanthropic practices carried out by Papuan overseas students in Jakarta. The purpose of this research is to describe the forms of traditional philanthropy and social justice philanthropy for the development of their hometowns, and the use of their social capital by Papuan students in Jakarta.This research uses qualitative methods with a descriptive approach. The results showed that the spirit of mutual cooperation which has been rooted in Papuan culture is also reflected in the philanthropic practices of Papuan students. The philanthropic practices of Papuan migrant students for hometown development are generally still traditional (charity) and have not fully led to the practice of social justice philanthropy which focuses on long-term needs and social change, due to the lack of use of social capital in bonding, bridging and linking networks. The diasporas' philanthropy is one manifestation of the development substance expected by the Papuan people, namely "Developing Papua", in which the Papuan people are involved"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Hilmy Mohammad
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kapital sosial yang dihasilkan oleh pekerja dalam hubungannya dengan kapital manusia terhadap mobilitas karir di PT Pertanina Trans Kontinental, Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Structural Equation Modelling dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang. Hasil menunjukkan bahwa kapital manusia berpengaruh terhadap kapital sosial, dan kapital sosial berpengaruh terhadap mobilitas karir. Hal ini menjadi tantangan dan bahan evaluasi bagi perusahaan bagaimana mereka mengevaluasi
model pengembangan karir yang di integrasikan dengan pemanfaatan kapital sosial
agar nantinya hal tersebut memudahkan pekerja dalam mengembangkan kapital sosial
dan meningkatkan peluang mobilitas karirnya

ABSTRACT
This study was conducted to determine the extent of social capital produced by the
employees in relation to the career mobility of human capital in PT Pertanina Trans
Kontinental, Jakarta. The method used in this research is SEM with a sample size of
70. The results show that human capital effect on social capital, and social capital
influence on career mobility. This is challenge and evaluation for company how they
evaluate career development models integrated with the utilization of social capital so
that later it is easier for employees in developing social capital and increase the
chances of career mobility"
2016
T46724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Dwi Hatmawan
"Fenomena infanticide seringkali ditanggapi dengan mengabaikan pengalaman serta perasaan anak perempuan dan perempuan untuk melindungi masa depan anak yang mereka sayangi. Studi ini dilakukan terhadap KH, RH, dan AL yang merupakan tiga perempuan dewasa dimana pada usia anak mereka melakukan infanticide, telah menyelesaikan vonis hukuman penjara, dan memiliki latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Selain itu, studi ini juga melibatkan orang di lingkungan terdekat mereka untuk mengakomodasi sudut pandang dari lingkungan sosial KH, RH, dan AL. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara telepon dan percakapan dalam jaringan. Dengan menggunakan kerangka kerja social-ecological model (SEM), studi ini menemukan bahwa tekanan berlapis dari individu, lingkungan pertemanan dan keluarga, komunitas, dan negara telah menempatkan anak perempuan pada kerentanan untuk melakukan infanticide. Keterlibatan anak perempuan dalam proses hukum telah  memperkuat label serta stigma yang diberikan kepada mereka sebagai sosok yang tidak patuh, jahat, dan amoral tanpa mempertimbangkan konteks pemaknaan dan kemampuan tanggung jawab mereka yang berbeda. Studi ini juga menemukan bahwa perbedaan latar belakang keluarga turut memengaruhi pengalaman reintegrasi anak ke masyarakat. Akhirnya, hasil studi ini diharapkan dapat menjadi counter-narative agar memandang anak perempuan yang melakukan infanticide bukan sebagai pelaku, melainkan korban atas tekanan struktural sehingga memerlukan perlindungan khusus secara kolektif dari lingkungannya.

Infanticide is often responded to by the society without accommodating the experiences and feelings of girls and women to protect the future of their beloved children. This study involved KH, RH, and AL, three adult women who did infanticide when they were children, had completed their prison sentences, and came from diverse socio-economic backgrounds. In order to accommodate the viewpoints of KH, RH, and AL's social circle, this study also involved people in their immediate environment. The data collection was carried out through telephone interviews and online conversations. From the social-ecological model (SEM) framework, this study found that multiple stresses from individuals, peers and family, community, and the state have placed girls at risk for infanticide. The involvement of girls in the legal process also strengthens the label and stigma given to them as disobedient, evil, and immoral figures without considering the context of their different meanings and responsibilities. The study also found that the difference in the family background also influenced children's experience of reintegration into society. Finally, the results of this study are expected to be a counter-narrative to view girls who commit infanticide not as perpetrators, but as victims of structural pressures that require special collective protection from their environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Ayu Puspita Rini
"Beberapa studi yang membahas tentang upaya mereduksi eksklusi sosial pada penyandang disabilitas cenderung memfokuskan kajiannya pada aspek kebijakan dan peningkatan kemampuan penyandang disabilitas itu sendiri. Namun, studi sebelumnya kurang melihat akses terhadap sumber daya juga berkaitan dengan jaringan sosial, nilai, dan kepercayaan. Hal ini lah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berfokus pada peran modal sosial dalam mewujudkan inklusi sosial bagi penyandang disabilitas di desa sebagai upaya melengkapi kajian sejenis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Konsep modal sosial yang digunakan dalam penelitian ini merupakan buah pikiran dari Putnam. Hal ini didasarkan karena dalam mewujudkan inklusi sosial keterlibatan berbagai aktor sangat diperlukan sehingga peneliti berargumen modal sosial bonding, bridging, dan linking yang dipaparkan oleh Putnam menjadi salah satu mekanisme dalam mewujudkan inklusi sosial bagi penyandang disabilitas. Modal sosial bonding berperan untuk membangun solidaritas di dalam kelompok untuk memperjuangkan isu inklusi sosial bagi penyandang disabilitas. Sedangkan, modal sosial bridging yang merupakan jaringan antara penyandang disabilitas dengan masyarakat non disabilitas mempengaruhi penerimaan sosial dan memperbesar peluang keterlibatan penyandang disabilitas dalam berbagai kegiatan. Terakhir, modal sosial linking yang sifatnya vertikal memberikan akses yang lebih besar terhadap sumber daya, seperti fasilitas umum, layanan dasar, anggaran khusus, dan keterlibatan penyandang disabilitas dalam mempengaruhi kebijakan di desa.

Several studies that discuss efforts to reduce social exclusion in persons with disabilities tend to focus their studies on aspects of policy and increasing the abilities of persons with disabilities themselves. However, previous studies have not looked at access to resources as well as related to social networks, values, and trust. This is what prompted researchers to conduct research that focuses on the role of social capital in realizing social inclusion for persons with disabilities in villages as an effort to complement similar studies. The method used in this study is a qualitative method with data collection through in-depth interviews, observation, and document study. The concept of social capital used in this study is the brainchild of Putnam. This is based on the fact that in realizing social inclusion the involvement of various actors is necessary, so researchers argue that the bonding, bridging, and linking social capital presented by Putnam is the village's strength in realizing social inclusion for persons with disabilities. Bonding social capital plays a role in building solidarity within the group to fight for the issue of social inclusion for persons with disabilities. Meanwhile, bridging social capital, which is a network between persons with disabilities and the non-disabled community, influences the social acceptance and involvement of persons with disabilities in various activities. Finally, social linking capital which is vertical in nature provides greater access to resources, such as public facilities, basic services, special budgets, and involvement in influencing village policies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Innocentius Bernarto
"[ABSTRAK
Berangkat dari tergerusnya seni dan budaya Minahasa, kerukunan keluarga kawanua aktif berperan untuk melestarikan seni budaya Minahasa. Namun tidak hanya itu saja, kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek juga berperan dalam pembangunan daerah Minahasa. Bidang yang menjadi perhatian dari kerukunan keluarga kawanua terkait dengan pembangunan daerah selain bidang budaya adalah bidang ekonomi, sosial, politik dan pendidikan. Tesis ini membahas
mengenai peran kerukunan keluarga kawanua sebagai modal sosial berbasis etnis dalam kontribusinya terhadap pembangunan daerah Minahasa. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi kasus kerukunan keluarga kawanua di Jabodetabek. Peran peneliti disini adalah pengamat sebagai peserta (observer as participant). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan dan dokumentasi. Wawancara
mendalam dilakukan terhadap informan yang ada di Jakarta dan di Manado. Metode triangulasi dilakukan untuk mengkonfirmasi data yang telah diperoleh yakni dengan melakukan pemeriksaan melalui pengamatan, dokumentasi dan informan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kerukunan keluarga kawanua berperan sebagai revitalisasi, pengembangan SDM, informatif, pengaruh dan fasilitator dengan memperhatikan konteks teknologi informasi dan komunikasi, bisnis dan ekonomi, sosial budaya dan politik. Hubungan kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek dengan perkumpulan kawanua sangat erat. KKK selalu melibatkan anggotanya di dalam setiap kegiatan. Kemudian hubungan kerukunan keluarga kawanua dengan masyarakat Minahasa erat dan emosional. Hubungan kerukunan keluarga kawanua dengan pemerintah daerah bersifat informal dan tidak seerat hubungan kerukunan keluarga kawanua dengan perkumpulan kawanua dan masyarakat Minahasa. Oleh karena itu, hubungan kerukunan keluarga kawanua dengan pemerintah daerah perlu ditingkatkan.

ABSTRACT
Departing from the erosion of art and culture, Minahasa. Kerukunan keluarga kawanua actively contribute to preserving its art and culture. On the other hand kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek also play a role in Minahasa regional development. Areas of concern of kerukunan keluarga kawanua related to regional development in addition to the field of culture are economic, social, political and education. This thesis discusses the role of kerukunan keluarga
kawanua as ethnic-based social capital in its contribution to regional development Minahasa. This research method is using qualitative research approach with a case study in kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek. Researchers role here is to be an observer as participant. Data were collected by interview, observation and documentation. In-depth interviews conducted on informants in Jakarta and Manado. Triangulation methods performed to confirm the data that has been obtained by examining through observation, documentation and informants. Results of the study revealed that kerukunan keluarga kawanua's role is revitalization, human resource development, informative, influence and facilitator by taking into account the context of information and communication technology, business and economics, social, cultural and political. Kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek relationship with perkumpulan kawanua is very close. Kerukunan keluarga kawanua members are always involved in every activity. Thus, kerukunan keluarga kawanua relations with the Minahasa community is closely intact. Kerukunan leluarga kawanua relationship with local authorities is informal and not as tight relationships with perkumpulan kawanua and the Minahasa community. Therefore, kerukunan keluarga kawanua relationship with local governments need to be increased.;Departing from the erosion of art and culture, Minahasa. Kerukunan keluarga kawanua actively
contribute to preserving its art and culture. On the other hand kerukunan keluarga kawanua
Jabodetabek also play a role in Minahasa regional development. Areas of concern of kerukunan
keluarga kawanua related to regional development in addition to the field of culture are
economic, social, political and education. This thesis discusses the role of kerukunan keluarga
kawanua as ethnic-based social capital in its contribution to regional development Minahasa.
This research method is using qualitative research approach with a case study in kerukunan
keluarga kawanua Jabodetabek. Researchers role here is to be an observer as participant. Data
were collected by interview, observation and documentation. In-depth interviews conducted on
informants in Jakarta and Manado. Triangulation methods performed to confirm the data that has
been obtained by examining through observation, documentation and informants. Results of the
study revealed that kerukunan keluarga kawanua?s role is revitalization, human resource
development, informative, influence and facilitator by taking into account the context of
information and communication technology, business and economics, social, cultural and
political. Kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek relationship with perkumpulan kawanua is
very close. Kerukunan keluarga kawanua members are always involved in every activity. Thus,
kerukunan keluarga kawanua relations with the Minahasa community is closely intact.
Kerukunan leluarga kawanua relationship with local authorities is informal and not as tight
relationships with perkumpulan kawanua and the Minahasa community. Therefore, kerukunan
keluarga kawanua relationship with local governments need to be increased, Departing from the erosion of art and culture, Minahasa. Kerukunan keluarga kawanua actively
contribute to preserving its art and culture. On the other hand kerukunan keluarga kawanua
Jabodetabek also play a role in Minahasa regional development. Areas of concern of kerukunan
keluarga kawanua related to regional development in addition to the field of culture are
economic, social, political and education. This thesis discusses the role of kerukunan keluarga
kawanua as ethnic-based social capital in its contribution to regional development Minahasa.
This research method is using qualitative research approach with a case study in kerukunan
keluarga kawanua Jabodetabek. Researchers role here is to be an observer as participant. Data
were collected by interview, observation and documentation. In-depth interviews conducted on
informants in Jakarta and Manado. Triangulation methods performed to confirm the data that has
been obtained by examining through observation, documentation and informants. Results of the
study revealed that kerukunan keluarga kawanua’s role is revitalization, human resource
development, informative, influence and facilitator by taking into account the context of
information and communication technology, business and economics, social, cultural and
political. Kerukunan keluarga kawanua Jabodetabek relationship with perkumpulan kawanua is
very close. Kerukunan keluarga kawanua members are always involved in every activity. Thus,
kerukunan keluarga kawanua relations with the Minahasa community is closely intact.
Kerukunan leluarga kawanua relationship with local authorities is informal and not as tight
relationships with perkumpulan kawanua and the Minahasa community. Therefore, kerukunan
keluarga kawanua relationship with local governments need to be increased]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chindy Respa
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan mekanisme perlindungan sosial (social
assistance, social insurance, social care, dan informal social protection) yang dapat dilihat dari bentuk-bentuk konversi kapital seperti kapital sosial, kapital politik, kapital ekonomi, kapital personal, kapital budaya, dan kapital digital. Penelitian dilakukan pada masa pandemi Covid-19 di tiga Paguyuban Wayang Kulit di Yogyakarta yakni Paguyuban Wayang Kulit WL, Paguyuban Wayang Kulit GP, dan Paguyuban Wayang Kulit SK. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan etnografi digital (digital ethnography) media sosial seperti Youtube dan Instagram. Ketiga Paguyuban Wayang Kulit tersebut dipilih karena mereka masih mampu bertahan di masa pandemi Covid-19 dengan tetap menyelenggarakan pementasan wayang kulit secara virtual. Hasil temuan penelitian ini adalah bentuk perlindungan sosial yaitu social assistance, social insurance, social care, dan informal social protection bisa berbentuk formal maupun informal, yang ditemukan pada bentuk-bentuk kapital yang ada di Paguyuban Wayang Kulit. Kapital-kapital tersebut mendukung para paguyuban melakukan pementasan virtual di masa pandemi Covid-19. Terlebih lagi, kapital digital bermanfaat secara langsung sebagai perlindungan sosial di masa pandemi Covid-19,
ketika ada pelarangan pertunjukan seni budaya secara luring yang menimbulkan
kerumunan, maka pementasan wayang kulit virtual menjadi solusinya. Dengan demikian, pemerintah perlu membuat kebijakan yang mengarah kepada dukungan kapital digital untuk para seniman tradisi. Apalagi, di era teknologi saat ini, seniman harus beradaptasi dengan teknologi agar dapat bertahan dari guncangan sosial maupun ekonomi, dan mengikuti perkembangan zaman

This study aims to describe social protection mechanisms (social assistance, social insurance, social care, and informal social protection) which can be seen from forms of capital’s conversion, such as; social capital, political capital, economic capital, personal capital, cultural capital, and digital capital. The study was conducted during the Covid- 19 pandemic in three Wayang Kulit Associations in Yogyakarta, namely the WL Wayang
Kulit Association, the GP Wayang Kulit Association, and the SK Wayang Kulit
Association. This study uses a qualitative research method with a case study approach with data collection techniques with interviews, observations, and digital ethnography social media such as Youtube and Instagram. The three Wayang Kulit Paguyuban were chosen because they were still able to survive the Covid-19 pandemic by continuing to hold virtual shadow puppet shows. The findings of this study are forms of social protection, namely social assistance, social insurance, social care, and informal social protection can be in the form of formal or informal, which are found in the forms of capital that exist in the Paguyuban Wayang Kulit. These capitals support community groups to perform virtual performances during the Covid-19 pandemic. Moreover, digital capital is directly useful as social protection during the Covid-19 pandemic, when there
is a ban on offline cultural arts performances that cause crowds, then virtual shadow puppet performances are the solution. Thus, the government needs to make policies that lead to digital capital support for traditional artists. Moreover, in the current era of technology, artists must adapt to technology in order to survive social and economic shocks, and keep up with the modernization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhevy Setya Wibawa
"Disertasi ini membahas tentang proses terbentuknya kapital budaya melalui
kegiatan eksrakurikuler di kampus. Studi yang dilakukan di Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya Jakarta, mengkaji pengalaman mahasiswa menggunakan
waktu luang dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Studi ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat
meningkatkan kapital budaya dalam dimensi manusia dan institusional. Mengikuti
kegiatan esktrakurikuler di kampus merupakan salah satu representasi aktivitas
waktu luang terstruktur. Habitus mahasiswa menggunakan waktu luang dengan
aktivitas waktu luang terstruktur merupakan habitus yang terbentuk melalui
konstruksi budaya, melalui peran tiga agen sosialisasi yaitu keluarga, institusi
pendidikan, dan kelompok teman sebaya. Temuan studi ini menunjukkan bahwa
habitus mahasiswa mengisi waktu luang dengan aktivitas waktu luang terstruktur
merupakan reproduksi budaya melalui keluarga dan/atau sekolah. Namun
demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat memberi peluang bagi proses produksi
sosial dan dapat meningkatkan kapital sosial mahasiswa.

This dissertation discusses the formational process of cultural capital through on
campus extracurricular activities. This Studies conducted in Indonesia Atma Jaya
Catholic University Jakarta, examined the experience of students who use their
free time by participating in extracurricular activities. This study used a
qualitative approach. Students who participate in the extracurricular activities can
enhance the cultural capital dimensions in human and institutional dimensions.
Participate in the on-campus extracurricular activities is one of representation of
structured leisure time activities. Habitus of students to use free time with
structured leisure time activities is habitus which is formed through construction
of culture, through the role of three of socialization agents, namely families,
educational institutions, and peer groups. The findings of this study suggest that
the habitus of students to fill their free time with structured leisure time activities
are reproduction of culture through family and/or school. However,
extracurricular activities can provide opportunities for social production process
and can increase the social capital of students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizty Damayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas jalinan dari N Networks , N Norms , dan T Trust sebagai elemen kapital sosial dalam CEDS UI, serta manfaat kapital sosial di CEDS UI Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia . Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data diperoleh dari wawancara mendalam dengan lima narasumber dari anggota CEDS dan satu orang narasumber yang merupakan coach sekaligus alumnus CEDS dan studi kepustakaan. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa terjadi kondisi asimetri dalam elemen elemen kapital sosial di CEDS UI. Pertama, Jaringan yang ada di organisasi bersifat ekstensif. Kedua, norma yang dimiliki organisasi mendukung terbentuknya kepercayaan, yaitu kekeluargaan dan timbal balik namun tidak ada mekanisme sanksi untuk menegakkan norma dalam organisasi. Ketiga, kepercayaan tidak terbentuk dalam organisasi. Selain itu, ada penekanan akan penggunaan mekanisme legal formal yang melandasi kerja sama di dalam organisasi. Apabila dikaitkan dengan konsep dan elemen kapital sosial yang dikemukakan Putnam serta konsep kepercayaan yang dikemukakan Fukuyama, dapat diketahui bahwa dalam CEDS UI belum terbentuk kapital sosial secara sempurna.

The purpose of this research is to discuss the interaction of N Networks , N Norms , and T Trust as the elements of social capital and benefits of social capital for CEDS UI. This research is qualitative research. Data was obtained from in depth interviews with five speakers from CEDS members and one speaker who is a coach and CEDS alumnus , documentation, and literature study. Evidence suggests that asymmetry conditions occur in the elements of social capital in the CEDS UI. First, the existing networks in organizations is extensive. Secondly, the norms of the organization support the establishment of trust, namely kinship and reciprocity. But there is no sanction mechanism to enforce norm in the organization. Third, there is not a general belief in the organization. In addition, there is an emphasis in the use of legal mechanisms to underpin cooperation in the organization. When linked with the concept and elements of social capital presented by Putnam and the concept of trust proposed by Fukuyama, it is known that the perfectly formed social capital has not been formed in CEDS.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John Darmawan
"Tesis ini membahas wujud dan peran kapital sosial dalam pengembangan credit union di kota Batam. Ide dasarnya adalah kondisi umat katolik di kota Batam yang terdampak krisis ekonomi tahun 2008 dan Keuskupan Pangkal Pinang menyadari bahwa kini pelayanan rohani perlu memperhatikan aspek ekonomi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Temuan penelitian menjelaskan bahwa rasa percaya yang dijaga dalam norma agama dan norma sosial akan menciptakan kapital sosial, dan turut membentuk kapital
finansial dan kapital manusia yang bersinergi untuk kesejahteraan umat dan masyarakat

This thesis focus on the nature and role of social capital in the development of credit unions in Batam city. The basic idea is the condition of Catholics affected by the economic crisis of 2008 and the Diocese of Pangkal Pinang realize that now the ministry needs to pay attention to the economic aspect. This study is a qualitative research with descriptive design. The findings study explain that trust is maintained in religious norms and social norms will create social capital, and helped shape the financial capital and human capital together for the welfare of
the people and society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>